Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERENCANAAN KELUARGA

Tentang :
“Menghargai Martabat Perempuan sebagai Individu yang Memiliki
Hak, Potensi, dan Privasi”
Kelas 2B Kelompok 3
Disusun oleh:

Ely Rinawurya P3.73.24.2.19.055


Erika Oktaviyanti P3.73.24.2.19.056
Neng Tharissa Yudhiartini P3.73.24.2.19.066
Nurita Permata Dewi P3.73.24.2.19.072
Rini Aulia P3.73.24.2.19.074
Uun Tri Kuncorowati P3.73.24.2.19.076

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4

1.3 Tujuan..................................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

BAB III..........................................................................................................................................65

PENUTUP.....................................................................................................................................65

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................65

3.2 Saran...................................................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................66
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus kehidupan
perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan Kesehatan reproduksi dilakukan
sejak dari janin sampai liang kubur(from womb to tomb) atau bisa disebut juga
dengan “Continuum of care woman cycle”. Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepajang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan status Kesehatan
perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi Kesehatan saat
memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Pendekatan
yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan reproduksi adalah
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta bekesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah Kesehatan reproduksi pada
setiap fase kehidupan dapat diperkiraan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka
hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Masa remaja merupakan masa yang tidak bisa terlupakan sepanjang sejarah
fase perkembangan setiap individu.Masa remaja ditandai dengan gejolak semangat
muda yang mengharu biru sehingga dalam setiap tingkah lakunya selalu ada sesuatu
hal yang unik yang dimunculkan dari para remaja masa kini. Remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas.Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak,
tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang
dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja
seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” yang merupakan proses transisi dari
kehidupan yang cenderung labil, antara topan dan badai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana siklus kesehatan pada perempuan, konsepsi, bayi dan anak, remaja,
dewasa serta usia lanjut?
2. Apa saja perubahan fisik, psikososial dan seksual yang terjadi pada setiap tahapan
dan apa saja yang menjadi faktor yang mempengaruhinya?
3. Bagaimana Pengkajian pada setiap siklus kehidupan?
4. Apa saya permasalahan perempuan sepanjang siklus kehidupan?
5. Apa yang dimaksud dengan perempuan sebagai individu yang unik?
6. Apa yang dimaksud dengan human right dan rule of law?
7. Apa saja hak-hak kl en?
8. Apa yang dimaksud dengan hak reproduksi?
9. Apa yang dimaksud dengan hak perempuan?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana siklus kesehatan pada perempuan, konsepsi, bayi
dan anak, remaja, dewasa serta usia lanjut
2. Untuk mengetahui apa saja perubahan fisik, psikososial dan seksual yang terjadi
pada setiap tahapan dan apa saja yang menjadi faktor yang mempengaruhinya
3. Untuk mengetahui bagaimana Pengkajian pada setiap siklus kehidupan
4. Untuk mengetahui apa saja permasalahan perempuan sepanjang siklus kehidupan
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perempuan sebagai individu yang
unik
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan human right dan rule of law
7. Untuk mengetahui apa saja hak-hak kl en
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hak reproduksi
9. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hak perempuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Siklus Kesehatan Perempuan, Konsepsi, Bayi, dan Anak, Remaja Dewasa Serta
Usia Lanjut
A. Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus kehidupan
perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan Kesehatan reproduksi dilakukan
sejak dari janin sampai liang kubur(from womb to tomb) atau bisa disebut juga
dengan “Continuum of care woman cycle”. Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepajang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan status Kesehatan
perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi Kesehatan saat
memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan
sosial budaya dan ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan merupakan akar
masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya Kesehatan perempuan saat
hamil, bersalin, dan masa nifas. Tingkat Pendidikan, kualitas dan kuantitas makanan,
nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi,
serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan
masa reproduksinya
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
bekesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
Kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkiraan, yang bila tidak
ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal dengan lima tahap yaitu :
1. Konsepsi
Masa monsepsi adalah masa setelah bersatunya sel telur dan sel
sperma kemudia janin akan tumbuh menjadi morula, blastula, gastrula,
neurulia yang akhirnya menjadi janin dan dengan terbentuknya plasenta akan
terjadi antara ibu dan janin.

2. Masa bayi dan anak-anak


Masa bayi dan anak-anak adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat, Tumbuh kembang motoric kasar dan
motoric halus akan berjalan dengan baik bila kesehatan bayi dan anak dalam
keadaan prima.
3. Masa remaja
Masa remaja pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikologis.
Perubahan fisik yang terjadi diantaranya muncul rambut kemaluan (pubeshe),
buah dada mulai tumbuh (thelarce), pertumbuhan tinggi badan yang ceat
(maximal growth), mendapatkan haid pertama (menarche).
4. Masa reproduksi
Masa dimana perempuan menjalankan tugas kehidupannya mulai
hamil, melahirkan, masa nifas, dan menyusui dan masa antara yaitu
merencanakan jumlah atau jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi.
5. Masa usia lanjut
Masa dimana hormone estrogen sudah mulai menurun atau habis
dikarenakan produksi sel telur juga sudah mulai menurun atau habis. Dengan
menurunnya hormone estrogen akan terjadi perubahan fisik dan psikologis
pada perempuan diantaranya perubahan pada organ reproduksi, perubahan
pada metabolisme tubuh dan turunnya masa tulang (osteophorosis).

2.2 Perubahan fisik psikososial dan seksual yang terjadi pada setiap tahapan dan
faktor yang mempengaruhinya 57

Masa remaja merupakan masa yang tidak bisa terlupakan sepanjang sejarah fase
perkembangan setiap individu.Masa remaja ditandai dengan gejolak semangat muda yang
mengharu biru sehingga dalam setiap tingkah lakunya selalu ada sesuatu hal yang unik
yang dimunculkan dari para remaja masa kini. Remaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas.Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga
dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase
“mencari jati diri” yang merupakan proses transisi dari kehidupan yang cenderung labil,
antara topan dan badai. Secara psikologis, hal itu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap
dari dalam jiwa remaja itu sendiri karena remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu
ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan faseperkembangan yang tengah
berada pada fase amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi,maupun fisik. 801
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak
akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi
pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan
seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta
perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan
stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan
sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki
bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih sembilan
cm per tahun . Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak
perempuan dibanding anak laki-laki.
A. Perkembangan seksual remaja
Seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan
dengan seks. Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi
juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan
fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan
seksual telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif memperkaya
dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta.
Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik seseorang pria atau wanita.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang mengkomunikasikan perasaan
tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan,
ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui perilaku yang lebih halus seperti
isyarat gerak tubuh, etiket, berpelukan dan perbendaraan kata .
B. Faktor faktor yang mempengaruhi aktivitas seksualitas
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido
seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran
dalam bentuk tingkah laku seksual.
b. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lainnya).
c. Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana
seseorang dilarang untuk melakuakan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan
larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti
berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan
terdapat kecenderungan untuk melangggar larangan-larangan tersebut.
d. Kecenderungan pelanggaran meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi
dengan adanya teknologi canggih (video, internet, Video Compact Disc, telepon
genggam, dan lain-lain).
e. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang
masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka, malah
cenderung membuat jarak dengan masalah seksual.
C. Fase perubahan seksual dari bayi sampai dewasa
Ada fase-fase psikologis yang harus dilalui setiap individu. Antara lain fase
psikoseksual yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual yang
dapat mempengaruhi perkembangan psikologis individu tersebut. Tiap individu akan
mengalami fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18
tahun). Bila individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai
dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan pada diri orang tersebut.
Pada kesempatan ini kita akan melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui setiap
individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase-fase tersebut adalah:
1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
Fase oral yaitu fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak sejak
dilahirkan. Pada bulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih tidak
berdaya dibandingkan dengan bayi binatang menyusui lainnya, dan
ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama daripada spesies lain.
Pada mulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya dengan
puting susu ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang dengan pemberian ASI.
Bayi hanya sadar akan kebutuhannya sendiri dan pada waktu menunggu terpenuhi
kebutuhannya, bayi menjadi frustasi dan baru sadar akan adanya obyek pemuas
pada waktu kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman pertama kesadaran akan
adanya obyek diluar dirinya.
2. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)
Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus
sehingga anak mulai dapat mengendalikan beraknya. Pada fase ini kepuasan dan
kenikmatan anak terletak pada anus. Kenikmatan didapatkan pada waktu menahan
berak. Kenikmatan lenyap setelah berak selesai.
Jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam fase ini ternyata
diganggu oleh orangtuanya dengan mengatakan bahwa hasil produksinya kotor,
jijik dan sebagainya, bahkan jika disertai dengan kemarahan atau bahkan ancaman
yang dapat menimbulkan kecemasan, maka hal ini dapat mengganggu
perkembangan kepribadian anak.
3. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus. Erotik
uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni
seperti pada fase anal. Jika fase uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak
akan mengembangkan sifat uretral yang menonjol yaitu persaingan dan ambisi
sebagai akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol terhadap uretra
4. Fase Phallus (3-5 tahun )
Pada fase ini anak mulai mengerti bahwa kelaminnya berbeda dengan
kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa kelaminnya memaakan
tempat yang memberikan kenikmatan ketika anak mempermainkan bagian
tersebut. Tetapi orang tua sering marah bahkan mengeluarkan ancaman bila
melihat anaknya memegang atau mempermainkan kelaminnya.

5. Fase Latensi (5/6 tahun-11/13 tahun)


Pada fase ini semua aktifitas dan fantasi seksual seakan-akan tertekan,
karena perhatian anak lebih tertuju pada hal-hal di luar rumah. Tetapi
keingintahuan tentang seksualitas tetap berlanjut
6. Fase genital (11/13 tahun-18 tahun)
Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai titik akhir.
Organ-organ seksual mulai aktif sejalan denga mulai berfungsinya hormon-
hormon seksual, sehingga pada saat ini terjadi perubahan fisik dan psikis. Secara
fisik, perubahan yang paling nyata adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan
organ seks serta tanda-tanda seks sekunder.

2.3 Pengkajian pada setiap siklus kehidupan


Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan Pendekatan yang diterapkan
dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi adalah pendekatan siklus
hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi
pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut.Dengan
demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan,
yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa
kehidupan selanjutnya. Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu:
a. Konsepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut
A. Perubahan yang Terjadi pada Tiap Fase
a. Fase Konsepsi Konsepsi
Fertilisasi atau pembuahan, dan disebut juga sebagai peristiwa bertemunya sel
telur dengan sperma. Peristiwa konsepsi secara formal didefinisikan sebagai
persatuan antara sebuahtelur dan sperma, yang menandai awalnya suatu
kehamilan, dan peristiwa ini bukan 15 merupakan hal yang terpisah tetapi
merupakan rangkaian kejadian yang mengelilinginyaa

b. Fase bayi dan anak


Fase Bayi Pada bayi lahhir cukup bulan, pembentukan genitalia internal
sudah selesai, jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah lengkap
sebanyak 750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan selanjutnya.
Tuba, uterus, vagina, dan genitalia eksternal, labia mayora menutupi labia minora,
tetapi pada bayi premature vagina kurang tertutup dan labiaminora lebih keliatan8
c. Fase Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. 16 Remaja dibagi
menjadi 3, yaitu : remaja awal ; umur 11 – 13 tahun, remaja pertengahan ; umur
14 – 16 tahun, dan remaja lanjut ; umur 17 – 19 tahun.
d. Fase dewasa atau usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 20 sampai 40 tahun, sering dihubungkan
dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah.
Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam
kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan
bayi yang dilahirkan pun sehat.1
e. Fase usia lanjut
Perubahan fisik pada usia lanjut adalah:
1) Perubahan kulit, lemak dibawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi
kendur, tumbuh bintik hitampada kulit, kelenjar kulit kurang berfungsi
sehingga kulit menjadai kering dan keriput
2) Perubahan metabolisme tubuh, terjadi perubahan pada pola makan yang
mengandung banyak serat
3) Perubahan metabolism genitalia, liang senggama terasa kering sehinggga
mudah terjadi infeksi
4) Perubahan pada tulang, terjadi pengapuran pada tulang sehingga mudah patah,
terutama pada bagian sendi paha19

20
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tiap fase
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
1. Masa bayi
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa bayi :
a. Lingkungan
b. Kondisi ibu
c. Sikap orang tua
d. Aspek psikologi pada masa bayi
e. Sistem reproduksi
2. Masa kanak-kanak
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kehidupan wanita pada masa ini :
1) faktor dalam - Hal-hal yang diwariskan orang tua spt bentuk tubuh -
Kemampuan intelektual - Keadaan hormonal tubuh - Emosi dan sifat
2) faktor luar - Keluarga 18 - Gizi - Budaya setempat - kebiasaan anak dalam hal
personal hygiene21
3. Masa pubertas/remaja Faktor yang berpengaruh :
a. Status gizi
b. Pendidikan
c. Lingkungan dan pekerjaan
d. Seks dan seksualitas
e. Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri
4. Masa dewasa/reproduksi Faktor yang berpengaruh yaitu :
a. Perkembangan organ reproduksi
b. Tanggapan seksual
c. Kedewasaan psikologi8
5. Masa usia lanjut (klimakterium, menopause, senium)
Faktor yang berpengaruh :
a. Faktor hormonal
b. Kejiwaan
c. Lingkungan
d. Pola makan
e. Aktifitas fisik11

2.4 Permasalahan Perempuan Sepanjang Siklus Kehidupan


Beberapa masalah dapat terjadi pada setiap tahapan siklus kehidupan perempuan
di bawah ini diuraikan masalah yang mungkin terjadi pada setiap siklus kehidupan.
A. Masalah reproduksi
Kesehatan, mordibilitas (ganggusan kesehatan) dan kematian perempuan yang
berkaitan dengan kehamilan. Termasuk di dalamnya juga masalah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan, dan ketidaksuburan. Peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan masyarakat terhadap
kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi.
Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan
lain sebagainya. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana, serta terjangkaunya secara ekonmi oleh kelompok perempuan dan anak-
anak. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi di bawah umur lima tahun.
Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan lingkungan terhadap
kesehatan reproduksi.
B. Masalah gender dan seksualitas
Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan
dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran, dan Pendidikan seksualitas.
Pengendalian sosio-budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma
sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligamu, dan perceraian.
Seksualitas di kalangan remaja. Status dan peran perempuan. Perlindungan terhadap
perempuan pekerja.
C. Masalah kekerasan dan perkosaan terrhadap perempuan
Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea.
Masalah penyakit menular seksual yang relative baru seperti chlamydia, dan herpes.
Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immunodeficiency
Syndrome), dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual. Kebijakan
dan program pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut (termasuk penyediaan
pelayanan kesehatan bagi pelacur/Penjaja Seks Komersial), sikap masyarakat
terhadap penyakit menular seksual.
D. Masalah pelacuran
Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran. Factor-faktor yang
mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadap pelacuran. Dampaknya terhadap
kesehatan reproduks, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan
keluarganya.
E. Masalah sekitar teknologi
Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung).
Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening). Penapisan genetik
(genetic screening). Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan. Etika dan hukum
yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

2.5 Perempuan Sebagai Individu yang Unik


Perempuan kini tengah menjadi sorotan. Di era emansipasi ini masyarakat mulai
mengakui keberadaan perempuan yang makin maju dan mulai menunjukkan diri
mereka. Keadaannya tentu berbeda ketika masyarakat belum mengenal emansipasi.
Perempuan tidak bisa bebas untuk berekspresi dan bersosialisasi dengan leluasa.
Perempuan masa kini sudah berani mengekspresikan diri dan mandiri tanpa terkekang
oleh adat dan mitos dalam masyarakat.
Dikutip dari situs Ikatan Bidan Indonesia bahwa Keyakinan tentang perempuan.
Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan
masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap
asuhan yang diberikan bidan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil
keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab
bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.

2.6 Human Rights dan Rule of Law


A. Pengertian Human Rights
Human Rights atau Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang ada sejak
manusia dalam kandungan. Hak Asasi Manusia adalah prinsip-prinsip moral atau
norma-norma, yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan
dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan
internasional.
B. Hak Asasi Perempuan
Pelarangan diskriminasi atas dasar jenis kelamin telah dinyatakan di dalam
seluruh instrumen di bawah International Bill of Human Rights. Pada 1979, PBB
secara resmi mengadopsi sebuah instrumen hukum yang secara khusus terkait
dengan hak perempuan, yaitu Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination against Women/CEDAW). Konvensi ini menjabarkan definisi
diskriminasi berbasis jenis kelamin sebagai perbedaan perlakuan atas dasar jenis
kelamin yang:
a. Secara sengaja maupun tidak disengaja merugikan perempuan;
b. Mencegah masyarakat secara keseluruhan mengakui hak perempuan di ranah
privat maupun public
c. Mencegah perempuan menikmati hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental yang menjadi haknya.

Larangan diskriminasi atas dasar jenis kelamin juga ditetapkan di dalam


konvensi HAM lainnya seperti antara lain Pasal 2 Konvensi Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child/CRC), Pasal 6 Konvensi Hak Penyandang
Disabilitas (Convention on the Rights of Perosns with Disabilities/CRPD) dan
Pasal 7 Konvensi Perlindungan Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota
Keluarganya (Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers
and Members of Their Families/ICRMW).

C. Pengertian Rule of Law


Supremasi Hukum (rule of law) merupakan sebuah prinsip inti demokrasi
liberal yang mewujudkan ide-ide, seperti konstitusionalisme dan pemerintah
dengan kekuasaan terbatas.  Supremasi hukum berupaya untuk menegakkan dan
memosisikan hukum pada tingkatan tertinggi. Hal tersebut sejalan dengan arti
supremasi hukum secara etimologis, yakni supremasi (berada pada tingkatan
tertinggi) dan hukum (peraturan perundang-undangan dan norma). Supremasi
hukum berfungsi untuk melindungi setiap warga negara tanpa adanya intervensi
dari pihak mana pun, termasuk penyelenggara negara.
Dalam suatu negara, penegakan supremasi hukum dapat berjalan dengan
dua prinsip, yaitu prinsip negara hukum dan prinsip konstitusi. [3] Dalam prinsip
negara hukum, tidak ada penyelewengan yang dilakukan oleh penegak hukum
sehingga masyarakat memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum.
Sementara itu, prinsip konstitusi menjadikan konstitusi sebagai landasan dalam
bermasyarakat sehingga hak setiap warga negara terjamin. Prinsip supremasi
hukum dibangun dan dikembangkan dari teori liberal tentang hukum yang telah
ada sebelumnya.
D. Contoh Hak-Hak Utama Perempuan
1. Hak dalam ketenagakerjaan.
2. Hak dalam bidang kesehatan.
3. Hak yang sama dalam pendidikan.
4. Hak dalam perkawinan dan keluarga.
5. Hak dalam kehidupan publik dan politik.
2.7 Hak – Hak Klien
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan
pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas. Menurut Berten hak adalah
klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain. Hak itu
mengandung suatu individualisme yang merugikan solidaritas dalam masyarakat. Tidak
bisa disangkal bahwa hak – hak manusia mempunyai ciri individual.

Dalam kehidupan hak mempunyai peranan antara lain dapat digunakan sebagai
pengekspresian kekuasaan dalam konflik seseorang dengan kelompok, memberikan
pembenaran pada suatu tindakan, dan untuk menyelesaikan masalah. Dalam
melaksanakan praktik kebidanan penting untuk mengetahui hak – hak pasien. Hak pasien
adalah hak – hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien. Hak pasien antara lain
sebagai berikut :

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan jujur
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi
4. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi
5. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya
6. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan
7. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses persalinan berlangsung
8. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
9. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
mendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
10. Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter
yang merawat. Praktikum Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan
11. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
12. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi penyakit yang diderita, tindakan
kebidanan yang akan dilakukan, alternatif terapi lainnya, prognosanya dan perkiraan
biaya pengobatan
13. Pasien berhak menyetujui / memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
14. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit
15. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
16. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama / kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
17. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
18. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spriritual
19. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek.
20. Hak untuk menentukan diri sendiri (the right to self determination), merupakan dasar
dari seluruh hak pasien
21. Pasien berhak melihat rekam medik.
22. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek

Selain itu, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019


Tentang Kebidanan menjelaskan :

Pasal 62

Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak:

a. memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar


profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur;
b. memperoleh inforrnasi secara benar dan jelas mengenai kesehatan Klien, termasuk
resume isi rekam medis jika diperlukan;
c. meminta pendapat Bidan lain;
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Kebidanan yang akan dilakukan; dan
e. memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan Klien

2.8 Hak Reproduksi


Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi, fungsi reproduksi, dan proses reproduksi (DITKESPRO 2019). Kesehatan
reproduksi mencakup keseluruhan fase hidup manusia mulai dari konsepsi, bayi dan
anak, remaja, usia subur, hingga usia lanjut. Dalam pemahaman lebih general, kesehatan
reproduksi bisa mencakup masalah ketika anak perempuan pertama kali menstruasi,
kehamilan di usia muda, kehamilan tidak diinginkan, aborsi, atau terkena Penyakit
Menular Seksual (BKKBN 2018).

Hak Reproduksi adalah hak semua pasangan dan individu (tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, agama, dll) untuk menentukan secara bebas dan
bertanggung jawab jumlah anak dan waktu kelahiran anak. Hak reproduksi didasarkan
pada pengakuan hak asasi manusia, sehingga pengekangan hak reproduksi sama dengan
pengekangan hak asasi manusia (BKKBN 2018). Berdasarkan ICPD 1994, terdapat 12
hak reproduksi yakni:

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi


2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak untuk kebebasan berpikir dan membuat keputusan tentang kesehatan
reproduksinya
4. Hak untuk memutuskan jumlah anak dan jarak kelahiran anak
5. Hak untuk hidup dan dan dilindungi dari risiko kematian karena kehamilan dan
proses melahirkan
6. Hak atas kebebasan dan keamanan dalam kehidupan reproduksi
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk, termasuk perlindungan dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
8. Hak mendapatkan manfaat dan kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan reproduksi
10. Hak membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
12. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan

2.9 Hak Perempuan


I. Hak asasi perempuan meruapakan bagian dari HAM dan dikategorikan sebagai
hak-hak dasar perempuan mencakup bidang-bidang :
1. Hak-hak wanita di bidang politik dan pemerintahan
2. Hak-hak wanita di bidang kewarganegaraan
3. Hak-hak wanita di bidang Pendidikan dan pengajaran
4. Hak=hak wanita di bidang ketenagakerjaan
5. Hak-hak wanita di bidang kesehatan
6. Hak-hak wanita untuk melakukan perbuatan hukum
7. Hak-hak wanita di bidang kesehatan
8. Hak-hak wanita untuk melakukan perbuatan hukum
9. Hak-hak wanita dalam ikatan/putusnya perkawinan

Secara khusus mengenai hak perempuan dalam bidang kesehatan (the right to
heal) terumuskan secara kuantitatif menurut pasal 4 UU No. 23 Tahun 1992, yaitu
setiap orang mempunyai derakat yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang oprtimal.

II. Hak wanita dalam kesehatan reproduksi


Di samping itu hak kesehatan perempuan tersebar dalam berbagai aspek
kehidupan perempuan, seperti yang tercantum dalam International Planned
Parenthood Federation (IPDFF) 1996 yaitu tentang hak reproduksi, antara lain:
1. Setiap perempuan mempunyai hakuntuk bebas dari resiko kematian karena
kehamilan.
2. Setiap individu berhak untuk menikmati dan mengatur kehidupan seksual
dan reproduksinya dan tak seorangpun dapat dipaksa untuk hamil,
menjalani sterilisasi dan aborsi.
3. Setiap individu mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan seksual dan reproduksinya.
4. Setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesetaraan
seksual dan reproduksi dengan menghormati kerahasiaan pribadi. Setiap
perempuan mempunyai hak untuk menentukan sendiri pilihan
reproduksinya.
5. Setiap individu bebas dari penafsiran ajaran agama yang sempit,
kepercayaan, filosofi, dan tradisi yang membatasi kemerdekaan berfikir
tentang pelayanan kesehatan reproduksi seksual.
6. Setiap individu mempunyai ha katas informasi dan Pendidikan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksual termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga.
7. Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan
merencanakan keluarga.
8. Hak untuk memutuskan mmpunyai anak atau tidak mempunyai anak dan
kapan mempunyai anak.
9. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan kesehatan yaitu setiap
individu mempunyai ha katas informasi, keterjangkauan, pilihan.
Keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga diri, kenyamanan, dan
kesinambungan pelayanan.
10. Setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
reproduksi dengan teknologu mutakhir yang aman dan dapat diterima.
11. Setiap individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar
memprioritaskan kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak kesehatan
seksual dan reproduksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi reproduksi, dan proses reproduksi (DITKESPRO
2019). Kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan fase hidup manusia mulai dari
konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur, hingga usia lanjut. Pada masa remaja
ditandai dengan gejolak semangat muda yang mengharu biru sehingga dalam setiap
tingkah lakunya selalu ada sesuatu hal yang unik yang dimunculkan dari para remaja
masa kini. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh
untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Bppsdmk.kemkes.go.id
Elearning.fkkumj.ac.id
Repository.uksw.edu

jurnal.poltekkespalu.ac.id

elearning.fkkumj.ac.id

https://ibi.or.id/id/article_view/A20150112002/filosofi-kami.html

https://sdg.komnasham.go.id/id/tujuan-5/

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1437/5-hak-hak-utama-perempuan

file:///C:/Users/ERIKA/Downloads/Undang-Undang-tahun-2019-UU-04-2019.pdf

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-Konsep-
Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-Praktik-Kebidanan-Komprehensif.pdf

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2018. “Pedoman Penyusunan Materi
Edukasi Bagi Mahasiswa: Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pergaulan Sehat Dengan
Pendekatan Kecakapan Hidup.”

Direktorat Kesehatan Reproduksi. 2019. “Mari Mengenal Hak-hak Reproduksi dalam Keluarga


Berencana.”

Anda mungkin juga menyukai