Disusun Oleh:
Fitriyana (21012)
Keperawatan 2-A
Jl. Yos Sudarso Komplek Marinir Cilandak Jakarta Selatan Telp/Fax : 021-78845502 Email : info@akperkerishusada.ac.id Website :
www.akperkerishusada.ac.id
A. Konsep Oksigenasi
1. Definisi Oksigen
Oksigen (O 2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Untuk kelanjutan fungsi sel eukariosit harus mengambil 02 &
membuang CO2.
Respirasi: pertukaran gas, dimana O2 yg dibutuhkan untuk metabolisme sel masuk ke dlm tubuh & CO2 yg dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari
tubuh melalui paru. Pada keadaan normal respirasi mengatur pemasukan O2 & pengeluaran CO2 dlm berbagai tingkatan metabolisme.
2. Manfaat oksigen bagi tubuh
Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan
bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan berbagai aktivitas untuk
memelihara efektivitas segala fungsi tubuh
3. Fungsi Sistem Respirasi
a. Menyediakan area untuk pertukaran gas antara udara & darah
b. Memindahkan gas (O2&CO2) dari dan ke permukaan pertukaran
c. Proteksi permukaan respirasi
d. Pertahanan terhadap patogen yang akan menyerang sistem respirasi atau jaringan lain
e. Komunikasi verbal (Vokal)
f. Pengaturan volume & tekanan darah & pH cairan tubuh.
1) Pipa berotot
2) Terdiri atas tiga bagian berdasarkan tempatnya yakni nasofaring (dibelakang hidung), oropharynx (dibelakang mulut), laringopharinx/ hypopharynx
(dibelakang larynx)
3) Tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan
4) Posisi faring: Ke atas dg rongga hidung, ke depan dg rongga mulut, kebawah depan ke laring, bawah belakang dg esofagus.
c. Laring/pangkal tenggorokan
4. Kontrol Pernafasan
Pusat pengaturan pernafasan adalah medulla oblongata dan pons.
1) Respirasi normal antara 12-15 kali per menit.
2) Pada kondisi tertentu frekuensi respirasi dapat meningkat atau menurun bergantung kondisi.
3) Yang menaikkan atau menurunkan kecepatan respirasi adalah medulla oblongata dan pons.
5. Proses terjadinya system respirasi
C. Kesimpulan
Organ saluran pernafasan atas, yaitu mulut, hidung, dan pharing, ketiganya dihubungkan dengan nasopharing, organ saluran pernafasan bawah, yaitu trakhea, lobus
bronkhus, segmen bronkhus, dan paru.Proses pernafasan mencakup ventilasi, difusi, transportasi dan perfusi. Pola pernafasan normal tergantung pada usia. Rata-rata
pernafasan normal adalah 12 sampai 20 kali per menit pada anak yang lebih tua dan dewasa. Jenis pernafasan diantaranya pernafasan eupnoe, yaitu pernafasan
normal, tenang dan teratur, pernafasan kussmaul, yaitu pernafasan kadang cepat dan kadang lambat sehingga frekuensi tidak teratur. Pernafasan cheyene stokes,
yaitu pernafasan kadang apnoe, frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit, dan pernafasan biot, yaitu pernafasan tidak teratur iramanya dan kadang diikuti apnoe.
Pernafasan dipengaruhi oleh, posisi tubuh, lingkungan, gaya hidup dan kebiasaan.
KASUS
Tn.A masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas sudah 2 hari, pusing dan pengelihatan kabur . Saat pemeriksaan ditemukan TD : 130/80 mmHg, S : 37
C, N : 100 x/mnt, RR : 28 x/mnt. Suara nafas pasien sedikit wheezing dan mengalami siansosis. Pada saat bernafas pasien mengalami nyeri, terdapat spasme
jalan nafas dan terdapat pernapasan cuffing hidung. Pada foto X-ray parenkim paru bsis kabur tampak infiltrat paru bersifat kavitas. Pemeriksaan AGD : PH;
7,32 Po2; 56 mmHg PCO2; 45 mmHg Sat O2: 80% HCo3; 26 mEq/L. Pemeriksaan Penunjang: HB; 10 gr/dl HT;80% Trombosit;167.000 Leukosit; 14.560,
eritrosit: 4,0 juta/mcl.
o Kaji kemampuan untuk duduk, berdiri, dan Anak menyatakan tidak lelah
bergerak sesuai kemampuan setelah melakukan aktifitas
o Identifikasi antara keinginan dan Anak / keluarga memahami
kemampuan melakukan aktivitas gangguan tidur yang dialami
o Kaji respon emosional yang mempengaruhi Anak memperlihatkan intervensi
3. Aktifitas/istirahat
kondisi saat ini yang tepat untuk meningkatkan
Gangguan tidur : ada tidak penyebab ........................... Gangguan pola tidur o Identifikasi pemberian obat dan tindakan tidur
yang dapat menimbulkan kelelahan Anak dapat tidur dengan jumlah
Keterbatasan gerak : ada tidak penyebab ............................ Intoleransi aktifitas
o Observasi TTV sebelum dan sesudah jam sesuai usia
Kelemahan fisik : : ada tidak penyebab ............................ Fatique melakukan aktivitas perkembangannya
o Berikan waktu istirahat diantara aktivitas Anak dapat melakukan aktifitas
Gangguan berjalan : ada tidak penyebab ............................ Gangguan berjalan
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan toleransinya
ROM : aktif tidak aktif Tidak ada masalah o Tingkatkan level kemampuan melakukan Anak tidak memperlihatkan
aktivitas secara bertahap sesak setelah beraktifitas
4. Keamanan o Pantau perubahan suhu tubuh Suhu tubuh anak dalam batas
o Anjurkan staf RS dan keluarga utnuk normal (36,5 – 37,5 0 C)
Temperatur : 37.00C Hipotermi / hipertermi
mencuci tangan dengan baik Hitung leukosit dalam batas
Leukosit : 14.560 Sel/ul Resiko infeksi o Pasang bed side rail normal
o Anjurkan keluarga untuk menjaga dan Anak tidak memperlihatkan
Terpapar panas berlebihan : ya tidak Resiko SIDS
menemani anak tanda-tanda terjadinya infeksi
Posisi tidur tengkurap : ya tidak Resiko terjadinya injury o Anjurkan keluarga untuk menyimpan baik lokal maupun sistemik
barang berbahaya ditempat yang tidak Tidak ada kerusakan kulit
Beresiko jatuh : ya tidak bila ya, penyebab ........................ Resiko keracunan
terjangkau anak Anak tidak memperlihatkan
Keracunan : ya tidak bila ya, penyebab ....................... Kerusakan integritas kulit (aktual/resiko) o Ubah posisi secara terjadwal tanda-tanda keracunan
o Berikan perawatan kulit Anak / keluarga memahami dan
Integritas kulit : utuh tidak bila tidak, penyebab ................... Kekerasan dari orang lain (aktual/resiko)
o Hindarkan anak kontak dengan sumber dapat mencegah situasi yang
Mendapat perilaku kekerasan : ya tidak bila ya, kapan . ......... Tidak ada masalah kekerasan membuat terjadinya kekerasan
dari orang lain
5. Kenyamanan Gangguan rasa nyaman o Kaji lokasi, frekuensi, dan kualitas nyeri Anak mengantakan nyeri
o Lakukan teknik pengurangan nyeri non berkurang atau hilang
Menangis : ya tidak Nyeri Akut
farmakologis Skala nyeri berkurang
Nyeri : ya tidak sejak kapan 2 hari Nyeri kronik o Berikan posisi yang nyaman Anak memperlihatkan
o Kolaborasi pemberian analgetik teknik relaksasi untuk
Skala nyeri : 6 Tidak ada masalah
o Pantau keefektifan analgetik mengurangi nyeri
kolaborasi pemberian analgetik
6. Integritas ego o Identifikasi persespsi anak dan keluarga Anak/orang tua memperlihatkan
dengan situasi yang dihadapi saat ini relaksasi dan melaporkan
Kecemasan anak/keluarga : ada tidak penyebab ............................. Kecemasan (anak/orang tua)
o Observasi perilaku yang mengindikasikan penurunan kecemasan
Gangguan body image: ada tidak penyebab ............................. Gangguan body image kecemasan Dukungan keluarga terhadap
o Monitor respon fisik yang mengindikasikan anak baik
Trauma perkosaan : ya tidak Sindrom trauma perkosaan
kecemasan seperti palpitasi atau gerakan Tidak dilaporkan adanya
Berduka : ya tidak penyebab ............................. Berduka dysfungsional berulang komplikasi fisik pada anak, misal
o Identifikasi mekanisme pertahanan diri rasa nyeri dan ketidaknyamanan
Tidak ada masalah
o Identifikasi kemampuan melakukan koping Orang tua memahami adanya
o Lakukan komunikasi terapeutik situasi yang menimbulkan
o Bersikap empati kesedihan
o Berikan waktu untuk mengutarakan Koping keluarga positif
perasaan menghadapi kedukaan
o Berikan informasi yang dibutuhkan dengan Lain-lain
akurat
o Tingkatkan kepercayaan diri
Nama Perawat / Tanda tangan
1. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS:
Pasien mengatakan sesak napas, pusing dan
pengelihatan kabur
DO:
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Gangguan Pertukaran Gas
AGD : PH; 7,32 Po2; 56 mmHg PCO2; 45
mmHg Sat O2: 80% HCo3; 26 mEq/L
Tampak terdapat pernafasan cuping hidung
Sianosis
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan gambaran stuktur taksonomi di atas dirumukan masalah keperawatan pada Tn.A antara lain:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan hambatan upaya napas
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI (D.0003) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, Pemantauan Respirasi
pasien diharapkan membaik dengan kriteria hasil: (SIKI. I.01014)
(SLKI L.01003)
Dispnea menurun (4) Observasi
Bunyi nafas tambahan menurun (4)
Pusing Menurun (4) Monitor frakuensi, irama, kedalaman dan upaya napas Monilor pola
Penglihatan kabur menurun (4) napas(seperti bradipnea, takipnea, hiperventilaai, Kussmaul, Choyne
Terapeutik
Edukasi
Terapi Oksigen
(SIKI I.01026)
Tindakan Observasi
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Terapeutik
Membersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu Pertahankan kepatenan
jalan napas Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
Memberikan oksigen tambahan, jika perlu
Memberikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Menggunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
Mengajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Mengkolaborasi Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Mengkolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
Manajemen Jalan Napas (SIKI I.01011) Jam 03.30 WIB
5 Desember 2021 Observasi S: Pasien mengatakan sesak napas sudah 2 hari, pusing dan pengelihatan
03.30 WIB Memonitor pola napas (frekuensi, kabur
kedalaman, usaha napas)
Memonitor bunyi napas tambahan (mis.
gurgling, mangl, wheezing, ronkhi kering) O:
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) AGD : PH; 7,32 Po2; 56 mmHg PCO2; 45 mmHg Sat O2: 80%
HCo3; 26 mEq/L
Terapeutik Tampak terdapat pernafasan cuping hidung
Mempertahankan kapalenan jalan napas Sianosis
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust Pola napas kusmaul
jika curiga trauma servikal) Fase ekspirasi memanjang
Memposisikan semi-Fowler atau Fowler TTV:
Berikan minum hangat TD : 130/80 mmHg
Melakukan fisioterapi dada, jika perfu
Melakukan penghisapan lendir kurang dari N : 100 x/mnt
15 detik Lakukan hiperoksigenasi sebelum RR : 28 x/mnt
penghisapan endotrakeal Pola nafas dispnea
Mengeluarkan sumbatan benda padat Pemeriksaan Laboratorium
dengan forsep McGill Berikan oksigen, Jika HB; 10 gr/dl
perlu HT: 80%
Trombosit: 167.000 Sel/ul
Edukasi Leukosit: 14.560 Sel/ul
Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, Eritrosit: 4,0 juta/mcl
jika tidak kontraindikasi Ajarkan teknik Thoraks : parenkim paru bsis kabur tampak infiltrat paru bersifat
baluk efektif kavitas.
Kolaborasi
Mengkolaborasi pemberian bronkodilator, A: Masalah belum teratasi
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
P: Pindahkan ke ruang rawat inap
Pemantauan Respirasi (SIKI. I.01014)
Observasi
Memonitor frakuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas Monilor pola napas(seperti
bradipnea, takipnea, hiperventilaai,
Kussmaul, Choyne Stokes Biot, ataksik)
Memonitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Memonitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Memonitor saturasi oksigen
Memonitor nilai AGD Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
Mengatur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasion Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Menginformasikan hasil pemantauan, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Erlangga.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Rahayu, & Harnanto. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta Selatan: Kemenkes.