Tugas Mandiri
Disusun Oleh:
TRI HARTINI
231FK09067
2. ANATOMI FISIOLOGI
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal.
Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1) menghangatkan, melembabkan, dan
menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra
pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang
besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai
ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
(Tortorra and Derrickson, 2014)
b. Faring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform,
dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan
ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya)
untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah
tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi
pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan
minuman agar melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara
dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong
keatas melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea
dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa
partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
e. Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan
kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula.
Didalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit,
pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan pada
pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010).
Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga
menyebabkan bronkitis kronis.
f. Paru
1. Faktor fisiologis
a. Bayi prematur
3. Faktor prilaku
a. Nutrisi
b. Latihan fisik
c. Merokok
4. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di bagi
menjadi 7 bagian yaitu:
1) Hipoksemia
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 12-20
x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:
a. Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
c. Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24 x/menit.
d. Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit.
e. Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien
koma dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
f. Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara
teratur. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit
ginjal.
g. Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis. (Ambara, 2019)
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan serangan asma sering mencari pertolongan dengan keluhan,
terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan
gejala-gejala yang lain yaitu: whezzing, pengunaan otot bantu pernapasan,
kelelahan gangguan kesadaran, sianosis, serta perubahan tekanan darah.
Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.
Pada klien dengan serangan status asmatikus perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit allergen yang lain pada anggota keluarganya
karena hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor
genetic oleh lingkungan.
4) Riwayat psikososial
3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum: tampak lemah
2) Tanda-tanda vital: hipotensi, dyspnea, tachycardi, hipertermi, distress
pernapasan, cyanosis.
3) TB/BB: sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan.
4) Kulit: tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek.
5) Kepala: sakit kepala.
6) Mata: tidak ada yang spesifik.
7) Hidung: napas cuping hidung, sianosis.
8) Mulut: pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering, bibir kuning.
9) Telinga: lihat secret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik pada kasus ini.
10) Leher: tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.
11) Jantung: pada kasus komplikasi ke endocarditis, terjadi bunyi tumbuhan.
12) Paru-paru: infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), wheezing (+),
sesak istirahat dan bertambah saat beraktivitas.
13) Punggung: tidak ada spesifik.
14) Abdomen: bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya tidak ada.
15) Genetalia: tidak ada gangguan.
16) Ekstremitas: kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujung jari dan kaki.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kolaborasi:
1. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan
Kolaborasi:
langsung menuju area bronchus yang
1. Kolaborasi pemberian
mengalami spasme lebih cepat berdilatasi.
bronkodilator, ekspektoran,
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
mukolitik
perlengketan secret paru untuk memudahkan
pembersihan.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Abd.Wahid, Imam Suprapto. (2013). Keperawatan Medika Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Media
Atoilah, Elang M.Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Dapit Edwar, D. E., Arif, N. M., Kep, M., Arif, N. M., Kep, M., TARI, N. A., & TARI, N. A.
(2019). Penerapan pengaruh batuk efektif pada kasus asma pada tn. d di ruang
igd rsud h. Hanafie muara bungo tahun 2019 (Doctoral dissertation, STIKes
PERINTIS PADANG
Djamil, A. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Asma Pada
Pasien Dewasa. Wellmes And Healthy Magazine, 29-40
Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusai. Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Medika.
Kemenkes RI. (2018). Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman
Pengendalian Asma.
Martini, F. (2012). Fundamentals of Anatomy & Physiology (9 ed.). San Fransisco:
Pearson Education.
Octaviany, A., Rahmawati, I., & Pratiwi, R. M. (2022). Asuhan Keperawatan Dengan Bersihan
Jalan Napas Tidak Efektif Pada Asma Di RSUD Dr. R Soedarsono Kota
Pasuruan (Doctoral dissertation, Perpustakaan Universitas Bina Sehat)
Peate I, Nair M. (2017). Fudamentals Of Anatomy and Physiology For Nursing and
Healthcare Student. Uk: John Wiley & Sons
Pratiwi, R. N. (2023). Studi Kasus Teknik Batuk Efektif & Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada
Pasien An. A dengan Asma Bronkhial (Doctoral dissertation, Universitas
Jenderal Soedirman)).
Puspasari, S.F.A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Sukadewanata, R. D. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI (Doctoral dissertation, STIKes
Kusuma Husada Surakarta
Suwaryo, P. A. W., Amalia, W. R., & Waladani, B. (2021, May). Efektifitas Pemberian Semi
Fowler dan Fowler terhadap Perubahan Status Pernapasan pada Pasien Asma.
In Prosiding University Research Colloquium (pp. 1-8)
Sherwod,L. (2010). Human Physiology From Cells to System. 7th Ed. Canada:
Yolanda Cossio
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Tortora, G.J & Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy and physiology in
Principles of Anatomy and Physiology. 14th edn. United States of
America: John Wiley & Sons
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia