Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:

1. SISKA WATI
2. NI WAYAN NOVI SINTARI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

i
2018/2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memeberikanrahmat
karunianya kepada penulis dengan diselesaikan pembuatan makalah yang berjudul
tentang Anemia Pada Ibu hamil dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
kepada semua yang telah membantu penyelesaian makalah ini dengan tepat aktu.

Dalam makalah ini penulis membahas tentang penyakit yang sering dijumpai
sehari-hari khususnya pada ibu hamil yaitu penyakit anemia serta membahas tetang
proses penyakit tersebut dan cara mengurangi resiko anemia tersebut khususnya pada
ibu hamil.

Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca sehingga
bisa membantu menujang proses belajar bagi para pembaca dan refrensi bagi
pembaca. Untuk itu penulis mengaharapakan kritikan dan saran jika ada salah dalam
penulisan atau penyampaian materi.

Mataram, 22 April 2019

ii
Daftar isi
COVER...................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa Pengertian Anemia pada ibu hamil ................................................... 2
2.2 Apa penyebab dari anemia pada ibu hamil ................................................ 2
2.3 Apa resiko kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB ........... 2
2.4 Berapa angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB....... 4
2.5 Apa patofisologi dari anemia dari ibu hamil.............................................. 5
2.6 Apa tanda dan gejala anemia pada ibu hamil............................................ 6
2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil ........................... 6
2.8 Bagaimana cara pencegahan anemia dari ibu hamil .................................. 7
2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil ....................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makanan
yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stres). Di masa-
masa ini pula, wanita hamil sangat rentang terhadap menurunya kemampuan tubuh untuk
bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah puct dan berbagai macam keluhan lainya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.

Penyakit ini terjadi akbiat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah
merah di dalam darah dari pada biasanya.

Aneia pada kehamilan di indonesia masih tinggi, dengan angka nasiaonal 65% yang
setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umu ditemui
pada masa hamil, mempengaruhi sekurang-kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini
memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, dari pada wanita
hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berusaha mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatakan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi venticular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklamsi) dapat mengakibatkan jantung
kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama kehamilan, kehilangan darah pada
saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak di toleransi dengan baik. Ia beresiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasusu pada anemia pada masa kehamilan
merupakan anemia tipe defisiensi besi. (Arias, 1993).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Anemia pada ibu hamil?
2. Apa penyebab dari anemia pada ibu hamil?
3. Apa resiko kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB?
4. Berapa angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB?

1
5. Apa patofisologi dari anemia dari ibu hamil?
6. Apa tanda dan gejala anemia pada ibu hamil?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil?
8. Bagaimana cara pencegahan anemia dari ibu hamil?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Anemia pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui penyebab dari anemia pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui resiko kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB
4. Untuk mengetahui angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB
5. Untuk mengetahui patofisologi dari anemia dari ibu hamil
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil
8. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia dari ibu hamil
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr % (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 %
pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifudin, 2002)
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitungan
eritrosit (Red Cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. Tetapi harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan masa erotrist, seperti pada dehidtrasi, pendarahan akut,
dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya pada lebel
anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia
tersebut. (sudoyo aru, dkk 2009).
2.2 Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan defisiensi besi dan
pendarahan akut bahkan keduanya saling berintraksi (safuddin,2002) menurut
mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam dit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronit sebagai TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
2.3 Resiko kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB
1. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.Wanita yang berumur kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil.
Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi

3
timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah
kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi
anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya
kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar.
Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35
tahun.
2. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka
kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih
besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah.
3. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
4. Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita
adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan
kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor
hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

5. Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya


pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu
hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Semakin rendah
pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia.

6. Pemeriksaan Antenatal Care


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB,
Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care
kurang atau tidak ada sama sekali maka akan semakin tinggi angka kejadian
anemia.
7. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe

4
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran
keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal
1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein
hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
8. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting
dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang
dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan
asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko
untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.
2.4 angka kejadian anemia pada ibu hamil diindonesia dan NTB
1. angka kejadian di indonesia
Prevalensi anemia ibu hamil yang tertinggi di Kota Semarang pada tahun 2015
adalah Puskesmas Karang Anyar 69,23%. Angka anemia ibu hamil di Puskesmas
Karang Anyar dari tahun 2012 sampai dengan 2014 belum memenuhi target Kota
Semarang yaitu anemia ibu hamil kurang dari 20%. Penelitian ini ingin
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di Puskesmas Karang Anyar Kota Semarang. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi berjumlah 272 ibu
hamil. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, jumlah
sampel 74 ibu hamil. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan (p=0,578),
pengetahuan (p=0,431), pendidikan (p=0,239), usia (p=1,000), tingkat kecukupan
zat besi (p=0,578), tingkat kecukupan protein (p=0,615), tingkat kecukupan
vitamin C (p=0,729), paritas (p=1,000), kebiasaan minum teh (p=0,953) dengan
kejadian anemia pada ibu hamil dan ada hubungan antara status gizi (p=0,000)
dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil adalah status gizi, sedangkan pendapatan,
pengetahuan, pendidikan, usia, tingkat kecukupan zat besi, tingkat kecukupan
protein, tingkat kecukupan vitamin C, paritas, kebiasaan minum teh tidak
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. (Purwanungtasya, 2014)

5
2. Angka kejadian di NTB
Data di Provinsi NTB tahun 2015 sebanyak 56,5 % ibu hamil terkena anemia.
Puskesmas Ampenan merupakan puskesmas yang memiliki kasus anemia tertinggi
di Kota Mataram yaitu sebesar 16,67% (139 kasus). Tujuan penelitian
diketahuinya faktor risiko yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Ampenan. Desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional, dilaksanakan di Puskesmas Ampenan. Sampel penelitian semua
ibu hamil yang anemia di wilayah kerja Puskesmas Ampenan sebanyak 64 orang.
Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Analisis data meliputi analisis
univariat dan bivariat dengan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan p< 0,05.
Hasil penelitian analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara usia ibu dengan anemia (p value 0,017 < 0,05), dan tidak terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara paritas dengan kejadian anemia
pada ibu hamil (p value 0,092 > 0,05). Disimpulkan usia ibu yang berisiko (< 20
tahun dan > 35 tahun) dapat menyebabkan anemia dalam kehamilan. (Riskedes,
2013).
2.5 Patofisologi dari anemia dari ibu hamil
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapat terjadi akibat kekurangn nutrisi, pejanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyabab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui pendarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama
dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan bili rubin
plasma (konstrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5mg/dl mengabilkan
ikterik pada screla.
Anemia merupakan penyaklit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) fungsi darah membawa makanan

6
dan oksigen keseluruh organ tubh jika suflai ini kurang, maka asupan oksigen
akan kurang. Akibatnya dapat menghambat organ-organ penting.
2.6 Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah
dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Secara klinis dapat dilihat
tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi).
Gejala lain yang dapat ditemui diantaranbya palpitasi, berkunang-kunang,
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, disphagia, dan
pembesaran kelenjar limpa. Niali ambang batas yang digunakan untuk menentukan
status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3
kategori yaitu: normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl. Sedangkan menurut
pemeriksaan Sachli, tidak anemia Hb 11 gr%, anemia ringan 9-10 gr%, anemia
sedang 7-8 gr%, anemia berat <7 gr%.
Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan hemoglobin
dengan spektrofotometri merupakan standar. Hanya saja alat ini tersedia di kota.
Mengingat di Indonesia penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih sering
dijumpai, maka pemeriksaan khusus seperti darah tepi dan dahak perlu dilakukan.
Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan
tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil
haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari
selama masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih
banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
2.7 Penatalaksanaan dari anemia dari ibu hamil
Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat
adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang
pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya. Anemia
defisiensi besi yang tidak tertangani dengan tepat, dapat mengakibatkan abortus pada
kehamilan muda, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan persalinan lama,
perdarahan pasca melahirkan, dan infeksi.
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida.

7
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus
untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis
yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna
hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya Medicastore,
2007).
2.8 Pencegahan anemia dari ibu hamil
Anemia bisa diatasi dengan cepat dan tepat apabila ibu hamil lebih tanggap
dalam mendeteksi gejala anemia lebih dini sebelum menginjak trimester pertama
kehamilan. Ibu hamil perlu menyadari bahaya anemia dengan cara mengetahui
potensi anemia yang dimiliki oleh ibu hamil. Hal ini bisa dilakukan dengan
pemeriksaan darah di laboratorium dan mendiskusikan hasilnya dengan dokter.
Pencegahan tentu jauh lebih baik daripada pengobatan. Akan jauh lebih baik
bagi ibu hamil untuk mencegah anemia dengan cara menjaga asupan zat besi.
Misalnya meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti beras merah,
sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, oatmeal maupun daging.
Suplemen tambahan zat besi bisa dilakukan dengan saran dan persetujuan
dokter. Konsumsi suplemen zat besi ini akan membawa perubahan pada kondisi ibu
hamil kurang lebih setelah satu minggu dan kondisi anemia ibu hamil biasanya sudah
bisa teratasi setelah satu bulan. Ibu hamil perlu menghindari diet berlebihan agar
produksi sel darah merah tidak terganggu.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat
besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa
zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
2.9 Asuhan keperawatan pada ibu hamil
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.

8
2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah.
3) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

2. Sirkulasi : Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, CRT lebih dari dua
detik
3. Integritas Ego : Cemas, gelisah, ketakutan
4. Eliminasi : Konstipasi, sering kencing.
5. Makanan dan cairan : Nafsu makan menurun, mual muntah, defisiensi besi
dan asam folat
6. Nyeri atau kenyamanan : Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan
kepala.
7. Pernapasan : Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8. Seksual : Dapat terjadi pendarahan pervaginam, pendarahan akut
sebelumnya.

B. Pemerikasaan fisik :
1. Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
2. Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus.
3. Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai


oksigen ke jaringan atau ke sel

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


kebutuhan dan suplai oksigen

9
4. Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan


mengenai anemia

C. INTERVENSI
No Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasi Intervensi
keperawatan
(NOC) (NIC)
1 Gangguan
Setelah dilakukan asuhan NIC:
perfungsi
keperaawtan selama 1×24 1. Perhatikan status fisiologis ibu,
jaringan
jam diharapkan pendarahan status sirkulasi dan volume darah.
berhubungan
berkurang. 2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT
dengan
Tujuan/Kriteria: dengan menekan kuku pasien.
penurunan
1. Tidak terdapat 3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat
suplai oksigen
perubahan bradikardi, atau takikardi. Catat
ke jaringan/ke
karakteristik kulit perubahan pada aktivitas janin
sel.
(rambut, kuku, (hipoaktif atau hiperaktif).
kelembaban). 4. Catat kehilangan darah ibu dan
2. Tidak terdapat adanya kontraksi uterus.
kebiruan pada 5. Anjurkan tirah baring pada posisi
kulit miring kiri

3. CRT dalam batas 6. Kolaborasi dalam pemberian


normal (kembali oksigen pada klien
dalam kurun
waktu kurang dari
2 detik)

2 Perubahan nutrisi NIC:


Setelah dilakukan asuhan

10
kurang dari keperaawtan selama 1×24 1. Berikan informasi tertulis atau
kebutuhan tubuh jam diharapkan pol nafas verbal yang tepat tentang diet
berhubungan evektif. pranatal dan suplemen vitamin
dengan mual, Tujuan/Kriteria: atau zat besi setiap hari.
muntah 1. Berat badan klien dalam 2. Evaluasi motivasi atau sikap
batas normal dengan mendengar keterangan
klien dan meminta umpan balik
2. Klien tidak mengalami tentang informasi yang telah
mual-muntah. diberikan.

3. Klien tidak 3. Tanyakan keyakinan berkenaan


menunjukkan penurunan dengan diet sesuai budaya dan
nafsu makan hal-hal yang tabu selama
kehamilan.
4. Perhatikan adanya pika atau
ngidam. Kaji pilihan bahan
bukan makanan dan tingkat
motivasi untuk memakannya.
5. Timbang berat badan klien
6. Tinjau ulang frekuensi dan
beratnya mual muntah.
7. Pantau kadar hemoglobin
(Hb)/hematokrit (Ht).
8. Kolaborasi sesuai indikasi
(misalnya, pada ahli gizi)
3 Intoleransi NIC:
Setelah dilakukan asuhan
aktivitas 1. Jelaskan alasan perlunya
keperaawtan selama 1×24
berhubungan tirah baring, penggunaan
jam diharapkan pol nafas
dengan posisi rekumben lateral
evektif.
ketidakseimbangan kiri/miring, dan
Tujuan/Kriteria:
antara kebutuhan penurunan aktivitas.
1. Nadi dan tekanan
dan suplai oksigen. 2. Berikan tindakan
darah dalam batas
kenyamanan seperti
normal (nadi 60-

11
100x/menit, TD gosokan punggung,
90/60-140/90 mmHg) perubahan posisi, atau
2. Pasien tidak penurunan stimulus
mengeluh lemah dan dalam ruangan (mis.
lelah Lampu redup)
3. Berikan latihan gerak
pada pasien secara
bertahap (aktif dan
pasif). R : Aktivitas dan
latihan sangat penting
bagi pasien yang
mengalami
4. Berikan periode untuk
istirahat atau tidur.
5. Berikan aktivitas
pengalihan, seperti
membaca, mendengarkan
radio, dan menonton
televisi, atau kunjungan
dengan teman yang
dipilih atau keluarga.
6.
4 Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan NIC:
terhadap janin b/d keperaawtan selama 1×24 1. Perhatikan kondisi ibu yang
penurunan kadar jam diharapkan pol nafas berdampak pada sirkulasi janin.
Hb pada ibu evektif. 2. Ajari ibu untuk mengobservasi
Tujuan/Kriteria: gerakan janin.
1. Denyut jantung bayi 3. Bantu dalam screening dan
dalam batas normal kelainan genetik.
(120-160 x/menit) 4. Diskusikan efek negatif yang
2. Hasil USG tidak potensial terjadi akibat kelainan
menunjukan tanda – genetic.
tanda abnormalitas. 5. Lakukan pemeriksaan leopod

12
3. Tinggi fundus arteri untuk mengetahui keadaan janin
sesuai umur kehamilan terutama mengukur tinggi fundus.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan
USG.
5 Kurang Setelah dilakukan asuhan NIC:
pengetahuan keperaawtan selama 1×24 1. Kaji kesiapan klien untuk
berhubungan jam diharapkan pol nafas belajar.
dengan evektif. 2. Libatkan orang terdekat
keterbatasan Tujuan/Kriteria: dalam proses belajar-
pengetahuan 1. Dapat menjelaskan mengajar.
mengenai anemia kembali mengenai 3. Berikan informasi tentang
pengertian anemia perawatan tindak lanjut
bila klien pulang.
2. Dapat mengikuti 4. Anjurkan pemberian
instruksi dan prosedur intake yang adekuat,
perawatan banyak nutrisi untuk
kebutuhan ibu dan janin.
3. Dapat menunjukkan
prilaku kesehatan yang
positif untuk
menanggulangi anemia

D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria Hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.

13
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).

E. Evaluasi keperawatan SOAPIER


Evaluasi soapier meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap,
namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses
keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Metode SOAPIER
Sebuah metode yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan data subjektif, data objektif, assessment,
planning,implementasi,evaluasi,revisi (Alfaro-LeFevre, 1998)
1. S (data subjektif)
Pada data subjektif kita menuliskan penjelasan-penjelasan seperti dibawah ini :
1) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien
2) Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sehingga
kutipan langsung/ringkasan yang berhubungan dengan diagnose (data primer)
3) Pada bayi/anak kecil data subjektif dapat diperoleh dari orang tuanya (data
sekunder)
4) Data subjektif menguatkan diagnose yang akan diangkat.
2. O (Data objektif )
Pada data objektif kita dapat menuliskan beberapa poin-poin seperti dibawah ini:
1) Data ini member bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnose
2) Data yang digolongkan dalam kategori ini, antara lain:
3) Data psikologik

14
4) Hasil observasi
5) Informasi kajian teknologi (hasil pemeriksaan lab,Ro,CTG,USG dll)
6) Ada pendapat yang memasukan laporan dari keluarga
7) Apa yang dapat diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi komponen penting
diagnose yang akan diangkat
3. A (analisa/assessment)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin seperti
dibawah ini
1) Masalah yang ditegakkan berdasarkan data/informasi subjektif maupun
objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan.
2) Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik
subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah,
maka proses analisa adalah segala proses yang dinamik.
3) Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala perubahan baru
dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
4. P (planning/perencanaan)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin
seperti dibawah ini:
1) Membuat perencanaan tindakan saat itu/yang akan datang untuk
mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik
mungkin/menjaga/mempertahankan kesejahteraanya.
2) Proses inj termasuk criteria tujuan terdiri dari kebutuhan pasien yang harus
dicapai dlam batas wus membantu aktu tertentu.
3) Tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam
kesehatannya/ proses psikologisnya harus mendukung rencana dokter bila itu,
dalam manajemen kolaborasi/rujukan.
5. I (implementasi)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin
seperti dibawah ini:
1) Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah
keluhan/mencapai tujuan pasien
2) Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan pasien
3) Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini

15
4) Apabila kondisi pasien berubah, implementasi mungkin juga harus
berubah /disesuaikan.
6. E (evaluasi)
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin-poin
sperti dibawah ini:
1) Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan
2) Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari penilaian ketepatan
tindakan.
3) Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar
untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga dapat mencapai
tujuan.
7. R ( revisi = Re-essesment = perbaikan )
Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa poin—poin
seperti dibawah ini: Komponen evaluasi perlunya perbaikan dari perubahan
intervensi dan tindakan/menunjukan perubahan dari rencana.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

16
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr % (wiknjusastra), 2002) sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester I
dan 3 atau kadar < 10, gr % pada trimester ke II (saifuddin, 2002).
Dapata disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah
(Hb) dibawah rentang normal.

1.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca dabn semoga dosen
menerima makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk


Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC

17
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina
Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai