Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 35 orang responden didapat

bahwa kelompok jenis kelamin pasien rawat inap yang menderita Hipertensi yang

berada di Rumah Sakit Imelda Medan tahun 2021 dapat dilihat pada tabel

distribusi berikut ini :

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien

Di RS Imelda Medan tahun 2021

No Jenis Kelamin Perawat Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 20 57,1

2. Perempuan 15 42,9

Total 35 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui kelompok jenis kelamin mayoritas

pasien yang menderita Hipertensi adalah laki-laki yaitu 20 orang (57.1%) dan

minoritas adalah perempuan 15 orang (42,9%).

4.1.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 35 orang responden didapat

bahwa kelompok umur pasien rawat inap yang berada di Rumah Sakit Imelda

Medan tahun 2021 dapat dilihat pada tabel distribusi berikut ini:
Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Pasien

Di RS Imelda Medan 2021

No Umur Jumlah Persentase (%)

1. 41-50 Tahun 17 48,6

2. 51-60 Tahun 12 36,3

3. 61-70 Tahun 6 17,1

Total 35 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kelompok

umur pasien 41-50 sebanyak 17 orang (48,6%) dan minoritas umur 61-70

sebanyak 6 orang (17,1%).

4.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 35 orang responden didapat

bahwa tingkat pendidikan pasien rawat inap yang berada di Rumah Sakit Imelda

Medan tahun 2021 dapat dilihat pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien

Di RS Imelda Medan 2021

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD 1 2,9

2. SMP 8 22,9

3. SMA 21 60,0

4. SARJANA 5 14,2
Total 35 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas Tingkat

pendidikan pasien SMA 21 orang (60%) dan minoritas tingkat pendidikan pasien

SD 1 orang (2.9%).

4.1.4 Uji T Test Tekanan Darah Sistole sebelum dan sesudah diberikan
Slow Deep Breathing Pada pasien Hipertensi

Dari hasil penelitian terhadap 35 responden didapatkan hasil bahwa ada

pengaruh pemberian Slow Deep Breathing terhadap tekanan darah Sistole pada

pasien dapa kita lihat pada table distribusi dibawah:

Tabel 4.4

Distribusi Uji T Test Sistole

Paired Samples Test

Paired Differences T df Sig. (2-


tailed)

Mean Std. Std. Error 95% Confidence


Deviation Mean Interval of the
Difference
Lower Upper

Sistole_sebelum -
Pair 1 4,229 2,591 ,438 3,339 5,118 9,657 34 ,000
Sistole_sesudah
Dari tabel 4.4 dapat diketahui P Value 0,00 < 0,05 hal tersebut

menunjukkan adanya pengaruh Slow Deep Breathing terhadap tekanan darah

Sistole.

4.1.5 Uji T Test Tekanan Darah Diastole sebelum dan sesudah diberikan
Slow Deep Breathing Pada pasien Hipertensi
Dari hasil penelitian terhadap 35 responden didapatkan hasil bahwa ada
pengaruh pemberian Slow Deep Breathing terhadap tekanan darah Diastole pada
pasien dapa kita lihat pada table distribusi dibawah:

Tabel 4.5

Distribusi Uji T Test Diastole

Paired Samples Test

Paired Differences T df Sig. (2-


tailed)

Mean Std. Std. Error 95% Confidence


Deviation Mean Interval of the
Difference

Lower Upper

Diastole_sebelum -
Pair 1 2,143 ,733 ,124 1,891 2,395 17,287 34 ,000
Diastole_sesudah
Dari tabel 4.4 dapat diketahui P Value 0,00 < 0,05 hal tersebut

menunjukkan adanya pengaruh Slow Deep Breathing terhadap tekanan darah

Diastole.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2021

maka peneliti akan membahas pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan

darah pada penderita hipertensi di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RSU

IPI) Medan tahun 2021, pembahasan hasil sebagai berikut :

Didapatkannya perbedaan tekanan darah dari setiap responden karena ada

beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang. Hal ini

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang yaitu terdiri dari faktor resiko

yang tidak dapat dikendalikan seperti usia, jenis kelamin, etnis/ras dan keturunan
sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu kegemukan, stres,

merokok, kurang olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebihan, dan

kolesterol (Depkes RI, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa

mayoritas pasien yang menderita hipertensi adalah pasien yang berjenis kelamin

laki-laki dengan jumlah 20 orang (57,1%) dan berjenis kelamin perempuan 15

orang (42,9%). Menurut Le Mone & Burke, 2018 Pada usia 35 – 54 tahun, 2 dari

5 laki-laki mengalami hipertensi dan Sampai usia 55 tahun laki-laki lebih banyak

mengalami hipertensi dari pada wanita. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan pria lebih banyak mengalami hipertensi ketika usia pertengahan,

sedangkan wanita lebih banyak mengalami hipertensi ketika memasuki usia

lanjut. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan

tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi setelah memasuki

menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat (Tambayong, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa

mayoritas pasien yang menderita hipertensi adalah usia 41-50 tahun sebanyak 17

orang (46,8%), 51-60 tahun sebanyak 12 orang (36,3) dan usia 61-70 sebanyak 6

orang ( 17,1%). Menurut (Black & Hawk, 2014) Hipertensi primer secara awal

terlihat pada usia 30 sampai 50 tahun. Penyakit hipertensi paling dominan terjadi

pada kelompok umur 31-55 tahun, dikarenakan sering bertambahnya usia. Pada

umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada

wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause) (Dalimartha, 2018).


Slow deep breathing memberikan efek kepada sistem saraf dan

mempengaruhi pengaturan tekanan darah. Slow deep breathing menurunkan

aktivitas saraf simpatis melalui peningkatan central inhibitory rythms yang akan

berdampak pada penurunan output simpatis. Penurunan output simpatis akan

menyebabkan penurunan pelepasan epinefrin yang ditangkap oleh reseptor alfa

sehingga mempengaruhi otot polos pembuluh darah. Otot polos vaskular

mengalami vasodilatasi yang akan menurunkan tahanan perifer dan menyebabkan

penurunan tekanan darah. Oleh karena itu latihan slow deep breathing dapat

digunakan sebagai terapi nonfarmakolgis pada penderita hipertensi baik yang

mengkonsumsi obat ataupun tidak mengkonsumsi obat (Fatimah & Setiawan,

2012)

Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji T Test untuk

melihat Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Dirumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) Medan Tahun

2021 maka diperoleh hasil dengan nilai probabilitas sitole dan diastole (p) = 0,00

(p < 0,05) yang artinya ada Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ni Putu Sumartini dan Ilham

Miranti yang meneliti tentang Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Tekanan

Darah Lansia Hipertensi Di Puskesmas Ubung Lombok Tengah dengan

menggunakan uji T Test didapatkan hasil sistole (p) = 0,00 < 0,05 dan hasil

diastole (p) = 0,00 < 0,05 hal tersebut menunjukkan adanya Pengaruh Slow Deep

Breathing Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi.


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti

(2014) di Puskesmas Bendosari, hasill uji statistik dengan menggunaka uji paired

t-test pada tekanan darah sistole didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5%

terlihat ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata tekanan darah pada pasien

hipertensi sebelum dan sesudah tindakan terapi tehnik nafas dalam (deep

breathing), yaitu Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh pemberian

terapi tehnik nafas (deep breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rasyidah yang meneliti tentang

Pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di

puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan menggunakan uji Wilxocon

didapatkan hasil sistole (p) = 0,00 < 0,05 dan hasil diastole tidak sejalan dengan

penelitian dengan (p) = 0,166 hal tersebut menunjukkan tidak ada pengaruh slow

deep breathing terhadap tekanan darah sistole dan diastole. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan bahwa latihan slow deep breathing dapat digunakan sebagai

terapi nonfarmakologi pada pasien hipertensi selain mudah dilakukan, slow deep

breathing juga efektif dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa relaksasi slow

deep breathing jika dilakukan dengan benar akan memberikan pengaruh terhadap

tekanan darah pada pasien hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti

berpendapat bahwa relaksasi slow deep breathing jika dilakukan dengan benar

akan memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

Hambatan yang didapat peneliti saat melakukan penelitian adalah tidak dapat

memantau pola hidup responden dan pelaksanaan slow deep breathing yang
dilakukan responden, karena pola hidup responden tidak teratur dan responden

tidak selalu melakukan latihan slow deep breathing karena kesibukan masing-

masing dalam pekerjaannya. Peneliti juga tidak dapat memantau pola hidup

responden dan pelaksanaan slow deep breathing yang dilakukan responden,

karena pola hidup responden tidak teratur dan responden tidak selalu melakukan

latihan slow deep breathing karena kesibukan masing-masing.

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas pasien yang mengalami


hipertensi adalah pasien yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20
orang ( 57,1%)
2. Berdasarkan usia mayoritas pasien yang menderita hipertensi usia 41-
50 tahun sebanyak 17 orang ( 46,8%).
3. Hasi bivariat didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian slow deep
breathing terhadap tekanan darah pada pasien Hipertensi dengan hasil
sistole (p) = 0,00 < 0,05 dan diastole (p) = 0,00 < 0,05

5.2 Saran

1. Bagi perawat di rumah sakit, hasil penelitian ini hendaknya dapat


diterima sebagai bahan masukan khususnya bagi perawat yang bekerja
di ruang rawat inap di RS Imelda
2. Bagi instansi pendidikan, agar mengintegrasikan pembelajaran yang
terkait dengan manfaat slow deep breathing bagi pasien hipertensi dan
juga sebagai pengembangan ilmu keperawatan.
3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini hendaknya dapat
digunakan sebagai informasi tambahan ataupun data awal untuk
pengembangan penelitian selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai