Anda di halaman 1dari 125

PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGELOLA SAMPAH

RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SUKAMULYA


KECAMATAN BUNGURSARI
KOTA TASIKMALAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Komprehensif Pendidikan Geografi

Oleh,
SYLVIA DAMAYANTI
182170074

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGELOLA SAMPAH RUMAH


TANGGA DI KELURAHAN SUKAMULYA KECAMATAN
BUNGURSARI
KOTA TASIKMALAYA

Oleh,
SYLVIA DAMAYANTI
182170074

Disahkan Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Iman Hilman, S.Pd., M.Pd. Anita Eka Putri, S.Pd., M.Pd.
NIDN 0404098002 NIDN 0009058903

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “
Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya” beserta
seluruh isinya adalah sepenuhnya karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung konsekuensinya atau sanksi apabila dikemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian skripsi ini.

Tasikmalaya, November 2022


Yang Membuat Pernyataan,

Sylvia Damayanti
182170074

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu tercurah limpahkan kepada Allah SWT, sehingga
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan
skripsi dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, kepada
keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya yang insyaalloh taat pada
ajarannya hingga akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “ Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah


Rumah Tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya”. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan yang dilaksanakan di Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Siliwangi.

Adapun sistematika penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab yang memiliki
sistematika sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,


definisi operasional, tujuan dan kegunaan penelitian.
2. Bab 2 Landasan Teoretis, yang terdiri dari kajian pustaka, hasil penelitian
yang relevan, kerangka konseptual, dan pernyataan penelitian.
3. Bab 3 Prosedur Penelitian, yang terdiri dari metode penelitian, fokus
penelitian, objek dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data, langkah langkah penelitian,
waktu dan tempat penelitian.
4. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari deskripsi kondisi
geografis daerah penelitian, deskripsi hasil penelitian, pembahasan.

iii
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa
yang akan datang. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan kontribusi baik bagi para pembacanya.

Tasikmalaya, November 2022

Penulis

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
dorongan, semangat, motivasi dan bantuan kepada penulis, karena pada dasarnya
penulis menyadari masih terdapat keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan
skripsi. Karena pada dasarnya penulis menyadari tanpa adanya dorongan dan
motivasi dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai tepat waktu
sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Nundang Busaeri, M.T., IPU., selaku Rektor Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
2. Ibu Dr. Hj Nani Ratnaningsih, S.Pd., M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
3. Bapak Dr. Ruli As’ari., S.Pd., M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
dan Dosen Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan
selama mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Dr. Iman Hilman, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan arahan, motivasi, semangat, bimbingan dan ilmu kepada
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini, terimakasih atas ilmu yang
telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
5. Ibu Anita Eka Putri, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan, motivasi, semangat, bimbingan dan ilmu kepada
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini juga selaku Dosen Pendidikan

v
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi,
terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
6. Ibu Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T., selaku Dosen Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
7. Bapak Dr. H. Nedi Sunaedi., Drs., M.Si., (Alm), selaku Dosen Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi,
terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti
perkuliahan.
8. Ibu Yani Sri Astuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
9. Bapak Erwin Hilman Hakim, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi,
terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti
perkuliahan.
10. Bapak Elgar Balasa Singkawijaya, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
dan juga sebagai dosen wali, terima kasih atas segala ilmu yang telah
diberikan selama mengikuti perkuliahan.
11. Bapak Darwis Darmawan, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi,
terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti
perkuliahan.
12. Ibu Ely Satiyasih Rosali, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
13. Ibu Erni Mulyanie, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.

vi
14. Ibu Tineu Indrianeu, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
15. Bapak Setio Galih Marlyono, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi,
terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti
perkuliahan.
16. Ibu Mega Prani Ningsih, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.
17. Kepala KESBANGPOL Kota Tasikmalaya beserta staf yang sudah
memberikan surat izin pengantar penelitian yang berkaitan dengan
keperluan penelitian.
18. Kepala UPTD PSDA Wilayah Sungai Citanduy beserta staf yang telah
memberikan data yang diperlukan untuk penelitian penulis.
19. Kepada Kepala Kelurahan Sukamulya beserta staf yang telah memberikan
izin dan memberikan data yang diperlukan untuk penelitian penulis.
20. Kepada Masyarakat Kelurahan Sukamulya dan Petugas Pengangkutan
Sampah Kelurahan Sukamulya yang telah memberikan izin penulis untuk
melaksanakan penelitian dan meluangkan waktunya pada saat pencarian
data yang berkaitan dengan penelitian penulis.
21. Kepada Kedua Orangtua tercinta yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan, dan motivasi sehingga penulis mendapatkan kelancaran dalam
penyusunan skripsi ini.
22. Kepada Kedua Kakak dan Ketiga Adik tercinta yang selalu memberikan
semangat dan senantiasa membantu penulis dalam pencarian data untuk
kelengkapan skripsi ini.
23. Kepada Giana Dzulfi Ramdhani yang selalu menjadi tempat berkeluh
kesah dan penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
24. Semua pihak yang sudah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

vii
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH...........................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Definisi Operasional.....................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
E. Kegunaan Penelitian.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORETIS...................................................................................7
A. Kajian Pustaka...............................................................................................7
1. Geografi Perilaku......................................................................................7
2. Perilaku Masyarakat..................................................................................8
3. Sampah Rumah Tangga...........................................................................15
4. Pencemaran Lingkungan.........................................................................18
B. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................................21
C. Kerangka Konseptual..................................................................................23
F. Pertanyaan Penelitian..................................................................................24
BAB III PROSEDUR PENELITIAN.........................................................................23
A. Metode Penelitian.......................................................................................23
B. Fokus Penelitian..........................................................................................23
C. Subjek dan Objek Penelitian.......................................................................24
1. Subjek Penelitian.....................................................................................24
2. Objek Penelitian......................................................................................24

ix
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................24
E. Instrumen Penelitian..............................................................................................25
F. Teknik Analisis Data.............................................................................................26
G. Langkah Langkah Penelitian................................................................................27
H. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................29
A. Deskripsi Kondisi Geografi Daerah Penelitian...........................................29
1. Letak dan Luas Daerah Penelitian...........................................................29
2. Kondisi Fisik...............................................................................................34
a. Kondisi Geologis dan Geomorfologis.....................................................34
b. Kondisi Cuaca dan Iklim.........................................................................35
c. Kondisi Hidrologi....................................................................................37
d. Kondisi Tanah.........................................................................................37
3. Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi....................................................38
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk............................................................38
b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin...................40
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.........................43
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian............................43
e. Kondisi Fasilitas Sosial dan Ekonomi.....................................................45
B. Deskripsi Hasil Penelitian...........................................................................48
1. Karakteristik Informan............................................................................48
C. Pembahasan Penelitian................................................................................67
1. Deskripsi Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah
Tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya....................................................................................................67
2. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Masyarakat dalam Mengelola
Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya...........................................................................................77
D. Analisis 5W 1H Mengenai Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah
Rumah Tangga Di Keluraharan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya........................................................................................................87
E. Keterkaitan Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Geografi di Sekolah...89

x
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................95

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Yang Relevan.......................................................................22


Tabel 3. 1 Waktu Penelitian
Tabel 4. 1 Penggunaan Lahan di Kelurahan Sukamulya.......................................34
Tabel 4. 2 Curah Hujan Bulanan dan Tahunan Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya...........................................................................................................36
Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Kelurahan Sukamulya.............................................38
Tabel 4. 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin................40
Tabel 4. 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.......................43
Tabel 4. 6 Komposisi Penduduk Berdasrkan Mata Pencaharian...........................44
Tabel 4. 7 Sarana dan Prasarana Sosial di Kelurahan Sukamulya.........................45
Tabel 4. 8 Sarana dan Prasarana Ekonomi di Kelurahan Sukamulya....................47
Tabel 4. 9 Sarana dan Prasarana Transportasi.......................................................48

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual I......................................................................23


Gambar 2. 2 Kerangka Konseptual II....................................................................24

Gambar 4. 1 Pembagian Wilayah Kelurahan Sukamulya 29

Gambar 4. 2 Peta Administrasi Kota Tasikmalaya...............................................31


Gambar 4. 3 Peta Administrasi Kecamatan Bungursari.......................................32
Gambar 4. 4 Peta Administrasi Kelurahan Sukamulya.........................................33
Gambar 4. 5 Wawancara dengan Bapak Diki Mustaqin.......................................50
Gambar 4. 6 Wawancara dengan Petugas Pengangkutan Sampah.......................52
Gambar 4. 7 Proses Pengangkutan Sampah di Kelurahan Sukamulya..................53
Gambar 4. 8 Wawancara dengan Iina Kartina......................................................55
Gambar 4. 9 Wawancara dengan Ibu Riri Anissa.................................................56
Gambar 4. 10 Wawancara dengan Ibu Ranie........................................................57
Gambar 4. 11 Wawancara dengan Bapak Cucu....................................................59
Gambar 4. 12 Wawancara dengan Bapak Agus.....................................................60
Gambar 4. 13 Wawancara dengan Bapak Dede....................................................62
Gambar 4. 14 Wawancara dengan Ibu Titi...........................................................63
Gambar 4. 15 Wawancara dengan Ibu Yayah.......................................................65
Gambar 4. 16 Kegiatan Pembuatan Kerajinan Tangan oleh Ibu Yayah................65
Gambar 4. 17 Wawancara dengan Bapak Alan....................................................67
Gambar 4. 18 Pembakaran Sampah Rumah Tangga..............................................71
Gambar 4. 19 Penguburan Sampah yang dilakukan Masyarakat Kelurahan
Sukamulya untuk Mengurangi Sampah.................................................................73
Gambar 4. 20 Kondisi Lingkungan di Jalan Rancageneng....................................73
Gambar 4. 21 Kondisi Lingkungan di Jalan Padamulya........................................74
Gambar 4. 22 Kondisi Lingkungan di Jalan Sukamulya......................................74

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi............................................................................99


Lampiran 2 Pedoman Wawancara Terhadap Kepala Kelurahan Sukamulya......101
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Terhadap Petugas Pengangkutan Sampah....104
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Terhadap Masyarakat Kelurahan Sukamulya
..............................................................................................................................106

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk kota yang tinggi serta meningkatnya


kegiatan pembangunan di berbagai sektor menimbulkan berbagai masalah
di wilayah-wilayah perkotaan yang antara lain urbanisasi, pemukiman
kumuh, persampahan, dan sebagainya. Dengan berkembangnya wilayah
pemukiman, penyediaan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung
berfungsinya sebuah pemukiman juga mengalami pertumbuhan mengikuti
arah perkembangan pemukiman. Penyediaan sarana dan prasarana
pemukiman yang tidak dapat mengimbangi dari pertumbuhan wilayah
pemukiman akan berdampak terhadap munculnya kekumuhan pada
wilayah pemukiman tersebut.

Munculnya pemukiman kumuh di perkotaan merupakan sebuah


permasalahan yang sering dihadapi sejumlah kota besar di Indonesia.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana akan berdampak pada
semakin turunnya kualitas lingkungan pemukiman. Sebagai contoh,
dengan tidak tersedianya sarana persampahan maka masyarakat akan
cenderung mencemari pemukiman dengan sampah sehingga timbulan
sampah akan sering dijumpai di berbagai sudut pemukiman.

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan manusia yang


berwujud padat, baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat
dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi
sehingga dibuang ke lingkungan (Saputra & Mulasari, 2017:22). Sampah
merupakan salah satu permasalahan yang perlu diperhatikan. Sampah
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia,
karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah
merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia.
Oleh sebab itu sampah erat kaitannya dengan manusia.

1
2

Sebagian besar orang menganggap sampah merupakan masalah,


setiap saat sampah terus bertambah dan tanpa mengenal hari libur karena
setiap makhluk hidup terus memproduksi sampah. Menurut Suwerda
dalam (Dwi Ningsih, 2017:3) Setiap hari sampah dihasilkan dari
keluarga/rumah tangga, yang dari sisi kuantitas/jumlah biasanya
menempati posisi tertinggi, munculnya aliran sampah dari pembelian
barang-barang untuk dikonsumsi dala rumah tangga.
Konsumsi barang tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
kehidupan sehari-hari, namun setelah barang tersebut sudah tidak lagi
dikonsumsi di lingkungan tersebut maka disebut dengan sampah rumah
tangga. Selain sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, sampah yang
berasal dari rumah sakit dan industri juga sangat berbahaya, jika sampah
dari tempat-tempat umum misalnya terminal, pasar, tempat hiburan,
sekolah, kantor, dan lain-lain.
Seperti hal-nya di wilayah Kota Tasikmalaya, penumpukan sampah
baik di pinggir jalan maupun di lahan kosong banyak ditemui yang pada
akhirnya menimbulkan permasalahan dan ketidaknyamanan baik bagi
pengguna jalan maupun masyarakat setempat. Hal ini terjadi tidak terlepas
dari aktivitas dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah itu
sendiri. Hal tersebut menunjukan bahwa perilaku manusia merupakan
penyebab paling besar terhadap kerusakan lingkungan.
Selain itu Pemerintah Kota Tasikmalaya terkesan lambat dalam
menangani masalah sampah yang kerap menggunung di tepi jalan ataupun
di tempat pembuangan sementara. Dalam undang-undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Kebijakan Pemerintah mengatasi Permasalahan
tentang Pengelolaan Sampah, sudah menjadi tanggung jawab pemerintah
termasuk masalah pembiayaan. Sarana prasarana pengelolaan sampah di
Kota Tasikmalaya masih belum memadai. Produksi sampah per hari di
Kota Tasikmalaya tercatat 156 ton sampah dan belum semuanya dikelola
secara maksimal. Ratusan ton sampah yang setiap harinya hanya
mengandalkan diangkut oleh 20 truk sampah. Jumlah 20 truk sampah
3

belum bisa mencakup semua kecamatan di Kota Tasikmalaya. Adapun


sarana dan prasarana lainnya yang masih dibutuhkan yaitu bank sampah.
Di Kota Tasikmalaya terdapat 65 titik diantaranya di Kecamatan
Cibereum, Indihiang, Mangkubumi, Kawalu, dan sebagainya. Idealnya
setiap Rw memiliki satu bank sampah, sehingga masyarakat masih banyak
yang membuang sampah sembarangan (DLH) Kota Tasikmalaya, 2019).
Problematika tentang masalah sampah juga dirasakan oleh
masyarakat Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya. Tidak tersedianya sarana dan prasarana seperti Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPS) menjadi penyebab utama dari
timbulnya perilaku-perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Akibat
dari kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana di Kelurahan Sukamulya
mendorong masyarakat untuk mengambil keputusan dengan berbagai
perilaku. Perilaku tersebut antara lain, ada yang memilih untuk membuang
sampah secara sembarangan sehingga terdapat penumpukan sampah di
beberapa titik di Kelurahan Sukamulya, ada yang menimbun sampah
rumah tangga di depan rumahnya karena tidak tersedia TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) di Kelurahan Sukamulya sehingga hanya bisa
menunggu petugas pengangkutan sampah yang tidak menentu datangnya
terkadang 1 minggu sekali atau 2 minggu sekali, ada pula yang memilih
untuk membakar sampah. Berbagai cara mengelola sampah rumah tangga
tersebut merupakan upaya yang dianggap paling mudah dilakukan
masyarakat dalam menangani penumpukan sampah setiap hari nya.
Jika masalah sampah tidak ditangani dengan sebagaimana mestinya,
akan menimbulkan berbagai masalah, sampai beresiko bagi kesehatan
manusia maupun makhluk lainnya. Upaya peningkatan kualitas lingkungan
pemukiman telah dilaksanakan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah dan
Kota di Indonesia melalui berbagai program yang relevan. Peningkatan
kualitas lingkungan terdiri dari berbagai aspek, salah satu yang sangat
berpengaruh adalah aspek pengelolaan sampah di lingkungan pemukiman.
Pengelolaan sampah yang baik merupakan suatu rangkaian kegiatan
4

seperti pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangannya.


Setiap kegiatan tersebut berkaitan antara satu dengan lainnya dan saling
berhubungan timbal balik. Faktor keberhasilan pelaksanaan pengelolaan
sampah sepenuhnya akan bergantung pada kemauan Pemerintah Daerah
atau Kota dan masyarakat. Kemauan ini dapat dimulai dari pemahaman
dan kesadaran akan pentingnya sektor pengelolaan sampah sebagai salah
satu pencerminan keberhasilan pengelolaan kota.
Berdasarkan keadaan tersebut untuk mengetahui lebih dalam
mengenai perilaku masyarakat dalam mengelola sampah secara jelas maka
judul yang diambil dalam penelitian ini “Perilaku Masyarakat Dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, maka


rumusan masalahnya, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah


tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya?
2. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam
mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya?

C. Definisi Operasional

Definisi operasional ini memiliki tujuan untuk menjelaskan


mengenai beberapa topik permasalahan untuk dapat menghindari
terjadinya kesalahpahaman dalam penelitian. Adapun definisi operasional
yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
5

1. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat menurut Oktaviana dalam (Marsita Melania
Sarci Amala, Welson Y. Rompas, 2021:53) yaitu segenap manifestasi
hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari
perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang
dirasakan sampai paling yang tidak bisa dirasakan.
2. Mengelola
Menurut Harsoyo dalam (Beddu, 2020:76) mengelola adalah suatu
istilah yang berasal dari kata “kelola” dan mengandung arti serangkaian
usaha yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi
yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu
yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Sampah Rumah Tangga
Sampah Rumah Tangga menurut Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yaitu
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
rumah tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
E. Kegunaan Penelitian
Berikut merupakan kegunaan penelitian ini :
1. Kegunaan Teoretis
6

a. Dapat mengetahui bagaimana perilaku masyarakat dalam


membuang sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
b. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti, dapat mengetahui bagaimana dan faktor faktor apa
saja yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam mengelola
sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya.
b. Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat
lebih menjaga perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga
di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya.
c. Bagi pemerintah, dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui
perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya, serta pemerintah dapat memberikan saran dan
masukan dengan tujuan untuk kebaikan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Kajian Pustaka
1. Geografi Perilaku
Geografi sebagai ilmu pengetahuan mempelajari relasi
keruangan dan semua fenomena yang terjadi pada geosfer yang
meliputi ruang dan waktu. Ilmu geografi juga mempelajari yang ada
pada daratan maupun manusianya. Penelaahan geografi dibagi
menjadi tiga kawasan yang meliputi hakikat dari lingkungan, apa yang
dipikirkan dan dirasakan tentang lingkungan, dan bagaimana cara
dalam berperilaku di lingkungan, serta mengubah lingkungan tersebut.
Menurut Fellmann dalam (Bagus & Made, 2018) Geografi
perilaku adalah cabang geografi manusia yang mempelajari perilaku
dan persepsi manusia terhadap lingkungannya dalam perspektif
spasial. Objek studi geografi perilaku adalah persepsi lingkungan
yaitu apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang lingkungan. Menurut
Abdurachman dalam (Sya & Abdurachman, 2012) ruang lingkup
geografi perilaku terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Persepsi lingkungan
Persepsi lingkungan merupakan anggapan seseorang
terhadap lingkungan itu sendiri. Sebagai contoh, seseorang yang
memasuki sebuah rumah ibadah, tanpa disadari akan lebih
menertibkan sikapnya mengingat Tuhan dengan berdoa dan
sebagainya. Hal itu dilakukan karena menurut pandangannya
tempat tersebut telah dipersepsikan sebagai rumah ibadah.
b. Sikap dan respon terhadap lingkungan
Sikap dan respon terhadap lingkungan akan berakhir pada
kondisi lingkungan itu sendiri. Di wilayah yang memiliki sumber
daya yang melimpah, maka akan menimbulkan respon positif dari
masyarakatnya sekaligus mempengaruhi sikap dari masing-masing

7
8

individu. Namun sikap tidak selalu mengarah ke hal yang positif


tetapi ada juga yang negatif, misalnya sikap yang tamak dengan
mengeksploitasi sumber daya yang ada.
c. Preferensi (kesukaan) ruang lingkungan (untuk tempat tinggal,
liburan, dsb) Pada dasarnya tidak ada manusia yang ingin kesulitan
dalam hidupnya.
d. Persepsi lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku dalam
pengambilan keputusan. Terciptanya lingkungan yang baik dan
nyaman bergantung pada cara masyarakat setempat dalam
mengambil keputusan itu sendiri.
Dalam geografi perilaku tidak terlepas dari Peta. Peta yang
digunakan dalam geografi perilaku adalah peta kartografis yang
berfungsi sebagai penyedia informasi, prediksi, dan analisa
hubungan. Selain itu ada juga peta dinding, peta slide, peta atlas,
dan peta globe.

2. Perilaku Masyarakat
a. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap stuatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baikdisadari maupun tidak. Menurut
Herijulianti dalam (Fabiana Meijon Fadul, 2019:6) Perilaku
manusia (human behavior) mencakup dua komponen, yaitu sikap
atau mental dan tingkah laku (attitude). Mental diartikan sebagai
reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa,
sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari
manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang
dihadapi.
Skinner dalam (Notoatmodjo, 2013) merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini
9

terjadi dari proses adanya stimulus dari organisme terhadap


merespon. Skinner membedakan adanya dua respon :
1) Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
Stimulus semacam ini menimbulkan respon-respon yang
relatif tetap.
2) Operant response atau instrumental response, yakni respons
yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus
atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons.

Menurut (Notoatmodjo, 2013) dilihat dari bentuk terhadap


respon terhadap stimulus, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup (convert behavior)


Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap
stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari
luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable
behavior” atau “convert behavior” yang dapat diukur dari
pengetahuan dan sikap.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi apabila respons terhadap
stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat
diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”.
10

b. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah
tangga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan teori
Lawrence Green, lebih lanjut model preced (Policy, Regulatory,
Organitational Construct in Educational and Enviromental) yang
merupakan arahan dalam perencanaan, implementasi, dan
evaluasi pendidikan kesehatan lingkungan, hal ini diuraikan
bahwa perilaku ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor yang
dihubungan berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengelolaan sampah rumah tangga, yakni:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors).
Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap masyarakat,
perilaku masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga
sistem nilai yang di anut masyarakat. Faktor ini meliputi:
a. Pengetahuan
1) Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa,
dan raba (Notoatmodjo, 2013).
Pengetahuan masyarakat akan penanganan sampah
rumah tangga karena pengetahuan mempunyai efek
terhadap perubahan perilaku penduduk. Terbentuknya
perilaku baru pada seseorang dimulai dari seseorang tahu
terlebih dahulu terhadap objek yang berupa materi atau
objek di luarnya sehingga menimbulkan respon batin dalam
bentuk sikap seseorang terhadap objek yang diketahui itu.
Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan
disadari sepenuhnya teersebut akan menimbulkan respon
11

lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan terhadap sehubungan


dengan stimulus atau objek tadi.
2) Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi:
a)Pengetahuan kurang, apabila subjek mampu menjawab
pertanyaan <60% jawaban benar.
b)Pengetahuan cukup, apabila subjek mampu menjawab
pertanyaan 60%-80% jawaban benar.
c)Pengetahuan baik, apanila subjek mampu menjawab
pertanyaan >80% jawaban benar (Fabiana Meijon Fadul,
2019).
2) Tingkatan Pengetahuan
a) Tahu (Know)
Tahu yaitu sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa sesorang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar,
orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
12

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah


dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi ialah sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan, dan kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti: menggambarkan, membedakan dan
mengelompokkan.
e) Sintesa (Synthesis)
Sintesa ialah suatu kemampuan untuk melakukan
atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesa adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
informasi- informasi yang ada, misalnya: dapat menyusun,
dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah
ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
13

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada


(Notoatmodjo, 2013).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi suatu respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimuli sosial atau objek. Manifestasi
sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi yang
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2013).
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
a. Usia
Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup :
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang
yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik
maupun mental.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap
perilaku seseorang dalam melakukan pengelolaan sampah.
Dalam teori Lawrence Green dikatakan bahwa pendidikan
kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah
dan menguatkan perilaku sehingga menimbulkan perilaku
positif dari ibu rumah tangga. Karena melalui pendidikan,
14

manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya sampah


terhadap lingkungan, pertama bahaya pencemaran terhadap
kesehatan manusia.
c. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi seseorang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang, hal ini disebabkan
seseorang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi pasti
mampu untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya
termasuk untuk melakukan pengelolaan sampah.
d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu
dilahirkan. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki
dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara
keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan
perempuan yang ada di muka bumi (Hungu, 2016:13).
Suatu konsep analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat
dari sudut non biologis, yaitu dari aspek sosial, budaya,
maupun psikologis.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana ialah fasilitas yang disediakan
pemerintah di dalam lingkungan tempat tinggal masyarakat
untuk mendukung terlaksananya pengelolaan sampah.
Sarana yang dimaksud dapat berupa anorganik, bank
sampah, maupun jasa pengangkutan sampah ke tempat
pembuangan sementara. Sarana prasarana berpengaruh
terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.
Pengaruh sarana prasarana pengelolaan sampah terhadap
perilaku pembuangan sampah dapat bersifat positif maupun
negatif. Dengan sarana dan prasarana yang memadai, maka
15

akan sangat membantu kegiatan pelaksanaan tugas


kebersihan. Variable ini diukur dengan memberikan
pertanyaan dengan respon “Tersedia” dan “Tidak Tersedia”
kepada responden. Masing-masing pertanyaan akan dinilai
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Sarana prasarana yang memenuhi juka tersedia 1
2) Sarana prasarana yang tidak memenuhi tidak tersedia 0
Sarana prasarana berpengaruh terhadap perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sarana
prasarana pengelolaan sampah terhadap perilaku
pembuangan sampah dapat bersifat positif maupun negatif.
Dengan sarana dan prasarana yang memadai, maka akan
sangat membantu kegiatan pelaksanaan tugas kebersihan.

3. Faktor Pendorong atau Penguat (Reinforcing


Factors).
a. Petugas Kebersihan
Petugas kebersihan merupakan suatu sektor
yang memperhatikan lingkungan tempat umum
maupun lingkungan setiap kota yang dilakukan
(Depkes RI 2020). Jika tugas dan tanggung
jawabnya dilakukan dengan baik, maka akan
tercapai tingkat kebersihannya, dengan mengukur
tingkat derajat kesehatan masyarakat. (Agyustia,
2022)
3. Sampah Rumah Tangga
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah menurut Kreith dalam (Arifin, 2021:5) adalah seluruh
buangan yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan hewan yang
16

berupa padatan yang dibuang karena sudah tidak berguna atau


diperlukan lagi.
a. Jenis-jenis sampah
Menurut Sucipto dalam (Engel, 2014:2-3) sampah dipilah
menjadi tiga, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan
sampah B3.
1) Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan.
2) Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup.
Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbaharui
dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk
bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat
dari plastik dan logam.
3) Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) merupakan jenis
sampah dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia.
Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti
kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Namun, tidak
menutup kemungkinan sampah mengandung racun lain yang
berbahaya.
b. Sumber sampah
Sumber sampah menurut Undang-undang Republik
Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Sampah rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja
dan sampah spesifik.
2) Sampah sejenis rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
3) Sampah spesifik, meliputi sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3), limbah B3, sampah yang timbul
17

akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang


secara teknologi belum dapat diolah, dan sampah yang timbul
secara tidak periodik.
c. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga, menurut Undang-undang No.18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdiri atas pengurangan
sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi
kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah,
dan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan penanganan sampah
salah satunya adalah pemilahan dalam bentuk pengelompokan
dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifat
sampah. Penyelenggaraan pengelolaan sampah menurut Peraturan
Pemerintah nomor 18 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah yang
wajib dilakukan oleh sesetiap orang. Tujuan pengelolaan sampah
diantaranya :
1) Melindungi kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan
2) Konservasi sumber daya diantaranya material, energi, dan
ruang
3) Mengolah sampah sebelum dibuang ke TPA dan
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pembuangan
sampah.
d. Sistem Pengurangan Sampah
Pengurangan sampah melalui 3R menurut Undang-undang
No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah meliputi:
1) Pembatasan timbulan sampah (reduce) mengupayakan agar
sampah yang dihasilkan sesedikit mungkin.
2) Pemanfaatan kembali sampah (reuse) yaitu upaya
penggunaan kembali sampah.
18

3) Pendauran ulang sampah (recycle) untuk sampah yang tidak


dapat digunakan secara langsung.

4. Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan Pasal 1 butir (14) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah diterapkan. Pencemaran lingkungan
menurut (Muhjad, 2016:49) dibagi menjadi 3 sebagai berikut:
a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan atau zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan udara
dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam
udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu
yang cukup lama akan mengganggu kehidupan manusia, hewan
dan binatang.
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini,
khususnya dalam industri dan teknologi serta meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil
(minyak) menyebabkan udara yang dihirup menjadi tercemar oleh
gas hasil buangan hasil pembakaran. Penyebab pencemaran udara
ada 2 macam, yaitu:
1) Karena faktor internal (secara alamiah), seperti debu yang
berterbangan akibat tiupan angin, abu debu yang dikeluarkan
akibat letusan gunung berapi dan gas vulkanik serta proses
pembusukan sampah organik.
2) Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), seperti hasil
pembakaran fosil, debu/serbuk kegiatan industri, pemakaian
zat kimia yang disemprotkan ke udara.
19

b. Pencemaran Air
Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia.
Ketergantungan manusia pada air sangat tinggi, air dibutuhkan
untuk keperluan hidup sehari-hari seperti untuk minum, memasak,
mandi, mencuci dan menangkap ikan, membudidayakan ikan, dan
lain-lain. Bahkan air juga berguna bagi prasarana pengangkutan.
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai
berikut:
1) Golongan A: Air yang dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
2) Golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum
3) Golongan C: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan
4) Golongan D: Air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik
tenaga air.

Apabila suatu sumber air yang termasuk ke dalam golongan


B (air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum)
mengalami pencemaran yang berasal dari air limbah industri
sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk air minum maka
dapat dikatakan sumber air tersebut telah tercemar. Secara umum,
pencemaran air dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Bahan pencemar yang paling sering menyebabkan gangguan


kesehatan manusia adalah mikroorganisme patogen. Penyakit
bawaan air umumnya disebabkan pencemar air yang berasal
dari kategori ini. Sumber utama mikroorganisme patogen ini
berasal dari excreta manusia dan hewan yang tidak dikelola
dengan baik.
20

b) Sedimen meliputi tanah dan pasir yang umumnya masuk ke air


akibat erosi atau banjir. Sedimen dapat mengakibatkan
pendangkalan air (misalnya sungai). Disamping itu,
keberadaan sedimen di dalam air mengakibatkan terjadinya
peningkatan kekeruhan air.
c) Pencemar organik, yang digunakan di dalam industri kimia
untuk membuat pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen dan
produk lainnya. Kontaminasi air permukaan dan air tanah
dengan zat kimia organik dapat mengancam kesehatan
manusia. Sumber utama zat kimia organik berbahaya adalah
limbah industri dan rumah tangga.
d) Kenaikan temperatur sebagai akibat pembuangan air limbah
yang mengandung panas juga menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut dalam air. Penurunan oksigen disebabkan oleh
keberadaan air panas pada lapisan air yang lebih atas. Manusia
dapat menyebabkan perubahan temperatur air dengan
membuang air limbah yang mengandung panas ke sungai atau
danau.
c. Pencemaran Daratan
Daratan mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan
asing, baik yang bersifat organik maupun bersifat anorganik berada
dipermukaan tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak.
Dalam keadaan normal daratan harus memberikan daya dukung
bagi kehidupan manusia, baik untuk pertanian, peternakan,
kehutanan, maupun pemukiman.
Kemajuan industri dan teknologi yang berkembang pesat
dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara, air, dan juga
daratan. Secara garis besar pencemaran daratan dapat disebabkan
oleh:
a) Faktor internal, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh
peristiwa alam seperti letusan gunung berapi yang
21

memuntahkan debu, pasir, dan bahan vulkanik lainnya yang


menutupi dan merusakkan daratan sehingga menjadi tercemar.
b) Faktor eksternal, yaitu pencemaran daratan karena ulah dan
aktivitas manusia. Pencemaran daratan karena faktor eksternal
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan sungguh-sungguh agar daratan dapat memberikan
daya dukung alamnya bagi kehidupan manusia.

Kehadiran sampah merupakan salah satu persoalan yang


dihadapi oleh masyarakat. Keberadaan sampah tidak diinginkan
bila dihubungkan dengan faktor kebersihan, kesehatan,
kenyamanan dan keindahan (estetika). Tumpukan sampah yang
mengganggu kesehatan dan keindahan lingkungan merupakan jenis
pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan
yang bersifat sosial Bintarto dalam (Hidup et al., 2016).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian relevan ini menunjukan bahwa yang sedang dilakukan
ini bukan merupakan suatu hal yang diteliti. Adapun beberapa penelitian
relevan dengan penelitian yang sedang dikaji yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian Sri Devi Al Rizqi (2019) dengan judul “Perilaku
Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Di Desa
Kemlagi Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto”. Persamaan
dengan penelitian yang dilakukan yaitu sama membahas mengenai
perilaku masyarakat dan perbedaanya yaitu lokasi dan tahun penelitian
yang berbeda.
2. Penelitian Desiartin (2019) dengan judul “Gambaran Perilaku
Masyarakat Dalam Pengolahan Sampah Di Kepulauan Spermonde
(Pulau Lae-Lae, Pulau Barrang Lompo, Dan Pulau Lumu-Lumu) Kota
Makassar”. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu sama
membahas mengenai perilaku masyarakat dan perbedaannya yaitu
selain dari lokasi, pengelolaan sampah secara umum sedangkan
22

penelitian yang dilakukan membatasi hanya sampah rumah tangga


saja.
3. Penelitian Hermawan Eko Wibowo (2010) dengan judul “ Perilaku
Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Pemukiman Di Kampung
Kamboja Kota Pontianak”. Persamaan dengan penelitian yang
dilakukan yaitu sama membahas mengenai perilaku masyarakat dalam
mengelola sampah dan perbedaannya yaitu selain dari lokasi, masalah
yang diteliti lebih kepada mengelola sampah secara umum.
Berikut merupakan penelitian relevan yang telah dilakukan yang
tertera dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2. 1
Penelitian Yang Relevan
Penelitian Hermawan Eko Wibowo (2010)
Judul Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah
Pemukiman Di Kampung Kamboja Kota Pontianak
Lokasi Kampung Kamboja Kota Pontianak
Rumusan Masalah 1. Bagaimana perilaku masyarakat kampung Kamboja
dalam mengelola sampah lingkungan pemukiman?

Metode Penelitian Metode Kualitatif


Penelitian Sri Devi Al Rizqi
Judul Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah
Tangga Di Desa Kemlagi Kecamatan Kemlagi Kabupaten
Mojokerto
Lokasi Desa Kemlagi Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto
Rumusan Masalah 1. Bagaimana perilaku masyarakat di Desa Kemlagi dalam
mengelola sampah rumah tangga?
2. Apa yang melatarbelakangi perilaku masyarakat di Desa
Kemlagi dalam mengelola sampah rumah tangga?
Metode Penelitian Metode Kualitatif
Penelitian Desiartin (2019)
Judul Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pengolahan Sampah
Di Kepulauan Spermonde (Pulau Lae-Lae, Pulau Barrang
Lompo, Dan Pulau Lumu-Lumu) Kota Makassar
Lokasi Kepulauan Spermonde Kota Makassar
Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perilaku Masyarakat dalam Pengolahan
Sampah di Kepulauan Spermonde?
Metode Penelitian Metode Kualitatif
Penelitian Sylvia Damayanti (2022)
Judul Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah
Tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya
23

Lokasi Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota


Tasikmalaya
Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah perilaku masyarakat dalam mengelola
sampah rumah tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya
Metode Penelitian Metode Kualitatif
Sumber : Hasil Studi Pustaka 2022

C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu gambaran atau peta konsep yang
didalamnya terdapat saling berhubungan terkait dengan masalah yang akan
diteliti. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka ditentukan
kerangka konseptual untuk menentukan pertanyaan penelitian. Berikut ini
merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini:
1. Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

1. Membakar
sampah
Perilaku 2. Memilah
Masyarakat sampah
Cara yang
dalam
dilakukan 3. Menimbun
Mengelola
Sampah sampah
4. Membuang
sampah

Sumber : Hasil Pengolahan (2022)


Gambar 2. 1
Kerangka Konseptual I

Berdasarkan Gambar 2.1. Perilaku masyarakat dalam mengelola


sampah rumah tangga terdiri dari beberapa cara yang dilakukan seperti
24

membakar sampah rumah tangga, memilah sampah rumah tangga


dengan sampah yang bisa didaur ulang, menimbun sampah dengan cara
mengubur sampah serta membuang sampah di pinggir jalan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Mengelola


Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya

Sumber: Hasil Pengolahan (2022)


Gambar 2. 2
Kerangka Konseptual II

Berdasarkan Gambar 2.2 Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi


masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Yang pertama
faktor predisposisi yang terdiri dari tingkat pengetahuan dan sikap,
kemudian faktor yang pemungkin (Enabling) yang terdiri dari usia, tingkat
pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan sarana prasarana, faktor
yang ketiga yaitu faktor pendorong (Reinforcing) yaitu petugas kebersihan.
F. Pertanyaan Penelitian
25

Pertanyaan penelitian terdiri atas beberapa pertanyaan yang berasal


dari rumusan masalah yang sudah dibuat. Berikut ini pertanyaan-
pertanyaan dalam penelitian ini:
1. Bagaimanakah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah
tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya?
a. Bagaimana cara yang dilakukan masyarakat dalam membakar
sampah rumah tangga?
b. Bagaimana cara yang dilakukan masyarakat dalam memilah
sampah rumah tangga?
c. Bagaimana cara yang dilakukan masyarakat dalam menimbun
sampah rumah tangga?
d. Mengapa masyarakat membuang sampah rumah tangga dipinggir
jalan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam
mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya?
a. Faktor Internal
1) Apakah masyarakat mengetahui cara mengelola sampah
rumah tangga?
2) Bagaimana kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah
rumah tangga?
3) Bagaimana kebiasaan atau budaya masyarakat dalam
mengelola sampah rumah tangga?
b. Faktor Eksternal
1) Apakah masyarakat cenderung mengikuti orang lain dalam
mengelola sampah rumah tangga?
2) Apakah masyarakat memanfaatkan lingkungan untuk
mengelola sampah rumah tangga?
3) Apakah sarana dan prasarana di Kelurahan Sukamulya
tersedia dan cukup memadai?
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang
dipakai untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data, gejala dan
peristiwa yang ada dan terjadi sekarang ini pada permukaan bumi.
Menurut Sugiyono dalam (Poerwandari, 2011:68) Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.
Pemilihan metode kualitatif ini didasarkan bahwa penulis mencoba
memberi gambaran yang lebih jelas untuk mengetahui perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga, dan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam mengelola sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bermanfaat untuk pembatasan mengenai
objek penelitian yang diangkat, manfaat lainnya agar peneliti tidak
keliru pada banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Penentuan
fokus penelitian lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang
akan diperoleh dari situasi perekonomian dan sosial ini dimaksudkan
untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna
memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan.
Menurut Sugiyono dalam (Suparyanto dan Rosad, 2020:36)

23
24

pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat


kepentingan, urgensi dan reliabilitas masalah yang akan dipecahkan.
Berikut fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam mengelola
sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya.

C. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah narasumber (informan)
yang mengetahui dan memahami secara mendalam dan menyeluruh
mengenai objek yang diteliti. Subjek penelitian nantinya akan
berperan dalam memberikan informasi kepada peneliti. Subjek
dalam penelitian ini adalah Lurah Sukamulya, Petugas
pengangkutan sampah, dan Masyarakat Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
2. Objek Penelitian
Menurut (Muskita, 2018:20) suatu gambaran sasaran ilmiah
yang akan dijelaskan untuk mendapatkan infomasi dan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Objek dalam penelitian ini adalah
perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Observasi
Menurut (Izzaty et al., 2021:15) observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu pengamatan,
25

dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku


objek sasaran. Dalam penelitian ini observasi dilakukan di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
2. Wawancara
Menurut P.Joko Subagyo dalam (Lestari, 2019:56) wawancara
merupakan suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada
responden. Wawancara dilakukan ketika sudah melakukan observasi.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
tertulis, gambar maupun elektronik Sukmadinata dalam (Iii et al.,
2005:80) Dokumentasi dilakukan dengan tujuan agar peneliti dapat
mengetahui dan mengabadikan langsung peristiwa yang terjadi di
lapangan.
4. Studi Literatur
Menurut Sugiyono dalam (Jamaludin, 2018:22) studi literatur
berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan
dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial
yang diteliti. Studi literatur digunakan untuk mendapatkan
pengetahuan dan konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti yang bersumber dari buku atau sumber yang relevan
dengan permasalahan.

E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono dalam (Hardyansyah, 2010:54) instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu fenomena
baik alam maupun sosial yang akan diamati. Untuk mendapatkan data
dalam penelitian maka dibutuhkan beberapa instrumen yaitu :
1. Pedoman Observasi. Dibuat untuk memudahkan pada saat proses
observasi berlangsung.
26

a) Lokasi :
1) Batas-batas Desa
- batas sebelah utara :
- batas sebelah barat :
- batas sebelah timur :
- batas sebelah selatan :
2) Luas Wilayah :
3) Jumlah Penduduk :
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan suatu pedoman untuk
memperoleh data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
kepada narasumber yang terdapat di tempat penelitian untuk
melengkapi informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
a) Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai sampah rumah tangga?
b) Berapa banyak sampah rumah tangga yang dihasilkan Bapak/Ibu
dalam sehari?
c) Kemana Bapak/Ibu biasanya membuang sampah?
d) Apakah Bapak/Ibu mengetahui di Kelurahan Sukamulya terdapat
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)?
e) Menurut Bapak/Ibu cara mengelola sampah rumah tangga yang
baik itu seperti apa?

F. Teknik Analisis Data


Proses analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data. Data yang didapat dari responden dapat diklasifikasikan dan
ditabulasikan untuk mendapatkan gambaran jumlah kecenderungan setiap
alternatif jawaban dari setiap pertanyaan pada pedoman wawancara.
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan
data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan.
27

Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung setelah proses


pengumpulan data selesai sehingga analisis data kualitatif akan
menghasilkan data yang sangat lengkap karena dilakukan secara
mendalam dari sebelum, selama dan setelah dari lapangan. Langkah-
langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Analisis sebelum di lapangan. Dimulai dengan melakukan survei
langsung ke lapangan. Teknik analisis dilakukan berdasarkan data
sekunder, data studi pendahuluan yang nantinya akan digunakan
dalam menentukan fokus penelitian. Namun fokus penelitiannya
masih bersifat sementara.
2. Analisis data di lapangan. Dilaksanakan pada saat proses
pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data tersebut.
3. Reduksi data. Reduksi data artinya memilih hal-hal inti dan
merangkum hal yang penting.
4. Penyajian data. Setelah selesai melakukan reduksi data, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Penyajian data bisa
dilakukan dengan cara membuat bagan, ataupun uraian. Tujuan dari
penyajian data adalah untuk mengorganisasikan data-data yang sudah
didapatkan agar mudah dipahami.
5. Verifikasi/Penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat merupakan
kesimpulan yang bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-
waktu.

G. Langkah Langkah Penelitian


Beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu :
1) Tahap Persiapan. Yang terdiri dari proses proses perizinan dan proses
Penyusunann data data yang diperlukan.
2) Tahap Pengumpulan Data. Dilakukan dengan cara mendapatkan data
dari berbagai sumber.
28

3) Tahap Pelaporan. Dilakukan setelah proses atau tahap pengumpulan


data dilakukan. Tahap ini merupakan tahap akhir dari semua proses
penelitian.

H. Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Penelitian ini
dimulai sejak bulan Desember 2021 hingga bulan Agustus 2022. Berikut
ini tabel dari waktu penelitian:
Tabel 3. 1
Waktu Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
1 Observasi
Penyusunan
2
Proposal
Ujian
3
Proposal
Revisi
4
Proposal
Penelitian
5
Lapangan
Penyusunan
6
Skripsi
Ujian
7 Komprehen
sif
Sidang
8
Skripsi
Sumber: Hasil Pengolahan, 2022
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Geografi Daerah Penelitian


1. Letak dan Luas Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya. Kelurahan Sukamulya merupakan salah
satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
dengan kode pos 46151. Secara administrasi Kelurahan Sukamulya
berbatasan dengan wilayah lain, yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kelurahan Sukarindik
b. Sebelah selatan : Kelurahan Bantarsari
c. Sebelah timur : Kelurahan Sukajaya
d. Sebelah barat : Kelurahan Panglayungan
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
terdiri dari 8 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun Tetangga (RT).
Pembagian wilayah Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4. 1
Pembagian Wilayah Kelurahan Sukamulya

Sumber : Hasil Dokumentasi pribadi (2022)

29
30

Luas wilayah Kelurahan Sukamulya adalah 151,23 Ha atau


setara dengan 1,51 km². Kelurahan Sukamulya merupakan wilayah
yang strategis dalam segi perekonomian karena dekat dengan pusat
pemerintahan seperti Kantor Balaikota dan Kejaksaan Negeri Kota
Tasikmalaya. Jarak dari Kelurahan Sukamulya ke Kecamatan
Bungursari adalah 5 km, sedangkan jarak dari Kelurahan Sukamulya ke
Ibu Kota Tasikmalaya adalah 0,5km, Jarak dari Kelurahan Sukamulya
ke Ibu Kota Provinsi yaitu 120 km. Kelurahan Sukamulya adalah
wilayah yang berada di dataran rendah yang terdiri dari kawasan
pemukiman, pertanian, perikanan, dan peternakan. Sebagian besar lahan
digunakan sebagai lahan pemukiman dan lahan pertanian khususnya
persawahan.
Lokasi penelitian Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada Peta Administrasi Kota
Tasikmalaya (Gambar 4.2), Peta Administrasi Kecamatan Bungursari
(Gambar 4.3) dan Peta Administrasi Kelurahan Sukamulya (Gambar
4.4).
31

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)


Gambar 4. 2
Peta Administrasi Kota Tasikmalaya
32

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)

Gambar 4. 3
Peta Administrasi Kecamatan Bungursari
33

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)


Gambar 4. 4
Peta Administrasi Kelurahan Sukamulya
34

2. Kondisi Fisik
a. Kondisi Geologis dan Geomorfologis
Kondisi morfologi Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam wilayah dataran
rendah, dengan ketinggian 325 Mdpl. Dimana letak akan
mempengaruhi cara manusia dalam mengelola lahan. Kelurahan
Sukamulya yang berada pada dataran rendah sehingga penggunaan
lahan di Kelurahan Sukamulya yaitu dikelola sebagai lahan
pertanian dengan luas lahan 55 Ha serta sebagai lahan pemukiman
dengan luas lahan 80,11 Ha. Dengan penggunaan lahan tersebut
sebagian besar masyarakat di Kelurahan Sukamulya bermata
pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Berikut penggunaan
lahan di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya, dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Penggunaan Lahan di Kelurahan Sukamulya

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)


1 Pemukiman 80,11
2 Persawahan 55
3 Perkebunan 1,5
4 Kuburan 1,7
5 Pekarangan 1,07
6 Taman 2,07
7 Perkantoran 5,08
8 Prasarana Umum Lainnya 4,70
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan Tabel 4.1 penggunaan lahan di Kelurahan
Sukamulya besar dipergunakan untuk lahan pemukiman dengan
luas lahan mencapai 80,11, lahan persawahan sebesar 55 Ha, lahan
perkantoran sebesar 5,08 Ha, prasarana umum lainnya sebesar 4,70
Ha, kemudian taman sebesar 2,07 Ha, lahan untuk kuburan sebesar
1,7 Ha, kemudian perkebunan sebesar 1,5 Ha dan lahan untuk
pekarangan sebesar 1,07 Ha. Jika dijumlahkan maka jumlah
35

penggunaan lahan di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari


Kota Tasikmalaya sebesar 151,23 Ha.
Dari penggunaan lahan di Kelurahan Sukamulya, mayoritas
masyarakat menggunakan lahan sebagai lahan pemukiman dan
lahan persawahan. Sehingga sebagian masyarakat bermata
pencaharian sebagai buruh tani dengan jumlah masyarakat yang
berprofesi sebagai buruh tani mencapai 327 orang.
b. Kondisi Cuaca dan Iklim
Cuaca merupakan suatu kondisi di wilayah yang relatif
sempit dan pada waktu yang relatif singkat. Sedangkan iklim
merupakan suatu kondisi cuaca pada suatu wilayah yang lebih luas
dan waktu yang relatif lama. Kondisi iklim di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya adalah iklim
tropis. Hal ini merujuk kepada posisi Indonesia yang berada pada
0°-23°30’LU/LS yang menyebabkan iklim di Indonesia merupakan
iklim tropis. Ciri-ciri wilayah yang memiliki iklim tropis adalah
memiliki curah hujan tinggi dan memiliki kondisi suhu udara rata
rata tinggi.
Untuk menentukan kondisi iklim di suatu wilayah dapat
dilakukan dengan cara melakukan identifikasi klasifikasi iklim.
Klasifikasi iklim yang paling sering digunakan adalah klasifikasi
iklim menurut Schmidt dan Ferguson dalam (Rahmanto et al.,
2022), yang ditentukan berdasarkan nilai Q, nilai Q adalah suatu
perbandingan antara rata rata bulan kering dengan rata rata bulan
basah pada waktu tertentu. Rumus nilai Q dapat dihitung dengan
rumus:
Rata−rata bulan kering(Md )
Q= x 100
Rata−ratabulan basah(Mw )
Keterangan:
Bulan basah curah hujan > 100 mm
Bulan kering curah hujan < 100 mm
36

Bulan lembab curah hujan 60 – 100 mm


Di Indonesia terbagi menjadi 8 tipe iklim, yaitu :
A = kategori sangat basah, nilai Q = 0 – 14,3%
B = kategori basah, nilai Q = 14,3 – 33, 3%
C = kategori agak basah, nilai Q = 33,3 – 60%
D = kategori sedang, nilai Q = 60 - 100%
E = kategori agak kering, nilai Q = 100 - 167%
F = kategori kering, nilai Q = 167 - 300%
G = kategori sangat kering, nilai Q = 300 - 700%
H = kategori luar biasa kering, nilai Q = .700%
Data curah hujan 10 tahun terakhir di Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai
berikut:
Tabel 4. 2
Curah Hujan Bulanan dan Tahunan Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya
Tahun
2021 Jumla Rata-
No Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
(mm h rata
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
) (mm) (mm)
1 Jan 230 457 575 388 443 392 212 305 473 593 4.068 406,8
2 Feb 322 352 382 600 642 282 720 747 627 235 4.909 490,9
3 Mar 151 685 786 337 713 335 551 584 570 646 5.358 590,9
4 Apr 382 653 516 251 159 575 366 624 544 306 4.375 437,5
5 Mei 219 452 338 180 290 363 203 215 403 204 2.867 286,7
6 Jun 124 334 198 117 205 112 210 35 363 353 2.051 205,1
7 Jul 20 526 430 17 272 212 13 30 84 99 1.703 170,3
8 Agust 3 43 199 19 427 33 38 12 80 236 1.090 109,0
9 Sep 32 226 45 31 608 99 108 16 132 340 1.527 152,7
10 Okt 384 243 130 0 301 390 104 2 641 241 2.336 233,6
11 Nov 521 386 472 365 701 651 658 200 384 693 5.025 502,5
12 Des 710 532 526 579 589 250 449 536 485 655 5.311 531,1
Jumlah/
147.5 40.62 4.062
Tahun 3098 4.579 2.884 5.350 3.694 3.632 3.306 4.786 4.601
35 0 ,0
(mm)
Rata- 258.0 12.29 381.5 240.3 445.8 307.8 302.6 393.8 383.4
275.5 3.385 338.5
rata/Thn 1 4 8 3 3 3 7 3 1
Bulan
9 11 11 8 12 10 10 7 10 11 99 9,9
Basah
Bulan
0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 4 0,4
Lembab
Bulan
3 1 1 4 0 1 2 5 0 0 17 1,7
Kering
Sumber: UPTD PSDA Wilayah Sungai Citanduy Tasikmalaya(2022)
37

Rata−rata bulan kering(Md )


Rumus Perhitungan = x 100%
Rata−ratabulan basah(Mw )
1 ,7
= x 100
9,9
= 17,17%
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, dapat diketahui kondisi iklim
di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya termasuk kedalam
iklim B atau kategori basah. Dengan nilai Q sebesar 17,7%.
Artinya nilai Q tersebut termasuk kedalam iklim kategori B atau
basah (14,3% - 33,3%). Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
maret yaitu sebanyak 5358 mm dengan rata-rata 590,9 mm. Curah
hujan terendah terjadi pada bulan agustus jumlahnya mencapai
1090 mm dengan rata-rata 109,0 mm.
c. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya secara umum terdapat dua potensi
yakni air permukaan dan air tanah. Potensi sumber daya air
permukaan yang tersedia ditandai dengan adanya keberadaan
sungai-sungai kecil yang dimanfaatkan sebagai pengairan lahan
pertanian khususnya persawahan. Adapun potensi sumber daya air
tanah sebagai sumber daya air berih di Kelurahan Sukamulya
berasal dari PAM (Perusahaan Air Minum) serta sumur galian yang
kemudian diambil menggunakan mesin pompa, air tersebut
dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat.
d. Kondisi Tanah
Berdasarkan hasil penelitian, jenis tanah di Kelurahan
Sukamulya berdasarkan profil Kelurahan Sukamulya (2021) jenis
tanah didominasi oleh asosiasi regosol kelabu, litosol, latosol coklat
kemerah-merahan, regosol kelabu coklat. Kondisi tanah yang
38

berada di Kelurahan Sukamulya sangat subur dan cocok untuk


pertanian dan perkebunan.
3. Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya berjumlah 5.584 jiwa. Dengan
komposisi penduduk berjenis kelamin laki–laki lebih mendominasi
yaitu sebesar 2.815 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk
dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 2.769 jiwa. Komposisi
penduduk Kelurahan Sukamulya berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4. 3
Jumlah Penduduk Kelurahan Sukamulya

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)


1 Laki – laki 2.815
2 Perempuan 2.769
Jumlah 5.584
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah penduduk di Kelurahan
Sukamulya sebesar 5.584 jiwa, dimana jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki sebesar 2.815 jiwa dan jumlah penduduk berjenis
kelamin perempuan sebesar 2.769 jiwa. Luas wilayah Kelurahan
Sukamulya, dapat dihitung dengan jumlah kepadatan penduduknya.
Kepadatan penduduk adalah banyaknya suatu penduduk dalam
suatu wilayah, jumlah penduduk dapat dinyatakan padat apabila
jumlah penduduk sudah mampu melewati atau melampaui luas
wilayah tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui kepadatan
penduduk yang ada di Kelurahan Sukamulya, dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut :
1) Kepadatan Penduduk Kasar
Kepadatan penduduk kasar adalah suatu jumlah atau
banyaknya penduduk di suatu wilayah dibagi dengan luas
39

wilayah tersebut. Berikut ini kepadatan penduduk di Kelurahan


Sukamulya:
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk =
Luas Wilayah (Ha)
5.584 Jiwa
=
151, 23 Ha
= 37 Jiwa/Ha
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa kepadatan penduduk di Kelurahan Sukamulya yaitu
sebesar 37 Jiwa/Ha, yakni setiap 1 Ha lahan yang dihuni oleh
setiap 37 Jiwa, oleh karena itu lahan yang berada di Kelurahan
Sukamulya cukup padat.
2) Kepadatan Penduduk Fisiologis
Kepadatan penduduk fisiologis adalah banyaknya
jumlah penduduk dibagi dengan luas lahan pertanian. Melalui
perhitungan ini dapat diketahui perbandingan antara jumlah
penduduk di suatu wilayah dengan luas lahan pertanian di
wilayah tersebut. Berikut ini merupakan kepadatan penduduk
fisiologis di Kelurahan Sukamulya :
Jumlah Penduduk (Jiwa)
KPF =
Luas Lahan Pertanian( Ha)
5.584 Jiwa
=
56 , 5 Ha
= 98 Jiwa/Ha
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan
bahwa kepadatan penduduk fisiologis di Kelurahan Sukamulya
adalah 98 Jiwa/Ha, artinya setiap 1 Ha lahan pertanian yang
ada di Kelurahan Sukamulya dikelola oleh 98 Jiwa.
3) Kepadatan Penduduk Agraris
Kepadatan penduduk agraris adalah banyaknya
jumlah petani yang ada di suatu wilayah pada setiap satuan di
40

lahan pertanian berikut ini merupakan kepadatan penduduk


agraris di Kelurahan Sukamulya :

Jumlah Penduduk Tani


KPA =
Luas Lahan Pertanian
330
= 56 ,5

= 6 Jiwa/Ha
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa kepadatan penduduk agraris di Kelurahan Sukamulya
adalah 6 Jiwa/Ha. Artinya setiap lahan pertanian digarap dan
dikelola oleh 6 Jiwa.
b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
meliputi pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria Usia dan
Jenis Kelamin. Dari komposisi penduduk berdasarkan Usia dan
Jenis Kelamin dapat diketahui dari segi sex rasio, struktur
penduduk, kelompok usia produktif dan usia non produktif.
Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4. 4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Kelompok Usia Jumlah Penduduk


Jumlah
(Tahun) Laki Laki Perempuan
0-4 235 232 467
5-9 273 272 545
10-14 228 222 450
15-19 324 317 641
20-24 267 276 543
25-29 288 190 478
30-34 294 295 589
35-39 156 176 332
40-44 173 195 368
41

45-49 153 160 313


50-54 96 95 191
55-59 182 122 354
60-64 66 99 165
65-69 41 31 72
70-74 34 29 63
+75 5 8 13
Jumlah 2.815 5.769 5.584
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut dapat diketahui komposisi
penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin yang dapat diurai
dalam beberapa kelompok:
1) Kelompok penduduk usia muda atau usia belum produktif
yang ada di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya dari usia 0-14 tahun sebanyak 1.462 jiwa.
2) Kelompok penduduk usia dewasa atau usia produktif di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya usia 15-64 sebanyak 3.974 jiwa.
3) Kelompok penduduk usia tua atau usia tidak produktif di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya sebanyak 148 jiwa.
Berdasarkan Tabel 4.4 komposisi penduduk di atas
berdasarkan usia dan jenis kelamin, dapat diketahui rasio
ketergantungan di Kelurahan Sukamulya. Rasio ketergantungan
adalah suatu angka yang menjabarkan mengenai beban tanggungan
atau ketergantungan kelompok pada usia produktif terhadap
kelompok usia tidak produktif. Berikut ini penghitungan rasio
ketergantungan:
DR = ΣP ( 0−14 )+ ΣP ¿ ¿
Keterangan :
DR : Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)
𝜮P (0 – 14) : Jumlah penduduk belum produktif
𝜮P (65+) : Jumlah penduduk tidak produktif
42

𝜮P (15 – 4) : Jumlah penduduk usia produktif

DR = ΣP ( 0−14 )+ ΣP ¿ ¿
1.462+ 148
= x 100
3.974
= 40 Jiwa
Berdasarkan perhitungan rasio ketergantungan di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
adalah 40 Jiwa, artinya jika setiap 100 penduduk usia produktif
harus menanggung 40 Jiwa penduduk yang belum produktif. Jadi
dapat disimpulkan berdasarkan perhitungan diatas bahwa sebagian
penduduk di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya adalah usia produktif. Selain itu dapat juga diketahui
rasio jenis kelamin (sex ratio), rasio jenis kelamin adalah suatu
angka yang menjabarkan mengenai perbandingan banyaknya
penduduk laki – laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu
wilayah. Berikut ini perhitungan sex ratio Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya:
Jumlah Penduduk Laki Laki
Sex Ratio = x 100
Jumlah Penduduk Perempuan
2.815
Sex Ratio =
2.769
= 101 Jiwa
Berdasarkan perhitungan tersebut, banyaknya jumlah
penduduk laki – laki yaitu sebanyak 2.815 jiwa dibagi dengan
banyaknya jumlah penduduk perempuan yaitu sebanyak 2.769 jiwa
dan dikalikan dengan 100 hasilnya adalah 101 jiwa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat 101 laki – laki per 100 perempuan
yang artinya bahwa sex ratio >100 menandakan lebih banyak
jumlah penduduk laki – laki dibanding perempuan yang ada di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
43

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Kelurahan Sukamulya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4. 5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Tidak Tamat SD/Belum Sekolah 1.152
2 Tamat SD 724
3 SMP/MTS 2.090
4 SMA/SMK/MA 704
5 Diploma 172
6 Sarjana 63
Jumlah yang masih sekolah 1.714
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat di Kelurahan Sukamulya sebagian besar memiliki
tingkat pendidikan hingga tamat SMP/MTS yaitu sebanyak 2.090
jiwa. Disusul dengan tingkat pendidikan SD yang menempati
urutan kedua sebanyak 724 jiwa, lalu selanjutnya ada tingkat
pendidikan SMA/SMK/MA sebanyak 704 jiwa. Jika dilihat dari
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya masih tergolong rendah, dilihat dari jumlah penduduk
tamatan SMP/MTS yang masih mendominasi.
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan semua aktivitas manusia yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat
bekerja untuk bisa memenuhi dan meningkatkan taraf hidup dan
perekonomiannya. Mata pencaharian penduduk di semua wilayah
tentu akan berbeda tergantung dengan kemampuan dan kondisi
tertentu.
44

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di


Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya
dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4. 6
Komposisi Penduduk Berdasrkan Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah


1 Petani 3
2 Buruh Tani 327
3 PNS 72
4 Pedagang Keliling 28
5 Peternak 2
6 Montir 15
7 Dokter Swasta 1
8 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 35
9 Pengusaha Kecil dan Menengah 20
10 Dukun Kampung Terlatih 4
11 Dosen Swasta 1
12 Karyawan Perusahaan Swasta 5
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya. Mayoritas masyarakat Kelurahan
Sukamulya bekerja sebagai Buruh Tani sebanyak 327 orang,
luasnya lahan persawahan yang ada di Kelurahan Sukamulya
menyebabkan mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai
buruh tani. disusul dengan mata pencaharian sebagai PNS sebanyak
72 orang, sebagai wilayah yang cukup strategis dan dekat dengan
pusat pemerintahan menyebabkan masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai PNS memilih untuk tinggal di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
45

e. Kondisi Fasilitas Sosial dan Ekonomi


1) Sarana dan Prasarana Sosial
Sarana dan prasarana merupakan suatu elemen penting
yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar untuk
digunakan dalam kehidupan sehari hari. Sarana dan prasarana
yang terdapat di Kelurahan Sukamulya Kecamatan bungursari
Kota Tasikmalaya meliputi sarana pendidikan, sarana olahraga,
sarana peribadatan dan sarana kesehatan.
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari dapat dilihat pada Tabel 4.7
berikut:
Tabel 4. 7
Sarana dan Prasarana Sosial di Kelurahan Sukamulya

No Jenis Bangunan Jumlah


1 Gedung TK 4
2 Gedung SD/Sederajat 2
3 Gedung SMP/Sederajat 1
4 Gedung SMA/Sederajat 1
5 Gedung Pendidikan Formal 6
Keagamaan/Sekolah Islam
6 Masjid dan Mushola 18
7 Puskesmas Pembantu 1
8 Posyandu 9
9 Balai Pengobatan Masyarakat/Yayasan 3
Swasta
10 Klinik Mata 1
11 Lapang Sepak Bola 1
12 Lapang Bulu Tangkis 1
13 Lapang Tenis 1
14 Pos Kamling 8
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan Tabel 4.7 menjelaskan bahwa sarana dan
prasarana yang ada di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya, terdiri atas sarana peribadatan
sebanyak 18 unit, sarana pendidikan sebanyak 14 unit, sarana
46

kesehatan sebanyak 14 unit, sarana olahraga sebanyak 3 unit


dan sarana keamanan sebanyak 8 unit. Jika dilihat dari jumlah
sarana dan prasarana sosial yang ada di Kelurahan Sukamulya,
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat,
seperti tersedianya sarana peribadatan terdapat banyak
mushola dan Masjid sejumlah 18 unit yang tersebar di
beberapa RT/RW yang biasa digunakan masyarakat untuk
beribadah shalat wajib dan shalat sunnah lainnya seperti shalat
tarawih dan shalat hari raya idul fitri. Untuk sarana pendidikan
sudah cukup memadai dengan adanya gedung sekolah yang
terdiri dari jenjang TK sampai SMA, bahkan pendidikan
formal keagamaan/sekolah islam juga tersedia sebanyak 6 unit.
Sarana kesehatan yang berada di Kelurahan Sukamulya
sudah cukup memadai, meskipun belum terdapat puskesmas
inti, namun terdapat puskesmas pembantu sebanyak 1 unit,
posyandu sebanyak 9 unit yang tersebar di beberapa RT/RW,
balai pengobatan masyarakat/yayasan swasta sebanyak 3 unit
dan klinik mata sebanyak 1 unit. Untuk sarana olahraga di
Kelurahan Sukamulya sudah cukup memadai dengan
tersedianya lapangan bola sebanyak 1 unit, lapangan tenis
sebanyak 1 unit dan lapangan bulu tangkis sebanyak 1 unit
yang dapat digunakan masyarakat sekitar untuk menerapkan
hidup sehat dengan berolahraga. Untuk sarana keamanan
seperti Pos Kamling di Kelurahan Sukamulya sudah terdapat
sebanyak 8 unit yang tersebar di beberapa RT/RW, dengan
tersedianya Pos Kamling ini dapat berguna untuk menjaga
keamanan dan kenyamanan masyarakat Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
2) Sarana dan Prasarana Ekonomi
Sarana dan prasarana ekonomi merupakan segala
sesuatu yang dapat menunjang kegiatan suatu wilayah, baik
47

secara langsung maupun tidak langsung seperti toko, industri


dan warung. Dengan adanya sarana dan prasarana ekonomi,
menyebabkan kebutuhan masyarakat menjadi terpenuhi.
Sarana dan prasarana ekonomi yang terdapat di
Kelurahan Sukamulya dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4. 8
Sarana dan Prasarana Ekonomi di Kelurahan Sukamulya

No Sarana Ekonomi Jumlah


1 Toko/Kios 20
2 Toko Kelontongan 32
3 SPBU Mini 1
4 Depot Air minum 4
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Berdasarkan Tabel 4.8. terdapat beberapa usaha
khususnya di bidang ekonomi yang berada di Kelurahan
Sukamulya mayoritas usaha yang dirintis merupakan usaha di
bidang perdagangan, terbukti dengan jumlah toko kelontongan
sebanyak 32 unit. Sarana dan prasarana di Kelurahan
Sukamulya sudah cukup lengkap, namun memang masih
belum terdapat pasar, karena pasar terletak di luar Kelurahan
dan berada di luar Kecamatan.
3) Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana dan prasarana transportasi merupakan dasar
untuk perkembangan ekonomi, perkembangan masyarakat
serta pertumbuhan industrialisasi. Adanya transportasi di
lingkungan masyarakat dapat memudahkan masyarakat dalam
melakukan aktivitas sehari–hari. Selain itu juga tersedianya
sarana dan prasarana transportasi dapat memperluas kemajuan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat. Sarana dan
prasarana transportasi yang berada di Kelurahan Sukamulya
dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
48

Tabel 4. 9
Sarana dan Prasarana Transportasi

No Jenis Sarana dan Prasarana Kondisi


1 Jalan Kelurahan Baik/Beraspal
2 Jalan antar Kelurahan/Kecamatan Baik/Beraspal
3 Bus umum Rusak
4 Jembatan beton Baik
Sumber: Profil Kelurahan Sukamulya(2021)
Sarana dan prasarana transportasi yang berada di
Kelurahan Sukamulya digunakan masyarakat untuk aktivitas
sehari–hari. Seperti jalan yang sudah dalam kondisi baik dan
beraspal. Kondisi jalan yang sudah beraspal memudahkan
masyarakat Kelurahan Sukamulya untuk melaluinya. Akses
jalan dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan motor,
mobil, truk maupun bus. Selain jalan terdapat juga sarana
jembatan yang sudah menggunakan bahan aspal yang
berfungsi untuk akses penyebrangan.

B. Deskripsi Hasil Penelitian


Pembahasan data hasil penelitian menggunakan data yang berasal dari
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi selama peneliti berada di lokasi
penelitian. Deskripsi hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Deskripsi hasil penelitian ini terdiri
dari karakteristik informan, deskripsi objek penelitian yang terdiri dari Kepala
Kelurahan Sukamulya dengan masyarakat setempat di Kelurahan Sukamulya
yang memiliki kaitannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.
1. Karakteristik Informan
Dalam karakteristik informan dapat dideskripsikan mengenai
latar belakang riwayat hidup informan beserta hasil wawancara yang
telah dilakukan. Adapun informan yang diambil dalam penelitian ini
adalah kepala lurah Kelurahan Sukamulya dan warga setempat sebagai
49

pelaku pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya.


Jumlah informan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 11 orang
dengan diantaranya satu orang kepala lurah Kelurahan Sukamulya, satu
petugas kebersihan dan 9 orang masyarakat setempat.

a. Lurah Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota


Tasikmalaya
Bapak Diki Mustaqin merupakan pimpinan yang berada di
kantor Kelurahan Sukamulya. Jabatan bapak Diki Mustaqin yaitu
sebagai Lurah Kelurahan Sukamulya, beliau sudah menjabat sebagai
lurah selama 2 tahun 2 bulan dan bertempat tinggal di Leuwidahu.
Beliau mengemban pendidikan sampai mendapat gelar S1 (S.P) dan
S2 (M.Si). Jabatannya sebagai lurah di Kelurahan Sukamulya serta
pendidikan sangat cocok dijadikan sebagai informan serta
pengetahuannya mengenai lingkungan terkhususnya di Kelurahan
Sukamulya.
Sampah di Kelurahan Sukamulya lama-kelamaan
meningkat dengan terdapatnya pemukiman di Kelurahan Sukamulya
membuat sampah rumah tangga kian hari kian meningkat. Hal itu
menjadi tantangan tersendiri untuk bapak Diki Mustaqin agar
sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan dan lingkungan. berikut
dokumentasi wawancara bersama bapak Diki Mustaqin, dapat dilihat
pada Gambar 4.5.
50

Sumber: Hasil Dokumentasi Penelitian(2022)


Gambar 4. 5
Wawancara dengan Bapak Diki Mustaqin
Gambar 4.5 diatas memperlihatkan wawancara peneliti
dengan Bapak Diki sebagai Lurah di Kelurahan Sukamulya. Beliau
menjelaskan mengenai perilaku masyarakat tentang pengelolaan
sampah rumah tangga yang terjadi di Kelurahan Sukamulya,
“Penumpukan sampah sering terjadi di pinggir jalan. Sukamulya,
hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat.”
(Bapak Diki Mustaqin)
Penumpukan sampah yang terjadi dikarenakan perilaku
masyarakat dalam membuang sampah. Masyarakat membuang
sampah sembarang serta menyatukan berbagai jenis sampah dalam
satu tempat atau wadah yang kemudian disimpan disembarang
tempat yang bukan semestinya. Fenomena di Kelurahan Sukamulya
sangat lumrah, sehingga masyarakat biasa saja terhadap fenomena
tersebut. Hal itu menjadi budaya di Indonesia khususnya di
Kelurahan Sukamulya.
Pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan
Sukamulya terbilang kurang baik, dimana masyarakat membuang
sampah rumah tangga sembarangan dan membuang di pinggir jalan.
Hal itu tentunya akan mengakibatkan dampak negatif baik untuk
masyarakat maupun untuk lingkungan. Pembuangan sampah rumah
tangga di pinggiran jalan akan mengakibatkan penumpukan sampah
sehingga akan menimbulkan bau busuk karena segala jenis sampah
51

bercampur menjadi satu, lingkungan menjadi kotor, dan mengurangi


keindahan lingkungan. Dampak lainnya akan mempengaruhi
kesehatan masyarakat itu sendiri, dimana sampah yang menumpuk
akan menghasilkan bakteri yang mengakibatkan penyakit.
Dampak negatif yang terjadi dari sampah tersebut
tentunya diketahui oleh bapak Diki Mustaqin sebagai Lurah di
Kelurahan Sukamulya, sehingga pemerintah Kelurahan Sukamulya
menjalankan berbagai program serta memberikan solusi untuk
mengurangi penumpukan sampah dan mengubah kebiasaan
masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Solusi
awal yang dilakukan pemerintah Kelurahan Sukamulya yaitu dengan
memagari atau membuat pembatas dengan kawat agar masyarakat
tidak membuang sampah di pinggir jalan, namun hal itu tidak
berhasil karena masyarakat masih membuang sampah di lahan
tersebut dengan cara melempar sampah ke dalam pagar yang
membuat sampah tersangkut di pagar dan membuat kondisi
lingkungan menjadi lebih kotor dan mengurangi keindahan lahan
tersebut.
Tidak sampai disitu, pemerintah Kelurahan Sukamulya
membuat beberapa program sebagai edukasi dan pengarahan kepada
masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola sampah rumah
tangga. Program itu dilaksanakan pada bulan Maret 2022 dengan
tema “Program Kelurahan Sehat”. Namun dengan program edukasi
dan pengarahan tersebut belum cukup untuk mengubah kebiasaan
masyarakat yang sudah membudaya. Maka dari itu, pemerintah
Kelurahan Sukamulya membuat beberapa rencana program serta
sosialisasi dengan harapan dan tujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dengan lebih
baik dan lebih bijak. Perlengkapan sarana dan prasarana untuk
pengelolaan dan pengangkutan sampah akan terus ditambah seiring
dengan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
52

b. Petugas Pengangkut Sampah Kelurahan Sukamulya Kecamatan


Bungursari Kota Tasikmalaya
Bapak Syarifudin merupakan salah satu petugas
pengangkut sampah di Kelurahan Sukamulya dengan total petugas
yaitu 6 orang. Beliau telah bekerja setiap hari sebagai pengakut
sampah selama kurang lebih 10 tahun. Bapak Syarifudin beserta
petugas pengangkut sampah lain bekerja pada pukul 06.00 – 17.00
WIB, dengan durasi waktu bekerja tersebut petugas pengangkut
sampah hanya bisa mengangkut setengah kelurahan setiap harinya.
Namun penuturan bapak Syarifudin dengan jumlah 6 orang sebagai
petugas pengangkut sampah sudah dirasa cukup. Berikut
dokumentasi wawancara bersama bapak Syarifudin, dapat dilihat
pada Gambar 4.6.

Sumber: Hasil Dokumentasi Penelitian(2022)


Gambar 4. 6
Wawancara dengan Petugas Pengangkutan Sampah
Pada Gambar 4.6. memperlihatkan wawancara peneliti
dengan petugas pengangkut sampah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan bapak Syarifudin, pengangkutan sampah dilakukan setiap
hari dengan pengangkutan sampah di Kelurahan Sukamulya
sebanyak 3-4 kali dalam sebulan yang dilakukan pada hari
Senin/Rabu/Kamis. Pengangkutan sampah ini akan berakhir di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kelurahan Ciangir.
53

Sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kelurahan


Sukamulya melebihi kapasitas truk pengangkut yang hanya bisa
mengangkut sampah sebanyak 2 rit, yang membuat pengangkutan
sampah di Kelurahan Sukamulya seringkali diangkut sebanyak dua
kali pengangkutan dalam sekali pengangkutannya. Sampah rumah
tangga melebihi kapitas truk tersebut membuat banyaknya sampah
yang tidak terangkut, sehingga menimbulkan penumpukan sampah
seringkali terjadi khususnya di pinggir jalan. Selain itu, sampah
rumah tangga yang tidak dipilah sebelum dibuang membuat
hambatan tersendiri untuk petugas pengangkut sampah, dimana
petugas pengangkut sampah akan kesulitan dalam mengangkut
sampah ke dalam truk terutama sampah rumah tangga yang
disatukan dengan sampah organik berupa rumput liar dan potongan
pohon. Berikut proses pengangkutan sampah yang dilakukan oleh
petugas sampah dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4. 7 Proses Pengangkutan Sampah di Kelurahan Sukamulya

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4.7.
Proses Pengangkutan Sampah di Kelurahan Sukamulya
54

c. Informan Warga Kelurahan Sukamulya Kecamatan


Bungursari Kota Tasikmalaya
1. Informan 1 (Lina Kartina)
Ibu Lina adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang sudah
menetap di Kelurahan Sukamulya selama 13 Tahun. Ibu Lina
berusia 43 tahun dan bertempat tinggal di Perum Griya Abah
Permai. Pendidikan terakhir Ibu Lina adalah SD, beliau
sekarang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.
Dalam pengelolaan hasil sampah rumah tangga di
keluarga Ibu Lina dilakukan dengan cara membuang sampah
ditempat sampah yang Ibu Lina sediakan di depan rumah. Ibu
Lina membuang sampah setiap pukul 07.00 WIB yang
bersamaan dengan membersihkan lingkungan rumah.
Pengangkutan sampah dilakukan setiap seminggu sekali, dimana
sampah yang dihasilkan akan disimpan di depan rumah dengan
tempat sampah yang sudah disediakan. Tidak adanya tempat
pembuangan sampah sementara membuat Ibu Lina menyimpan
sampah di depan rumah. Dan sesekali membakar sampah
apabila petugas sampah belum datang untuk menghindari
penumpukan sampah di depan rumah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Lina, Ibu Lina
menjelaskan pengelolaan sampah yang baik adalah dengan cara
dikubur dan dibakar. Beliau sering membakar dan mengubur
sampah rumah tangganya ketika truk pengangkut sampah tidak
kunjung datang. Hal ini terjadi karena Ibu Lina sama sekali tidak
mengetahui mengenai cara pengelolaan sampah yang baik dan
benar dikarenakan tidak pernah mengikuti sosialisasi mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh
pemerintah setempat sehingga pengetahuan dalam mengelola
sampah yang baik belum diketahui. Berikut dokumentasi
55

wawancara dengan Ibu Lina Kartina, dapat dilihat pada Gambar


4.8.

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


GambarA4. 8
Wawancara dengan Iina Kartina

2. Informan 2 (Riri Anissa)


Ibu Riri adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang sudah
menetap di Kelurahan Sukamulya selama 8 Tahun. Ibu Riri
berusia 29 tahun dan bertempat tinggal di Perum Griya Abah
Permai. Pendidikan terakhir Ibu Riri adalah SMA, beliau
sekarang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.
Dalam mengelola sampah rumah tangga keluarga Ibu Riri
dilakukan dengan cara membuang sampah ditempat sampah
yang sudah disediakan oleh Ibu Riri di depan rumahnya. Ibu Riri
membuang sampah setiap pukul 07.00 WIB, bersamaan dengan
membersihkan lingkungan rumah. Pengangkutan sampah
dilakukan seminggu sekali, dimana sampah rumah tangga yang
dihasilkan oleh keluarga Ibu Riri akan dibuang ditempat yang
yang sudah tersedia di depan rumahnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu riri, Ibu Riri
menjelaskan pengelolaan sampah yang baik dilakukan dengan
cara yang tertib dan tidak membuang sampah sembarangan.
56

Sehingga pada saat petugas kebersihan belum mengangkut


sampah, Ibu Riri lebih baik membiarkan sampah tersebut di
tempat sampah depan rumahnya. Hal itu akan menyebabkan
penumpukan sampah terjadi di depan rumah Ibu Riri. Sampah
rumah tangga yang sudah menumpuk membuat Ibu Riri akan
membuang sampah tersebut di beberapa titik penumpukan
sampah rumah tangga seperti pinggir jalan untuk menghindari
penumpukan sampah rumah tangga di depan rumahnya.
Pembuangan sampah di pinggir jalan yang dilakukan oleh Ibu
Riri disebabkan oleh tidak adanya pembuangan sampah
sementara. Berikut dokumentasi wawancara dengan Ibu Riri
Anissa, dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 9
Wawancara dengan Ibu Riri Anissa

3. Informan 3 (Ranie Septiani)


Ibu Ranie adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang
sudah menetap di Kelurahan Sukamulya selama 8 Tahun. Ibu
Riri berusia 27 tahun dan bertempat tinggal di Jln.Sukamulya,
Kecamatan Bungursari. Pendidikan terakhir Ibu Lina adalah
SMA, beliau sekarang berprofesi sebagai Pemilik Rental Mobil
yang sudah berjalan selama 28 tahun.
57

Dalam pengelolaan hasil sampah rumah tangga di


keluarga Ibu Ranie dilakukan dengan cara membuang sampah
ditempat sampah yang sudah Ibu Ranie sediakan di depan
rumah. Ibu Ranie membuang sampah setiap pukul 07.00 WIB
dan pada Pukul 20.00 WIB sebelum diangkut oleh truk
pengangkut sampah pada pukul 10.00 WIB. Hal itu dikarenakan
agar sampah dapat diangkut oleh petugas pengangkut sampah,
sehingga tidak akan menimbulkan penumpukkan sampah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ranie, Ibu Ranie
menjelaskan pengelolaan sampah yang baik dilakukan dengan
cara membawa tas belanja sendiri sehingga dapat mengurangi
penggunaan plastik, membawa kotak makan sendiri,
mengurangi penggunaan tisu basah, dan melakukan daur ulang
sampah plastik. Ibu Ranie juga memberikan saran untuk
mengatasi penumpukan sampah harus adanya kesadaran dari
warga untuk membuang sampah ke TPS mana saja agar tidak
terjadi penumpukan yang dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Hal itu sangat efektif dilakukan, karena selain
mengurangi jumlah sampah hal tersebut dapat menjaga
lingkungan sekitar tetap bersih. Berikut dokumentasi wawancara
peneliti dengan Ibu Ranie, dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 10
Wawancara dengan Ibu Ranie
58

4. Informan 4 (Cucu)
Bapak Cucu adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang
sudah menetap di Kelurahan Sukamulya selama 8 Tahun. Bapak
Cucu berusia 41 tahun dan bertempat tinggal di
Jln.Rancageneng, Kecamatan Bungursari. Pendidikan terakhir
Bapak Cucu adalah SMA, beliau sekarang berprofesi sebagai
buruh.
Dalam pengelolaan hasil sampah rumah tangga di
keluarga bapak Cucu dilakukan dengan cara membuang sampah
di depan rumah, dimana sampah yang dihasilkan mencapai satu
karung atau lebih yang dilakukan setiap pukul 08.00 WIB
sebelum diangkut oleh truk pengangkut sampah pada pukul
10.00 WIB. Hal itu dilakukan bersamaan dengan bersih-bersih
rumah.
Berdasarkan hasil wawancara bapak Cucu, Bapak Cucu
menjelaskan bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan cara
menyimpan sampah di depan rumah telah menjadi kebiasaan.
Selain itu, apabila sampah rumah tangga tidak terangkut oleh
petugas pengangkut sampah bapak Cucu memilih untuk
membakar sampah dengan alasan agar sampah tidak terjadi
penumpukan di depan rumahnya. Membakar sampah merupakan
hal biasa dilakukan oleh bapak Cucu sebagai bentuk mengurangi
penumpukan sampah terjadi. Ketidak ikut sertaannya terhadap
program pemerintah mengenai pengelolaan sampah rumah
tangga, membuat bapak Cucu tidak mengetahui cara mengelola
sampah rumah tangga yang baik dan bijak.
Menurut bapak Cucu, dengan pengangkutan sampah yang
dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam sebulan belum cukup untuk
mengangkut sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap
harinya oleh masyarakat Kelurahan Sukamulya terkhususnya
59

keluarga bapak Cucu. Berikut dokumentasi wawancara peneliti


dengan Bapak Cucu, dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 11
Wawancara dengan Bapak Cucu

5. Informan 5 (Agus)
Bapak Agus adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang
sudah menetap di Kelurahan Sukamulya selama 20 Tahun.
Bapak Agus berusia 43 tahun dan bertempat tinggal di Jalan
Rancageneng, Kelurahan Sukamulya. Pendidikan terakhir Bapak
Agus adalah SMP, beliau sekarang berprofesi sebagai pedagang
dan sudah menjalani profesinya selama 10 tahun.
Dalam mengelola sampah rumah tangga keluarga Bapak
Agus melakukannya dengan cara membuang sampah di pinggir
jalan dekat rumahnya, hal itu dilakukan oleh bapak Agus karena
melihat banyaknya masyarakat membuang sampah di pinggir
jalan. Bapak Agus membuang sampah setiap pukul 05.00 WIB
atau pada malam hari, dikarenakan memiliki kesempatan waktu
pada pukul tersebut. Dari proses pembuangan sampah yang
dilakukan oleh bapak Agus, bapak Agus sendiri menyadari
bahwa itu merupakan tindakan salah yang akan mengakibatkan
penumpukan sampah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Agus. Bapak
Agus pernah mengikuti program atau sosialisasi dari pemerintah
60

mengenai pengelolaan sampah yang baik dan bijak, sehingga


bapak Agus mengetahui dampak yang disebabkan akibat
penumpukan sampah. Menurut bapak Agus penumpukan
sampah akan mengakibatkan bau dan kotornya lingkungan
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi bapak Agus
khususnya apabila melewati jalan yang menjadi tempat
penumpukan sampah. Namun hal itu tidak dilaksanakan dalam
pengelolaan sampah rumah tangga oleh keluarga bapak Agus.
Dalam tindakannya bapak Agus membuang sampah di pinggir
jalan, dikarenakan dengan membuang sampah di pinggir jalan
mudah dilakukan serta mengikuti orang lain dengan membuang
sampah di pinggir jalan. Berikut dokumentasi wawancara
dengan Bapak Agus, dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4. 12
Wawancara dengan Bapak Agus

6. Informan 6 (Dede Heryanto)


Bapak Dede Heryanto adalah warga Kelurahan
Sukamulya, yang sudah menetap di Kelurahan Sukamulya
selama 20 Tahun. Bapak Dede berusia 56 tahun dan bertempat
tinggal di Kelurahan Sukamulya Rt/05 Rw/01. Pendidikan
terakhir Bapak Dede adalah SMK, beliau sekarang berprofesi
sebagai karyawan.
61

Dalam mengelola sampah rumah tangga keluarga Bapak


Dede dilakukan dengan cara membuang sampah di depan
rumahnya yang dilakukan setiap pagi hari, bersamaan dengan
membersihkan lingkungan rumah. Pengangkutan sampah
dilakukan seminggu sekali, dimana sampah rumah tangga yang
dihasilkan oleh keluarga Bapak Dede akan dibuang di depan
rumahnya dan menunggu untuk diangkut oleh petugas
pengangkut sampah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dede,
Menurut Bapak Dede menjelaskan pengelolaan sampah yang
baik dilakukan dengan cara membakar sampah atau mengolah
sampah. Hal itu disebabkan karena Bapak Dede tidak
mengetahui pengelolaan sampah rumah tangga serta tidak
mengikuti program pemerintah mengenai pengelolaan sampah
membuat Bapak Dede memiliki keterbatasan pengetahuan
mengenai pengelolaan sampah yang baik dan bijak.
Selain itu, sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
keluarga Bapak Dede membuat penumpukan sampah di depan
rumah, karena pengangkutan sampah yang dilakukan oleh
petugas sebanyak seminggu sekali. Sehingga Bapak Dede akan
mengumpulkan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
keluarganya lalu dibuang di pinggir jalan, hal itu dilakukan
karena proses membuang sampah yang mudah serta tidak
tahunya cara mengelola sampah membuat bapak Dede memilih
untuk membuang sampah di pinggir jalan. Selain itu mengikuti
orang lain membuang sampah di pinggir jalan membuat bapak
Dede mengikuti tindakan tersebut. Berikut dokumentasi
wawancara dengan Bapak Dede, dapat dilihat pada Gambar
4.13.
62

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 13
Wawancara dengan Bapak Dede

7. Informan 7 (Titi Sumiati)


Ibu Titi adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang sudah
menetap di Kelurahan Sukamulya selama 20 Tahun. Ibu Titi
berusia 50 tahun dan bertempat tinggal di Kelurahan Sukamulya
Rt/01 Rw/05. Pendidikan terakhir Ibu Titi adalah SD, beliau
sekarang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.
Dalam mengelola sampah rumah tangga keluarga Ibu Titi
dilakukan dengan cara membuang sampah di depan rumahnya
yang dilakukan setiap pukul 13.00 WIB, dikarenakan sampah
yang dihasilkan oleh keluarga Ibu Titi akan dikumpulkan
terlebih dahulu lalu disimpan di depan rumah agar nantinya bisa
diangkut oleh petugas pengangkut sampah. Hal itu dilakukan
karena melihat orang lain menyimpan sampah rumah tangga di
depan rumah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Titi Menurut Ibu
Titi menjelaskan pengelolaan sampah yang baik dilakukan
dengan cara mengumpulkan sampah yang telah dihasilkan lalu
dibuang ke tempat sampah. Hal itu disebabkan karena Ibu Titi
tidak mengetahui pengelolaan sampah rumah tangga serta
tidaknya mengikuti program pemerintah mengenai pengelolaan
63

sampah membuat Ibu Titi memiliki keterbatasan pengetahuan


mengenai pengelolaan sampah yang baik dan bijak.
Selain itu, sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
keluarga Ibu Titi membuat penumpukan sampah di depan
rumah, karena pengangkutan sampah yang dilakukan oleh
petugas sebanyak seminggu sekali. Sehingga Ibu Titi akan
mengumpulkan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
keluarganya lalu membakar sampah tersebut, hal itu dilakukan
untuk mengurangi penumpukan sampah yang akan
menimbulkan sampah tersebut menjadi berserakan dimana-
mana. Berikut dokumentasi wawancara dengan Ibu Titi dapat
dilihat pada Gambar 4.13.

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 14
Wawancara dengan Ibu Titi

8. Informan 8 (Yayah)
Ibu Yayah adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang
sudah menetap di Kelurahan Sukamulya selama 49 Tahun. Ibu
Yayah berusia 49 tahun dan bertempat tinggal di Jalan.
Padamulya Kelurahan Sukamulya. Pendidikan terakhir Ibu
Yayah adalah S1, beliau sekarang berprofesi sebagai Guru Paud
dan pedagang.
64

Dalam mengelola sampah rumah tangga keluarga Ibu


Yayah dilakukan dengan cara membuang sampah ditempat
sampah yang sudah disediakan oleh Ibu Yayah di depan
rumahnya. Ibu Yayah membuang sampah setiap malam hari,
bersamaan dengan membersihkan dagangan sekaligus
membersihkan lingkungan rumahnya. Pengangkutan sampah
dilakukan seminggu sekali, dimana sampah rumah tangga yang
dihasilkan oleh keluarga Ibu Yayah akan dibuang ditempat yang
yang sudah tersedia di depan rumahnya, dengan pemisahan
sampah terlebih dahulu. Sampah yang disudah dipisahkan,
biasanya akan dimanfaatkan kembali dan didaur ulang menjadi
kerajinan seperti hiasan yang terbuat dari sedotan dan aqua
gelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Yayah, Ibu
Yayah menjelaskan pengelolaan sampah yang baik dilakukan
dengan membuang sampah ditempat yang seharusnya sehingga
tidak akan menimbulkan sampah yang berserakan serta
melakukan pemisahan sampah antara sampah organik dan an-
organik. Hal itu disebabkan karenakan Ibu Yayah mengetahui
cara pengelolaan sampah rumah tangga yang baik serta keikut
sertaannya terhadap program pemerintah mengenai pengelolaan
sampah, sehingga Ibu Yayah lebih mengetahui pengelolaan
sampah dengan cara 3 R (Reduce, Reuse, dan Recyle).
Selain itu, sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
keluarga Ibu Yayah akan dikumpulkan dalam satu tempat dan
dilakukan pemisahan sampah seperti sampah plastik, botol,
sedotan, kardus, dan sampah-sampah yang dihasilkan dari
dagangannya serta sampah rumah tangganya. Sampah yang
sudah dilakukan pemisahan kemudian akan dimanfaatkan
kembali oleh Ibu Yayah dengan cara membuat kerajinan tangan
berupa gantungan bentuk bunga yang terbuat dari aqua gelas,
65

vas bunga yang terbuat dari botol bekas dan bunga yang terbuat
dari sedotan, yang kemudian akan dijual kembali dengan kisaran
harga 12–15 ribu per-satuannya, sedangkan sampah kardus akan
dijual dengan cara dikilo dengan harga perkilo sebesar
2000/kilo-nya. Hal itu Ibu Yayah lakukan untuk mengurangi
penumpukkan sampah yang terjadi di Kelurahan Sukamulya.
Berikut dokumentasi wawancara dengan Ibu Yayah serta
kegiatan pembuatan kerajinan tangan oleh Ibu Yayah dan
peneliti dapat dilihat pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16.

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 15
Wawancara dengan Ibu Yayah

Gambar 4. 16 Kegiatan Pembuatan


Kerajinan Tangan oleh Ibu Yayah
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)
Gambar 4.16.
Kegiatan Pembuatan Kerajinan Tangan oleh Ibu Yayah

9. Informan 9 (Alan M)
Bapak Alan adalah warga Kelurahan Sukamulya, yang
sudah menetap di Kelurahan Sukamulya selama 3 Tahun. Bapak
Alan berusia 29 tahun dan bertempat tinggal di Perum Mutiara
66

Tasik Regency. Pendidikan terakhir Bapak Alan adalah SMK,


beliau sekarang berprofesi sebagai karyawan.
Dalam mengelola sampah rumah tangga keluarga Bapak
Alan dilakukan dengan cara membuang sampah ditempat
sampah yang sudah disediakan oleh Bapak Alan di depan
rumahnya. Bapak Alan membuang sampah setiap pukul 07.00
WIB, bersamaan dengan membersihkan lingkungan rumah.
Pengangkutan sampah dilakukan seminggu sekali, dimana
sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh keluarga Bapak
Alan akan dibuang ditempat yang sudah tersedia di depan
rumahnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Alan, Bapak
Alan menjelaskan pengelolaan sampah yang baik dilakukan
dengan cara mengubur sampah. Hal itu disebabkan karena
Bapak Alan tidak mengetahui pengelolaan sampah rumah
tangga serta tidak pernah mengikuti program pemerintah
mengenai pengelolaan sampah membuat Bapak Alan memiliki
keterbatasan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah yang
baik dan bijak.
Selain itu, sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
keluarga Bapak Alan membuat penumpukan sampah di depan
rumah, karena pengangkutan sampah yang dilakukan oleh
petugas sebanyak seminggu sekali. Sehingga Bapak Alan akan
membakar sampah tersebut, dengan alasan untuk mengurangi
penumpukan sampah di depan rumah dan dirasa membakar
sampah merupakan cara mudah serta efektif dalam mengurangi
penumpukan sampah. Berikut dokumentasi wawancara dengan
Bapak Alan, dapat dilihat pada Gambar 4.17.
67

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 17
Wawancara dengan Bapak Alan

C. Pembahasan Penelitian
1. Deskripsi Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah
Tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya
Perilaku masyarakat di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya dalam mengelola sampah rumah tangga
masih belum cukup baik. Pengelolaan sampah yang dilakukan di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya dikelola
dengan cara dibuang di pinggir jalan area rumah, membakar sampah atau
mengubur sampah dan melakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle).
Pengelolaan sampah tersebut dilatarbelakangi dengan prasarana untuk
membuang sampah serta kesadaran masyarakat yang masih minim
mengenai pengelolaan sampah yang baik.
Perilaku merupakan cerminan sikap yang terlahir dari adanya
interaksi antar manusia dengan lingkungan, sehingga perilaku manusia
akan mempengaruhi kualitas lingkungan (Sukerti, 2017:151). Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada masyarakat
dimana masyarakat menjawab “telah terbiasa” dan “mengikuti orang
lain” dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sehingga pengelolaan
sampah dengan cara dibakar, dibuang di pinggir jalan, mengubur sudah
menjadi budaya bagi masyarakat Kelurahan Sukamulya. Hal itu akan
68

menyebabkan masalah lingkungan hidup. Berbagai masalah lingkungan


hidup khususnya pada masalah sampah menjadi yang sangat erat
hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Dimana masyarakatlah yang
menghasilkan sampah itu sendiri
Pengelolaan sampah rumah tangga yang tidak baik disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sukamulya. Berdasarkan
data kependudukan Kelurahan Sukamulya banyaknya masyarakat dengan
lulusan SD sampai SMP. Hal itu menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan kurang bijaknya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Kurangnya pengetahuan di Kelurahan Sukamulya menyebabkan
banyaknya masyarakat masih membuang sampah di pinggir jalan,
membakar sampah, dan mengubur sampah. Hal ini serupa dengan
penelitian (Ilma et al., 2021:26) yang menjelaskan bahwa masyarakat di
Kelurahan Ujung memiliki kurang pengetahuan mengenai cara mengelola
sampah rumah sehingga membuat banyaknya masyarakat yang masih
membuang sampah di parit-parit dan laut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat
masyarakat memilih untuk mengelola sampah rumah tangga dengan cara
dibakar, dikubur, dan dibuang di pinggir. Berbagai cara mengelola sampah
rumah tangga tersebut biasa dilakukan masyarakat karena tidak
tersedianya tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan ketika
petugas pengangkutan sampah tidak kunjung datang sesuai jadwal yang
telah ditentukan, sehingga sampah yang dihasilkan masyarakat
menumpuk.
Perilaku tersebut akan membuat dampak terhadap lingkungan yang
mana dampak tersebut akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Hal itu
sesuai dengan penelitian (Ilma et al., 2021:26) yang menjelaskan bahwa
sikap masyarakat yang kurang baik akan menghasilkan kerusakan
lingkungan. sedangkan menurut penelitian (Waliki et al., 2020:128)
menjelaskan bahwa perilaku masyarakat yang kurang baik dalam
69

mengelola sampah rumah tangga akan mengakibatkan berbagai macam


masalah lingkungan.
Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya masih jauh dari kata baik. Masyarakat mengelola
sampah dengan cara dibakar, dikubur dan dibuang di pinggir jalan, hal itu
tentunya akan berdampak pada lingkungan tempat tinggal maupun
lingkungan sekitar. Tidak adanya tempat pembuangan sampah sementara
(TPS), pengangkutan sampah yang dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam
sebulan serta prasarana berupa tong sampah yang tidak tersedia membuat
masyarakat tidak punya pilihan lain untuk mengelola sampah dengan cara
dibakar, dikubur, dan dibuang di pinggir jalan.
Selain itu keterbatasan pengetahuan serta kurangnya partisipasi
masyarakat dalam mengikuti berbagai program yang dilakukan
pemerintah, membuat masyarakat tidak mengetahui cara mengelola
sampah yang baik dan bijak. Hal ini sesuai dengan wawancara kepada
masyarakat yang menyebutkan “tidak adanya tempat pembuangan
sampah, jadi dibakar,dikubur dan dibuang di pinggir jalan saja agar
sampah tidak menumpuk dan lebih mudah dilakukan” serta masyarakat
mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibakar, dikubur dan
dibuang di pinggir jalan merupakan cara efektif untuk mengurangi
penumpukan sampah, sampah berceceran dan bau sampah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa menurut masyarakat membakar sampah dan mengubur
sampah merupakan pilihan yang tepat untuk mengurangi jumlah sampah
dan menghindari penumpukan sampah yang dihasilkan perharinya.
Di Kelurahan Sukamulya ini terdapat petugas kebersihan, dimana
pengangkutan sampah rumah tangga akan diambil dalam jangka waktu
seminggu sekali. Dengan pengangkutan sampah yang dilakukan dengan
jangka waktu seminggu sekali akan menimbulkan penumpukan sampah,
dikarenakan sampah rumah tangga yang dihasilkan per-rumahnya
sebanyak satu kresek besar. Hal itu akan mengakibatkan penumpukan
apabila pengangkutan sampah dilakukan selama 3-4 kali dalam sebulan.
70

Perilaku masyarakat tersebut, tentunya akan berdampak pada


lingkungan, karena baik buruknya kualitas lingkungan tergantung pada
apa yang dilakukan manusia. Hal ini sesuai dengan penelitian (Waliki et
al., 2020:128) yang menyebutkan bahwa perilaku sehat yang diberikan
masyarakat akan menciptakan lingkungan yang sehat, kondusif, bebas
polusi, pemukiman yang sehat serta pengelolaan sampah yang sehat.
Sedangkan perilaku masyarakat yang kurang dalam mengelola sampah
rumah tangga akan mengakibatkan masalah atau ancaman pada
lingkungan. pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
ini termasuk dalam perilaku yang kurang dalam mengelola sampah rumah
tangga, tentunya hal itu akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan
tempat tinggal sendiri.
Perilaku masyarakat di Kelurahan Sukamulya terhadap pengelolaan
sampah rumah tangga yaitu dengan cara dibakar, dikubur, dan di buang di
pinggir jalan yang tentunya akan menimbulkan dampak negative baik itu
terhadap lingkungan sekitar maupun terhadap kesehatan masyarakat di
Kelurahan Sukamulya. Dalam membakar sampah biasanya dilakukan di
lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat, sampah yang dibakar juga
tidak dibedakan berdasarkan jenis sampah. Ketika petugas pengangkutan
sampah tidak kunjung tiba dan sampah yang dihasilkan masyarakat terus
menumpuk maka salah satu cara yang digunakan masyarakat dalam
mengelola sampah yaitu dengan cara dibakar. Hal ini sesuai dengan
wawancara dengan masyarakat yang menyebutkan “biasanya kalau
petugas sampah tidak datang, sampah yang sudah tidak cukup disimpan di
tempat sampah depan rumah suka dibakar, biasanya dibawa di lahan
yang agak luas dekat tembok agar api nya tidak cepat padam saat terkena
angin” Berikut pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat
sekitar dapat dilihat pada Gambar 4.18.
71

Gambar 4. 18 Pembakaran Sampah Rumah


Tangga
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)
Gambar 4.18.
Pembakaran Sampah Rumah Tangga

Dari Gambar 4.17. Pembakaran sampah rumah tangga ini akan


menimbulkan dampak. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibakar
menimbulkan pencemaran udara dan pencemaran tanah. Pencemaran
udara dapat diartikan sebagai masuknya satu atau lebih bahan pencemar ke
dalam atmosfer (Suratmo, 2020:108). Pengolahan sampah rumah tangga
dengan cara dibakar akan menghasilkan karbon monoksida (CO), dimana
menurut Canter (dalam Suratmo, 2020) menyebutkan karbon monoksida
(CO) termasuk ke dalam pencemaran udara yang dikategorikan ke dalam
gas inorganik. Karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran
sampah rumah tangga tersebut berdampak pada kesehatan masyarakat,
kenyamanan dan kualitas udara. Telah banyak kasus adanya penyakit
acute sampai kematian yang disebabkan oleh kualitas udara yang tercemar
(Suratmo, 2020:109). Asap dan bau yang ditimbulkan dari pembakaran
sampah rumah tangga membuat ketidaknyamanan penggunaan jalan,
mengancam kesehatan masyarakat, serta terganggunya estetika yang
mengakibatkan terganggu kecerahan atmosfer.
Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara membuang sampah
rumah tangga di pinggir jalan dan mengubur sampah rumah tangga. Hal
itu tentunya akan menimbulkan pencemaran tanah yang berakibat buruk
72

bagi lingkungan terutama pada kualitas tanah. Pencemaran tanah adalah


keadaan dimana lingkungan tanah alami dimasuki oleh zat kimia buatan
manusia (Muslimah, 2015:12). Masuknya zat kimia ke dalam tanah akan
menyebabkan penurunan terhadap kualitas tanah dan menimbulkan
penyakit yang akan mengganggu kesehatan manusia (Juwono & Diyanah,
2021:17).
Penumpukan sampah yang terjadi di Kelurahan Sukamulya
menyebabkan bau busuk, disebabkan oleh aktivitas pembusukan sampah
yang dilakukan oleh bakteri. Selain itu menumpukkan serta penguburan
sampah akan menyebabkan pencemaran tanah, dimana sampah rumah
tangga memiliki kandungan berbahaya yang menyebabkan turunnya
tingkat kesuburan tanah. Sampah rumah tangga yang mengandung bahaya
(B3) seperti baterai, lampu listrik, elektronik, kemasan pestisida, pemutih
pakaian, pembersih lantai, deterjen dan lain sebagai. Hal ini serupa dengan
penelitian (Putri, 2019) yang menjelaskan dampak penumpukan sampah
serta penguburan sampah terhadap kondisi lingkungan dan manusia.
Pengetahuan tentang cara mengelola sampah rumah tangga dapat
terjadi selain dari pendidikan formal yaitu ada pengaruh dari kurangnya
perhatian dari pemerintah setempat dalam mengelola sampah yang ada
dilingkungannya. Pemerintah Kelurahaan Sukamulya kurang merangkul
masyarakat dalam sosialisasi pengetahaun tentang pengelolaan sampah
masyarakat. Pengetahuan yang kurang ini membuat masyarakat lebih
memlih untuk mengubur sampah rumah tangga untuk menghindari
penumpukan sampah. Dalam proses mengubur sampah biasanya
masyarakat mencari lahan kosong yang masih terdapat tumbuhan liar lalu
membawa sampah yang telah menumpuk ke lahan kosong tersebut
kemudian dilakukan penguburan sampah. Berikut penguburan sampah
yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan sukamulya dapat dilihat ada
Gambar 4.19.
73

Gambar 4. 19 Penguburan Sampah yang dilakukan Masyarakat Kelurahan


Sukamulya untuk Mengurangi Sampah

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4.19.
Penguburan sampah yang dilakukan masyarakat Kelurahan
Sukamulya untuk mengurangi pengumpukan sampah

Masyarakat melakukan ini sebagai cara yang dianggap paling efektif


dalam mengurangi penumpukan sampah dilingkungan. Masyarakat
melakukan ini tanpa memikirkan dampak yang diberikan terhadap
lingkungan, penguburan sampah yang dapat mengakibatkan pencemaran
tanah dan lingkungan tidak dihiraukan oleh masyarakat demi mengurangi
penumpukan sampah.
Penumpukan sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
terjadi di beberapa titik jalan yaitu Jalan. Rancageneng, Jalan Padamulya,
dan Jalan Sukamulya. Berikut kondisi lingkungan akibat pembuangan
sampah rumah tangga di beberapa titik jalan di Kelurahan Sukamulya,
dapat dilihat pada Gambar 4.20, Gambar 4.21 dan Gambar 4.22.

Gambar 4. 20 Kondisi Lingkungan di Jalan


Rancageneng
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)
74

Gambar 4.20.
Kondisi Lingkungan di Jalan Rancageneng

Gambar 4. 21 Kondisi Lingkungan di Jalan


Padamulya
Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)
Gambar 4.21.
Kondisi Lingkungan di Jalan Padamulya

Sumber: Hasil Dokumentasi Pribadi(2022)


Gambar 4. 22
Kondisi Lingkungan di Jalan Sukamulya
Sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh masyarakat memiliki
dua kategori yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah
sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup, dalam proses penguraian
sampah organik dapat terurai secara alami tanpa campur tangan manusia.
Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dapat digunakan
kembali dan sulit untuk terurai (Febriadi, 2019:32-33). Sampah
masyarakat organik dapat terurai yang disebabkan oleh degradasi sampah
75

organik oleh mikroba, sehingga sampah organik dapat dijadikan pupuk


yang mana dapat menyuburkan tanah. Sedangkan sampah anorganik tidak
mudah terurai seperti sampah plastik, kaleng, beling, kertas dan lain-lain.
Hal itu akan menyebabkan kerusakan lingkungan seperti pencemaran
tanah, dimana tanah akan kehilangan unsur hara dan keindahan lahan
menjadi berkurang karena sampah yang dibuang di pinggir jalan dan bekas
galian yang dihasilkan dari penggalian sampah tersebut. Hal ini sesuai
dengan penelitian dari Naila Aulia Rahmah dkk menjelaskan bahwa
dampak negatif penumpukan sampah rumah tangga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan dan udara. Dampak besar dari pengelolaan
sampah rumah tangga yang buruk, membuat perlunya pemahaman antara
masyarakat dan pemerintah setempat agar dapat menciptakan kesadaran
lingkungan secara menyeluruh dan tidak menimbulkan rasa tidak peduli
terhadap lingkungan (Rahmah et al., 2021: 50-51). Hal ini terjadi di
Kelurahan Sukamulya setelah peneliti melakukan observasi sehingga
mendapat informasi bahwa:
“Permasalahan sampah di Kelurahan Sukamulya belum baik, meski pernah
dilakukan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah pada bulan maret dan
juli 2022, tidak membuat masyarakat mengalami perubahan. Selain itu
pembuatan pagar dengan kawat untuk menghalangi masyarakat buang
sampah di pinggir jalan. Padamulya masyarakat malah melempar sampah ke
dalam penghalang” (Bapak Diki Mustaqin)

Menurut penuturan bapak Diki Mustaqin sebagai lurah di


Kelurahan Sukamulya, ketika peneliti mewawancarai di Kantor Kelurahan.
Beliau menjelaskan bahwa pembuatan tempat pembuangan sampah
sementara (TPS) sempat ada, namun cara membuang sampah yang tidak
baik membuat sampah menjadi berceceran sehingga membuat tempat
pembuangan sementara (TPS) akhirnya ditutup. Selain itu, menurut
penuturan bapak Diki Mustaqin menuturkan bahwa pemerintah daerah
membuat pembatas di pinggir Jalan Padamulya yang terbuat dari kawat
untuk mengurangi penumpukan sampah dan sebagai bentuk melarang
76

untuk membuang sampah sembarangan di pinggir Jalan Padamulya


tersebut. Namun, kebiasaan masyarakat yang telah menjadi budaya tentang
membuang sampah sembarangan membuat solusi pemerintah daerah
hanya sebatas pajangan, masyarakat tetap membuang sampah di pinggir
jalan.
Pengelolaan sampah dengan cara 3 R (Reduce, Reuse dan Recyle)
dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat di Kelurahan Sukamulya. Hal itu
dilatarbelakangi karena tingkat pendidikan yang rendah membuat hanya
sebagian orang yang mengetahui dampak terhadap pengelolaan sampah
yang kurang baik. Masyarakat dengan pengelolaan sampah 3 R (Reduce,
Reuse dan Recyle) melihat peluang dari pemanfaatan sampah akan
menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat dan menjadi nilai ekonomi
bagi masyarakat itu sendiri.
Pengelolaan sampah rumah tangga ini dilakukan dengan cara
membuat kerajinan tangan dari sampah aqua gelas, botol dan sedotan yang
menjadi gantungan, bunga serta vas bunga yang memiliki nilai jual.
Menurut Ibu Yayah harga jual yang didapatkan dari penjualan kerajinan
tangan mencapai 12 – 15 ribu per-satuannya. Hal itu dilakukannya
berdasarkan kesadaran terhadap lingkungan. Menurut (Agus et al.,
2019:73) bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara 3 R
(Reduce, Reuse dan Recyle) sangat mudah dilakukan, karena semua
bergantung pada kesadaran masyarakat itu sendiri.
Dari pengelolaan sampah tersebut perlunya dukungan dari
pemerintah setempat agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat
Kelurahan Sukamulya lainnya sehingga penumpukkan sampah yang
terjadi di Kelurahan Sukamulya dapat diatasi dengan baik. Menurut Bapak
Diki Mustaqin melihat dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah
rumah tangga yang kurang baik di Kelurahan Sukamulya, pemerintah akan
mengadakan beberapa program serta penyediakan sarana dan prasarana
untuk kedepannya.
77

“Pemerintah akan mengadakan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah


rumah tangga serta pelatihan agar masyarakat dapat mengetahui serta tahu
bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga yang baik dan dapat
menjadi nilai ekonomi. Selain itu, penyediaankan tempat sampah organik
dan an-organik, motor tiga roda untuk membantu pengangkutan sampah,
penyediaan sapu dan alat pembersih yang akan dibagikan pada setiap RT
yang ada di Kelurahan Sukamulya” (Bapak Diki Mustaqin)

Sebagai kepala lurah di Kelurahan Sukamulya Bapak Diki


Mustaqin mengetahui dampak yang akan dihasilkan oleh penumpukkan
sampah serta pengelolaan sampah rumah tangga yang kurang baik yaitu
dengan cara dibakar dan dikubur. Sehingga pemerintah setempat membuat
beberapa program serta pelatihan untuk mengurangi dampak yang akan
dihasilkan dikemudian hari.

2. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Masyarakat dalam Mengelola


Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya
Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan warga,
petugas kebersihan dan Lurah Kelurahan Sukamulya, berdasarkan hasil
wawancara penulis dapat mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Faktor-
Faktor tersebut dibagi menjadi 3 yaitu Faktor Predisposisi (Predisposing
Factors), Faktor Pemungkin (enabling factors) dan Faktor Pendorong atau
Penguat (reinforcing factors).
Ketiga faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan
sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya, yaitu Faktor Predisposisi (Predisposing Factors),
Faktor Pemungkin (enabling factors) dan Faktor Pendorong atau Penguat
(reinforcing factors). Berdasarkan hasil wawancara faktor predisposisi
yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam mengelola sampah rumah
78

tangga di Kelurahan Sukamulya terdapat 2 faktor predisposisi yaitu tingkat


pengetahuan dan sikap, kemudian faktor pemungkin yang dapat
mempengaruhi masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga
terdapat 5 faktor yaitu usia, tingkat pendidikan, kondisi sosial-ekonomi,
jenis kelamin dan sarana prasarana. Faktor pendorong atau penguat
terdapat 1 faktor yaitu petugas kebersihan.
a. Faktor Predisposisi
1) Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan masyarakat memiliki kaitanya dengan
tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan akan
menghasilkan pemahaman serta pengetahuan mengenai
pengelolaan sikap peduli lingkungan. Tingkat pendidikan yang
tinggi akan menghasilkan masyarakat yang tinggi pula terhadap
pengetahuannya mengenai lingkungan, namun sebaliknya tingkat
pendidikan yang rendah akan menghasilkan masyarakat yang
kurang akan pengetahuan mengenai lingkungan. menurut Ramli
dalam (Utama & Putri, 2020) berpendapat bahwa tingkat
pendidikan dan partisipasi masyarakat berpengaruh positif terhadap
kualitas lingkungan.
Tingkat pendidikan di Kelurahan Sukamulya rata-rata berada
pada lulusan SMP dengan persentase mencapai 37%. Sehingga
pengetahuannya mengenai pengelolaan sampah rumah tangga yang
baik kurang dipahami oleh masyarakat Kelurahan Sukamulya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Kelurahan
Sukamulya dengan pendidikan rendah berpendapat bahwa tidak
mengetahui pengelolaan sampah yang baik, sehingga banyak
masyarakat yang memilih untuk mengelolaan sampah dengan cara
dibakar, dikubur dan di buang di pinggir jalan dengan alasan untuk
mengurangi penumpukan sampah.
Namun berbeda dengan masyarakat yang berpendidikan
tinggi seperti lulusan S1, dimana berdasarkan hasil obervasi dan
79

wawancara. Masyarakat dengan lulusan S1 lebih mengetahui


banyak mengenai sampah rumah tangga, pengelolaan sampah
rumah tangga dan dampak apa yang akan ditimbulkan apabila
sampah rumah tangga dikelola dengan baik.

2) Sikap
Sikap adalah kesiapan atau ketersediaannya untuk bertindak
dan bukan motif tertentu. Sikap adalah reaksi atau tanggapan yang
masih tertutup terhadap suatu rangsangan atau objek. Walaupun
sikap bukan merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan
predisposisi terhadap perilaku atau tindakan. Sikap tetap
merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka (Wildawati &
Hasnita, 2019: 154). Sedangkan menurut Linggasari (dalam Waliki
et al., 2020:129) menyebutkan bahwa sikap adalah keadaan yang
mudah terpengaruh terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi
komponen-komponen kognitif, affective (Afeksi) dan behavior
(perilaku). Dimana ketiga komponen tersebut akan berpengaruh
terhadap perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah
tangga. Sikap yang berawal dan dipengaruhi oleh persepsi
seseorang terhadap suatu objek/persoalan. Sehingga akan
berpengaruhi terhadap perilaku seseorang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara sikap masyarakat
di Kelurahan Sukamulya dipengaruhi oleh persepsi masyarakat
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang dirasa baik dan
mudah agar tidak terjadi penumpukkan sampah. Menurut
pandangan dari masyarakat sekitar menyatakan bahwa pengelolaan
sampah yang baik adalah dengan cara dibakar, dikubur, dan
dibuang di pinggir. Namun sebagian kecil masyarakat melakukan
pengelolaan sampah rumah tangga dengan 3 R (Reduce, Reuse dan
Recyle). Selain itu, adanya pengaruh dari persepsi masyarakat lain
membangun bahwa sikap terhadap pengelolaan sampah rumah
80

tangga tersebut dibenarkan dan dianggap bukan masalah penting.


Hal itu membangun perilaku masyarakat di Kelurahan Sukamulya
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Sejalan dengan penelitian (Wildawati & Hasnita, 2019: 154)
menjelaskan bahwa sikap akan mempengaruhi perilaku
masyarakat, dimana orang yang bersikap negatif lebih berpeluang 2
kali untuk tidak mengelola sampah daripada orang yang bersikap
positif. Seperti contohnya di Kelurahan Sukamulya, mayoritas
masyarakat mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibakar,
dikubur, dan dibuang di pinggir jalan, hal itu akan menyebabkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat
sekitar.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan adalah pencemaran
udara dan pencemaran tanah. Dimana hasil pembakaran sampah
rumah tangga akan menimbulkan gas karbon monoksida (CO) dan
penguburan sampah serta pembuangan sampah di pinggir jalan
akan menyebabkan pembusukan pada sampah yang menimbulkan
bau busuk, serta mengurangi kesuburan tanah karena zat berbahaya
yang dihasilkan oleh sampah rumah tangga.

b. Faktor Pemungkin (Enabling)


1) Usia
Usia adalah usia seseorang sejak lahir, dan berdampak
langsung pada kemampuan fisik, pola pikir, dan perilakunya
(Waliki et al., 2020: 135-136). Perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya kurang dikelola dengan
baik. Faktor yang berpengaruh dari perilaku kurang baik
masyarakat Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya yang kurang baik salah satunya adalah faktor usia.
81

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martinus Tulit dkk


menjelaskan bahwa Kelompok usia 60 tahun cenderung tidak
melakukan pengelolaan sampah dengan baik dibanding dengan
kelompok masyarakat yang berusia 40 tahun. Hal ini terjadi karena
usia akan membatasi gerak dari seseorang dalam aktivitasnya
termasuk dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Beni et al.,
2014: 113).
Fenomena ini terjadi di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya, 68% dari masyarakat kelurahan
Sukamulya adalah kelompok usia produktif sedangkan 32%
merupakan kelompok tidak produktif dan belum produktif. 3% dari
masyarakat Kelurahan Sukamulya merupakan kelompok usia tidak
produktif yang memiliki peluang 2 kali lebih tinggi untuk tidak
mengelola sampah rumah tangga dengan baik dan bijak, selain itu
26% masyarakat Kelurahan Sukamulya merupakan kelompok
belum produktif. Pergerakan yang terbatas dari kelompok tidak
produktif dan belum produktif yang memiliki gerak yang terbatas,
pemahaman yang kurang, dan kesadaran yang kurang dapat
memiliki peluang 2 kali lebih tinggi untuk tidak mengelola sampah
rumah tangga dengan baik dan bijak.

2) Tingkat Pendidikan
Menurut Menurut Andrew E.Sikula dalam Kusma Maringan
dkk (2016) menjelaskan Tingkat pendidikan adalah pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk tujuan umum adalah proses jangka
panjang yang menggunakan prosedur yang sistematis dan
terorganisir. Manusia dengan tingkat pendidikan yang tinggi
diharapkan memiliki pemahaman umum dan komprehensif tentang
tempat kerja dan menjadi lebih kompeten secara kompetitif. Oleh
karena itu diharapkan tingkat pendidikan akan menghasilkan
82

sumber daya manusia yang berkualitas, yang juga akan


berpengaruh pada kinerja pegawai.
Pengertian dari Andrew ini menjelaskan bahwa orang yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki pemahaman yang baik
dan peka terhadap lingkungan sekitar. Orang yang memiliki tingkat
pendidikan, memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga dapat
memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di lingkungan
sekitar.
Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya dalam pengelolaan
sampah rumah tangga memiliki pengaruh yang cukup besar.
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan dari masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Pengetahuan dari masyarakat memiliki pengaruh kepada
pengelolaan sampah rumah tangga agar dapat dikelola dengan baik
dan ekonomis, akan tetapi tidak semua orang berpengetahuan
tinggi tidak mengelola sampah rumah tangga dengan benar. Hal ini
terjadi karena rasa tidak peduli dengan lingkungan yang didukung
oleh faktor lain, maka dari itu perlu pengawasan dan pendampingan
dari pengelolaan sampah rumah tangga oleh petugas (Maringan et
al., 2016: 137).
Tingkat Pendidikan masyarakat Kelurahan Sukamulya
masih tergolong rendah, 37% masyarakat Kelurahan Sukamulya
lulusan SMP, 21% tidak lulus sekolah, 13% lulusan SMA, 13 %
Lulusan SD, dan hanya 4% lulusan Sarjana dan Diploma. Data ini
membuktikan bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Sukamulya
masih rendah. Tingkat pendidikan rendah akan berpengaruh pada
tingkat pengetahuan rendah. Masyarakat Kelurahan Sukamulya
dengan tingkat pengetahuan yang rendah akan memiliki pengaruh
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, hal ini terjadi karena
masyarakat tidak memahami cara untuk mengelola sampah rumah
83

tangga dengan baik dan tidak mengetahui dampak dari pengelolaan


kurang baik dari sampah rumah tangga.

3) Sosial - Ekonomi
Sosial Ekonomi berpengaruh terhadap sikap seseorang
mengenai penangan terhadap sampah. Sikap ini akan menimbulkan
peduli tidaknya seseorang terhadap kualitas lingkungan. Status
pekerjaan masyarakat memiliki pengaruh dalam pengelolaan
sampah karena status tersebut lebih banyak memiliki keahlian
dalam pengelolaan sampah. Waktu luang seseorang juga dapat
ditentukan oleh status pekerjaannya. Responden yang tidak bekerja
memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang bekerja, termasuk waktu untuk pengelolaan
sampah. Jenis pekerjaan yang dilakukan dan jumlah jam kerja
keduanya akan berdampak pada tingkat pendapatan seseorang.
Semakin tinggi gaji seseorang, semakin menonjol sikap peduli
terhadap lingkungan.
Menurut Hardi dalam (Utama & Putri 2020:57) yang
menjelaskan bahwa pendapatan mempengaruhi pengelolaan
sampah secara besar-besaran. Tingkat gaji terhubung dengan
tingkat dukungan daerah setempat dalam membersihkan sampah.
Rendahnya pendapatan akan menghambat kemajuan dalam
pembangunan, termasuk pendidikan, yang tentunya akan
berpengaruh pada hal lain, termasuk pemahaman masyarakat
tentang pengelolaan sampah.
Berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga, akan
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan rumah tangga,
maka akan semakin tinggi pula persentasi rumah tangga yang
melakukan penangan sampah dengan cara diangkut oleh petugas.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan, maka semakin
rendah pula persentase penangan sampah rumah tangga. Hal ini
84

serupa dengan penelitian (Ilma et al., 2021) yang menjelaskan


bahwa masyarakat kurang mampu membuat orang tidak peduli
akan lingkungan, misalnya dalam penyediaan sarana dan prasarana
untuk pembuang sampah.
Pekerjaan dari masyarakat Kelurahan Sukamulya sebagai
berikut 63,74% adalah buruh tani, 14,04% adalah PNS dan sisanya
bekerja di berbagai instansi lainnya. Ibu Ranie yang berprofesi
sebagai perental mobil lebih memiliki pengetahuan yang lebih baik
daripada yang pendapatannya lebih rendah. Ibu Ranie menjelaskan
untuk menanggulangi masalah yang disebabkan oleh sampah
rumah tangga dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan
plastik dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menandakan
pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dari Ibu
Ranie tinggi karena beliau menempuh pendidikan hingga SMA
dengan didukung oleh pendapatan yang tinggi.

4) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dimana perempuan akan
lebih memahmi dan memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan
sampah rumah tangga. Perempuan memiliki kaitan lebih erat
terhadap pengelolaan limbah di tingkat rumah tangga, karena di
setiap rumah perempuanlah yang berperan aktif terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga serta kebersihan rumah dan
lingkungan rumah tempat tinggalnya. Menurut Mukherji dalam
(Utama & Putri, 2020:54), perempuan memiliki banyak
pemahaman dan pengatahuan tentang pengelolaan sampah, karena
perempuan lebih terlibat erat dengan pengelolaan limbah di tingkat
rumah tangga. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
masyarakat di Kelurahan Sukamulya, dimana masyarakat berjenis
kelamin perempuan lebih mengetahui bagaimana cara menjaga
85

lingkungan serta mengurangi penggunaan sampah plastik, seperti


wawancara dengan Ibu Ranie. Ibu Ranie berpendapat bahwa
pengelolaan sampah yang baik dilakukan dengan cara membawa
tas belanja sendiri, membawa kotak makan, mengurangi
penggunaan tisu, dan melakukan daur ulang sampah yang
dihasilkan.
Selain itu, wawancara dengan Ibu Riri, dimana Ibu Riri
berpendapat bahwa pengelolaan sampah yang baik dilakukan
dengan cara tertib dan tidak membuang sampah sembarang. Ibu
Riri menyedia tempat sampah pribadi untuk membuang sampah
rumah tangga yang dihasilkan oleh keluarganya, sehingga petugas
pengangkut sampah lebih mudah dalam pengangkutannya.

5) Sarana Prasarana
Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah
tangga memiliki hubungan erat dengan sarana dan prasarana
kebersihan yang tersedia di suatu wilayah. Hal ini terjadi karena
sarana dan prasarana yang lengkap dapat memudahkan masyarakat
untuk ikut serta dalam membersihkan sampah rumah tangga yang
mereka hasilkan.
Menurut Ranti Agyustia (2022: 47-48) menjelaskan bahwa
sarana dan prasarana memiliki hubungan dengan pengelolaan
sampah rumah tangga. Sarana yang disediakan oleh pemerintah di
lingkungan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan
sampah dikenal dengan sarana prasarana. Fasilitas sarana dan
prasarana yang dimaksud dengan “anorganik”, “bank sampah”, dan
jasa pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sementara.
Orang atau kelompok perilaku masyarakat dipengaruhi oleh
infrastruktur. Dampak kerangka pengelolaan limbah terhadap
perilaku Pembuangan sampah dapat bersifat positif maupun
86

negatif. Hal ini akan sangat membantu kegiatan melakukan tugas


kebersihan dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Sarana prasarana di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya masih sangat minim, tidak adanya
TPS, Bank sampah dan fasilitas lainnya yang dapat menunjang
kebersihan di Kelurahan Sukamulya. Sarana prasarana yang kurang
mengakibatkan penumpukan sampah di beberapa titik di Kelurahan
Sukamulya. Sarana prasarana seperti truk pengangkut sampah,
sapu, dan alat-alat lainnya juga masih kurang lengkap, maka
pemerintah memiliki kewajiban untuk melengkapi sarana prasarana
untuk menunjang kebersihan lingkungan di Kelurahan Sukamulya.

c. Faktor Pendorong (Reinforcing)


1) Petugas Kebersihan
Pengelolaan sampah rumah tangga sangat memiliki hubungan
dengan petugas yang ditugaskan oleh pemerintah untuk
membersihkan suatu wilayah. Hubungan ini terjadi karena sifat
manusia yang selalu tergantung kepada orang lain. Kebanyakan
manusia akan menggantungkan untuk membersihkan sampah
rumah tangga kepada petugas yang telah ditugaskan.
Di Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya Petugas Kebersihan hanya bertugas 3-4 kali untuk
membersihkan sampah dalam 1 bulan. Petugas kebersihan bertugas
untuk 1 kecamatan, setiap 1 hari petugas hanya bisa mengangkut
sampah dari 1-2 kelurahan dan kapasitas dari truk pengangkut
sampah hanya 2 rit dalam 1 kali angkut. Hal ini mengakibatkan
penumpukan sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Penumpukan sampah
rumah tangga terjadi karena masyarakat Kelurahan Sukamulya
hanya mengandalkan petugas Kebersihan yang bertugas untuk
membersihkan sampah di lingkungan Kelurahan Sukamulya.
87

Petugas untuk membersihkan sampah di Kelurahan


Sukamulya sebanyak 6 orang, dimana petugas ini memiliki tugas
untuk membersihkan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh
5.584 orang. Jumlah petugas yang sangat sedikit dapat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi usaha membersihkan
sampah di Kelurahan Sukamulya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis
dengan petugas kebersihan di Kelurahan Sukamulya, menerangkan
bahwa jumlah petugas yang bertugas untuk mengangkut sampah
yang hanya 6 orang dinilai masih kurang untuk pengangkutan
sampah secara maksimal. Perubahan harus dilakukan oleh
pemerintah dan kebiasaan masyarakat. Pemerintah harus merubah
jadwal bertugas dan menambah petugas kebersihan, untuk bertugas
untuk membersihkan sampah di Kelurahan Sukamulya, selain itu
kebiasaan masyarakat yang mengandalkan petugas untuk
membersihkan sampah di wilayah Kelurahan Sukamulya.

D. Analisis 5W 1H Mengenai Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola


Sampah Rumah Tangga Di Keluraharan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya
1. What (Apa itu mengelola sampah rumah tangga)
Pengelolaan sampah rumah tangga adalah pengumpulan,
pengakutan , dan pengolahan sampah, mendaur ulang sampah yang dihasil
dari aktivitas rumah tangga. Pengelolaan rumah tangga di Kelurahan
Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya adalah salah satu
persoalan memberikan dampak besar terhadap lingkungan. Pengelolaan
sampah di Kelurahan Sukamulya masih belum dilaksanakan dengan baik,
masyarakat masih mengelola sampah rumah tangga dengan cara
membakar, mengubur dan membuangnya di pinggir jalan. Pengelolaan
sampah rumah tangga yang kurang baik itu, menyebabkan permasalahan
88

lingkungan, seperti pencemaran udara, pencemaran tanah, penumpukan


sampah dibeberapa titik jalan serta kesehatan terhadap masyarakat.
2. When (Kapan pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan)
Pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan tergantung dari setiap
individu masyarakat masing-masing. Sebagian masyarakat kebanyakan
mengelola sampah rumah tangga setiap pagi sebelum melakukan aktivitas,
dengan bersih-bersih dan membuang sampah ditempat sampah yang telah
disediakan didepan rumah masing-masing sebelum diangkut oleh truk
pengangkutan sampah. Pengangkutan sampah rumah tangga di Kelurahan
Sukamulya dilakukan setiap minggu 3-4 kali.
3. Where (Dimana lokasi penelitian berada)
Penelitian ini bertempat di Kelurahan Sukamulya Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya. Lokasi yang diambil oleh peneliti adalah
titik-titik yang ada penumpukan sampah di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Titik-titik penumpukan sampah
ini berada di pinggiran sungai dan beberapa titik didekat rumah
masyarakat.
4. Why (Mengapa masyarakat perlu mengelola sampah rumah tangga)
Pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya perlu diperbaiki, karena
pengelolaan sampah rumah tangga yang buruk dapat mempengaruhi
terhadap lingkungan serta kesehatan masyarakat itu sendiri. Dampak
terhadap lingkungan seperti pencemaran udara akibat pembakaran sampah,
berkurangnya kesuburan tanah akibat penguburan serta penumpukan
sampah. Selain itu, akan berdampak pada kesehatan masyarakat akibat gas
yang dikeluarkan dari pembakaran sampah serta penumpukan sampah.
5. Who (Siapa yang harus mengelola sampah rumah tangga)
Dalam pengelolaan sampah rumah tangga perlu kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah setempat yaitu Kelurahan Sukamulya.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan untuk
menghindari pencemaran lingkungan, serta perlunya sosialisasi dan
89

pengawasan dari kelurahan kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah


rumah tangga guna memastikan peningkatan dari masyarakat dalam
mengelola sampah rumah tangga.
6. How (Bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga)
Terdapat berbagi cara mengelola sampah rumah tangga, salah
satunya adalah penerapan 3R (Redeuce, Reuse, dan Recyle). Penerapan 3R
dapat menjadi solusi dari pesoalan pengelolaan sampah rumah tangga di
Kelurahan Sukamulya. 3R dapat diterapkan dengan mengurangi
penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-sehari dan menggunakan
barang-barang yang dapat di daur ulang untuk mengurangi penumpukan
sampah di titik-titik yang menjadi lokasi penumpukan sampah. Selain
penerapan dari 3R di kalangan masyarakat, peranan pemerintah dalam
usaha peningkatan pengelolaan sampah di Kelurahan Sukamulya juga
diperlukan. Pemerintah Kelurahan memberikan sosialisasi, pengawasan
dan melengkapi perlengkapan penunjang kebersihan di lingkungan
Kelurahan Sukamulya.

E. Keterkaitan Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Geografi di Sekolah


Penelitian ini dilakukan oleh penulis yang berjudul Perilaku Masyarakat
dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Jika dikaitkan penelitian yang
dilakukan oleh penulis berkaitan dengan materi pada mata pelajaran Geografi
di kelas XI IPS dalam materi pembelajaran Permasalahan yang diakibatkan
dinamika kependudukan, termasuk kedalam KD 3.5 Menganalisis Dinamika
Kependudukan di Indonesia untuk Perencanaan Pembangunan.
1. Permasalahan yang Diakibatkan oleh Dinamika Kependudukan
Setiap negara memiliki permasalahan yang harus dihadapi terutama
dalam bidang kependudukan. Masalah kependudukan yang dihadapi oleh
suatu negara tentunya akan berbeda-beda. Sebagai negara berkembang
Indonesia memiliki berbagai macam permasalah mengenai
kependudukan, dengan permasalahan kependudukan yang cukup serius
90

serta menimbulkan banyaknya permasalahan lain baik itu terhadap


lingkungan, penduduk ataupun kesehatan. Permasalah kependudukan ini
dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Masalah Penduduk bersifat Kuantitatif (Jumlah)
1) Jumlah Penduduk Besar
Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam
pertumbuhan, perkembangan suatu negara, karena penduduklah
yang menjadi objek dan subjek terhadap pelaksanaan
pembangunan dalam suatu negara. Sehingga cepat tidaknya
pembangunan suatu negara dapat dipengaruhi oleh penduduk.
Permasalahan penduduk dalam segi jumlah (kuantitatif) yaitu
sebagai berikut:
a) Jumlah penduduk Indonesia menempati nomor empat di
dunia. Untuk jumlah penduduk yang ada di Indonesia, data
terakhir tercatat pada tahun 2015 sebesar 238.518.000 jiwa
di Indonesia. Diproyeksikan pada 2020 akan meningkat
sebanyak 271.066.000 jiwa, tentu saja menjadi masalah
yang cukup rumit yaitu: Pemerintah harus dapat menjamin
terpenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan
pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi
sehingga berakibat seperti masih banyaknya penduduk
kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
b) Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan
dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan
kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit
diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran
serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
2) Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih
relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara
tahun 1961–1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 %
91

pertahun, tahun 1971–1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun


1980–1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990–2000
sebesar 1,6% pertahun dan periode 2000-2010 sebesar 1,49%,
dan terus meningkat. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan
tidak diimbangi dengan daya dukung lingkungan yang seimbang
akan mengakibatkan berbagai permasalahan baik lingkungan
hidup, ekonomi dan sosial.
3) Persebaran Penduduk Yang Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik
persebaran antar pulau, provinsi, kabupaten maupun antara
perkotaan dan pedesaan. Sebagai contoh Pulau Jawa dan
Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan
Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia. Selain
di Jawa ketimpangan persebaran penduduk terjadi di Irian Jaya
dan Kalimantan. Luas wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas
Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 0,92% dari seluruh
penduduk Indonesia.
Pulau Kalimantan luasnya 28,11% dari luas Indonesia,
tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari jumlah penduduk
Indonesia. Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas
lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani
sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak
lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar
Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian.
Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam
melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan
pertahanan keamanan negara. Persebaran penduduk antara kota
dan desa juga mengalami ketidakseimbangan. Perpindahan
penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu.
92

Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya


pemusatan penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas.
Pemusatan penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan hidup seperti:
a) Munculnya permukiman liar,
b) Sungai-sungai tercemar, karena dijadikan tempat
pembuangan sampah baik oleh masyarakat maupun oleh
industri,
c) Terjadinya pencemaran udara dari asap kendaraan dan
industri,
d) Timbulnya berbagai masalah sosial seperti perampokan,
kriminalitas, pelacuran dan lain-lain.
b. Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif
1) Tingkat Kesehatan
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas
kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah.
Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah
dengan melihat Angka kematian dan Angka harapan hidup.
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan
penduduk yang rendah. Angka harapan hidup yang tinggi
menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari
pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk
maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin
tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati
kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan.
2) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di negara-negara yang
sedang berkembang relatif lebih rendah dibandingkan penduduk
di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat
93

pendidikan penduduk Indonesia. Orang yang tingkat


pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang
tinggi. Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan
tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak
positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan
oleh:
a) Pendapatan perkapita penduduk rendah, sehingga orang
tua/penduduk tidak mampu sekolah atau berhenti sekolah
sebelum selesai.
b) Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana
pendidikan yang ada seperti jumlah kelas, guru dan buku-
buku pelajaran. Ini berakibat tidak semua anak usia sekolah
tertampung belajar di sekolah.
c) Masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya
pendidikan, sehingga banyak orang tua yang tidak
menyekolahkan anaknya.
d) Dampak yang ditimbulkan akibat dari rendahnya tingkat
pendidikan terhadap pembangunan adalah: rendahnya
penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan
tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di
mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi
tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
e) Munculnya pemukiman kumuh sebagai dampak
permasalahan kependudukan
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya
masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini tampak dengan
ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan
secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
94

ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.


Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat
jalannya pembangunan.
3) Tingkat Pendapatan
Indonesia tidak termasuk negara miskin, namun jumlah
penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan pada
tahun 2020 menurut catatan BPS meningkat. Kemakmuran
berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia.
Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia penduduk,
semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Banyak negara
yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran
penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang
kaya sumber daya alam.
Pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat
penduduk tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya, sehingga sulit mencapai manusia yang sejahtera.
Pendapatan per-kapita rendah juga berakibat kemampuan
membeli (daya beli) masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil
industri harus disesuaikan jenis dan harganya. Bila hasil industri
terlalu mahal tidak akan terbeli oleh masyarakat. Hal ini akan
mengakibatkan industri sulit berkembang dan mutu hasil
industri sulit ditingkatkan. Penduduk yang mempunyai
pendapatan perkapita rendah juga mengakibatkan kemampuan
menabung menjadi rendah. Bila kemampuan menabung rendah,
pembentukan modal menjadi lambat, sehingga jalannya
pembangunan menjadi tidak lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, R. N., Oktaviyanthi, R., & Sholahudin, U. (2019). 3R: Suatu Alternatif
Pengolahan Sampah Rumah Tangga. Kaibon Abhinaya : Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(2), 72. https://doi.org/10.30656/ka.v1i2.1538
Agyustia, R. (2022a). FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KURANJI. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ALIFAH PADANG.
Agyustia, R. (2022b). SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG TAHUN 2022 PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.
Arifin, M. H. R. (2021). Institut teknologi nasional, 5–26.
Beddu, H. (2020). Pengelolaan Kelompok Dalam Pembinaan Usaha Tani
Masyarakat Di Desa Cikowang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten
Takalar Group Management in Community Farming Business Development
in Cikowang Village, Mangarabombang District, Takalar Regency Clavia
Clavia : Clavia : Journal Of Law, 18(1), 75–96.
Beni, M. T., Arjana, I., & Ramang, R. (2014). PENGARUH FAKTOR-FAKTOR
SOSIAL-EKONOMI TERHADAP TIMUR. JURNAL ILMU
LINGKUNGAN, 12(2), 105–117.
Dwi Ningsih. (2017). Partisipasi Anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) Dalam Pengelolaan Sampah Di Dusun Kabunan, Desa
Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ”, 1–10.
Engel. (2014). Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.
Fabiana Meijon Fadul. (2019).
Febriadi, I. (2019). Pemanfaatan Sampah Organik Dan Anorganik Untuk
Mendukung Go Green Concept Di Sekolah. Abdimas : Papua Journal of
Community Service, 1(1), 32–39.
Hardyansyah. (2010). Pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap
kualitas laporan keuangan. Skripsi, 63.
Hidup, P. L., Hasibuan, R., Si, M., Tetap, D., & Labuhanbatu, S. (2016).

95
Rosmidah Hasibuan ISSN Nomor 2337-7216, 04(01), 42–52.
Hungu. (2016). Gender atau Jenis Kelamin. Angewandte Chemie International
Edition, 43. Diambil dari http://repo.darmajaya.ac.id/3031/7/BAB II.pdf
Iii, B. A. B., Dan, M., & Penelitian, T. (1985). BAB III METODE DAN TEKNIK
PENELITIAN 79 Bab, 79–92.
Ilma, N., Nuddin, A., & Majid, M. (2021). RUMAH TANGGA DI ZONA
PESISIRKOTA PAREPARE Behaviorof Citizens in the Management of
Household Waste in the Coastal Zone of Parepare City PENDAHULUAN
Sampah merupakan suatu yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam yang belu, 4(1).
Izzaty, R. E., Astuti, B., & Cholimah, N. (1967). Metode Observasi. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
Jamaludin, J. (2018). Analisa Perhitungan Dan Pemilihan Load Cell Pada
Rancang Bangun Alat Uji Tarik Kapasitas 3 Ton. Motor Bakar : Jurnal
Teknik Mesin, 2(2), 22–25. https://doi.org/10.31000/mbjtm.v2i2.2719
Juwono, K. F., & Diyanah, K. C. (2021). ANALISIS PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA ( SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS ) DI
KOTA SURABAYA SELAMA PANDEMI COVID-19 Analysis Household
Wast Management ( Medical and Non-Medical Waste ) in Surabaya City
during Covid-19 Pandemic, 12–20.
LESTARI, I. F. (1967). Pengaruh Game Online Terhadap Perilaku Sosial Remaja
Smk Di Desa Pener Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Tahun 2021.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
Maringan, K., Pongtuluran, Y., & Maria, S. (2016). PENGARUH TINGKAT
PENDIDIKAN, SIKAP KERJA DAN KETERAMPILAN KERJA
TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT. WAHANA SUMBER
LESTARI SAMARINDA. Akuntabel, 13(2), 135–150.
Marsita Melania Sarci Amala, Welson Y. Rompas, G. B. T. (2021). Pengawasan
Pemerintah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Kelurahan Batuputih
Bawah Kecamatan Ranowulu Kota Bitung. Jurnal Administrasi …, VII(103),
50–56. Diambil dari

96
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/33607
Muhjad, M. H. (2016). Hukum Lingkungan Sebuah Pengantar Untuk Konteks
Indonesia. Hukum Lingkungan Sebuah Pengantar Untuk Konteks Indonesia,
33–75.
Muskita, M. (n.d.). 87–104.
Muslimah. (2015). DAMPAK PENCEMARAN TANAH DAN LANGKAH
PENCEGAHAN. Agrisamudra, 2(1), 11–20.
Notoatmodjo. (2013). Gambaran Perilaku Masyarakat. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Poerwandari, K. (1998). Jenis Penelitian Kualitatif. Journal Penelitian, 1(69), 34.
Putri, C. (2019). Dampak Pembuangan Sampah Bagi Masyarakat Di Sekitar Tpsa
Piyungan (Studi Kasus: Piyungan Bantul, Yogyakarta).
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/333507344, (May), 1–21.
Rahmah, N. A., Sari, N., & Amrina, D. H. (2021). KAJIAN DAMPAK SAMPAH
RUMAH TANGGA TERHADAP LINGKUNGAN DAN
PEREKONOMIAN BAGI MASYARAKAT KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN PERSPEKTIF ISLAM.
Holistic Journal of Management Research, 6(2), 42–59.
Rahmanto, E., Rahmabudhi, S., Kustia, T., Kampar, S. K., Unggas, J., Tiga, K. S.,
& Raya, K. B. (2022). Analisis Spasial Penentuan Tipe Iklim Menurut
Klasifikasi Schmidt – Ferguson Menggunakan Metode Thiessen – Polygon
di Provinsi Riau Spatial Analysis of Climate Type Determination by Schmidt
– Ferguson Classification Using the Thiessen – Polygon Method in. Buletin
GAW (BGB), 3(1), 35–42.
Saputra, S., & Mulasari, S. A. (2017). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Pengelolaan Sampah pada Karyawan di Kampus. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11(1), 22–27.
Sukerti, N. L. G. (2017). Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Journal Ecotrophic, 11(2), 148–155.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Suparyanto dan Rosad (2015, 5(3), 248–
253.

97
Suratmo, G. (n.d.). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sya, A., & Abdurachman, M. (2012). Geografi Perilaku. Bandung: Universitas
BSI Bandung Press.
Utama, A. R., & Putri, D. Z. (2020a). Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku
Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Perdesaan di Provinsi Sumatera
Barat. Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan Pengaruh, 2(6).
Utama, A. R., & Putri, D. Z. (2020b). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Perdesaan Di Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Kajian Ekonomi dan Pembangunan, 2(1), 93.
https://doi.org/10.24036/jkep.v2i1.8861
Waliki, Y., Tjolli, I., & Warami, H. (2020a). Perilaku Masyarakat dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga di Distrik. Cassowary, 3(2), 127–140.
Waliki, Y., Tjolli, I., & Warami, H. (2020b). Perilaku Masyarakat dalam
Mengelola Sampah Rumah Tangga di Distrik Manokwari Timur Kabupaten
Manokwari. Cassowary, 3(2), 127–140.
Wildawati, D., & Hasnita, E. (2019). Faktor yang berhubungan dengan
pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat di kawasan bank
sampah hanasty. Human Care, 4(3), 149–158.

98
Lampiran 1 Pedoman Observasi
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN

A. LOKASI
1. Desa :
2. Kecamatan :
3. Batas :
a. Sebelah barat berbatasan dengan : ..........
b. Sebalah timur berbatasan dengan : ..........
c. Sebelah utara berbatasan dengan : ..........
d. Sebelah selatan berbatasan dengan : ..........

B. GEOLOGI
1. Jenis Batuan Dominan : ..........
a. Batuan bekuan : ..........
b. Batuan endapan : ..........
c. Batuan malihan : ..........
2. Formasi batuan : ..........

C. FISIOGRAFI
1. Elevasi : ..........Mdpl
2. Kemiringan : ..........
3. Morfologi :
a. Dataran rendah
b. Bukit
c. Bergunung

D. CUACA DAN IKIM


1. Suhu rata-rata : ..........
2. Curah hujan rata-rata : ..........
3. Arah angin yang dominan : ..........

E. HIDROLOGI
1. Danau/kolam : ..........
a. Alam
b. Buatan
2. Air tanah

99
a. Kedalaman dan rata-rata : ..........
b. Kondisi kualitas air minum : a. Baik b. Sedang c. Jelek

F. TANAH
1. Jenis Tanah :
2. Struktur :
3. Tekstur :
4. PH tanah :
5. Warna Tanah :

G. PENGGUNAAN LAHAN
1. ...............
2. ...............
3. ...............

H. DEMOGRAFI
1. Jumlah penduduk
2. Komposisi penduduk berdasarkan
a. Usia :
b. Pendidikan :
c. Jenis kelamin :
d. Mata pencaharian :
3. Fasilitas Sosial
a. Ekonomi
1) Pasar : (ada/tidak ada)
2) Koperasi : (ada/tidak ada)
3) Terminal : (ada/tidak ada)
b. Pendidikan
1) TK : (ada/tidak ada)
2) SD : (ada/tidak ada)
3) SMP : (ada/tidak ada)
4) MTs : (ada/tidak ada)
5) SMA : (ada/tidak ada)
6) MAN : (ada/tidak ada)
c. Umum
1) Mesjid : (ada/tidak ada)
2) Poskamling : (ada/tidak ada)
3) Puskesmas : (ada/tidak ada)
4) Posyandu : (ada/tidak ada)

100
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Terhadap Kepala Kelurahan Sukamulya
PEDOMAN WAWANCARA
(Terhadap Lurah Sukamulya)

A. Identitas responden
1. Nama responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :

B. Daftar Pertanyaan
1. Daftar Riwayat Responden
1) Apakah pekerjaan anda sehari-hari?
2) Apakah pekerjaan sampingan anda sehari-hari?
3) Apakah anda pernah mengenyam bangku sekolah?
4) Jika ada, sampai mana anda bersekolah?
5) Berapakah jumlah tanggungan keluarga anda?
6) Berapakah jumlah saudara kandung anda yang dimiliki?
7) Apakah anak-anak anda mengenyam bangku sekolah?
8) Jika ya, sampai mana anda menyekolahkan mereka?
2. Daftar pertanyaan mengenai statusnya sebagai Lurah Sukamulya
1) Sudah berapa lama Bapak tinggal di Kelurahan Sukamulya
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya?
2) Sudah berapa lama Bapak menjabat menjadi Lurah Sukamulya?
3) Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Kelurahan
Sukamulya saat ini?
4) Apakah mayoritas pekerjaan masyarakat Kelurahan Sukamulya?
5) Apakah yang Bapak ketahui mengenai sampah rumah tangga?
6) Kemana Bapak biasanya membuang sampah rumah tangga?
7) Mengapa Bapak biasa membuang sampah rumah tangga ketempat
tersebut?
8) Pukul berapa biasanya Bapak membuang sampah rumah tangga?

101
9) Mengapa Bapak membuang sampah rumah tangga pada pukul
sekian?
10) Apakah di Kelurahan Sukamulya terdapat Tempat Pembuangan
Sampah Sementara (TPS)?
11) Jika ada, ada berapa Tempat Pembuangan Sampah Sementara
(TPS) di Kelurahan Sukamulya?
12) Jika ada, dimana Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di
Kelurahan Sukamulya?
13) Apakah ada petugas pengangkutan sampah yang melewati
Kelurahan Sukamulya?
14) Jika ada, berapa kali sebulan petugas pengangkutan sampah
melewati Kelurahan Sukamulya?
15) Apakah Bapak mengetahui adanya penumpukan sampah rumah
tangga dipinggir jalan di beberapa titik di Kelurahan Sukamulya?
16) Menurut Bapak mengapa terdapat penumpukan sampah rumah
tangga dipinggir jalan di beberapa titik di Kelurahan Sukamulya?
17) Jika mengetahui, apakah pernah ada program untuk mengatasi
penumpukan sampah tersebut?
18) Jika ada, program apa yang dilakukan untuk mengatasi
penumpukan sampah tersebut?
19) Jika ada, bagaimana respon dari masyarakat dengan adanya
program tersebut?
20) Apakah pernah ada sosialisasi kepada masyarakat Kelurahan
Sukamulya mengenai cara mengelola sampah rumah tangga?
21) Jika ada, kapan sosialisasi tersebut dilakukan?
22) Jika ada, bagaimana respon dari masyarakat Kelurahan Sukamulya
setelah menerima sosialisasi tersebut?
23) Jika ada, apakah terdapat perubahan pada masyarakat dalam cara
mengelola sampah rumah tangga setelah dilakukan sosialisasi
tersebut?

102
24) Menurut Bapak apakah permasalah mengenai sampah di Kelurahan
Sukamulya telah teratasi dengan baik?
25) Pencapaian apa yang pernah Bapak lakukan dalam mengatasi
permasalahan sampah di Kelurahan Sukamulya?

103
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Terhadap Petugas Pengangkutan Sampah
PEDOMAN WAWANCARA
(Terhadap Petugas Pengangkutan Sampah)

A. Identitas responden
1. Nama responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :

B. Daftar Pertanyaan
1. Apakah Bapak berasal dari Kelurahan Sukamulya?
2. Apakah Bapak sudah berkeluarga atau menikah?
3. Jika sudah, berapa jumlah tanggungan keluarga bapak?
4. Sudah berapa lama Bapak bekerja sebagai petugas pengangkutan
sampah?
5. Apakah Bapak memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi petugas
pengangkutan sampah?
6. Pukul berapa biasanya Bapak mulai bekerja?
7. Pukul berapa biasanya Bapak selesai bekerja?
8. Apakah pengangkutan sampah dilakukan setiap hari?
9. Dalam sehari berapa ton sampah yang dapat terangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA)?
10. Dalam sehari berapa Desa/Kelurahan yang dapat ditampung dalam
satu truk pengangkutan sampah?
11. Apakah di Kelurahan Sukamulya terdapat Tempat Pembuangan
Sampah Sementara (TPS)?
12. Jika ada, dimanakah Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di
Kelurahan Sukamulya?
13. Berapakah jumlah petugas pengangkutan sampah dalam satu truk?

104
14. Apakah jumlah petugas tersebut cukup untuk mengangkut sampah di
Kelurahan Sukamulya?
15. Berapa kali dalam sebulan pengangkutan sampah di Kelurahan
Sukamulya dilakukan?
16. Setiap hari apa pengangkutan sampah di Kelurahan Sukamulya?
17. Jenis sampah apakah yang paling banyak ditemui di Kelurahan
Sukamulya?
18. Apakah semua sampah di Kelurahan Sukamulya dapat terangkut dalam
satu kali pengangkutan?
19. Jika tidak, perlu berapa kali dalam sebulan pengangkutan untuk bisa
menampung semua sampah di Kelurahan Sukamulya?
20. Apakah ada biaya yang harus dikeluarkan masyarakat agar sampah
yang dihasilkan dari rumah tangga dapat terangkut oleh petugas
pengangkutan sampah?
21. Jika ada, berapa biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
perbulannya?
22. Apakah Bapak mengetahui mengenai penumpukan sampah dipinggir
jalan di beberapa titik di Kelurahan Sukamulya?
23. Apakah penumpukan sampah tersebut ikut diangkut pada saat jadwal
pengangkungan di Kelurahan Sukamulya?
24. Apakah terdapat hambatan/kesulitan pada saat proses pengangkutan
sampah di Kelurahan Sukamulya?
25. Jika ada, bagaimana cara Bapak dalam mengatasi hambatan/kesulitan
tersebut?

105
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Terhadap Masyarakat Kelurahan Sukamulya
PEDOMAN WAWANCARA
(Terhadap Masyarakat Kelurahan Sukamulya)

A. Identitas responden
1. Nama responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :

B. Daftar Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu berasal dari Kelurahan Sukamulya?
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di Kelurahan Sukamulya?
3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengenyam pendidikan?
4. Jika pernah, apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
5. Apa pekerjaan Bapak/Ibu setiap harinya?
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki pekerjaan sampingan?
7. Jika ada, pekerjaan apa?
8. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjalani profesi tersebut?
9. Pukul berapa biasanya Bapak/Ibu berangkat bekerja?
10. Pukul berapa biasanya Bapak/Ibu pulang bekerja?
11. Apakah Bapak/Ibu sudah berkeluarga atau menikah?
12. Berapa jumlah tanggungan keluarga Bapak/Ibu?
13. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui mengenai sampah rumah tangga?
14. Berapa banyak sampah rumah tangga yang dihasilkan Bapak/Ibu
dalam sehari?
15. Kemana Bapak/Ibu biasanya membuang sampah rumah tangga?
16. Mengapa Bapak/Ibu terbiasa membuang sampah rumah tangga ke
tempat tersebut?
17. Pukul berapa biasanya Bapa/Ibu membuang sampah rumah tangga?

106
18. Mengapa Bapak/Ibu membuang sampah rumah tangga pada pukul
sekian?
19. Apakah Bapak/Ibu cenderung mengikuti oranglain dalam membuang
sampah rumah tangga ke suatu tempat?
20. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS) di Kelurahan Sukamulya?
21. Jika ya, dimana Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di
Kelurahan Sukamulya?
22. Apakah Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dekat dengan
tempat tinggal Bapak/Ibu?
23. Menurut Bapak/Ibu cara mengelola sampah rumah tangga yang baik
itu seperti apa?
24. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti sosialisasi atau pelatihan
mengenai cara mengelola sampah rumah tangga?
25. Jika ya, pengetahuan apa yang Bapak/Ibu dapatkan setelah mengikuti
sosialisasi atau pelatihan tersebut?
26. Jika ya, apakah Bapak/Ibu menerapkan cara mengelola sampah rumah
tangga dengan baik dikehidupan sehari-hari?
27. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan cara mengelola sampah rumah tangga
yang biasanya Bapak/Ibu lakukan kepada anak-anak Bapak/Ibu?
28. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai penumpukan sampah di
pinggir jalan di beberapa titik di Kelurahan Sukamulya?
29. Jika ya, bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai hal tersebut?
30. Apakah di Kelurahan Sukamulya terdapat petugas pengangkutan
sampah?
31. Jika ada, berapa kali dalam sebulan pengangkutan sampah di
Kelurahan Sukamulya dilakukan?
32. Jika ada, apakah petugas pengangkutan sampah selalu rutin datang
pada jadwal yang telah ditentukan?
33. Apakah cukup pengangkutan sampah dilakukan sekian kali dalam
sebulan?

107
34. Apakah Bapak/Ibu termasuk menggunakan jasa petugas pengangkutan
sampah?
35. Jika ya, berapa biaya yang harus dikeluarkan agar sampah dapat
terangkut oleh petugas pengangkutan sampah?
36. Jika petugas pengangkutan sampah tidak kunjung tiba, bagaimana cara
Bapak/Ibu dalam mengatasi sampah rumah tangga yang menumpuk?
37. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih mengatasi penumpukan sampah
rumah tangga dengan cara tersebut?
38. Apakah cara tersebut efektif untuk mengatasi penumpukan sampah
rumah tangga yang tak kunjung diangkut oleh petugas pengangkutan
sampah?

108

Anda mungkin juga menyukai