Anda di halaman 1dari 4

Pengertian sistem surveilans kesehatan masyarakat

Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data secara sistematik dan terus-menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
untuk dapat diambil tindakan (WHO, 2000).

Sedangkan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus,
terhadap penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.

2. Tujuan Surveilans

Tujuan surveilans adalah untuk mendapatkan informasi tentang penyakit atau masalah kesehatan
lainnya, meliputi frekuensi, distribusi, prevalensi, insidensi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
secara cepat. Dengan demikian tindakan pencegahan dan penanggulangan secara cepat dan benar
dapat dilakukan, agar dapat menjawab pertanyaan siapa, dimana, dan kapan (who, where and when). 3.
Komponen kegiatan surveilans

Berdasarkan telaah terhadap pengertian surveilans, maka komponen utama kegiatan surveilans
meliputi:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data surveilans dapat dilakukan melalui surveilans pasif dan surveilans aktif. Surveilans
aktif dilakukan dengan cara kunjungan ke unit sumber data di puskesmas, rumah sakit, laboratorium
serta langsung di masyarakat atau sumber data lainnya seperti pusat riset dan penelitian yang
berkaitan secara sistematik dan terus-menerus. Menurut WHO, sumber data surveilans antara lain:

1) Pencatatan angka kematian

2) Laporan penyakit

3) Laporan hasil pemeriksaan laboratorium

4) Penyelidikan atau laporan penyakit yang dilakukan secara perorangan

5) Survei

6) Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir penyakit pada hewan

7) Data kependudukan dan lingkungan

8) Laporan wabah atau kejadian luar biasa (KLB)


9) Penggunaan obat-obatan dan bahan-bahan

10) Data lain serta catatan medik RS, absensi anak sekolah/ pekerja, survei rumah tangga dan lain-lain.

Sedangkan format laporan untuk pengumpulan data dari semua UPK, antara lain:

1) SP2TP :

- LB1 (laporan bulanan penyakit)

- LB2 (laporan kematian bulanan)

- LB3 (laporan cakupan program triwulan)

- LB4 (laporan obat dan logistik triwulan)

2) SP2RS :

- RL2a (laporan bulanan jenis penyakit rawat jalan)

- RL2b (laporan bulanan jenis penyakit rawat inap)

- RL2c (laporan bulanan PD3I yang dirawat)

3) W1 : laporan wabah atau KLB

4) W2 : laporan mingguan monitor penyakit KLB

5) SST : laporan bulanan dari surveilan sentinel penyakit tertentu

6) Laporan kegiatan sektor terkait

7) Laporan dari masyarakat

b. Pengolahan, analisis dan interpretasi data

Setelah data terkumpul, segera diolah, dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan waktu, tempat dan
orang, kemudian disajikan dalam bentuk teks, tabel, grafik, spot map dan lain-lain. Kemampuan untuk
menganalisis, menginterpretasikan data tergantung pada kemampuan dan keterampilan petugas
kesehatan yang ada di tiap unit kesehatan. Berdasarkan hasil analisis

dan interpretasi data, dapat ditentukan tindakan pemecahan masalah kesehatan yang ada.
c. Umpan balik dan penyebarluasan hasil analisis data/ informasi

Hasil analisis dan interpretasi data, selain dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat untuk keperluan
tindak lanjut dan perencanaan program. Hasil tersebut harus disebarluaskan sebagai laporan kepada
atasan, dikirim sebagai umpan balik (feed back) kepada UPK pemberi laporan, kepada lintas program
dan lintas sektor, para pengambil keputusan serta masyarakat.

d. Alur surveilans epidemiologi

Alur SE

4. Syarat-syarat sistem surveilans yang baik

Syarat-syarat sistem surveilans yang baik, hendaknya memenuhi karakteristik sebagai berikut:

a. Kesederhanaan (simplicity); mencakup kesederhanaan dalah hal struktur dan pengorganisasian


sistem. Kesederhanaan erat kaitannya dengan Ketepatan waktu dan jumlah sumber daya/ sumber dana
yang dibutuhkan untuk melaksanakan sistem tersebut.

b. Fleksibilitas (flexibility); sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
informasi yang dibutuhkan atau situasi pelaksanaan tanpa disertai peningkatan yang berarti akan
kebutuhan biaya, tenaga dan waktu. Fleksibilitas dapat ditentukan secara retrospektif, dengan
mengamati bagaimana suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru.

c. Akseptabilitas (acceptability); menggambarkan kemauan seseorang dan organisasi untuk


berpartisipasi melaksanakan sistem surveilans guna menyediakan data yang akurat, konsisten, lengkap
dan tepat waktu. Untuk menilai akseptabilitas, harus mempertimbangkan titik-titik interaksi antara
sistem dan partisipasinya termasuk orang-orang yang mengalami suatu masalah kesehatan/ sakit dan
mereka yang melaporkan kasus.

Indikator kuantitatif akseptabilitas sistem surveilans adalah:

1) Angka keikut-sertaan dari perorangan atau instansi/ organisasi

2) Jika angka keikut-sertaan tinggi, seberapa cepat angka tersebut tercapai

3) Angka Kelengkapan wawancara dan angka penolakan pertanyaan (jika sistem menggunakan
wawancara untuk mengumpulkan data)

4) Kelengkapan formulir pelaporan

5) Angka pelapor dari dokter, laboratorium atau rumah sakit/ fasilitas kesehatan
6) Ketepatan waktu dari pelaporan

d. Sensitivitas (sensitivity)

Sensitivitas dari sistem surveilans dapat dilihat pada dua tingkatan yaitu pertama, pada tingkat
pengumpulan data, proporsi kasus dari suatu penyakit/ masalah kesehatan yang dideteksi oleh sistem
surveilans, dan kedua sistem dapat dinilai akan kemampuannya untuk mendeteksi kejadian luar biasa
(KLB). Sensitivitas dari sistem surveilans dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Orang-orang dengan penyakit/ masalah kesehatan tertentu yang mencari pelayanan kesehatan.

2) Keadaan atau penyakit yang didiagnosis di setiap unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas, RS
dan klinik akan menggambarkan keterampilan petugas kesehatan dan sensitivitas dari tes diagnostic.

3) Keakuratan data yang dilaporkan

e. Nilai prediktif positif (predictive value positive), adalah proporsi dari populasi

yang diidentifikasikan sebagai kasus oleh suatu sistem surveilans dan

kenyataannya benar-benar kasus. Nilai prediktif positif (NPP)

menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas kasus serta prevalensi dari suatu

keadaan yang terjadi dalm masyarakat. NPP akan meningkat seiring dengan

meningkatnya spesifisitas dan prevalensi.

f. Kerepresentatifan (representativeness)

Sistem surveilans yang representative akan mendeskripsikan, secara akurat kejadian dari suatu
penyakit/ masalah kesehatan dalam periode waktu tertentu dan distribusi penyakit/ masalah kesehatan
dalam masyarakat menurut orang, waktu dan tempat. Kualitas data merupakan bagian yang penting
dari kerepresentatifan, dimana informasi yang dikumpulkan harus mencerminkan karakteristik
demografi dari penduduk yang terserang penyakit, rincian dari masalah kesehatan dan laporan
mengenai ada/ tidaknya faktor risiko.

g. Ketepatan waktu (timeliness)

Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan dalam
pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi. Hal
tersebut dapat dinilai dari tersedianya informasi tentang upaya penanggulangan/ pencegahan penyakit,
baik dalah hal tindakan penanggulangan yang segera maupun upaya jangka panjang.

Faktor yang dapat mendukung ketepatan waktu penyediaan informasi dari sistem surveilans adalah
teknologi komputer.

Anda mungkin juga menyukai