Anda di halaman 1dari 18

A.

Konsep Dasar Medis


1. Definisi Gastroenteitis akut

Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk


tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Gastroenteritis akut adalah kondisi dimana
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Gastroenteritis akut merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan


konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
Gastroenteritis akut bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga
kali atau lebih atau buang air berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes,
2019).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu keadaan


dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa
lendir.

2. ETIOLOGI
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana
merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi bakteri, virus,
parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis dan
biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap karbohidrat
seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.
d. Faktor Risiko Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2015) faktor risiko terjadinya diare adalah:
1) Faktor perilaku yang meliputi :

● Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan


makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.

● Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena


penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.

● Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum


memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
● Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2) Faktor lingkungan antara lain:
● Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
b. nafsu makan berkurang.
c. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
d. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
e. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
f. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
g. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
h. menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
i. menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
j. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
k. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.

4. PATOFISIOLOGI

Gastroenteritis akut dapat disebabkan oleh satu atau lebih


patofisiologi/patomekanisme antara lain :

Gastroenteritis akut sekretorik, Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan oleh


meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas
pada Gastroenteritis akut ini yaitu secara klinis ditemukan Gastroenteritis akut dengan
volume tinja yang banyak sekali. Gastroenteritis akut tipe ini akan tetap berlangsung
walaupun dilakukan puasa makan/minum.

Gastroenteritis akut osmotik Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan meningkatnya


tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia
yang hiperosmotik malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus misal
pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

Malabsorpsi asam empedu dan lemak. Gastroenteritis akut tipe ini didapatkan pada
gangguan pembentukan/ atau produksi micelleempedu dan penyakit-penyakit saluran
bilier dan hati.Efek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.
Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
Na+ K+ATP di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal . Motilitas dan
waktu transit usus yang
abnormal. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas
motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid

Gangguan permeabilitas usus. Gastroenteritis akut tipe ini disebabkan


permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran
epitel spesifik pada usus halus Gastroenteritis akut inflamasi proses inflamasi di usus
halus dan kolon menyebabkan Gastroenteritis akut pada beberapa keadaan. Akibat
kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, Tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,mukus, protein dan
seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya
Gastroenteritis akut akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe Gastroenteritis akut
lain seperti Gastroenteritis akut osmotik dan Gastroenteritis akut sekretorik (Juffrie,
2020).

Gastroenteritis akut infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari
Gastroenteritis akut . Dari sudut kelainan usus, Gastroenteritis akut oleh bakteri dibagi
atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan
Gastroenteritis akut karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut (IDAI ,
2015)

5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas, ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan
absorbsi vitamin B12. (Sjamsuhidajat, 2013).
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi gastritis akut diatasi
dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai
gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
diperlukan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
(Sukarmin, 2020).
Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi tirah baring, mengurangi
stres, diet air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti puding dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jsm dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak. (Pamela, K. 2021).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

.Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos medis
diare adalah :

● Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,Ph dan


kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).

● Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan


asam basa.
● Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

● Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.


8. Hospitalisasi Anak dengan Gastroenteritis

Kondisi sakit merupakan hal yang sering dialami oleh setiap orang khususnya
anak- anak, karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna. Beberapa masalah
penyakit yang terjadi pada anak-anak antara lain demam, diare, demam berdarah,
penyakit pernapasan, termasuk penyakit bawaan sejak lahir.

Pada kondisi sedang sakit, anak-anak kadang membutuhkan terapi yang


mengharuskan anak harus dirawat inap di rumah sakit (hospitalisasi). Hospitalisasi
merupakan salah satu pengalaman yang tidak menyenangkan baik bagi anak maupun
orang tua. Beberapa stressor akan dihadapi saat anak akan dirawat, selama perawatan
hingga sampai pemulangannya kembali ke rumah. Beberapa faktor yang dapat
menimbulkan stress bagi anak yang menjalani hospitalisasi seperti :

1. Perubahan suasana lingkungan; dimana anak yang dirawat akan merasakan


suasana rumah sakit yang berbeda, wajah orang yang banyak tidak dikenal, bau khas
rumah sakit, maupun bunyi yang muncul dari alat kesehatan yang digunakan pasien,
dan lain-lain

2. Orang baru yang tidak dikenal; anak akan merasakan stressor perpisahan
dengan orang yang berarti baginya, seperti anggota keluarga, teman- teman
lingkungan rumah, sekolah,dan lain-lain

3. Faktor berkurang atau hilangnya kekebasan : akibat dirawat maka terdapat


beberapa aturan dan prosedur medis yang harus dilakukan, anak juga tidak bisa
melakukan kegiatan yang rutin dilakukan sebelum dirawat termasukm aktifitas
bermain dan lain-lain

4. Faktor fisik ; akibat kondisi sakitnya anak akan mengalami keadaan


ketidakberdayaan, anak tidak mampu melakukan aktifitas rutinnya yang biasanya
dapat dilakukan secara mandiri, dan lain-lain.

Respon terhadap stressor akan berbeda pada anak, tergantung dari berat ringannya
penyakit, jenis prosedur medis dan perawatan yang dilakukan, pengalaman
sebelumnya, tingkat perkembangan anak berdasarkan usia, dukungan keluarga, dan
kemampuan koping dari anak. Menurut penelitian, hal yang paling umum terjadi pada
anak yang hospitalisasi adalah gangguan emosional berupa kecemasan, dengan
berbagai tingkatan cemas dan manifestasi yang berbeda berdasarkan usia anak. Bila
kecemasan ini tidak tertangani dengan baik dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik,
muncul sikap tidak kooperatif dalam program pengobatan, dan mempengaruhi hasil
program terapi. Gangguan perkembangan juga merupakan salah satu dampak negatif
dari hospitalisasi.

Peran petugas kesehatan di rumah sakit sangat penting dalam mengurangi respon
stress anak terhadap hospitalisasi, dengan tetap melibatkan orang tua
sebagai support sistem terdekat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak hospitalisasi bagi anak, yaitu :

1. Berikan informasi kepada anak dan keluarga secara adekuat

Penjelasan selayaknya sudah harus diberikan sejak masa persiapan anak akan
dirawat baik tentang rencana prosedur medis awal maupun lingkungan rumah sakit
yang akan dihadapi (fasilitas rumah sakit, siapa yang terlibat dalam perawatan, dan
lain-lain). Penjelasan juga harus diberikan selama perawatan untuk setiap tindakan
atau prosedur yang akan dilakukan. Pemberian informasi yang adekuat terbukti dapat
menurunkan kecemasan orang tua dan ketakutan bagi anak yang menjalani
hospitalisasi, dan bahkan mereka akan mendukung program pengobatan. Prinsip yang
harus diperhatikan bahwa ketakutan akan ketidaktahuan (fantasi) lebih besar daripada
ketakutan yang diketahui. Metode penjelasan pada anak harus disesuaikan dengan
usia, kondisi, dan tahap perkembangan anak, misal dengan metode terapi bermain
dengan alat bantu seperti boneka, miniatur peralatan rumah sakit; metode cerita/
dongeng dengan alat bantu menggunakan buku- buku bacaan, film; metode bemain
peran (role play), atau berupa penjelasan singkat secara langsung.
2. Menghadirkan orang tua atau orang terdekat selama anak dirawat Sebagian

besar rumah sakit telah menerapkan aturan bahwa untuk pasien

anak diperbolehkan orang tua untuk menunggu, dan diperbolehkan anggota

keluarga lain untuk berkunjung. Hal ini untuk mengatasi stressor perpisahan anak
dengan orang- orang dicintainya, dan akan menimbulkan rasa nyaman dan ketenangan
bagi anak. Namun hal ini dengan tetap memperhatikan kondisi anak dan resiko
keamanan bagi pengunjung tersebut. Bilamana tidak memungkinakn bagi anak untuk
dikunjungi, maka oraang tua dapat menghadirkan benda sebagai pengganti seperti
foto, audiotape atau rekaman video kebersamaan anak dan orang tua.

3. Mempertahankan rutinitas kegiatan anak saat hospitalisasi

Perubahan jadwal dan hilangnya ritual aktifitas bagi anak dapat menimbulkan
stress bagi anak. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap kondisi anak dan
dapat memberikan saran aktifitas anak yang tetap dapat dilakukan selama
hospitalisasi dengan modifikasi kegiatan atau pelaksanaan waktu, seperti tetap
mengizinkan anak membawa barang mainannya dan bermain di tempat tidur,
menonton televisi, tetap sekolah melalui media elektronik, dan lain-lain.

4. Komunikasi efektif untuk meningkatkan pemahaman

Untuk menjamin keefektifan komunikasi terutama untuk anak dengan gangguan


perkembangan, maka harus dipilih metode dan media yang sesuai. Penggunaan alat-
alat tertentu, seperti social script book, alat distraksi (alat bermain) mungkin
diperlukan.

5. Penataan ruang rawat dan program bermain


Untuk mendukung perawatan anak yang optimal selama hospitalisasi, rumah sakit
selayaknya dapat memfasilitasi ruangan khusus bagi anak dengan penyediaan
perabotan yang berwarna cerah dan sesuai dengan usia anak, dekorasi ruangan yang
menarik dan familiar bagi anak, serta adanya ruangan bermain yang dilengkapi
berbagai macam alat bermain. Peran perawat adalah tetap memilah kriteria kondisi
anak yang diperbolehkan bermain di ruang bermain dan berinovasi dalam jenis terapi
bermain yang bersifat terapetik bagi anak yang hospitalisasi.

6. Menerapkan Family Center Care

Pelibatan keluarga dalam perawatan pasien dikenal dengan Family Centered Care
(FCC) atau keperawatan berpusat pada keluarga telah menjadi tren dalam perawatan
anak di rumah sakit. Perawatan berpusat pada keluarga terbukti bermanfaat bagi
pasien, keluarga, dan petugas kesehatan. Perawatan berpusat pada keluarga
memungkinkan dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain memberikan perawatan
yang memenuhi kebutuhan anak dan keluarga,

menghormati perspektif dan pilihan pasien dan keluarga, berbagi informasi,


pelibatan keluarga dalam perawatan dan pengambilan keputusan serta kolaborasi
antara petugas kesehatan dengan keluarga sehingga dapat mengurangi tekanan anak
dan orang tua selama menjalani rawat inap di rumah sakit. Pelibatan keluarga ini
mampu memberikan hasil yang positif bagi keluarga dan anak dengan memenuhi
kebutuhan orang tua dan anak.
9. PATWAY DIARE

infeksi makanan Psikologi

Be Tok Ansietas
rkem sik tak (D0080)

Hiperperista
Hipersek
Malab
resi air &
sorbsi
Pe
nyerapa
Isi n Mening
usus katkan
tekanan

Perge
seran air
dan
elektrolit
Diar 0

Frek
uensi Mual
muntah
Nafsu
makan
Hilang Gg
Integrita
cairan &

De
Gangguan Asidosis
fisit
keseimbangancairan metabolik

S
Dehid es
rasi
Gangguan pertukaran gas
(D0003)

Hip Risiko syok


ovole (D0039)
Bagan 2.1 Patway Diare
Sumber : Nurarif & Kusuma (2016 ) ; PPNI
(2017)
B.Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Teori pengkajian pada anak kejang demam (Nursalam, 2013) yaitu:

A. Identitas
1. Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, dan agama.
2. Pengkajian identitas orang tua berisi tentang : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan,agama, dan alamat.

B. Alasan Dirawat

1. Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri kepala
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (teutama pada saat masa
inkubasi).
2. Riwayat Penyakit
● Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.

● Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.

C. Riwayat Anak

● Perawatan anak dalam masa kandungan.

● Perawatan pada waktu kelahiran.

D. Riwayat imunisasi

E. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam Kehidupan Sehari-hari

1) Bernafas : bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan bernafas yang
dialami oleh anak, serta keluhan lain yang dirasakan anak.

2) Pola Nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau keluarga berapa
kali makan dan minum dalam satu hari.

3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB tinjau
konsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK tinjau
volume,warna, bau.

4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan waktu
bermainnya.
5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.

6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan berapa
lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami oleh anak.

7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada membantu atau
tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.

8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi ataukah
mengalami Hipertermia.

9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan orang
lain.

10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman dari
benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana pengawasan orang tua ketika
anak sedang bermain.

11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam merawat dan
mendidik anak.

12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak mengenai tingkah
laku social, gerak motoric harus, bahasa, dan perkembangan motoric kasar.

13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan orang
tua,keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling dekat
dengan anak.

14) Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama saat anak
sakit) : apa agama yang dianut dan bagaimana pelaksanaan ibadah yang
dilakukan oleh anak.

F. Penyakit Yang Pernah Diderita : kaji jenis penyakit, akut / kronis / menular /
tidak, umur saat sakit, lamanya, dan pertolongan.

G. Kesehatan Lingkungan : kaji bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal


anak mengenai ketersediaan air bersih dan sanitasi/ventilasi rumah.

H. Pertumbuhan dan Perkembangan (0-6 tahun).

I. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah, warna
kulit, tonus otot, turgor kulit, udema.
2) Pemeriksaan Head to Toe

a) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi, kebersihan kulit
kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna rambut dan pertumbuhan rambut.

b) Mata : kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva, keadaan
kornea, sclera, bulu mata, ketajaman penglihatan, dan reflex kelopak mata.

c) Hidung : kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna mukosa hidung,


pergerakan/nafas cuping hidung, juga adanya gangguan lain.

d) Telinga : Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan kelainan yang


mungkin ada.

e) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecahpecah.Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya berwarna putih,
sementara ujung tepi lidah berwarna kemerahan.

f) Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk,


pergerakan leher.

g) Thoraks : kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan, tarikan otot bantu
pernafasan, serta adanya suara nafas tambahan.

h) Jantung : kaji bunyi serta pembesaran jantung pada anak.

i) Persarafan : kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang dilakukan oleh
anak.

j) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisanya terjadi konstipasi,


atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit teraba hangat dan kemerahan.

k) Ekstremitas : kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex lutut dan adanya
edema.

j. Pemeriksaan Genetalia

1) Alat kelamin : kaji mengenai kebersihan dan adanya lesi.

2) Anus : kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi da nada
tidaknya infeksi.
k. Antropometri (ukuran pertumbuhan)

Pengukuran antopometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala lingkar
dada, dan lingkar lengan.

l. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

2) Biakan empedu basil salmonella thyphosa dapat ditemukan dalam darah pasien
pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urine
dan faeces.

3) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yng diperlukan


ialah titer zat anti terhadap antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif.

m. Hasil Observasi

Tuliskan respon umum anak dengan keluarganya serta hal-hal baru yang diberikan
kepadanya, bentk interaksi kepada orang lain, cara anak mengungkapkan
keinginannya, serta kontradiksi prilaku yang mungkin ditunjukan anak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah keperawatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik yang
berlangsung actual maupun potensial.(SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa keperawatan pada anak kejang demam:

1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi


nutrien
2. Diare berhubungan dengan Iritasi gastrointestina
3. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan Keperawatan Pada Anak Gastroentreritis

Diagnosa Keprawatan Tujuan dan Kriteria Interve Rasional


Hasil nsi
(SLKI) (SIKI)
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan dengan intervensi keperawatan Identifikasi alergi dan Mencegah terjadinya
ketidakmampuan selama 3 x 24 jam, intoleransi makanan alergi saat pemberian
mengabsorsi nutrien maka status nutrisi Identifikasi makanan yang disukai nutisi pasien
membaik, dengan Teraupetik Memudahkan
kriteria hasil: Sajikan makanan secara menarik
Porsi makan yang dan suhu yang sesuai memenuhi kecukupan
dihabiskan meningkat Berikan makanan tinggi serat nutrisi Teraupetik
untuk mencegah konstipasi Untuk menambah
Edukasi nafsu makan
Ajarkan posisi duduk, jika pasien
mampu Ajarkan diet yang Untuk mencegah
diprogramkan terjadinya kostipasi.
Edukasi
Untuk
mempermudahkan
dalam proses mencerna
makanan
Untuk mencukupi
nutrisi sesuai dengan
program
Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi Observasi
Iritasi gastrointestina intevensi keperawatan Identifikasi riwayat Untuk mengetahui
selama 3 x 24 jam pemberian faktor penyerta
maka Eliminasi fekal makanan dari makanan
membaik dengan Monitor warna, volume, Untuk
kriteria hasil : frekwensi, dan konsistensi tinja
Kontrol pengeluaran feses Teraupetik mengidentifikasi tingkat
meningkat Berikan asupan diare
Nyeri abdomen cairan oral Berikan Teraupetik
menurun Konsistensi cairan intravena Untuk mengurangi
feses membaik Edukasi resiko dehidrasi
Frekuensi BAB Anjurkan makanan porsi kecil dan Untuk
membaik Peristaltik sering secara bertahap
usus membaik mempercepat
memenuhan

kebutuhan cairan
Anjurkan menghindari Edukasi
makanan, pembentuk gas, pedas, Untuk mengurangi rasa
dan mengandung lactose mual Mencegah
Kolaborasi bertambahnya parahnya
Kolaborasi pemberian diare
obat Kolaborasi
antimotilitas, Untuk mempercepat proses
antispasmodic/ penyembuhan diare
spasmolitik, pengeras feses
Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan dengan intervensi keperawatan Periksa tanda dan gejala Untuk
Kehilangan cairan aktif selama 3 x 24 jam, hipovolemia (mis: frekuensi
maka keseimbangan nadi meningkat, nadi teraba memastikan
cairan meningkat, lemah, tekanan darah menurun, hipovolemia sungguhan
dengan kriteria hasil: tekanan nadi menyempit, turgor atau hanya haus biasa
kulit menurun, membran Untuk mengetahui
Output urin meningkat mukosa kering, volume urin cairan yang masuk dan
Membrane mukosa lembab menurun, hematokrit meningkat, keluar tubuh
meningkat haus, lemah) Teraupetik
Tekanan darah Monitor intake dan output cairan Untuk memenuhi
membaik Frekuensi Teraupetik kebutuhan darah di otak
nadi membaik Berikan posisi Utuk mencegah mukosa
Kekuatan nadi modified kering
membaik Trendelenburg Edukasi
Berikan asupan cairan oral Untuk
Edukasi
Anjurkan memperbanyak memcukupi kebutuhan
asupan cairan oral cairan melalui oral
Anjurkan menghindari Menghindari rasa
perubahan posisi pusing
mendadak karena perubaan posisi
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan iv Untuk
isotonis, hipotonis, cairan
koloid, produk darah mempercepat
penyembuhan

hipovolemia
melalui infus ,dan
produk darah lainya
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan . tahap ini muncul
jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan
mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di buat pada
perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan kreatifits
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan,
dilakukan dengan rencana yang tepat,aman,serta sesuai dengan kondisi pasien (Ode
Debora, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tindakan evaluasi mengacu pada
penilaian, tahapan dan perbaikan serta bagaimana reaksi pasien dan keluarga terhadap
perencanaan yang telah diberikan. Jika hasil evaluasi menunjukkan tujuan dan kriteria hasil
tercapai, pasien bisa pulang dan melakukan rawat jalan (Judha, 2018).
Evaluasi adalah suatu penentuan apakah permasalahan sudah teratasi dengan sepenuhnya
atau belun dan suatu keputusan apakah dilanjutkan perawatan atau di berhentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Kasus Diare Pada Anak
Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah Palembang.( http://repository.stik-
sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf )
Anik Maryunani. (2013). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta.
Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang rawat
nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)
Andayani, 2019. Pengaruh Atraumatic Care: Audiovisual dengan Portable DVD terhadap
Hospitalisasi pada Anak. Diakses tanggal 20 November 2019
tami, Yuli. (2014). Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah
WIDYA (Volume 2 Nomor 2 Hal 9-20).
Sari , Indah (2021). Asuhan Keperawatan pada anak Gastroenteritis Akut di Rumah sakit
Harapan Bali. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id
Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.
Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Eating Clean. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.
Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2018
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2017
TIM POKJA SIKI DPP PPNI, Standart Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan .Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia; 2019
Mengetahui

Preseptor klinik Preseptor Akademik

Ilis Sunarya S.kep,Ns Liza Wati S.Kep,Ns,M.Kep

Anda mungkin juga menyukai