Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM HEMATOLOGI PADA KASUS DHF (DENGUE
HAEMORRHAGIC FEVER) DI RUANG TUNJUNG 2 RSUD PRAYA
LOMBOK TENGAH

OLEH :

NAMA : TANIA HARTATI RAHMAN

NIM : 093STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
BAB I
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah suatau penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (Suriadi & Yuliana, 2006).
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengangejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
B. Anatomi fisiologi
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah
dan aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume
darah manusia ± 7-8 % dari berat badan. (Lauralee Sherwood : 2011)
Bila darah lengkap dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang
tertinggal dinamakan serum.
Anatomi Fisiologi (Syaiffudin, 2011: Hal. 4)
1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.Sel darah merah
: Kekurangan eritrosit, Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut.
Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.Sel darah putih yang
mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000 sel/mm³.

c) Trombosit (sel pembeku darah)


Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam
peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara
200.000 – 300.000/mm³ darah.
2. Struktur Sel
a) Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-
10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus
gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang
keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan
menerima segala untuk rangsangan yang datang.
b) Plasma
Terdiri dari beberapa komponen yaitu :
 Air membentuk 90 % volume plasma
 Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan
darah serta melawan bibit penyakit (immunoglobulin).
 Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2
berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah sehingga
fungsi normal jaringan tubuh.
 Zat-zat makanan sebagai makanan sel.
 Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi
untuk
membantu metabolisme.
 Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri
 Sesuai produk jaringan : urea, asam urat dan kreatinin
C. Klasifikasi
Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :
Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji turniquet positif
Derajat 2 Derajad 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan / atau
perdarahan lain
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi lembab, dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di
ukur.
Sumber : BA infeksi dan pediatri tropis hal : 164
D. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan
den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberi perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di indonesia (Sudoyo Aru, 2011).
E. Manifestasi klinik
Menurut Khair 2013, tanda dan gejalanya adalah :
1. Demam tinggi 5-7 hari
2. Perdarahan , terutama perdarahan bawah kulit, ptekie, hematoma
3. Epistaksi, hemamelena, hematuria
4. Mual, muntah diare, konstipasi, tidak ada nafsu makan
5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,tekanan darah
menurun, gelisah, capila reffil time lebih dari 2 detik nadi cepat dan lemah).
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa :
1. Demam disertai ruam-ruam makulopapular
2. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam
ringan/ demam tinggi (> 39◦C) yang tiba- tiba dan berlangsung selama 2-7
hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan otot,
mual dam muntah dan ruam-ruam.
3. Bintik-bintik perdarahan dikulit sering terjadi, kadang-kadang disertai
bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva
4. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati,
nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut
5. Kadang-kadang demam mencapai 40-41◦C dan terjadi kejang demam pada
bayi.
F. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi
viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai
gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal diseluruh tubuh, nafsu
makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Kelainan juga dapat
terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta
aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau
terjadinya perembesaran plasma akibat pembesaran plasama terjadi pengurangan
volume plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistemreikulo endotel
bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti bodiyang akhirnya bisa
menyebabkan anaphylaxia (Price dan Wilson, 2010).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknyasaat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak
dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian. Terjadinya renjatan inibiasanya pada hari ke-3 dan ke-7 (Sudoyo, 2011).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia,yang berlanjut akan
menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan
akhirnya sampai pada perdarahan. Reaksi perdarahan pada pasien DHF diakibatkan
adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3),menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin,faktor V, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan
yang terjadi seperti peteke,ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai
perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal Pembekuan yang meluas pada
intravaskuler (DIC) juga bisa menyebabkan terjadi saat renjatan (Price dan Wilson,
2010).
G. WOC

Arbovirus (melalui nyamuk beredar dalam aliran infeksi virus


Aedes aegypti) darah dengue (viremia)

PGE2 hipothalamus membentuk & mengaktifkan sistem


Melepaskab zat C3a,C5a komplemen

v Peningkatan reabsorbsi permeabilitas membran


Hipertermi
Na+ dan H2O meningkat

kerusakan endotel resiko syok


Pembuluh darah hipovolemik

Merangsang & renjatan hipovolemik abdomen


Mengaktivasi faktor& hipotensi

Pembekuan yang meluas pada


intravaskuler DIC mual, muntah

Resiko perfusi jaringan Ketidak seimbangan


Tidak efektif nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Hipoksia jaringan

Kekurangan
volume cairan

Sumber : NANDA NIC NOC 2015

H. Komplikasi
Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2012) adalah perdarahan,
kegagalan sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura.
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia,
dihubungkan dengan meningkatnyamegakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hiduptrombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif,peteke, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesisdan
melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadikebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkanberkurangnya aliran balik
vena (venous return), prelod, miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung,
sehingga terjadi disfungsi ataukegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi
jaringan.DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggudan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresifdan irreversibel, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akanmeninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungandengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan selsel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besardan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virusantibody.
4. Efusi pleura
Efusipleurakarenaadanyakebocoranplasmayangmengakibatkan ekstravasasi aliran
intravaskuler sel hal tersebut dapatdibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura bila terjadi efusipleura akan terjadi dispnea, sesak napas
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a) Trombosit menurun. Nilai normal trombosit 150.000 – 400.000 mcL.
b) Hematokrit meningkat 20% atau lebih. Nilai normal hematokrit pada pria
dewasa 42% - 40% dan perempuan dewasa 38% - 46%
c) Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga. Leukosit normal pada
orang dewasa adalah 4500 – 10.000 sel/mm.
d) Kadar albumin menurun dan bersifat sementara. Kadar albumin normal
berkisar antara 3,5 – 5,9 g/dL
e) Hipoproteinemia ( Protein darah rendah )
f) Hiponatremia (Na rendah). Nilai normal dalam serum yaitu 135 – 145
mEq/L
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.
J. Penatalaksanaan medis
1. DHF Tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF Dengan Renjatan
- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
(20– 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
K. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per
hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi productie
urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
8. Resiko Perdarahan
 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
 Catat banyak, warna dari perdarahan
 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
9. Peningkatan suhu tubuh
 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
 Beri minum banyak
 Berikan kompres

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah dahulu klien pernah menderita penyakit yangsama?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga yang menderita sakit yang sama dengan
klien.Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.
3. Pengkajian Per Sistem:
1) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
a. Grade I : kesadaran composmentis , keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak
teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
2) Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl
keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada
poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
4. Pola Pengkajian secara fungsional :
a. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan.Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut,
lapar dan haus berlebihan.
b. Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB, BAK
frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
c. Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan energy,
tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau tempat
sakit.
d. Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi periode
istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah
yang dirasakan saat tidur.
e. Kognitif- perseptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan
nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan
pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan
f. Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,
kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
g. Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual
h. Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi atau
koping terhadap stress
i. Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dankepercayaan
berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual
B. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi) berhubungan dengan proses


penyakit (viremia).
2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
C. Rencana Keperawatan

No Dx Keperawatan NOC NIC

1 Hipertermi b/d proses  Thermoregulasi 1. Monitor suhu


infeksi virus dengue Kriteria Hasil : sesering mungkin
2. Monitor IWL
- Suhu tubuh
3. Monitor warna
dalam rentang
dan suhu kulit
normal 4. Monitor tekanan
- Nadi dan
darah, nadi dan RR
RR dalam rentang 5. Monitor penurunan
normal tingkat kesadaran
- Tidak ada 6. Monitor WBC, Hb,
perubahan warna dan Hct
7. Berikan anti
kulit dan tidak ada
piretik
pusing, merasa
8. Selimuti pasien
nyaman 9. Berikan cairan
intraven
10. Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
Temperature regulation
11. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
12. Monitor tanda-
tanda hipertermi dan
hipotermi
13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Berikan anti piretik
jika perlu
15. Monitor TD, nadi,
suhu,

2 Kurangnya volume cairan  Fluid balance 1. Timpang popok


 Hydration
tubuh b/d peningkatan jika diperlukan
 Nutritional status :
2. Pertahankan catat
permeabelitas dinding
food and fluid intake
intake dan output yang
plasma
Kriteria hasil :
akurat
- Mempertahankan 3. Monitor status
urine output sesuai dehidrasi (kelembaban
dengan usia dan BB, membran mukosa, nadi
BJ urine normal, HT adekuat,) jika
normal diperlukan
- Tekanan darah, 4. Monitor masukan
nadi, suhu tubuh dalam makanan / cairan dan
batas normal hitung intake kalori
- Tidak ada tanda-
harian
tanda dehidrasi, 5. Kalaborasikan
elastisitas tugor kulit pemberian cairan IV
6. Monitor status
baik, membran mukosa
nutrisi
lembab, tidak ada rasa
7. Dorong keluarga
haus yang berlebihan
untuk membantu pasien
makan
8. Tawarkan snack
(jus buah, buah segar)
9. Kolaborasi denagn
dokter
10. Monitor tingkat
Hb,
dan hematokrit
11. Monitor BB
12. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
3 Ketidakseimbangan nutrisi  Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan nutrient intake makanan
 Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan
tubuh Berhubungan
Food and Fluid Intake ahli gizi untuk
dengan mual,muntah,
 Weight control
menentukan jumlah
anoreksia
Kriteria hasil : kalori dan nutrisi yang
- Adanya di butuhkan klien
3. Yakinkan diet yang
peningkatan berat
akan dimakan
badan sesuai dengan
mengandung tinggi
tujuan
- Berat badan ideal serat untuk mencegah
sesuai dengan tinggi konstipasi
4. Ajarkan pasien
badan
- Mampu bagaimana membuat
mengidentifikasi catatan makanan
kebutuhan nutrisi harian.
- Tidak ada tanda- 5. Monitor adanya
tanda malnutrisi penurunan BB dan gula
- Menunjukan darah
peningkatan fungsi 6. Monitor
pengecapan dari lingkungan saat makan
7. Jadwalkan
menelan
- Tidak terjadi pengobatan dan
penurunan berat tindakan tidak selama
badan yang berarti jam makan
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total protein,
Hb dan kadar Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake
nutrisi
13. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan
15. Atur posisi
semifowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Anjurkan banyak
minum

D. Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari


keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan
pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien. Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah
tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal
dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.

E. Evaluasi

1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau
tidak.

2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).

b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan (
dalam bentuk SOAP ).

DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Nurlinda. 2010. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta
: Media Action Publishing.
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Sagung Seto.
Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai