Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MK. GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI


(SIFILIS)

Disusun Oleh :

Febiana sholeha 202015201011


Sherly nur shabrina 202015201035

STIKes RSPAD GATOT


SOEBROTO PRODI S1
KEBIDANAN
JAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya saya
dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “gangguan kespro sifilis ”. Walaupun beberapa
hambatan yang kami alami selama proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
Dan tidak luput kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing, yang telah ikut
serta membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah. Kami berharap semoga
makalah ini memberikan dampak baik dan berguna bagi kita semua. Kami pun menyadari didalam
penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat positif untuk mencapai sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.

Jakarta, 2 oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN..................................................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................
BAB II....................................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................
A. penjelasan sifilis.......................................................................................................................
B. faktor-faktor yang mempengaruhi......................................................................................
C. diagnosis dari sifilis ...............................................................................................................
BAB III...................................................................................................................................................
D. Gejala ..............................................................................................................................
E. pencegahan.......................................................................................................................
F. pengobatan.......................................................................................................................
BAB IV...................................................................................................................................................
KESIMPULAN .....................................................................................................................................
A. Kesimpulan dan saran...............................................................................................................
B. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memperkaya wawasan pengetahuan bagi para
pembaca yang berhubungan mengenai gangguan kesehatan reproduksi (sifilis).
BAB II
Tinjauan teori

2.1 Penjelasan
Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak penyakit, dan ditularkan dari ibu ke
janin (Djuanda, 2015). Pada umumnya penularan sifilis melalui kontak langsung terjadi melalui
hubungan seksual, hubungan seksual ini bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral.
Penyakit ini tidak dapat menular karena meggunakan handuk secara bergantian dengan penderita
sifilis, pegangan pintu atau tempat duduk WC. Setiap orang yang aktif secara seksual bisa
terinfeksi melalui kontak langsung dengan lesi sifilis. Pada laki-laki, lesi dapat terjadi terutama
di alat kelamin eksternal, anus, atau dubur. Lesi juga dapat terjadi pada bibir dan mulut. Gay
atau laki-laki biseksual bisa terinfeksi sifilis selama seks anal, oral, atau vaginal (CDC,
2015).Masa laten pada sifilis tidak menunjukkan gejala klinis, namun pada pemeriksaan
serologis menunjukkan hasil positif (Sanchez, 2008). Sifilis memiliki dampak besar bagi
kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan kehidupan sosial. Populasi berisiko tertular sifilis
meningkat dengan adanya perkembangan dibidang sosial, demografik, serta meningkatnya
migrasi penduduk (Kemenkes RI, 2011).
Secara global pada tahun 2008, jumlah orang dewasa yang terinfeksi sifilis adalah 36,4 juta
dengan 10,6 juta infeksi baru setiap tahunnya (WHO, 2009). Daerah yang mempunyai tingkat
penularan sifilis tertinggi ialah sub-Sahara Afrika, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara.
Beberapa studi yang telah dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa terdapat 30% seropositif
sifilis pada antenatal dan 50%-nya mengakibat kematian bayi pada sifilis kongenital (Lukehart,
2010).
Perilaku seksual dapat dibagi menjadi perilaku seksual tidak berisiko dan perilaku seksual
berisiko. Perilaku seksual tidak berisiko memiliki makna perilaku yang tidak merugikan diri
sendiri, dilakukan kepada lawan jenis, dan diakui masyarakat. Perilaku seksual berisiko diartikan
sebagai perilaku seksual yang cenderung merusak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain
(Hartono, 2009). Perilaku seksual berisiko adalah keterlibatan individu dalam melakukan
aktivitas seks yang memiliki risiko terpapar dengan darah, cairan sperma, dan cairan vagina
yang tercemar bakteri penyebab sifilis. Jumlah pasangan seksual yang banyak merupakan salah
satu perilaku seksual berisiko. Hal ini terjadi karena jumlah pasangan seksual yang banyak
sebanding dengan banyaknya jumlah hubungan seksual yang dilakukan (Rahardjo, 2015).
Kurangnya pengetahuan individu tentang penggunaan kondom juga dapat meningkatkan risiko
infeksi. Kondom tidak memberikan perlindungan 100%, namun bila digunakan dengan tepat
dapat mengurangi risiko infeksi. Selain itu, kemiskinan dan masalah sosial memaksa perempuan,
kadang juga laki-laki, berprofesi sebagai penjaja seks. Mereka menukarkan seks dengan uang
atau barang agar dapat bertahan hidup (Kemenkes RI, 2011).
2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya sifilis

Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit ini meliputi: faktor pengetahuan,


ekonomi, keturunan, dan urbanisasi. Pengetahuan yang kurang tentang bahaya penyakit,
mendorong remaja melakukan hubungan seksual diluar nikah. Ekonomi yang rendah juga
menjadi faktor yang berpengaruh timbulnya penyakit ini, sebagian masyarakat melacurkan diri
untuk mendapatkan uang dengan mudah. Di kalangan remaja banyak terjadi kasus seperti ini, hal
ini disebabkan karena remaja memiliki banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh orang
tua. Faktor keturunan juga berpotensi dalam timbulnya penyakit sifilis. Kemudian urbanisasi
dari desa ke daerah kota, mengarah sikap remaja menjadi lebih bebas, longgar akan batas-batas
adat dan agama sehingga mudah melakukan hubungan seks diluar nikah. Hal ini terbukti dengan
banyaknya kasus remaja hamil saat kuliah di luar kota.

2.3 Diagnosis
Secara garis besar uji diagnostik sifilis terbagi menjadi tiga kategori pemeriksaan
mikroskopik langsung pada sifilis stadium dini, uji serologis, metode berdasar biologi
molekuler. Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap (dark field) merupakan
metode paling spesifik dan sensitif untuk memastikan diagnosis sifilis primer adalah
menemukan treponema dengan gambaran karakteristik yang terlihat pada pemeriksaan
mikroskop lapangan gelap dari cairan yang diambil pada permukaan chancre. Ruam sifilis
primer dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh dari bagian dasar atau
dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar. Kemudian diperiksa dengan
mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak emersi. Treponema pallidum berbentuk
ramping, gerakan aktif. 6,8 Uji serologis sifilis pada sifilis meliputi Uji serologis non treponema
seperti pemeriksaan Rapid Plasma Reagen (RPR), pemeriksaan Venereal Disease Research
Laboratory (VDRL), dan pemeriksaan Automated Reagin Test (ART), ketiganya merupakan
pemeriksaan untuk mendeteksi ”reagin” terhadap antibodi dimana antigennya disebut
cardiolipin. Antibodi cardiolipin dapat dideteksi pada serum pasien dengan sifilis aktif dan
dibeberapa kondisi lain. Namun, pada beberapa individu yang memiliki riwayat sifilis dengan
kesuksesan terapi mempertahankan kadar antibodi cardiopilin rendah untuk waktu yang lama,
dengan demikian individu tersebut tergolong ”serofast”.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gejala Sifilis

Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes
serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru Besar" karena
sering dikira penyakit lainnya. Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti
kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang
yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin
terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin. Gejala sifilis
tergantung dari stadium/fasenya. Gejala akan timbul setelah 1-13 minggu setelah terinfeksi,
dengan rata-rata 3-4 minggu setelah infeksi. Gejalanya:
1. Stadium 1: luka yang tidak nyeri pada tempat yang terinfeksi. Luka tersebut sering kali tidak
menimbulkan gejala sehinga dihiraukan dan akan membaik dalam waktu 3-12 minggu.
Setelah itu, penderita akan tampak sehat secara keseluruhan.
2. Stadium 2: Muncul ruam-ruam kulit dalam waktu 6-12 minggu
setelah infeksi. Meskipun tidak diobati, ruam akan hilang dalam
beberapa minggu dan akan muncul kembali ruam yang baru
beberapa minggu kemudian. Pada stadium ini, penderita akan
mengalami gejala malaise, mual, tidak nafsu makan, dan lain-
lain.
3. Stadium 3: fase laten. Penderita memasuki fase tanpa gejala selama beberapa tahun atau
berpuluh-puluh tahun
4. Stadium 4: Sifilis ini sudah tidak menular tetapi gejalanya sangat bervariasi tergantung
organ yang terkena.
3.2 Pencegahan

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit
sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan.
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan
‘protective sex’.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah
terinfeksi.
4. Menggunakan kondom atau pengaman, terutama mereka yang berisiko tinggi terkena
seperti pekerja seks komersil.
5. Hindari menato tubuh Anda.
6. Menjaga kebersihan organ intim.

3.3 Pengobatan yang Dilakukan Terhadap Sifilis

Kondisi klinis pasien perlu dinilai kembali dan diupayakan untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya reinfeksi dalam periode tahun pertama sesudah pengobatan. Pasien
sifilis dini yang telah mendapat pengobatan benzatin benzilpenisilin dengan dosis dan cara
adekuat, harus dievaluasi kembali secara klinis dan serologis sesudah tiga bulan pengobatan
dengan menggunakan uji VDRL. Evaluasi kedua dilakukan sesudah enam bulan, dan bila
ada indikasi berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan ke enam tersebut, dapat dievaluasi
kembali sesudah bulan ke-12 untuk dilakukan penilaian kembali kondisi pasien dan
mendeteksi kemungkinan adanya reinfeksi.
Semua pasien dengan sifilis kardiovaskular dan neurosifilis dipantau selama beberapa
tahun. Tindak lanjut yang dilaksanakan meliputi hasil penilaian klinis penyakit, serologis,
cairan serebrospinal, dan radiologis.8,9 Pengobatan ulang pasien pada semua stadium
penyakit perlu dipertimbangkan jika tanda-tanda atau gejala klinis sifilis aktif tetap ada atau
kambuh kembali, terdapat peningkatan titer nontreponema atau VDRL tes sampai empat kali
pengenceran dan titer tes VDRL awal yang tinggi (VDRL 1:8 atau lebih) dan menetap dalam
setahun. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan sebelum pengobatan ulang dilakukan,
kecuali pada kasus reinfeksi dan diagnosis sifilis stadium awal dapat dipastikan.6,9
Pengobatan ulang sifilis dilakukan sesuai dengan rejimen yang telah ditetapkan untuk sifilis
yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Umumnya hanya satu pengobatan ulang
diperlukan karena pengobatan yang diberikan secara adekuat akan menunjukkan kemajuan
bila dipantau dengan tes nontreponema yang tetap menunjukkan titer rendah.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak penyakit, dan ditularkan dari ibu ke
janin. Pada umumnya penularan sifilis melalui kontak langsung terjadi melalui hubungan
seksual, hubungan seksual ini bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral. Penyakit ini tidak
dapat menular karena meggunakan handuk secara bergantian dengan penderita sifilis, pegangan
pintu atau tempat duduk WC. Pengobatan penyakit sifilis dapat dilakukan dengan cara
penyuntikan antibiotik berupa suntikan penisilin.

B. Saran
Adapun saran dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Remaja sebagai agen perubahan diharapkan bisa menjadi penerus bangsa yang
bermartabat.
2. Pendidikan seksual sangat penting bagi remaja, agar mereka mengetahui bahaya-
bahaya yang akan terjadi karena seks bebas.
3. Orang tua berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan remaja, untuk itu
diharapkan orang tua lebih memperhatikan pola perkembangan pada diri putra-putrinya
yang sudah memasuki masa remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi ke-2. Jakarta:
EGC.

Tim Media KIE, dan SeBAYA-PKBI JATIM.2009. Gaul dan Sehat Kenali Diri dan Situasimu.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Devi Putri Amalia Suryani,1 Hendra Tarigan Sibero. 2014. Syphilis, j majority, Medical Faculty
of Lampung University, Dermatovenerologist Division of Abdoel Moeloek Hospital

Anda mungkin juga menyukai