Anda di halaman 1dari 38

THOUGHT STOPPING

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Yang dibina oleh Moh. Jufriyanto,S.Kep.,Ns.,M.Kep

KELOMPOK 2

1. Serlita Anggraeni Belly (33412001082)


2. Moh Afiffudin (33412001086)
3. Dewi Fitriyaningtias (33412001090)
4. Izzatul Ummami (33412001092)
5. Putri Septiana Wulandari (33412001093)
6. Sri Widari (33412001098)
7. Abu Hasan (33412001104)
8. Ika Septiana P.H (33412001110)
9. Aurellya Nadine W.P (33412001111)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI MADURA TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah degan segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kita masih diberikan kesehatan dan kenikmatan
sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan lancar

Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kehariban Baginda Rasul Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang benderang., selanjutnya
ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan dan terus
memotivasi saya, dan juga kepada bapak Dosen yang telah membimbing saya

Akhirnya, inilah prakata dari saya selaku penulis dengan harapan semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita semua, dan apabila terdapat suatu
kekurangan pada makalah ini. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan serta kekhilafan dari kami
baik segi pemikiran atau pun penulisan

Sampang, 30 Nov 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................................................2
BAB II .................................................................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI ..................................................................................................................................................................3
BAB III .............................................................................................................................................................................. 11
ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................................................................................... 11
A. Kasus......................................................................................................................................................................... 11
• Masalah Keperawatan : ............................................................................................................................................ 12
• Masalah Keperawatan : ............................................................................................................................................ 20
• Masalah Keperawatan : ............................................................................................................................................ 20
SIPP.....................................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................................ 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thougth stopping merupakan salah satu contoh tehnik aplikasi psikoterapi untuk
mengubah proses fikir pasien, terpi thought stopping dapat diterapkan karena tehnik
penghentian pikiran ini paling tepat digunakan ketika pikiran disfungsional pertama mulai
terjadi. Thought stopping memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah mudah dikelola,
biasanya mudah dimengerti oleh konseli dan siap digunakan oleh klien dalam pengaturan sikap
diri sendiri Manusia sebagai pribadi yang unik dan memiliki kekuatan untuk memahami
keterbatasannya serta kemampuan mengubah pandangan dasar, sistem nilainya dan melawan
kecenderungan-kecenderungan untuk menolak diri sendiri. Kesalahan berpikir seringkali
menimbulkan dampak yang besar bagi individu. Awalnya masalah tersebut kecil tapi
lama-kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Salah satu tehnik yang dapat membantu individu
mengidentifikasi pikiran-pikiran negatifnya kemudian menggantikannya dengan pikiran
yamg lebih rasional dan realistis adalah teknik thought stopping. proporsi pengaruh
kemampuan mengontrol halusinasi sebelum dan seesudah dilakukan terapi tought stopping.
Berdasarkan hasil analisis statistik Uji Wilcoxon Signed Rank Test, Kemampuan mengontrol
halusinasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi thought stopping ρ = 0,006 yang berarti
bahwa ada pengaruh terapi thought stopping terhadap kemampuan mengontrol halusinasi.
selama diberikan tindakan keperawatan menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan
terapi thought stopping pada klien gangguan jiwa dengan masalah keperawatan halusinasi
selama 3 hari didapatkan hasil klien dapat mengontrol halusinasi, klien relative tenang, ada
kontak mata, klien mampu berkomunikasi dengan baik, serta klien tampak lebih rileks.
Semakin sering dilakukan terapi thought stopping, semakin mempercepat kemampuan klien
penderita gangguan jiwa untuk mengontrol halusinasinya.Berdasarkan data dan permasalahan
diatas dengan melihat akibat yang lebih dalam dari meningkatnya angka kejadian penderita
halusinasi yang antara lain berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran, maka dengan ini penulis tertarik untuk melakukan ”asuhan keperawatan pada
pasien gangguan jiwa dengan halusinasi pendengaran menggunakan terapi tought
stoppingterhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi”.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu tehnik thought stopping?


2. Bagaimana karakteristik tehnik thought stopping?
3. Apa tujuan dari tehnik thought stoppig?
4. Bagaimana prinsip tehnik thought stopping?
5. Apa manfaat tehnik thought stopping?
6. Bagaimana tahap-tahap tehnik thought stopping?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tehnik thought stopping

2. Untuk mengetahui karakteristik tehnik thought stopping

3. Untuk mengetahui tehnik thought stopping

4. Untuk mengetahui prinsip tehnik thought stopping

5. Untuk mengetahui manfaat tehnik thought stopping

6. Untuk mengetahui tahap-tahap tehnik thought stopping

1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat

1. Sebagai bahan referensi bagi pembaca

2. Mengembangkan wawasan bagi pembaca tentang tehnik thought stopping

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A.Pengertian Teknik Thought Stopping

Konsep tentang terapi thought stopping bukan hal yang baru tapi sudahdikenal sejak jaman
Yunani kuno. Menurut Joseph Wolpe teknik thought stopping cenderung menyalahkan dirinya
sendiri (self defeating). Dengan kata lain tehnik thought stopping merupakan teknik rahasia yang
digunakan adalah suatu teknik rahasia yang digunakan untuk menyembuhkan pemikiran negatif atau
pemikiran yang merusak diri, pikiran negatif atau merusak diri tersebut berasal dari dalam diri
individu sendiri. Hal ini mengakibatkan individu untuk menyembunyikan atau menghilangkan
pemikiran negatif atau pikiran yang merusak diri.

Menurut GW Stuart, MT Laraia, dan ME Townsend teknik thought stopping adalah sebagai
prosedur yang digunakan untuk mengganti pikiran tidak sehat menjadi sehat, dengan cara
menghentikan bayangan atas suatu gagasan, gambaran, pikiran, ketakutan atau stimulus yang
menyebabkan perilaku seseorang yang tidak bisa menyesuaikan diri. Townsend (2009:1),
menjelaskan bahwa hought stopping merupakan sebuah teknik yang dipelajari sendiri oleh
seseorang yang dapat digunakan setiap kali individu ingin menghilangkan pikiran yang
mengganggu atau pikiran negatif dari kesadaran.

Menurut Videbeck, S. L (2008:1), thought stopping therapy merupakan salah satu dari
terapi perilaku yang digunakan untuk membantu individu mengubah proses berpikir. Kebiasaan
berpikir dapat membentuk perubahan perilaku, dengan satu pikiran otomatis saja dapat memberi
petunjuk kepada pikiran-pikiran lain yang mengancam. Thought stopping digunakan dengan
berbagai cara menolong seseorang untuk tenang dan berhenti memikirkan pikiran yang tidak
menyenangkan dan sifatnya mengancam.

Sedangkan menurut Triyono (1994:69) bahwa thought stopping adalah salah satu
bentuk konseling tingkah laku kognitif yang digunakan untuk mengatasi pikiran yang tidak rasional
yang membuat masalah bagi seseorang yang terlalu memusatkan pada pikiran yang tidak sesuai atau
tidak produktif melalui menekan atau membatasinya. Pikiran yang irasional maupun yang tidak
produktif yang dimaksud adalah pikiran negatif yang menyebabkan seseorang cenderung untuk
menyalahkan diri (self defeating). Teknik thought stopping dilakukan dengan cara menekan atau
membatasi munculnya pikiran negatif yang sewaktu- waktu muncul dalam diri individu.
Berdasarkan pengertian teknik thought stopping diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
thought stopping sebagai salah satu teknik dalam pendekatan konseling kognitif behavior yang
dapat digunakan untuk menghilangkan dan mengatasi pikiran yang irasional yang membuat masalah

3
bagi seseorang yang terlalu memusatkan pada hal tersebut yang selanjutnya diganti menjadi pikiran
yang sehat atau positif. Hal ini dilakukan dengan cara menghentikan bayangan atas suatu gagasan,
gambaran, pikiran, ketakutan yang menyebabkan perilaku seseorang yang tidak bisa menyesuaikan
diri yang sewaktu-waktu mucul.

B. Karakteristik teknik thought stopping

Karakteristik teknik thought stopping merupakan hal yang menjadi ciri utama dalam teknik
thought stopping. Menurut Hana: 2009 bahwa karakteristik teknik thought stopping sebagai
berikut:
a. Model perlakuan kognitif

b. Bersifat instruksional (baik oleh orang lain maupun diri sendiri)

c. Verbalisasi dan pengisyaratan isi pikiran

d. Pemutusan alur pikiran

e. Interupsi yang bersifat mendadak

Konseling dengan teknik thought stopping termasuk bagian dalam pendekatan konseling
kognitif yang berfokus pada pengaturan aspek kognitif (pikiran). Dilihat dari segi penerapannya,
konseling dengan tehnik thought stopping bersifat instruksional yang berarti bahwa konseling
dengan tehnik thought stopping dapat dilakukan pada seseorang setelah mendapatkan perintah dari
orang lain maupun dari dalam dirinya sendiri untuk membayangkan situasi yang menyebabakan
dirinya mengalami kecemasan. Selanjutnya, proses pelaksanaan konseling dengan tehnik thought
stopping diawali dengan mengungkapkan seluruh isi pikiran baik secara verbal maupun non verbal,
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut dengan cara melakukan interupsi
secara mendadak dengan berkata “Stop” baik secara langsung (lisan) maupun tidak langsung

Tujuan Teknik Thought Stopping

Tujuan tehnik thought stopping merupakan hal-hal yang ingin dicapai setelah menerapkan
tehnik thought stopping. Ankrom, S (1998:102) mengatakan bahwa, tujuan dilakukannya terapi
thought stopping untuk memutuskan pikiran yang mengganggu dan menimbulkan kecemasan.
Dalam buku Strategi Konseling oleh Mohammad Nursalim (2005:36), menyatakan bahwa tujuan
utama dari teknik thought stopping antara lain

4
1. Memperbaiki dan merubah sikap persepsi cara berpikir, keyakinan serta
pandanganpandangan konseli yang irasional menjadi rasional dan logis, konseli dapat
mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki seoptimalnya melalui perilaku kognitif
yang efektif dan positif.

2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa


benci, rasa takut, rasa bersalah, berdosa, rasa was-was, rasa marah sebagai konsekuensi
dari cara berpikir dan sistem keyakinan yang keliru dengan jalan melatih dan mengajari
konseli untuk menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan
kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari teknik thought stopping
adalah untuk menghentikan, merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan
yang tidak rasional atau negatif, untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang
merusak diri sendiri seperti rasa benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, was-was dan resah,
untuk menghentikan konseli yang mengalami gangguan pikiran obsesif dan membayangkan sesuatu
yang tidak mungkin terjadi.

C.Prinsip-Prinsip Thought Stopping

Prinsip teknik thought stopping adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan
teknik thought stopping. Dalam pelaksanaannya, terapi ini menggunakan berbagai variasi dalam
membantu seseorang yang sedang mencoba menghentikan pikiran yang tidak menyenangkan atau
memutuskan pikiran negatif.
Konseli diinstruksikan mengatakan “stop” ketika pikiran negatif muncul dan memberi isyarat pada
konseli untuk menggantikan pikiran tersebut dengan memilih alternatif pikiran yang positif.
Prosedur yang efektif tergantung pada kesepakatan bersama.
Menurut Hana: 2009. Prinsip-prinsip teknik thought stopping sebagai berikut:

a. Penerapan individual lebih menguntungkan karena apabila teknik ini digunakan


dalam situasi kelompok maka akan mengganggu konsentrasi dari konseli itu sendiri.
b. Perancangan dan proses penggunaan teknik ini secara teratur dan berjangka
c. Keajegan
d. Stimulus penghentian harus kuat
e. Memberikan keluasan pengembangan pikiran secara bebas.

5
Konseling dengan teknik thought stopping mempersyaratkan konsentrasi dan memerlukan
kondisi rileks atau santai dan terbebas dari suasana yang mengganggu sehingga lebih
menguntungkan jika diterapkan secara individual dari pada kelompok. Pelaksanaan konseling
dengan teknik thought stopping juga memerlukan rancangan ketika muncul pikiran-pikiran negatif
dalam mengembangkan pikiran secara bebas serta perlu adanya penerapan teknik ini secara teratur
artinya rutin dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan demikian prinsip-prinsip pelaksanaan
konseling dengan teknik thought stopping tersebut hendaknya diperhatikan oleh konselor atau
konseli.
Berdasarkan pendapat Hana prinsip teknik thought stopping dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan teknik thought stopping secara individual lebih menguntungkan


2. Memerlukan kondisi rileks
3. Perancangan dan proses penggunaan teknik ini secara teratur dan berjangka
4. Keajegan
5. Stimulus penghentian harus kuat
6. Memberikan keluasan pengembangan pikiran secara bebas, sehingga pelaksanaan
konseling dengan teknik thought stopping memberikan hasil yang maksimal.

B. Manfaat Teknik Thought Stopping

Manfaat pelaksanaan konseling dengan teknik thought stopping merupakan hal-hal yang dapat
diperoleh setelah melaksanakan konseling dengan teknik thought stopping. Manfaat pelaksanaan
konseling dengan teknik thought stopping, menurut Roney (1974, dalam Mohammad Nursalim,
2005:37), sebagai berikut:

a. Untuk mengurangi perilaku maladaptif atau perilaku yang tidak dapat


menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b. Dapat mengurangi kecemasan seseorang.

c. Mengurangi kritik diri yang tidak sehat atau suka menyalahkan diri sendiri.

d. Dapat membantu seseorang dalam mengontrol pikiran negatif.

e. Bermanfaat untuk belajar melupakan pengalaman buruk.

C. Tahap-Tahap Teknik Thought Stopping

SOP Terapi Thought Stopping

Tujuan :

1. Membina hubungan saling percaya


2. Mengidentifikasi pikiran yang mengancam dan menimbulkan cemas
3. Mengenal dan memahami terapi thought stooping

6
Indikasi :

1. Klien yang mempunyai kesulitan karena sering mengulang pikiran maladaptif


2. Klien berfikir tidak benar (memiliki pikiran negatif tentang dirinya)
3. Klien selalu merasa khawatir tentang munculnya pikiran cemas secara berulang
4. Klien dengan perilaku bermasalah yang lebih bersifat kognitif daripada ditampilkan secara
terbuka
5. Tehnik penghentian pikiran paling tepat digunakan ketika pikiran disfungsional pertama
mulai terjadi

Alat :

1. Lembar pengkajian
2. Alat tulis
3. Alarm

Langkah kegiatan :

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Persiapan lingkungan
3. Memberikan salam dan perkenalan
4. Menjelaskan kepada klien jika membutuhkan waktu selama 40 menit ke depan dengan
tujuan mengidentifikasi pikiran-pikiran yang mengancam dan yang menimbulkan cemas
seta mengenal dan memahami terapi thought stopping
5. Meminta klien mengidentifikasi pikiran-pikiran yang mengganggu dan mengancam serta
menyebabkan cemas, tanyakan apakah pikiran itu realistis atau tidak, membuat klien
produktif atau tidak mudah atau sulit dikendalikan kemudia memimta klien menuliskan
pada lembar yang telah disediakan dan meminta klien menuliskan satu pikiran yang
mengancam
6. Kemudian lakukan latihan thougth stopping, atur alarm selama 3 menit, lalu minta klien
memejamkan mata dan mengosongkan pikiran serta membayangkan pikiran yang
mengganggu dan mengancam serta membuat stress seolah-olah akan terjadi dan
memutuskan pikiran tersebut dengan mengatakan “STOP” secara berbisik pada hitungan
1,2,3,4 dan 5. Lakukan latihan thought stopping sebanyak 3 kali
7. Biarkan klien rileks selama 1 menit, bantu klien untuk menggantikan pikiran yang
mengganggu atau menimbulkan stres dengan pikiran lain yang positif
8. Lakukan evaluasi dengan menanyakan perasaan klien

7
Prosedur konseling dengan teknik thought stopping merupakan tahap- tahap pelaksanaan
konseling dengan teknik thought stopping, yang secara sederhana digambarkan dengan konseli
yang diminta untuk memusatkan pada bayangan yang menghasilkan kecemasan sehingga konselor,
menyatakan secara keras “STOP”. Menurut Ankrom, S ada empat tahap (1998:108), yaitu:
a. Tahap pertama: Identifikasi piikiran yang membuat stress. Pada sesi ini konseli memulai dengan
memonitor pikiran yang mengganggu dan mencemaskan konseli, kemudian tuliskan pikiran
tersebut dan pilih salah satu yang akan diatasi terlebih dahulu.

b. Tahap kedua: Buatlah pernyataan positif dan penuh keyakinan di sebelah pikiran yang membuat
cemas. Misalnya : “saya sangat cemas , mungkin saya akan mulai panik dan mempermalukan
diri saya sendiri jika menerima undangan konser”.
Buat pernyataan positif seperti : “Saya pernah berada dalam kondisi cemas sebelumnya dan saya
tetap berhasil” atau “saya percaya bahwa saya dapat mengontrol kecemasan saya dengan
menggunakan teknik yang sudah saya pelajari”.
c. Tahap ketiga: Ulangi lalu ganti. Instruksikan konseli untuk tutup matadan pikirkan tentang
pikiran yang membuat stress. Usahakan untuk membayangkan diri konseli, konseli berada
dalamsituasi di mana pikiran tersebut mungkin muncul. Ulangihal itu dalam pikiran konseli
selama kira-kira 3 menit kemudian menginterupsi dengan mengatakan “stop!”. Ucapkan pikiran
positif yang telah diidentifikasi di sesi 2 tadi denganpenuh keyakinan.

d. Tahap keempat: Membuat keputusan yang penting. Agar teknik thought stopping menjadi lebih
efektif, konseli memerlukan latihan setiap hari. Pikiran yang membuat stress akan sering muncul
di awal-awal latihan, namun secara perlahan akan menghilang.
Sedangkan menurut Mohammad Nursalim (2005:36-41), tahap-tahap pelaksanaan konseling teknik
thought stopping ada lima yaitu:
a. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh konselor
Pada tahap ini, konselor akan menjelaskan dasar pemikiran penerapan teknik thought stopping.
Sebelum menerapkan teknik ini, konseli harus sadar akan pikiran-pikiran yang mengalahkan
dirinya yang sering muncul.
Pada tahap ini konselor harus menunjukkan bagaimana pikiran konseli yang mengganggu
(gagal) dengan cara apa konseli dapat keluar dari masalah itu tanpa diganggu oleh pikiran-pikiran
itu. Selanjutnya, jika konseli bersedia untuk mencoba menggunakan teknik thought stopping,
konselor harus menjelaskan prosedur tersebut tanpa memperagakan secara jelas kepada konseli
mengenai bagaimana cara menghentikan pikiran itu. Hal ini dikarenakan bahwa pada “kenyataan
awal” inilah sangat efektif dilakukan konseling dengan teknik thought stopping.
apa konseli dapat keluar dari masalah itu tanpa diganggu oleh pikiran-pikiran itu. Selanjutnya,
jika konseli bersedia untuk mencoba menggunakan teknik thought stopping, konselor harus
menjelaskan prosedur tersebut tanpa memperagakan secara jelas kepada konseli mengenai

8
bagaimana cara menghentikan pikiran itu. Hal ini dikarenakan bahwa pada “kenyataan awal” inilah
sangat efektif dilakukan konseling dengan teknik thought stopping. Apa konseli dapat keluar dari
masalah itu tanpa diganggu oleh pikiran-pikiran itu.
Jika konseli bersedia untuk mencoba menggunakan teknik thought stopping, konselor harus
menjelaskan prosedur tersebut tanpa memperagakan secara jelas kepada konseli mengenai
bagaimana cara menghentikan pikiran itu. Hal ini dikarenakan bahwa pada “kenyataan awal” inilah
sangat efektif dilakukan konseling dengan teknik thought stopping.
Pada tahap ini,konselor bertanggung jawab untuk menginterupsi pikiran.

a. Interupsi ini bersifat terbuka (overt), yaitu dengan mengucapkan kata “Stop” yang keras,
dapat pula disertai dengan tepukaan tangan, mengetuk meja ataupun dengan siulan.
Awalnya, konseli diminta untuk menyatakan mengatakan semua pikirannya secara keras.
Kata-kata (verbalisasi) buat memungkinkan konselor untuk menemukan pernyataan yang
mana yang tepat untuk dihentikan.
b. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien (Overt InteruptionClient)

Setelah klien belajar untuk mengontrol pikiran negatifnya sebagai respon dari interupsinya
sendiri. Awalnya, klien dengan sengaja membangkitkan pikiran- pikirannya mengenai
apapun dan membicarakan berbagai macam pikiran ini masuk kealam pikirannya.
Selanjutnya, konselor minta klien untuk mengatakan “Stop” dengan keras kapanpun bila
klien menemukaan pikiran-pikiran yang negatif.

c. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien (Covert Interuption Client)


Pada tahap ini klien membiarkan pikiran-pikiran masuk kealam pikirannya. Hal ini dilakukan
klien secara bebas mengemukakan pikirannya dalam kondisi rileks. Kemudian, klien akan
menginterupsi kata “Stop” cukup dalam hati saja (covert) bila klien menemukan pikiran-
pikiran yang negatif.
d. Pergantian dari pikiran yang asertif, positif atau netral

Sebagaimana asumsi Arrick (1981, dalam Mohammad Nursalim, 2005:39), bahwa tingkah
laku yang asertif dapat mencegah kecemasan, kegelisahan walaupun klien telah belajar
untuk menekan pikiran yang tidak dikehendaki. Pada dasarnya, klien diajarkan untuk
mengganti pikiran negatif ke respon asertif setelah pikiran negatifnya diinterupsi. Pada tahap
ini, konselor menerangkan tujuan dari menekan yang berbeda untuk pikiran yang negatif
atau tidak produktif. Kemudian, konselor memberikan contoh cara mengganti pikiran yang
asertif setelah menghentikan pikiran yang negatif. Selanjutnya, konselor meminta untuk
mempraktekan pergantian pikiran yang asertif setelah konseli menginterupsi diri secara
terbuka. Terakhir, konseli didorong terus agar berlatih mengganti pikiran asertif, hingga
beberapa kali.

9
e. Pekerjaan rumah atau evaluasi

Pekerjaan rumah dilakukan agar klien terus berlatih dan dapat menguatkan kontrol klien
dalam menghentikan pikiran yang negatif bila sewaktu-waktu muncul. Rekaman pikiran
klien tentang pesan “Stop” diri konselor tadi dapat digunakan untuk latihan penguatan
kontrol pikiran yang perlahan penggunaan rekaman pesan diwaktu latihan seperti itu akan
tidak diperlukan lagi. Berdasarkan pendapat Ankrom dan Mohammad Nursalim pembagian
tahap dalam melakukan terapi thought stopping berbeda-bedadan sifatnya bervariasi.
Menurut Ankrom ada empat tahap pelaksanaan konseling dengan teknik thought stopping
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Identifikasi piikiran yang membuat stress;

2. Buat pernyataan positif dan penuhkeyakinan di sebelah pikiran yang membuat


cemas;

3. Instruksikan konseli untuk tutup mata dan pikirkan tentang pikiran yang
membuat stress

4. Membuat keputusan yang penting dan menurut Nursalim dapat disimpulkan


sebagai berikut:

a. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh konselor;

b. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien;

c. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien;

d. Pergantian kepada pikiran-pikiran yang tegas dan positif;

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Tn. A umur 35 tahun mengalami gangguan jiwa kurang lebih 4 tahun yang lalu tepatnya
pada tahun 2018 dan dirawat di RSJ. Suka maju. Klien suka marah, suka menyendiri dan merasa
mendengarkan suara-suara tanpa wujud. Keluarga klien mengatakan kondisi klien berawal dari
pembulian ditempat kerjanya. Hasil pemeriksaan yang di dapatkan klien tampak murung, lebih
banyak diam, nada bicara pelan, dan suka menangis jika klien merasa mendengar suara.

B. Pengkajian

RUANGAN RAWAT : Ruang melati TANGGAL DIRAWAT : 25 Desember 2021

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. A (L) Tanggal Pengkajian : 25 Desember 2021


Umur : 35 tahun RM No. : 012340105606
Informan :

II. ALASAN MASUK


Saat dirumah klien suka menyendiri dan marah-marah selama 3 minggu dan suka
mendengar suara-suara tanpa wujud sehingga klien masuk rumah pada sakit tanggal 25
Desember 2021. Saat dilakukan pengkajian klien tampak mendengar suara yang tidak ada
wujudnya dan menghardik dengan menutup telinganya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

√ Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya.

Berhasil √ Kurang berhasil Tidak berhasil

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


3. Aniaya fisik
Aniaya seksual
√ 35
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal

11
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, namun
pengobatan sebelumnya kurang berhasil sehingga pasien kembali masuk ke rumah sakit
jiwa. Pasien menjadi korban pembuliyan atau penolakan di masyarakat 35 tahun.
• Masalah Keperawatan :

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

Berduka Antisipasi

Berduka Disfunsional

Respon Pasca Trauma

Sindrom Trauma Perkosaan

Risiko tinggi Kekerasan

√ Lain-lain, jelaskan regimen tidak efektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


√ Ya Tidak

Hubungan keluarga : kakek pasien pernah mengalami HDR


Gejala : kakek sering menyendiri di kamar.
Riwayat pengobatan/perawaran : kakek klien pernah dirawat di RSJ selama 6 bulan.

• Masalah Keperawatan :

√ Koping Keluarga tidak efektif: ketidakmampuan

Koping keluarga Tidak Efektif: kompromi

Risiko Tinggi Kekerasan

Lain-lain, jelaskan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengalami trauma karena dibully ditempat kerjanya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda vital : TD : 110/80 N : 88 x/menit S : 36 °C P : 24 x/menit
2. Ukur : TB : 170 cm BB : 65 kg
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak

• Masalah Keperawatan :
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh
Defisit volume cairan
Perubahan volume cairan
12
Risiko tinggi terhadap infeksi
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi: resiko kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan eliminasi urine
Lainnya, jelaskan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram Keterangan :

: perempuan

: laki-laki

: cerai/putus hubungan

: meninggal

: orang yang tinggal serumah

: orang yang dekat

: klien

• Masalah Keperawatan :
Koping Keluarga tidak efektif: ketidakmampuan
Koping keluarga: potensi untuk pertumbuhan
Koping keluarga Tidak Efektif: kompromi

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : klien mengatakan tidak menyukai bagian telinga karena sering mendengar
suara seperti bisikan di masa lalu yang membuat klien merasa dijahui oleh kelompok sebaya.

b. Identitas : klien sebagai ayah dari 2 orang anak dan sebagai anggota ditempat kerjanya.

c. Peran : klien sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk mencari nafkah di
keluarganya dan sesalu mengantar anaknya ke sekolah.

d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan berharap dapat diterima di
lingkungan masyarakat.

e. Harga diri : klien malu berinteraksi dengan orang lain karena klien merasa tidak dianggap
seperti orang lain.
13
• Masalah Keperawatan :

Perubahan unilateral √ Harga diri rendah kronik

Gangguan citra tubuh Harga diri rendah situasional

Gangguan identitas diri Lain-lain, jelaskan

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : klien mengatakan bahwa orang yang berarti dalam hidupnya yaitu
istrinya sendiri
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien tidak memiliki peran dalam
kegiatan kelompok/masyarakat
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : klien susah untuk berinteraksi dengan
masyarakat disekitar

• Masalah Keperawatan :

Kerusakan komunikasi verbal Isolasi sosial

√ Kerusakan Integritas sosial Lain-lain, jelaskan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan mengakui adanya tuhan dan klien rajin
sholat 5 waktu.
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan saat di RSJ jarang sholat.

• Masalah Keperawatan :

√ Distress Spiritual

Lain-lain, jelaskan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasana

Jelaskan : klien tampak tidak rapi, rambut acak-acakan, dan baju tidak diganti-ganti

• Masalah Keperawatan :

√ Sindrom Defisit Perawatan Diri.

14
Lain-lain, jelaskan

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap

In inkoheren Apatis √ Lambat

Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : saat diajak berbicara nada klien saat menjawab pelan.

• Masalah Keperawatan :

√ Kerusakan Komunikasi verbal

Lain-lain, jelaskan

3. Aktivitas Motorik:

√ Lesu Tegang Gelisah

Agitasi Tik Grimasen

Tremor Kompulsif

Jelaskan : keadaan klien tampak lesu saat beraktivitas

• Masalah Keperawatan :

Risiko tinggi cedera Kerusakan mobilitas fisik

√ Intoleransi Aktivitas Lain-lain, jelaskan

4. Alam perasaaan

√ Sedih √ Ketakutan Putus asa

Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : klien merasa ketakutan dan sedih saat mendengar suara – suara tanpa wujud dan objeknya
belum jelas.

• Masalah Keperawatan :

Risiko tinggi cedera √ Risiko bunuh diri

Ansietas Isolasi sosial

Ketakutan Ketidakberdayaan

Lain-lain, jelaskan
15
5. Afek

√ Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : saat diajak berkomunikasi tidak ada perubahan ekspresi di muka pasien.

• Masalah Keperawatan :

Risiko tinggi cedera kerusakan komunikasi verbal

√ Kerusakan interaksi sosial Lain-lain, jelaskan.

6. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : saat diajak komunikasi klien hanya melihat ke satu arah saja yaitu ke bawah.

• Masalah Keperawatan :

Kerusakan komunikasi verbal Risiko perilaku kekerasan

√ Kerusakan interaksi sosial Risiko bunuh diri

Isolasi sosial Lain-lain, jelaskan

7. Persepsi

√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mendengar suara pada malam hari, biasanya mendengar 3-5x suara laki – laki yang
mengatakan “kamu bodoh, kamu tidak bisa bekerja dengan baik” dengan nada keras.

• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan persepsi sensori: pendengaran

Lain-lain, jelaskan

8. Proses Pikir
√ Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Saat diajak berbicara klien menjawab dengan terbelit – belit tetapi sampai dengan tujuan
pertanyaan.

• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan proses pikir

16
9. Isi Pikir

√ Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

10. Waham

Agama Somatik Ke besaran

√ Curiga Nihilistic Sisip pikir

Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : klien yakin ada yang ingin mencederainya

• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan proses pikir

11. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor Disorientasi


√ √ √
waktu tempat orang

Jelaskan :
a. waktu : klien dapat mengetahui kapan klien masuk rumah sakit jiwa dan mengerti kapan saja
waktu klien dapat makan.
b. Tempat : klien mengetahui saat ini klien mesuk RSJ
c. Orang : klien sulit mengenal sesesorang, jarang memulai perkenalan, didalam ruangan klien
hanya mengingat 1-3 orang saja kecuali keluarganya.

• Masalah Keperawatan :

Risiko tinggi cedera Lain-lain, jelaskan

√ Perubahan proses pikir

12. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang √


gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : klien tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.

17
• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan proses pikir, jelaskan

13. Tingkat konsentrasi dan berhitung

mudah beralih √ tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : klien selalu minta agar pertanyaannya diulang dan tidak dapat menjelaskan lagi
pembicaraan.

• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan proses pikir Isolasi sosial

Lain-lain

14. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain.

• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan proses pikir

15. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita √ menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :
klien menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan kondisi dirinya saat ini.

• Masalah Keperawatan :

√ Perubahan proses pikir Ketidak patuhan

Ke tidak efektifan regimen terapeutik Lain-lain, jelaskan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

√ Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

√ Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi

√ Bantuan minimal Bantuan total

18
4. Berpakaian/berhias

√ Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

√ Tidur siang lama : 12.00 s/d 15.00

√ Tidur malam lama : 22.00 s/d 08.00

Sebelum tidur : cuci kaki, sikat gigi dan berdoa.


Sesudah tidur : cuci muka, mandi,sikat gigi

6. Penggunaan obat

√ Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan √ Ya Tidak

Perawatan pendukung √ Ya Tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan Ya √ Tidak

Menjaga kerapihan rumah √ Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya √ Tidak

Pengaturan keuangan Ya √ Tidak

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya Tidak

Transportasi √ Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan :
secara umum klien masih dapat melakukan kegiatan sehari – harinya, klien perlu diarahkan dan
diawasi dalam melakukan kegiatan sehari – sehari.

• Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih

19
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif √ Menghindar

√ Olahraga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

• Masalah Keperawatan :

Kegiatan Penyesuaian Koping individu tidak efektif

√ Koping individu tidak efektif (koping defensif) Koping individu tidak efektif

(menyangkal)

Lain-lain, jelaskan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

√ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien merasakan enggan berinteraksi dengan
orang lain.

√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik :


Klien termasuk orang yang pendiam dan klien berbicara ketika ada yang memulai pembicaraan
terlebih dahulu

Masalah dengan pendidikan, spesifik :

Masalah dengan pekerjaan, spesifik :

Masalah dengan perumahan, spesifik :

Masalah ekonomi, spesifik :

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Masalah lainnya, spesifik

• Masalah Keperawatan :

Perubahan pemeliharaan kesehatan perubahan kinerja peran

Perubahan eliminasi urine Perilaku mencari bantuan

√ Gangguan konsep diri Ketidakberdayaan

Keputus asaan Lain-lain, jelaskan

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

√ Penyakit jiwa System pendukung

Faktor presipitasi cx Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

20
Lainnya : klien kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa yang dialami sekarang, klien belum

mengetahui cara pengobatan yang dilakukan, karena kurang pengetahuan klien kurang tepat

dalam menyelesaikan masalah penyakitnya

• Masalah Keperawatan :

Perilaku mencari bantuan kesehatan Ketidak puasan

Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif √ Kurang pengetahuan (spesifik)

XI. Aspek Medik


Terapi Medik :
a. CPZ ( klorpromazin) : untuk menghilangkan suara – suara halusinasi.
b. HLD ( Haloperidol) : untuk membuat pikiran tenang.
c. THP ( Trihexilpenidyl) : agar badan relaks dan tidak kaku.
d.
XII. Daftar Masalah Keperawatan
1. Regimen tidak efektif
2. Koping keluarga tidak efektif : ketidakmapuan
3. Harga diri rendah kronik
4. Kerusakan integritas sosial
5. Distress spiritual
6. Sindrom defisit perawatan diri
7. Kerusakan komunikasi verbal
8. Intoleransi aktifitas
9. Resiko bunuh diri
10. Kerusakan interaksi sosial
11. Perubahan persepsi sensori : pendengaran
12. Perubahan proses pikir
13. Koping individu tidak efektif (koping defensif)
14. Gangguan konsep diri
15. Kurang pengetahuan (spesifik)

XIII. Analisa data


No Data Etiologi Masalah

1. Ds : klien mengatakan mendengar suara Resiko kekerasan (diri Halusinasi


pada malam hari, biasanya mendengar sendiri, orang lain,
3-5x suara laki – laki yang mengatakan lingkungan dan verbal.) pendengaran
“kamu bodoh, kamu tidak bisa bekerja
dengan baik” dengan nada keras.

Do : klien tampak menghardik dengan


memegangi telinganya

2. Ds : klien mengatakan tidak dihargai Tidak percaya diri Harga Diri Rendah
oleh masyarakat sekitar

Do : kontak mata berkurang,


produktivitas menurun

21
XIV. Pohon masalah

Risiko kekerasan (diri sendiri, orang


lain, lingkungan, dan verbal).

Effect

Gangguan persepsi sensori :


Halusinasi pendengaran.

Core Problem

Harga Diri Rendah

Causa

22
XV. Intervensi

Tgl No. Dx Diagnosa Perencanaan Intervnsi Rasional


keperawatan
pasien
Tujuan Kriteria hasil
1 Gangguan 1. Klien dapat klien dapat memilih cara 1. identifikasi jenis halusinasi klien Dengan mengetahui waktu, isi, dan
persepsi sensori : mengontrol mengatasi halusinasi frekuensi munculnya halusinasi
halusinsi halusinasinya 2. identifikasi isi halusinasi klien mempermudah tindakan keperawatan
3. identifikasi frekuensi halusinasi klien klien yang dilakukan perawat

4. identifikasi situasi yang dapat


menimbulkan halusinasi klien
5. identifikasi respon klien terhadap
halusinasi
6. ajarkan klien menghardik halusinasi
7. anjurkan klien memasukkan cara
menghardik ke dalam kegiatan
harian

2. klien dapat klien dapat berbicara 1. evaluasi jadwal kegiatan harian klien Kontak sering tapi singkat selain
berinteraksi dengan orang lain dengan membina hubungan saling percaya,
dengan orang lain adanya kontak mata 2. latih klien mengendalikan halusinasi juga dapat memutuskan halusinasi
dengan cara bercakap – cakap
dengan orang lain.
3. anjurkan klien memasukkan kedalam
kegiatan harian klien
3. klien dapat klien dapat melakukan 1. evaluasi jadwal kegiatan harian klien Upaya untuk memutuskan siklus
mengalihkan kegiatan yang semestinya halusinasi sehingga halusinasi tidak
seperti berolahraga 2. latih klien mengendalikan halusinasi berlanjut
halusinasinya
dan dapat dengan cara melakukan kegiatan.
beraktivitas 3. anjurkan klien memasukkan kedalam
dengan
normal kegiatan harian klien

4. klien dapat klien dapat informasi 1. evaluasi jadwal kegiatan harian klien Dengan mengetahui efek samping obat
memanfaatkan tentang efeksamping obat klien akan mengetahui apa ang harus
2. beri pendidikan kesehatn tentang dilakukan setelah minum obat
obat dengan
baik penggunaan obat secara teratur
3. anjurkan klien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian

24
XVI. implementasi dan Evaluasi

Nama Klien : Tn.A


Ruang : Melati
Diagnosa Medis : Halusinasi pendengaran
No.CM :

Hari/Tgl No. Dx Diagnosa Rencana Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Keperawatan Keperawatan
1 Gangguan SP1P 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi S : “waalaikumsallam nama saya Tn. A , baik mbak,
persepsi sensori Gangguan klien 15- 20 menit, di kursi depan saja.”
: Halusinasi persepsi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi “saya mendengar suara laki – laki, 3- 5 kali sehari dan
pendengaran sensori : klien pada malam hari.”
halusinasi 3. Mengidentifikasi frekuensi “STOP! Saya tidak mau mendengar kamu, kamu suara
pendengaran. halusinasi klien palsu.”
4. Mengidentifikasi situasi yang “senang mbak, 11.00 aja ya mbak dikursi depan saja.”
dapat menimbulkan halusinasi
klien O:
5. Mengidentifikasi respon klien - Klien mampu menjelaskan apa yang dia alami
terhadap halusinasi - Kontak mata kurang
6. Mengajarkan klien menghardik - Kooperatif
halusinasi - Klien dapat melakukan cara mengontrol
25
7. Menganjurkan klien halusinasi dengan menghardik dan mengatakan
memasukkan cara menghardik STOP! Saat suara mulai terdengar (pasien
ke dalam kegiatan harian menutup telinga)
- Klien dapat memasukkan latihan menghardik
kedalam jadwal hariannya pada pukul 11.00 dan
14.00

A : SP1P tercapai
P:
Perawat :
Lanjutkan SP2P gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran pada pertemuan kedua hari Senin, 2
November 2021 pukul 11.00 di kursi depan ruangan
pasien

Klien :
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan melatih sesuai jadwal.

11.00 1 Gangguan SP2P 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S : “waalaikumsalam, baik mbak”


persepsi sensori Gangguan harian klien “saya bangun jam 5 pagi mandi, merapikan tempat

26
: halusinasi persepsi 2. Melatih klien mengendalikan tidur, latihan menghardik jam 11.00 dan 14.00”
pendengaran sensori : halusinasi dengan cara bercakap – “STOP! Saat suara mulai terdengar (pasien menutup
halusinasi cakap dengan orang lain. telinga)”
pendengaran “mbak perawat tolong ajak saya mengobrol agar
3. Menganjurkan klien memasukkan halusinasi saya hilang”
kedalam kegiatan harian klien “masukkan jam 08.00 pagi saja mbak”

O:
- Klien mampu menyebutkan kegiatan hariannya
- Kontak mata ada
- Kooperatif
- Klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap
- Klien dapat memasukkan latihan menghardik ke
dalam jadwal hariannya pukul 11.00.
A : SP2P tercapai

P:
Perawat : lanjutkan SP3P halusinasi pendengaran pada
pertemuan ketiga hari Selasa 3 November 2021 pukul
09.00 di kursi depan ruangan pasien

27
Klien : memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan
bercakap – cakap sesuai dengan jadwal harian.

Selasa, 3 1 Gangguan SP3P 1. Mengevaluasi jadwal harian klien S : “: “waalaikumsalam, baik mbak”
November persepsi sensori Gangguan 2. Melatih klien mengontrol “saya bangun jam 5 pagi mandi, merapikan tempat
2021 : Halusinasi persepsi halusinasi dengan cara tidur, latihan menghardik jam 11.00 dan 14.00, kemarin
09.00 pendengaran sensori : melakukan kegiatan sudah saya lakukan mbak kalo jam 08.00 nanti saya
Halusinasi 3. Menganjurkan klien latihan bercakap – cakap”
pendengaran memasukkan ke dalam jadwal “masukkan jam 09.00 pagi saja mbak”
kegiatan harian.
O:
- Klien mampu menyebutkan kegiatan hariannya
yaitu mencuci tempat makan
- Klien memasukkan kegiatan mencuci tempat
makan ke dalam jadwal harian klien pada pukul
09.00 pagi.
- Kontak mata ada
A : SP3P tercapai

28
P:
Perawat : lanjutkan SP4P gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran pada pertemuan ke – 4 hari
selasa 2 November 2021 pukul 11.00 di kursi depan
ruangan pasien

Klien : memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan


cara melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal harian.
11.00 1 Gangguan SP4P 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S : “waalaikumsallam, baik mbak”
persepsi sensori Gangguan harian klien “saya, latihan menghardik jam 11.00 sudah saya
: halusinasi persepsi 2. Memberi pendidikan kesehatn lakukan dan jam 08.00 saya latihan bercakap – cakap
pendengaran sensori : tentang penggunaan obat dengan mbak”
halusinasi secara teratur “Masukkan jam 07.00, 15.00, 17.00 saja mbak.”
pendengaran 3. Menganjurkan klien “Untuk mengontrol halusinasi saya mbak”
memasukkan ke dalam jadwal “Saya minum obat CPZ, HLD, dan THP.”
kegiatan harian “warna orange namanya CPZ minumnya 1x sehari pada
malam hari, warna putih namaya HLD minumnya 1x
sehari pada pagi hari, warna putih juga namay THP
minumnya 1x sehari pada siang hari.”

O:

29
- Klien mampu melakukan jadwal harian yang
sudah dibuat
- Klien memasukkan minum obat ke dalam
jadwal harian pada pukul 08.00, 12.00, dan
18.00
- Kontak mata ada
- Klien mampu menunjukkan dan menyebutkan
jenis obat
- Afek sesuai
- Klien kooperatif

A : SP4P tercapai
P:
Perawat : lanjutkan Sp budaya gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran pada hari rabu 4
November 2021 pukul 09.00 di kursi depan ruangan
klien

Klien :
Memotivasi klien mengontrol halusinasi dengan cara
mengkonsumsi obat.

30
SP1P
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
Klien suka menyendiri dan merasa mendengarkan suara-suara tanpa wujud, klien
tampak murung, lebih banyak diam, berbicara pelan dan menangis tiba-tiba
2. Diagnosa keperawatan :
Gangguan Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenali halusinasinya
3) klien dapat mengontrol halusinasinya
4) klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan keperawatan :
1) Indentifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan,
respon
2) Jelaskan cara mengontrol halusinasi : menghardik, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan, menggunakan obat
3) Latihan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain,

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan adalah
1. Orientasi
1.1 Salam terapeutik :
• Mengucakan salam kepada klien
• Memperkenalkan nama perawat, dominasi
• Menanyakan nama klien
Perawat : “ selamat pagi, ibu ! perkenalkan nama saya Putri Septiana Wulandari,
saya bias di panggil putri, saya mahasiswa dari Politeknik Negeri
madura yang akan merawat ibu hari ini. Kalau boleh tau nama ibu
siapa”

31
2.1 Evaluasi/ validasi :
Menanyakan persaan klien saat ini
Perawat : “bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada keluh kesah yang akan ibu
sampaikan kepada saya ?”
3.1 Kontrak
Mengidentifikasi halusinasi pasien seperti isi, frekuensi, waktu terjadinya halusinasi,
situasi pencetus terjadinya halusinasi, perasaan, respon pasien terhadap halusinasi yang
muncul, menjelaskan cara mengontol halusinasi dengan teknik thuoght stopping seperti
menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan, menggunakan obat. Memberikan
latihan cara mengontrol halusinasi dengan dengan teknik thuoght stopping. setelah itu
melakukan kontrak waktu dan tempat.
Perawat : “baik, bagaimana kalau kita membahas tentang suara yang selama ini
bapak Dengar”
Topik : “bagaimana perasaan Tn.A hari ini? Tn. A bisa menceritakan perasaan
atau keluh kesah yang Tn.A rasakan”
Waktu : “saya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit-20 menit kedepan,
apakah Tn. A bersedia?”
Tempat : “Agar lebih nyaman kita pindah tempat dikursi depan saja, apakah tuan
setuju?”
1. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
1) Membina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
c. Berikan perhatian pada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien
2) Membantu klien mengenali halusinasinya
a. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan
menangis karena stimulus halusinasi pendengaran.
b. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang di
dengar
c. Jika klien menjawab ada, lanjutkan: apaka yang dikatakannya.

32
d. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namum perawat
sendiri tidak mendengarnya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
e. Katakan bahwa klien ada juga yang seperti klien
f. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan
malam atau jika sendiri, jengkel, atau sedih )
g. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah
atau takut, sedih, senang) beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
3) Cara mengontrol halusinasi klien
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dan lain sebagainya)
b. Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien, jika bermanfaat beri pujian
c. Diskusikan cara untuk memutuskan atau mengontrol halusinasi:
▪ Katakan “ saya tidak mau dengar kamu “ (pada saat halusinasi terjadi)
▪ Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga )untuk bercakap-
cakap atau mengatakan halusinasi yang terdengar
▪ Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak muncul
▪ Meminta keluarga/ teman / perawat jika nampak gejala sendiri
d. Membantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi secara
bertahap.

3. Terminasi
3.1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif :
“ bagaimana perasaan Tn. A setelah dilakukan latihan thought stopping? Apakah Tn. A
sudah dapat mengontrol suara-suara tersebut?”

33
Evaluasi objektif :
“jadi sudah beberapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara tersebut?
Coba sebutkan ! Bagus sekali Tn. A, tuan sudah memahami cara yang telah kita
pelajari sebelumnya, Coba Tn. A peragakan bagaimana ketika muncul suara-suara yang
mengganggu Tn.A? Wah bagus tuan. “
1.2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan):
“Berapa kali Tn.A melakukan terapi halusinasi? Ya 2 kali . jam berapa saja Tn.A ?
baiklah Tn. A tindakan hari ini sudah selesai, Tn. A bisa melakukan teknik thought
stopping secara mandiri jika Tn.A mendengar suara-suara itu muncul kembali. Semoga
cepat sembuh agar bisa kembali pulang bertemu keluarga.”

34
DAFTAR PUSTAKA

http://panicdisonder.about.com/od/livingwithpd/a/thoughtstopping.htm

http://repository.ump.ac.id/9155/2/Siska%20Febriyana%20BAB%20I.pdf

damaianti, mukhripah., dan iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama

35

Anda mungkin juga menyukai