PERENCANAAN KELUARGA
Tentang :
“Menghargai Martabat Perempuan sebagai Individu yang Memiliki
Hak, Potensi, dan Privasi”
Kelas 2B Kelompok 3
Disusun oleh:
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................65
PENUTUP.....................................................................................................................................65
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................65
3.2 Saran...................................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................66
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus kehidupan
perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan Kesehatan reproduksi dilakukan
sejak dari janin sampai liang kubur(from womb to tomb) atau bisa disebut juga
dengan “Continuum of care woman cycle”. Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepajang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan status Kesehatan
perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi Kesehatan saat
memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Pendekatan
yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan reproduksi adalah
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta bekesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah Kesehatan reproduksi pada
setiap fase kehidupan dapat diperkiraan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka
hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Masa remaja merupakan masa yang tidak bisa terlupakan sepanjang sejarah
fase perkembangan setiap individu.Masa remaja ditandai dengan gejolak semangat
muda yang mengharu biru sehingga dalam setiap tingkah lakunya selalu ada sesuatu
hal yang unik yang dimunculkan dari para remaja masa kini. Remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas.Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak,
tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang
dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja
seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” yang merupakan proses transisi dari
kehidupan yang cenderung labil, antara topan dan badai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana siklus kesehatan pada perempuan, konsepsi, bayi dan anak, remaja,
dewasa serta usia lanjut?
2. Apa saja perubahan fisik, psikososial dan seksual yang terjadi pada setiap tahapan
dan apa saja yang menjadi faktor yang mempengaruhinya?
3. Bagaimana Pengkajian pada setiap siklus kehidupan?
4. Apa saya permasalahan perempuan sepanjang siklus kehidupan?
5. Apa yang dimaksud dengan perempuan sebagai individu yang unik?
6. Apa yang dimaksud dengan human right dan rule of law?
7. Apa saja hak-hak kl en?
8. Apa yang dimaksud dengan hak reproduksi?
9. Apa yang dimaksud dengan hak perempuan?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana siklus kesehatan pada perempuan, konsepsi, bayi
dan anak, remaja, dewasa serta usia lanjut
2. Untuk mengetahui apa saja perubahan fisik, psikososial dan seksual yang terjadi
pada setiap tahapan dan apa saja yang menjadi faktor yang mempengaruhinya
3. Untuk mengetahui bagaimana Pengkajian pada setiap siklus kehidupan
4. Untuk mengetahui apa saja permasalahan perempuan sepanjang siklus kehidupan
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perempuan sebagai individu yang
unik
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan human right dan rule of law
7. Untuk mengetahui apa saja hak-hak kl en
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hak reproduksi
9. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hak perempuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siklus Kesehatan Perempuan, Konsepsi, Bayi, dan Anak, Remaja Dewasa Serta
Usia Lanjut
A. Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus kehidupan
perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan Kesehatan reproduksi dilakukan
sejak dari janin sampai liang kubur(from womb to tomb) atau bisa disebut juga
dengan “Continuum of care woman cycle”. Kesehatan reproduksi menggunakan
pendekatan sepajang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan status Kesehatan
perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi Kesehatan saat
memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan
sosial budaya dan ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan merupakan akar
masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya Kesehatan perempuan saat
hamil, bersalin, dan masa nifas. Tingkat Pendidikan, kualitas dan kuantitas makanan,
nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan bisa diakses, situasi ekonomi,
serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan
masa reproduksinya
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
bekesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
Kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkiraan, yang bila tidak
ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal dengan lima tahap yaitu :
1. Konsepsi
Masa monsepsi adalah masa setelah bersatunya sel telur dan sel
sperma kemudia janin akan tumbuh menjadi morula, blastula, gastrula,
neurulia yang akhirnya menjadi janin dan dengan terbentuknya plasenta akan
terjadi antara ibu dan janin.
2.2 Perubahan fisik psikososial dan seksual yang terjadi pada setiap tahapan dan
faktor yang mempengaruhinya 57
Masa remaja merupakan masa yang tidak bisa terlupakan sepanjang sejarah fase
perkembangan setiap individu.Masa remaja ditandai dengan gejolak semangat muda yang
mengharu biru sehingga dalam setiap tingkah lakunya selalu ada sesuatu hal yang unik
yang dimunculkan dari para remaja masa kini. Remaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas.Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga
dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase
“mencari jati diri” yang merupakan proses transisi dari kehidupan yang cenderung labil,
antara topan dan badai. Secara psikologis, hal itu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap
dari dalam jiwa remaja itu sendiri karena remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu
ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan faseperkembangan yang tengah
berada pada fase amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi,maupun fisik. 801
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak
akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi
pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan
seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta
perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan
stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan
sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki
bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih sembilan
cm per tahun . Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak
perempuan dibanding anak laki-laki.
A. Perkembangan seksual remaja
Seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan
dengan seks. Seksualitas bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi
juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan
fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan
seksual telah didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif memperkaya
dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta.
Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik seseorang pria atau wanita.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang mengkomunikasikan perasaan
tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan,
ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui perilaku yang lebih halus seperti
isyarat gerak tubuh, etiket, berpelukan dan perbendaraan kata .
B. Faktor faktor yang mempengaruhi aktivitas seksualitas
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido
seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran
dalam bentuk tingkah laku seksual.
b. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lainnya).
c. Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana
seseorang dilarang untuk melakuakan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan
larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti
berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan
terdapat kecenderungan untuk melangggar larangan-larangan tersebut.
d. Kecenderungan pelanggaran meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi
dengan adanya teknologi canggih (video, internet, Video Compact Disc, telepon
genggam, dan lain-lain).
e. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang
masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka, malah
cenderung membuat jarak dengan masalah seksual.
C. Fase perubahan seksual dari bayi sampai dewasa
Ada fase-fase psikologis yang harus dilalui setiap individu. Antara lain fase
psikoseksual yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual yang
dapat mempengaruhi perkembangan psikologis individu tersebut. Tiap individu akan
mengalami fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18
tahun). Bila individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai
dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan pada diri orang tersebut.
Pada kesempatan ini kita akan melihat fase-fase psikoseksual yang pasti dilalui setiap
individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Fase-fase tersebut adalah:
1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
Fase oral yaitu fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak sejak
dilahirkan. Pada bulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih tidak
berdaya dibandingkan dengan bayi binatang menyusui lainnya, dan
ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama daripada spesies lain.
Pada mulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya dengan
puting susu ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang dengan pemberian ASI.
Bayi hanya sadar akan kebutuhannya sendiri dan pada waktu menunggu terpenuhi
kebutuhannya, bayi menjadi frustasi dan baru sadar akan adanya obyek pemuas
pada waktu kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman pertama kesadaran akan
adanya obyek diluar dirinya.
2. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)
Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus
sehingga anak mulai dapat mengendalikan beraknya. Pada fase ini kepuasan dan
kenikmatan anak terletak pada anus. Kenikmatan didapatkan pada waktu menahan
berak. Kenikmatan lenyap setelah berak selesai.
Jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam fase ini ternyata
diganggu oleh orangtuanya dengan mengatakan bahwa hasil produksinya kotor,
jijik dan sebagainya, bahkan jika disertai dengan kemarahan atau bahkan ancaman
yang dapat menimbulkan kecemasan, maka hal ini dapat mengganggu
perkembangan kepribadian anak.
3. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus. Erotik
uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni
seperti pada fase anal. Jika fase uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik, anak
akan mengembangkan sifat uretral yang menonjol yaitu persaingan dan ambisi
sebagai akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol terhadap uretra
4. Fase Phallus (3-5 tahun )
Pada fase ini anak mulai mengerti bahwa kelaminnya berbeda dengan
kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa kelaminnya memaakan
tempat yang memberikan kenikmatan ketika anak mempermainkan bagian
tersebut. Tetapi orang tua sering marah bahkan mengeluarkan ancaman bila
melihat anaknya memegang atau mempermainkan kelaminnya.
20
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tiap fase
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
1. Masa bayi
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa bayi :
a. Lingkungan
b. Kondisi ibu
c. Sikap orang tua
d. Aspek psikologi pada masa bayi
e. Sistem reproduksi
2. Masa kanak-kanak
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kehidupan wanita pada masa ini :
1) faktor dalam - Hal-hal yang diwariskan orang tua spt bentuk tubuh -
Kemampuan intelektual - Keadaan hormonal tubuh - Emosi dan sifat
2) faktor luar - Keluarga 18 - Gizi - Budaya setempat - kebiasaan anak dalam hal
personal hygiene21
3. Masa pubertas/remaja Faktor yang berpengaruh :
a. Status gizi
b. Pendidikan
c. Lingkungan dan pekerjaan
d. Seks dan seksualitas
e. Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri
4. Masa dewasa/reproduksi Faktor yang berpengaruh yaitu :
a. Perkembangan organ reproduksi
b. Tanggapan seksual
c. Kedewasaan psikologi8
5. Masa usia lanjut (klimakterium, menopause, senium)
Faktor yang berpengaruh :
a. Faktor hormonal
b. Kejiwaan
c. Lingkungan
d. Pola makan
e. Aktifitas fisik11
Dalam kehidupan hak mempunyai peranan antara lain dapat digunakan sebagai
pengekspresian kekuasaan dalam konflik seseorang dengan kelompok, memberikan
pembenaran pada suatu tindakan, dan untuk menyelesaikan masalah. Dalam
melaksanakan praktik kebidanan penting untuk mengetahui hak – hak pasien. Hak pasien
adalah hak – hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien. Hak pasien antara lain
sebagai berikut :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan jujur
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi
4. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi
5. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya
6. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan
7. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses persalinan berlangsung
8. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
9. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
mendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
10. Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter
yang merawat. Praktikum Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan
11. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
12. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi penyakit yang diderita, tindakan
kebidanan yang akan dilakukan, alternatif terapi lainnya, prognosanya dan perkiraan
biaya pengobatan
13. Pasien berhak menyetujui / memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
14. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit
15. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
16. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama / kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
17. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit
18. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spriritual
19. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek.
20. Hak untuk menentukan diri sendiri (the right to self determination), merupakan dasar
dari seluruh hak pasien
21. Pasien berhak melihat rekam medik.
22. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek
Pasal 62
Hak Reproduksi adalah hak semua pasangan dan individu (tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, agama, dll) untuk menentukan secara bebas dan
bertanggung jawab jumlah anak dan waktu kelahiran anak. Hak reproduksi didasarkan
pada pengakuan hak asasi manusia, sehingga pengekangan hak reproduksi sama dengan
pengekangan hak asasi manusia (BKKBN 2018). Berdasarkan ICPD 1994, terdapat 12
hak reproduksi yakni:
Secara khusus mengenai hak perempuan dalam bidang kesehatan (the right to
heal) terumuskan secara kuantitatif menurut pasal 4 UU No. 23 Tahun 1992, yaitu
setiap orang mempunyai derakat yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang oprtimal.
Bppsdmk.kemkes.go.id
Elearning.fkkumj.ac.id
Repository.uksw.edu
jurnal.poltekkespalu.ac.id
elearning.fkkumj.ac.id
https://ibi.or.id/id/article_view/A20150112002/filosofi-kami.html
https://sdg.komnasham.go.id/id/tujuan-5/
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1437/5-hak-hak-utama-perempuan
file:///C:/Users/ERIKA/Downloads/Undang-Undang-tahun-2019-UU-04-2019.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Praktikum-Konsep-
Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-Praktik-Kebidanan-Komprehensif.pdf
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2018. “Pedoman Penyusunan Materi
Edukasi Bagi Mahasiswa: Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pergaulan Sehat Dengan
Pendekatan Kecakapan Hidup.”