Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PENDARAHAN DI AWAL


KEHAMILAN (ABORTUS IMMINENS)

OLEH KELOMPOK 1

1. M. SOFYANDI
2. PUTU ANGGA SWANDANA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Dalam Pendarahan Di Awal Kehamilan
(Abortus Iminen)”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram,11 Desember 2019


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................3

1.3 Tujuan ....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................5

2.1 Definisi Abortus Imminens ...................................................................5


2.2 Penyebab Abortus Imminens ................................................................5
2.3 Resiko Kejadian Abortus Imminen .......................................................6
2.4 Angka Kejadian Abortus Imminens Di NTB dan Indonesia ................6
2.5 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Internal .......................................8
2.6 Patofisiologi Kasus Abortus Imminens ................................................16
2.7 Manifestasi Klinis Abortus Imminens ..................................................18
2.8 Penatalaksanaan Abortus Imminens .....................................................18
2.9 Pencegahan Abortus Imminens.............................................................21
2.10 Askep NANDA NIC NOC Abortus Imminens ....................................22

BAB III PENUTUP ..........................................................................................35

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................35

3.2 Saran .......................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. (FK.
UNPAD, 1984 : 8)

Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan


ancaman terjadinya abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)

Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta jumlah tenaga ahli


kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia yang masih sangat
kurang yaitu pada tahun 1995 terdapat 700 orang tenaga berbanding
dengan 197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila dibandingkan dengan
negara di Asia Tenggara lain, contoh di Filipina terdapat 2.000 orang
tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa. Maka sudah
dapat dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia
menjadi paling tinggi di Asia Tenggara.

Sebagai ukuran kemmapuan pelayanan kesehatan satu negara


ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena
melahirkan. Sementara persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu
sekitar 70 – 80 % masih ditolong oleh dukun terutama di pedesaan
dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab
kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan
hamil serta terlambatnya sistem rujukan (Manuaba, 1999).

Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk


mengendalikan angka kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta
kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa
kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan
nama plea of promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan
kepada ibu selama masa kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan
masa kehamilannya dengan baik dan bayi dapat dilahirkan dengan sehat
dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan tersebut semakin
membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada
masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu
dan bayi kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di
Indonesia dikembangkan model pengawasan yang sama dengan nama
BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana BKIA menjadi
bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh
Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga
kemampuan pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang
pencapaian Indonesia Sehat 2010, dikembangkan program Bidan di Desa
guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan
kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.

Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah


kebidanan ini mengingat permasalahan yang muncul selama masa
kehamilan adalah sangat kompleks yang meliputi masalah fisik,
psikologis dan sosial (Sarwono, 1991). Bahkan dengan kecenderunagn
angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan karena
perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan, menjadikan
program pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan
melalui upaya ANC (Ante Natal Care).

Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah
keguguran atau abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan
dan pengethauan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya
dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian
abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh
pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak
kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga
kecenderungan kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan
semakin merebaknya klinik – klinik aborsi di tanah air, semakin
membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan
akibatnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat


permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus
sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu,
suami/pasangan maupun keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi abortus iminen ?
2. Apa peneyebab abortus iminen ?
3. Apa resiko kejadian abortus iminen ?
4. Untuk menegetahui angka kejadian abortus iminen di NTB dan
Inonesia ?
5. Anatomi sistem reproduksi wanita Internal ?
6. Pato fisiologi kasus abortus iminen ?
7. Manifestasi klinis abortus iminen ?
8. Penatalaksanaan abortus iminen ?
9. Penecegahan abortus iminen ?
10. Askep NANDA NIC NOC abortus iminen ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian abortus
sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi data fokus keperawatan melalui pengkajian pada
ibu hamil denagn kejadian abortus.
b) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu
hamil dengan kejadian abortus.
c) Mengidentifikasi rencana intervensi keperawatan pada ibu hamil
dengan kejadian abortus.
d) Menerapkan implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan
kejadian abortus.
e) Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan
kejadian abortus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abortus Iminen


Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup
dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami
perdarahan vaginal dengan atau tanpa nyeri abdomen ketika kondisi
serviks masih tertutup.
Abortus ialah kegagalan kehamilan sebelum berumur 28 mg atau
berat janin kurang dari 1000 gram (Manuaba, 2001).
Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram
(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 2004).
Abortus ialah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di
dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya (Prof. Sulaiman
Sastrawinata dkk, 2005).
2.2 Penyebab Abortus Iminen

Penyebab abortus iminen adalah :


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin
atau cacat, penyebabnya antara lain:
a) Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
b) Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil
saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau
sindroma ovarium polikistik.
c) Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun
seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata
atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang
tidak dijahit.
2.3 Resiko Kejadian Abortus Imminens
Resiko yang terjadi akibat abortus immines pada klien apabila tidak
mendapatakan penanganan medis lebih lanjut maka akan terjadi
peningkatan pada stase selanjautnya mengingat Abortus imminens
merupakan keguguran yang mengancam dan apabila tidak mendapatkan
penanganan lebih lanjut maka dari itu resiko yang timbul pada klien
adalah Abortus incipiens peningkatan yang terjadi akibat tidak
mendapatkan pengangan medis, namun apabila mendapatkan penangan
medis lebih lanjut di dapatkan maka kemungkinan klien untuk terjadi
keguguran tidak terjadi.
2.4 Angka Kejadian Abortus Iminen Di NTB Dan Inonesia
Sampai sekarang perdarahan dalam obstetrik masih memegang
peran sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun di negara
maju, terutama pada kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan
obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir umumnya adalah perdarahan yang berat,
dan jika tidak dapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang
fatal (Surjaningrat S, 2009).
Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding)
dan sesudah persalinan (post parting bleeding). Plasenta servia merupakan
salah satu penyebab perdarahan yang terjadi sebelum persalinan dan
memberi kontribusi sekitar 20% dari seluruh kejadian perdarahan pada
kehamilan trimester ketiga (Callahan et al. 2001). Kejadian plasenta previa
cukup jarang yaitu sekitar 0,3%-0,6% dari seluruh persalinan.
Berdasarkan hasil survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007,
angka kematian ibu yaitu 228/100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2008,
4692 jiwa ibu melayang dimasa kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun
faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 40-60%,
preeklamsi dan eklamsi 20-30%, infeksi 20-30% (Depkes RI, 2010).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2012, jumlah
kematian ibu tercatat 100 kasus (0,9%) dari 102.954 persalinan,
penyebabnya terdiri dari perdarahan 30 kasus, Hipertensi dalam kehamilan
24 kasus, infeksi 6 kasus, emboli air ketuban 2 kasus, dan sisanya
disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan
(Dikes NTB, 2010).
Sedangkan menurut data yang diperoleh di buku Register Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Provinsi NTB, tercatat Statistik Aborsi di
Indonesia.
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat,
karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika
terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Akan tetapi,
berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi
yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa
yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu.Secara
keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang
paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung. Kasus aborsi
di Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar kasus kematian di
Indonesia sejak beberapa decade terakhir. Kematian akibat aborsi tersebut
mencakup aborsi yang disengaja (induced abortion) maupun yang tidak
disengaja (spontaneous abortion). Kasus aborsi sendiri mendapat sorotan
serius dari badan kesehatan dunia (WHO), termasuk sosialisasi bahaya dan
cara penanganan baik untuk induced abortion atau spontaneous abortion.
Secara langsung meningkatnya kasus aborsi di Indonesia tahun
2017 dan di dunia menambah risiko kesehatan sebagian perempuan,
terutama mereka yang awam dengan cara aborsi yang benar atau
penanganan yang tepat pasca aborsi.
Berdasarkan penelitian WHO, ditemukan tingkat aborsi secara
global yaitu 28 kasus dari 1000 kehamilan dalam 1 tahun. Yang cukup
mencengangkan, presentase kasus aborsi yang dilakukan secara sengaja
tanpa bantuan tim medis yang terlatih, melonjak dari 44% menjadi 49%.
Beberapa jurnal kesehatan yang sempat mempublikasikan data itu
mengatakan bahwa angka tersebut sudah dalam level memperihatinkan.
2.5 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Internal
Organ reproduksi bagian internal meliputi ovarium, tuba uterus
(fallopi), uterus, dan vagina. Deskripsi singkat tentang tulang pelvis juga
diberikan.

1. Uterus
Antara kelahiran dan masa purbertas, uterus secara bertahan turun
dari bagian bawah abdomen kevelfis sejati. Setelah peburtas, uterus
biasanya terletak digaris tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap
simpisis publis kandung kemih, serta anterior terhadap rectum.
Pada kebanyakan wanita saat kandung kemih kosong, uterus berada
dalam posisi anterpersi (ujungcondong kedepan) dan sedikit antefleksi
(melengkung kedepan), dengan korpus bersandar pada bagian atas dinding
posterior kandung kemih. Serpik mengarah kebawah dan kebelakang
ujung sacrum sehinga serpik biasanya berada pada sekitar sudut kanan
badan vagina. Pada wanita lain uterus mungkin berada pada posisi tengah
atau ujung, codong kebelakang (retroversi). Uterus yang melengkung lebih
dari biasasehinga pondus (atas) lebih dekat ke serviks disebut berada
dalam posisi antak fleksi atau rektrofleksi (gbr.3-5).
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus kebelakang kerah
rectum. Rectum yang penuh mengerakan uterus kedepan, kearah kandung
kemih. Posisi uterus juga berubah, tergantung pada posisi wanita
(misaknya, berbaring terlentang, tengkurap, miring, ataw berdiri), usia,
dan kehamilan. Pergerakan yang bebas memungkinkan uterus bergerak
sedikit keatas selama siklus respons sekssual (hlm.56) sehinga Servik
berada pada posisi yang meningkat kemungkinan terjadinya pembuahan.
Ligament dan otot dasar pelpis menopang uterus, termasuk badan
perenium. Secara keseluruhan ada 10 ligamen yang menstabilisasi uterus
di dalam rongga pelpis (lihat gambar 3-1,3-4,dan 3-7): 4 pasal
ligament,yakni ligamnetum latum, ligementum teres uteri)
sakrouterinum,dan kardinale (transfersa atau mackendroudt),dan dua
ligament tunggal, yakni anterior (puboservikal) dan pustorior
(rektorvaginal). Ligamentum posterior membentuk rongga retrouterin
yang dalam, yang dikenal sebagai cul-de-sac of douglas (gbr.3-6 dan 3-
13).
Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin,
dan teraba pada.deraja kepadatan ini berfariasi bergantung pada bebera
faktor. Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama fase
sekresi siklus menstruasi, lebih lunaa selama masa hamil, dan lebih pada
setelah menofause.
Uterus terdiri dari tiga bagian (lihat gambar.3-3 dan 3-4): fundus
yang merupakan tonjolan bulat dibagian atas terletak di atas insersi tuba
palopii , korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi kopum
uteri, dan istmus yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serfiks dan dikenal sebagsi segmen uterus pada bagiaan
bawa pada masa hamil
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan pertmanjaan
endometrim, kehamilan, dan persalinan.fungsi-fungsi ini ensensial untuk
reproduksi, tetapi tidak diperlukan tidak diperlukan kelangsungan
fisiologis wanita.
Gambar 1.1 Uterus (Kusnan, 2000)

2. Ovarium

Gambar 1.2 Ovarium (Guyton & Hall, 1997)


Sebuah ovarium terletak disebuah sisi uterus, dibawah dan
dibelakang tuba falopi. Dua legamen mengikat ovarium pada temaptnya,
yakni bagian mesovarium legamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis latera kira-kira setinggi Kristal iliaka
anterosuperior, dan legamentum ovari proprium (lihat gbr. 3-3 dan 3-7),
yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat digerakan.
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testi pada
pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium mengerupai sebuah-buah almon
berukuran besar (gbr.3-2). Saat opulasi, ukuran ovarim dapat menjadi dua
kali lipat untuk smentara. Ovarim yang berbentuk oval ini memiliki
konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarke, permukaan
ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka perut akibat okulasi dan
ruktur roliker yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Dua fungsi ovarium ialah menyelanggarkan ovulasi dan reproduksi
hormone. Saat lahir,ovarim wanita normal mengandung sangat banyak
ovum rimordial (primitive). Diantara interfal selama masa usia subur
(umumnya setiap bulan), satu atau lewbih opummatur dan mengalami
ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks
stroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.

Gambar 1.2 Ovarium (Guyton & Hall, 1997)

3. Tuba falopii (Tuba Uterin)

Sepasang tuba falopii melekat pada fundus uteris (gbr,3-3,3-4,dan


3-7). Tuba ini memenjang kearah latera, mencapi ujung bebas ligamen
lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

Panjang tubah ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. setiap


tuba mempunyai lapisan britonium dibagiasn luar, lapisan otot tipis
dibagian tengah, dan lapisan mukosa dibagian dalam. Lapisan mukosa
terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa diantaranya besilia dan bebera yang
lain mengeluarkan sekre. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi.
Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan
vagina.
Tuba falopii beruba disepanjang stukturnya. Empat segmen yang
berbeda dapat di identifikasi (gbr.3-3 dan3-4) : (1) infumdibulum, (2)
ampula, (3) itsmus,dan (4) interstisial. Infundibulum merupakan bagian
yang paling distal. Muaranya yang berbentuk seperti terompet dikelilingi
oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hampir erektil saat ovulasi.
Ampila membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan
ovum bersatu vertilisasi terjadi di ampula

Gambar 1.3 Tuba Falopi (Potter, 1997)


Gambar 1.3 Tuba Falopi (Potter, 1997)

Istmus terletak proksimal terhadap ampula. Listmus kecil dan


padat, sangat mirip ligamentum teres uteri. Bagian interstisial (atau
intrsmursl) melewasti miometrium anatara fundus dan korpus uteri dsan
mempunysi lumen berukuran paling kecilb (terowongan), berdia meter
kursng ari mm. sbelum ovum ysang dibuahi dapat dilewati lumen ini,
ovum tersebut harus melepakan sel-sel granolosa yang membungkusnya.
Tuba palopi merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan–tonjolan
inpundibulum yang mengerupai jari (fimbria) menarik ofum kedalam tuba
dengan gerakan–gerakan seperti gelombang-gelombang.ovum di dorong di
sepanjang tuba,sebagian oleh bagina selia, tetapi terutama oleh gerakan
peristalisi lapisan otot, estrogen dam prostaglandin mempengaruhi gerakan
pristalistis. Aktifitas peristaltis tuba palopii dan fungsi sekresi lapisan
mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi. Sel-sel kolumnar
menyekresi nutrient untuk menyongkong ovum selama berada di dalam
tuba.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan:endometrim,miometrium,
dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalisEndometrim yang
mengandung banyak pembulu darah ialah suatu lapisan membera mukosa
yang terditi dari tiga lapisan : permukaan padat, lapisan tengah jaringan
ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
endometrim dengan miometrim.(dua lapisan dibagian atas vdikenal juga
sebagai lapisan fungsioanal dan lapisan dibagian dalam dikenal sebagian
lapisan basal).selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan
permukaan yang padat dan lapisa tengah yang berongga tanggal. Segera
setelah alirah menstruasi berakhir, tebal endometirom 0,5b mm. mendekati
akhir siklus endomertium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal
endometrium sekitar 5 mm (kurang dari ¼ inci).
Miometrium yang tebal tersusun lapisan-lapisan serabut otot polos
yang membentang ketiga arah (logituginal,transfersal, dan oblik) (gbr. 3-
7). Serabut otot polos saling menjalin jaringan ikat yang elastis dan
pembuluh darah sepanjang dinding uterus yang menyatu dengan lapisan
dalam endometrium yang padat miometrium terutama tebal dipundus,
semakin menipis kearah ismus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium, paling
banyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok
untuk mendorong bayi pada persalinan.pada lapisan miometrium tengah
yang tebal, serabut otot yang yang saling menjalin membentuk pola angka
delapan yang mengelilingi pembuluh darah besar. Kontraksi lapisan
tengah memicu kerja hemostalis (Gbr. 3-8). Hanya sedikit serabut sirkular
lapisan miometrium dalam ditemukan di fundus. Kebanyakan serabut
sirkulas terkonsentrasi di kornu (tempat tuba falopii bergabung dengan
badan uterus) dan mengelilingi ostium interna (muara). Kerja sfingter
disekitar ostium serviks interna membantu mempertahankan isi uterus
selama hami. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna
dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Ingat miometrium bekerja sebagai suatu kesatuan yang utuh,
struktur miometrium yang member kekuatan dan elastititas merupakan
contoh adaptasi terhadap fungsi:
1. Untuk menjadi lebih tipis, tertarik keatas, membuka serviks, dan
mendorong janin keluar uterus, fundus harus berkontraksi dengan
dorong paling besar.
2. Kontraksi serabut-serabut otot polos yang saling menjalin dan
mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah setelah
aborsi atau persalinana. Karena kemampuannya untuk menutup
(ligasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, serabut
otot polos uterus disebut sebagai ikatan hidup (Gbr. 3-8).

Peritoneum parietalis, suatu memberan serosa, melapisi seluruh


korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah,
dimana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostic dan bedah
pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritoneum parietalis tidak menutupi selurh korpus uteri.
Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher,tempat
pelekatan serviks uteri dengan vagina membagi serviks menjadi bagian
supravagina yang panjang (di atas vagina) (lihat Gbr. 3-3) dan bagian
vagina yang lebih pendek (lihat Gbr. 3-4). Panjang serviks sekitar 2,5
sampai 3 cm,1 cm menonjol kedalam vagina pada wanita tidak hamil.
Serviks terutam disusun oleh jaringan ikat fobrosa serta jumlah
kecil serabut otot dan jaringan elastic.serviks seorang wanita nulipara
mempunyai bentuk seperti kumpatan yang hampir seperti keruncut,
bundar, dan agak padat. Muara sempit antara kavum uteri dan kanal
edoserviks (kanal di dalam serviks yang menghubungkan kavum uteri
dengan vagina) disebut ostium interna. Muara sempit antara endoserviks
dan vagina disebut ostiukm eksterna,suatu muara sirkular pada wanita
yang belum pernah melahirkan. Persalinan mengubah ostium sirkular
menjadi muara transversal kecil yang membagi serviks menjadi bibir
anterior dan bibir posterior (Gbr. 3-9).
Saat wanita tidak sedang ovulasi atau hamil, ujung serviks teraba
padat, seperti ujung hidung, dengan lubang kecil di tengah. Lubang ini
menandakan tempat ostium eksterna.
Karakteristik serviks yang paling signifikan lelah kemampuannya
meregang pada saat melahirkan anak per vaginam, beberapa faktor yang
berperan pada elastisitas serviks ialah jaringan ikat yang banyak dan
kandungan serabut yang elastic, lipatan di dalam lapisan endoserviks, dan
10 persen kandungan serabut otot.

Gambar 1.5 Servik (Wati 2017)

2.6 Patofisiologi Kasus Abortus Iminen


Awal abortus janin yang tidak dapat beradaftasi maka akan terjadi
keguguran hal ini kemudian dilanjutkan ke mudian ke beberapa fase salah
satunya perdarahan pada desibidualis yang diikuti dengan nekrosis
jarangan yang menyebapkan hasil konsepsi dianggap benda asing dalam
uterus kemudian dikuti dengan kontraksi untuk pengeluaran benda asing
tersebut pada kehamilan 8 minggu , vili korialis belum menembus desidua
secara dalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhya,
sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu plasenta sudah tembus lebih jauh
sehingga tidak dapat dilepaskan seluruhnya sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan (Mangkuji 2012: Pathway Abortus Imminens ).

Etiologi:
- Faktor kelainan tumbuh
konsepsi
- Faktor kelainan plasenta
- Faktor penyakit bawaan
- Faktor kelainan traktus

Buah kehamilan pada usia 8-14 minggu

Janin dapat beradaptasi Janin tidak dapat beradaptasi

Usia kehamilan dapat Janin gugur


dipertahankan > 37 minggu
atau BB janin > 2500 gram

Rangsangan pada uterus Lepasnya buah kehamilandari Terganggunya psikologis ibu


implantasinya

Kontraksi uterus Kecemasan


Terputusnya pembuluh darah
ibu
Defisit knowledge

Prostaglandin ↑ Perdarahan dan nekrose


desidua

Dilatasi serviks
Resiko defisit volume cairan

Kelemahan
Nyeri
Resiko gawat janin

Resiko terjadi infeksi


Gambar 1.4 Pathway (Wati 2017)

2.7 Manifestasi Klinis Abortus Iminen


Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali, adanya gejala nyeri perut
dan punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau
tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.
Adapun tanda dan gejala yang timbul ketika akan dilaksanakan
pemeriksaan adalah :
1. Terlambat haid kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal / menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan
konsepsi.
4. Rasa mules atau keram perut di daerah simpisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontrksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi
a) Inspeksi vulva : pendarahan pervaginam, ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium / tidak bau busuk dari vulva.
b) Inspekulo : pendarahan dari kavum uteri, ostium uterus terbuka /
tertutup, ada / tidak jaringan-jaringan keluar dari ostium, ada /
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c) Colok vagina
Portio masih terbuka / tertutup, teraba / tidak jaringan pada kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum douglasi tidak menonjol / tidak nyeri.

2.8 Penatalaksaan Abortus Imminens


Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya
penyebab abortus imminens adalah kromosom abnormal pada janin.
Meskipun banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektif
untuk abortus imminens, penatalaksanaan aktif pada umumnya terdiri atas:
1. Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus
imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian,
1228 dari 1279 (96%) dokter umum meresepkan istirahat pada
perdarahan hebat yang terjadi pada awal kehamilan, meskipun hanya
delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu, dan hanya satu
dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik. Sebuah penelitian
randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah baring pada
abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang
mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan
minggu yang viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu
injeksi hCG, plasebo atau tirah baring. Persentase terjadinya
keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%,
and 75%. Perbedaan signifi kan tampak antara kelompok injeksi hCG
dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan
plasebo atau antara kelompok plasebo dan tirah baring tidak signifi
kan. Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih
baik dibandingkan tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi
sindrom hiperstimulasi ovarium, dan mengingat terjadinya abortus
imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan dengan fungsi
luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak
melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG. Dalam sebuah
penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS dengan
keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146
wanita yang melakukan tirah baring mengalami keguguran,
dibandingkan dengan seperlima wanita yang tidak melakukan tirah
baring. Sebaliknya, sebuah studi kohort observasional terbaru dari 230
wanita dengan abortus imminens yang direkomendasikan tirah baring
menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-
baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina, ukuran hematoma
dan usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi tingkat
terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat
dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama
beberapa hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional.1,2,11 Dosisnya 24-48 jam diikuti
dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi
aktivitas ringan sehari-hari.4,5,8.
2. Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus
imminens, karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi
oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E
dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan
meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.

3. Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas
progestasional atau memiliki efek progesteron, 13 diresepkan pada 13-
40% wanita dengan abortus imminens. Progesteron merupakan produk
utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus
untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan. 1,3
Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga
sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defi
siensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
Sebagian besar ahli tidak setuju 3,4,8 namun mereka yang setuju
menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan
hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon
progesteron memang tidak banyak manfaatnya. Meskipun bukti
terbatas, 1,4 percobaan pada 421 wanita abortus imminens
menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada
penatalaksanaan abortus imminens sebagai upaya mempertahankan
kehamilan. Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone,
Penelitian dilakukan pada 154 wanita yang mengalami perdarahan
vaginal saat usia kehamilan kurang dari 13 minggu. Persentase
keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada
kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg
dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan
kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%.14
Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun
progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi uterus lebih
cepat daripada tirah baring, terlepas dari kemungkinan bahwa
pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat menyebabkan
missed abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus imminens
tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau
perdarahan antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi ibu.
Selain itu, penggunaan progestogen juga tidak terbukti menimbulkan
kelainan kongenital. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah
lebih besar untuk memperkuat kesimpulan.
4. hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam
mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus
imminens untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga
penelitian yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada
cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada abortus
imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak terdapat
laporan efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan
penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang pengaruh hCG pada
keguguran.
2.9 Pencegahan Abortus Immines
Adapun cara yang dipergunakan untuk mencegah abortus immines
adalah dengan cara :
1. Vitamin10, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal
kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28
percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan
intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah
atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam
kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita
dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang
menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC
mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian
menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko
rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya
menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan
oleh banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan
terdahulu melalui konseling dan anamnesis.
2.10 Askep NANDA NIC NOC Abortus Immines
1. Pengkajian Data Fokus
Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami
keluhan sebagai berikut:
a. Tidak enak badan.
b. Badan panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas
tinggi.
c. Sakit kepala dan penglihatan terasa kabur.
d. Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-
flek darah atau perdarahan terus-menerus.
e. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit
menyebar sampai ke punggung dan pinggang.
f. Keluhan perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku.
g. Keluhan keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn
hati dalam jumlah banyak.
h. Perasaan takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.
i. Ibu merasa cemas dan gelisah sebelum mendapat kepastian
penyakitnya.
j. Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi
meningkat dan suhu meningkat.
Pengkajian Data Dasar

1. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
2. Riwayat Persalina
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif
; lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia
dan asfiksia
3. Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi
tampak kuning.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan
saluran cerna dan hati ( hepatitis )
5. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang
tua
6. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi
yang ikterus.
7. Pengkajian Kebutuhan Dasar manusia
a. Aktivitas / Istirahat
Letargi, malas.
b. Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia.
c. Eliminasi
Bising usus hipoaktif.
Pasase mekonium mungkin lambat.
Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran
bilirubin.
Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
d. Makanan / Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui
daripada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum ( reflek
menghisap dan menelan lemah sehingga BB bayi mengalami
penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran
limfa, hepar
e. Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran /
kelahiran ekstraksi vakum Edema umum, hepatosplenomegali, atau
hidrops fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh berat.
Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat Opistotonus dengan
kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih,
aktivitas kejang (tahap krisis)
f. Pernafasan
Riwayat asfiksia
g. Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonates Dapat mengalami ekimosis
berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial. Dapat tampak ikterik
pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek
samping fototerapi.
h. Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan
retardasi pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu
diabetes. Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress
dingin, asfiksia, hipoksia, asidosis, hipoglikemia. Terjadi lebih
sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis
kistik.
Faktor keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan
metabolisme saat lahir (galaktosemia), diskrasias darah
(sferositosis, defisiensi gukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin
(Furadantin); inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit infeksi (misal,
rubella, sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).
Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran
dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman
tali pusat, atau trauma kelahiran
 Pemeriksaan Penunjang:
a. Pada pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks
atau pada kasus abortus imminens sering ditemukan serviks
tertutup dan keluhan nyeri hebat pada pasien.
b. Porsio sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat
jaringan ikut keluar pada pemeriksaan.
c. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat
perdarahan.
d. Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan
masih berlangsung.
e. Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk
memastikan kondisi janin.
f. Pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi janin.
2. Asuhan Keperawatan
A. Data Subjektif
a. Klien mengeluh lelah
b. Klien merasa kurang bertenaga
c. Klien mengeluh nyeri
d. Klien mengeluh sulit tidur
e. Klien merasa bingung dengan penyakitnya
f. Klien merasa khawatir dengan kondisinya
g. Klien mengeluh pusing
h. Klien menanyakan masalah yang terjadi padanya
B. Data Objektif
a. Perdarahan dan nekrosis desidualis
b. Klien tampak meringis
c. Tekanan darah meningkat
d. Klien tampak gelisah
e. Dilatasi serviks klien
f. Klien tampak lesu
g. Klien nampak letih bergerak
h. Klien nampak menunjukan perilaku berlebihan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan
separasi plasenta.
2. Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute
normal dan atau abnormal (perdarahan).
3. Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan
kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan
psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh;
perdarahan.
4. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan
suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap
perdarahan akibat pelepasan separasi plasenta.
5. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan);
ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola
interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi,
pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
6. Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar),
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak
mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.
7. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidak adekuatan pertahanan
skunder akibat perdarahan; prosedur invasif.
Analisa Data
PENGKAJIAN PROBLEM SYMTOM

DS : Nyeri Adanya kontraksi uterus,


i. Klien mengeluh
skunder terhadap pelepasan
nyeri
separasi plasenta.
j. Klien mengeluh
sulit tidur
DO :
i. Klien tampak
meringis
j. Tekanan darah
Resiko deficit
meningkat volume cairan
kehilangan berlebihan melalui
k. Perdarahan rute normal dan atau abnormal
(perdarahan).

DS :
a. Klien mengeluh
pusing
b. Klien merasa
kurang bertenaga
DO : Kelemahan
a. Perdarahan dan
penurunan produksi energi
nekrosis desidualis
metabolic, peningkatan
b. Klien tampak lesu
kebutuhan energi (status
hipermetabolik); kebutuhan
DS :
psikologis/emosional
a. Klien merasa
berlebihan; perubahan kimia
kurang bertenaga
tubuh; perdarahan.
k. Klien mengeluh
lelah
l. Klien mengeluh Resiko terjadi
gawat janin intra
sulit tidur
uteri (hipoksia)
DO :
a. Klien tampak lesu
b. Klien tampak letih
bergerak penurunan suplay O2 dan
nutrisi ke jaringan plasenta
DS : skunder terhadap perdarahan
a. Klien mengeluh Ketakutan/ansietas akibat pelepasan separasi
pusing plasenta.
b. Klien mengeluh
nyeri
DO :
a. Perdarahan dan
nekrosis desidualis
krisis situasi (perdarahan);
b. Dilatasi serviks
ancaman/perubahan pada status
klien Defisit knowledge
/ Kurang kesehatan, fungsi peran, pola
pengetahuan
interaksi; ancaman kematian;
DS : (kebutuhan
belajar), mengenai perpisahan dari keluarga
a. Klien merasa
penyakit,
(hospitalisasi, pengobatan),
bingung dengan prognosis dan
kebutuhan transmisi/penularan perasaan
penyakitnya
pengobatan
interpersonal.
b. Klien merasa
khawatir dengan
kondisinya
DO :
Resiko tinggi
kurang pemajanan/mengingat;
a. Klien tampak terhadap infeksi
kesalahan interpretasi
gelisah
informasi, mitos; tidak
mengenal sumber informasi;
DS :
keterbatasan kognitif.
a. Klien menanyakan
masalah yang
terjadi padanya
DO :
a. Klien nampak
menunjukan
perilaku ketidak adekuatan pertahanan
skunder akibat perdarahan;
berlebihan
prosedur invasif.

DS :
a. Klien mengeluh
nyeri
DO :
l. Perdarahan dan
nekrosis desidualis
m. Tekanan darah
meningkat
3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

Nyeri b/d adanya kontraksi Pasien dapat Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi Menentukan intervensi
uterus, skunder terhadap mendemonstrasikan hilang dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang selanjutnya.
pelepasan separasi plasenta dari ketidaknyamanan. digunakan.

Kriteria evaluasi:
menyangkal nyeri, Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak menerima agen Mengidentifikasi kemajuan
melaporkan perasaan osmotic secara intravena, setiap 2 jam bila menerima agen atau penyimpangan dari hasil
nyaman, ekspresi wajah osmotic. yang diharapkan.
dan postur tubuh rileks. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila menerima
agen osmotic intravena.

Berikan analgesic sesuai pesanan dan mengevaluasi Analgesik memblok jaras


keefektifannya. Beri tahu doketr bila nyeri menetap atau nyeri. Ketidaknyamnan mata
memburuk setelah pemberian obat. berat menandakan
perkembangan komplikasi
dan perlunya perhatian medis
segera.

Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan
punggung, dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi. kembali perhatian.

Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri, mis. Memungkinkan pasien untuk


Teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tretawa, berpartisipasi secara aktif dan
sentuhan terapeutik. meningkatkan rasa control.

Evaluasi penghilangan nyeri. Tujuannya adalah control


Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi nyeri maksimum dengan
kebutuhan/keefektifan intervensi. pengaruh minimum pada
AKS.

Resiko deficit volume cairan Pasien dapat Pantau: Mengidentifikasi


b/d kehilangan berlebihan mendemostrasikan status Tanda-tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian kapiler. penyimpangan indikasi
melalui rute normal dan atau cairan; Kekurangan Warna urine. kemajuan atau penyimpangan
Masukan dan haluaran. dari hasil yang diharapkan.
abnormal (perdarahan). volume cairan tidak
Status umum setiap 8 jam. Menunjukkan keadekuatan
terjadi. volume sirkulasi.

Kriteria evaluasi: tak ada Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, Temuan-temuan ini
manifestasi dehidrasi, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap mennadakan hipovolemia dan
resolusi oedema, elektrolit atau encer gelap. perlunya peningkatan cairan.
serum dalam batas normal, Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. Pada luka bakar luas,
perpindahan cairan dari ruang
haluaran urine di atas 30
intravaskular ke ruang
ml/jam. interstitial menimbukan
hipovolemi.

Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Indikator tidak langsung dari
Perthanakn kleuhan haus. status hidrasi/derajat
kekurangan.

Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai Membantu dalam memelihara
toleransi tubuh. kebuthan cairan dan
menurunkan resiko efek
samping yang
membahayakan.
Kolaborasi:
Berikan cairan IV sesuai indikasi. Diberikan untuk hidrasi
umum serta mengencerkan
obat antineoplastik dan
menurunkan efek samping
merugikan, mis. Mual/muntah
atau nefrotoksitas.

Kelemahan b/d penurunan Klien dapat mengontrol Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa Mencegah kelelahan yang
produksi energi metabolic, kelemahan yang timbul diganggu. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan berlebihan. Periode istirahat
peningkatan kebutuhan energi dan dapat memenuhi periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien sering diperlukan untuk
mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat memperbaiki/mengurangi
(status hipermetabolik); aktifitas secara mandiri.
dalam jadwal perencanaan. pemakaiann neergi.
kebutuhan Kriteria hasil: Perencanaan akan
psikologis/emosional Menunjukkan peningkatan memungkinkan pasien
berlebihan; perubahan kimia dalam beraktifitas. menjadi ektif selama waktu
tubuh; perdarahan. Kelemahan dan kelelahan dimana tingkat energi lebih
berkurang. tinggi, yang dapat
Kebutuhan ADL terpenuhi memperbaiki perasaan
sejahtera dan rasa kontrol.
secara mandiri atau dengan
Meningkatkan kekuatan
bantuan. stamina dan memampukan
frekuensi jantung/irama pasien manjadi lebih aktif
dan Td dalam batas tanpa kelelahan berarti.
normal.
kulit hangat, merah muda Dorong masukan nutrisi. Masukan/penggunaan nutrisi
dan kering adekuat perlu untuk
memenuhi kebutuhan energi
untuk aktifitas.
Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan Teknik penghematan energi
ADL pasien. menurunkan penggunaan
energi dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: Aktifitas yang maju
posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada memberikan kontrol jantung,
nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst. meningaktkan regangan dan
mencegah aktifitas
berlebihan.

Resiko terjadi gawat janin Gawat janin tidak terjadi, Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri. Meminimalkan tekanan pada
intra uteri (hipoksia) b/d bayi dapat dipertahankan aorta sehingga O2 yang
penurunan suplay O2 dan sampai umur 37 minggu disuplay ke plasenta dan janin
nutrisi ke jaringan plasenta dan atau BBL  2500 gr. lebih lancar.
skunder terhadap perdarahan. Kriteria hasil:
Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur Deteksi dini terhadap adanya
Gerakan janin aktif.
sesuai dengan masa kehamilan: penyimpangan pada
DJJ 120-140 x/mnt. 1 x/bln pada trimester I kehamilan.
Kontraksi uterus /his tidak 2 x/bln pada trimester II
ada. 1 x/minggu pada trimester III.
Kehamilan dapat
dipertahankan sampai Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin. Penurunan DJJ dan gerakan
janin sebagai prediksi adanya
umur 37 minggu dan atau
asfiksia janin.
BBL  2500 gr.
Perdarahan berhenti atau Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat. Fase istirahat yang lebih akan
tidak ada. membantu meminimalkan
Flek-flek tidak ada. pemakaian energi dan O2
sekaligus dapat
mengistirahatkan bayi sampai
cukup bulan.

Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan Sebagai kontrol langsung dari
kehamilannya bila terdapat: pasien terhadap kondisi
Gerakan janin berkurang/menurun. kehamilannya.
Kontraksi/his terus-menerus.
Perdarahan
Nyeri abdomen.
Perut mengeras dan sangat nyeri.
Ketakutan/ansietas b/d krisis Pasien dapat Kaji derajat ansietas. Menentukan intervensi
situasi (perdarahan); mendemonstrasikan keperawatan selanjutnya.
ancaman/perubahan pada hilangnya ansietas.
Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang Pengekspresian perasaan
status kesehatan, fungsi Kriteria hasil:
kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. membantu pasein
peran, pola interaksi; Pasien melaporkan Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan. mngidentifikasi sumber
ancaman kematian; hilangnya / berkurangnya ansietas dan penggunaan
perpisahan dari keluarga perasaan cemas/khawatir. respon koping. Pendekatan
(hospitalisasi, pengobatan), Pasien tenang. tenang oleh pemberi
transmisi/penularan perasaan Pasien kooperatif dalam perawatan menyampaikan
interpersonal. pengobatan. kepercayaan dan control.
Pengetahuan apa yang
Postur tubuh rileks.
diperkirakan membantu
Ekspresi wajah tenang. mengurangi ansietas.
Skala HARS: < 5
Pertahankan control nyeri efektif. Nyeri adalah sumber ansietas.
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan Memberikan keyakinan
menyentuh pasien bila tepat. bahwa pasien tidak sendiri
atau ditolak, berikan respek
dan penerimaan individu,
mengembangkan
kepercayaan.

Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, Pasien dapat menggunakan
marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri mekansime pertahanan dari
dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10. menyangkal dan
mengekspresikan harapan
dimana diagnosis tidak akurat.
Persaan bersalah, distress
spiritual, gejala fisik atau
kurang erawatan diri dapat
menyebabkan pasien menjadi
menarik diri dan yakin bahwa
bunuh diri adalah pilihan
tepat.

Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan Menjamin system pendukung
mayor akan dibuat. untuk pasien dan
memungkinkan orang terdekat
terlibat degna tepat.

Tingkatakan rasa tenang dan lingkungan tenang. Memudahkan istirahat,


menghemat energi dan
meningkatkan kemmapuan
koping.

Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buurk, Mengidentiifkasi masalah


tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan individu dam memberikan
sumber. dukungan pada pasien/orang
terdekat dalam menggunakan
keterampilam koping efektif.
Defisit knowledge / Kurang Pasien dapat memenuhi Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan Memvalidasi tingkat
pengetahuan (kebutuhan kebutuhan belajar secara sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien pemahaman saat ini,
belajar), mengenai penyakit, mandiri, memahami sendiri/sebelumnya. mengidentifkasi kebutuhan
prognosis dan kebutuhan penyakit dan pengobatan belajar dan memberikan dasar
pengobatan b/d kurang yang diberikan. pengetahuan dimana pasien
pemajanan/mengingat; Kriteria hasil: membuat keputusan
berdasarkan informasi.
kesalahan interpretasi Pasien memahami regimen
informasi, mitos; tidak terapeutik dan perawatan Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang Membantu penilaian diagnos
mengenal sumber informasi; yang diberikan. nyata, jawab pertayaan dengan jelas. akanker, memberikan
keterbatasan kognitif. Pasien kooperatif terhadap informasi yang diperlukan
tindakan pengobatan dan selama waktu menyerapnya.
perawatan yang diberikan.
Pasien taat terhadap Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol Pasien mempunyai hak untuk
pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin tahu dan beraprtisipasi dalam
program pengobatan dan
dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien. mengambil keputusan tentang
perawatan yang diberikan. perawatan dan pengobatan
yang diterima. Informasi
akurat dan detail membantu
menghilangkan rasa takut dan
ansietas.

Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500 Memperbaiki keadaan umum


ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas. ibu sehingga membantu
mengurangi akibat
perdarahan.

Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual Mencegah timbulnya


dengan suami sampai kehamilan berusia  16 minggu (4 rangsangan pada uterus
bulan). sehingga kontraksi uterus
tidak terjadi.
Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi. Membantu dalam transisi ke
lingkungan rumah dengna
memberikan informasi
tentang kebutuhan perubahan
pada situasi fisik, penyediaan
bahan yang diperlukan.

Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Cemas berkelanjutan dapat
Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan terjadi dalam berbagai derajat
marah, takut dll. selama beberapa waktu dan
Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. dapat dimanifestasikan oleh
Tingkatkan partisipasi bila mungkin. gejala depresi.
Perkiraan dan informasi dapat
menurunkan kecemasan
pasien.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga Peningkatan kemandirian dari


secara aktif dalam perawatan. pasien dan keluarga
meningkatkan rasa percaya
diri dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri
secara aktif.
Resiko tinggi terhadap infeksi Pasien mendemonstrasikan Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik Tekankan Membantu potensial sumber
b/d ketidakadekuatan tidak adanya tanda dan higienen personal. infeksi/pertumbuhan skunder.
pertahanan skunder akibat gejala infeksi yang terjadi.
Pantau suhu. Peningkatan suhu terjadi
perdarahan; prosedur invasif. Kriteria hasil:
Tanda dan gejala infeksi karena berbagai factor, mis.
tidak ada (rubor, dolor, infeksi. Identifikasi dini
color, penurunan proses infeksi memungkinkan
terapi yang tepat untuk
fungsiolesa, painless)
dimulai dengan segera.
Vital sign dalam batas Kaji semua system, mis. Kulit, pernafasan, genitourinaria, Pengenalan dini dan
normal. terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinyu. intervensi segera dapat
Perdarahan mencegah progresi pada
berkurang/berhenti. situasi/sepsis yang lebih
Kondisi janin dalam rahim serius.
baik (gerakan janin, djj,
Tingkatkan istirahat adekuat. Membatasi keletihan.
kontraksi berkurang).
Hindari/batasi prosedur invasive, taati teknik septic. Menurunkan resiko
kontaminai, membatasi entri
portal terhadap agen
infeksius.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penyebab abortus yaitu, kelainan hasil
konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia,
trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari
janin dan lain-lain.
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan dan aborsi
provokatus (buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus trapetikus (buatan
legal) dan abortus provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam
perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam
dua undang-undang yaitu KUHP dan UU Kesehatan. Dalam KUHP dan
UU kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran
kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi
buatan legal (trapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan
saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu
wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti
ini boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak
alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya
sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas
medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi, lebih tepat disebut
proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

3.2 Saran

Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada


terhadap setiap komplikasi yang terjadi.
Semoga dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan
mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan
tindakan aborsi karena tindakan tersebut selain melanggar hukum, baik
hokum agama maupun hokum perdeta, juga mempunyai banyak resiko
atau akibat dari perbuatan aborsi.
DAFTAR PUSTAKA

Chuningham. 1995. Obstetri William. EGC, Jakarta


Manuaba, IGB. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
EGC, Jakarta

Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius
FKUI, Jakarta

Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta

Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi. FKUP Bandung, Bandung

Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBP-SP, Jakarta

Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta

Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan


Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid


II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process


Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.

Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta

Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian


Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo, Jakarta.

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),


Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai