Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian
Spradley, Logan dan Dakwin (1995) mengatakan keperawatan
komunitas adalahpelayanan keperawatan professional yang berfokus pada
kelompok resiko tinggi dari semua tingkat perkembangan dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui preventif, promotif tanpa
mengabaikan pelayanan rehabilitative dan kuratif(Hartai & Andryani, 2012).
Konsep komunitas mempunyai arti yang sangat luas. Komunitas
menurut WHO tahun 1974 adalah suatu kelompok social yang ditentukan
oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta
adanya saling mengenal dan berintegrasi, antara anggota masyarakat yang
satu dengan yang lainnya. Spradley (1985) menyatakan bahwa komunitas
merupakan sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting
dalam hidupnya ( Hartati& Andryani, 2012 ).
Menurut Stanhope M dan Lancaster J (1996), konsep komunitas
mencakup tiga dimensi yaitu orang, tempat, dan fungsi. Orang adalah
masyarakat, tempat adalah daerah dan fungsinya mencakup tujuan dan
aktifitas dari komunitas tersebut ( Manurung, 2012).
Menurut Spradley, Logan dan Dakwin (1995), keperawatan kesehatan
merupakan pelayanan keperawatan professional yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat dengan mempunyai konsep-konsep, teori-teori,
legalitas dan etika yang ditunjukkan kepada masyarakat yaitu terutama
balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia untuk mencapai derajat kesehatan
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan yang
dibutuhkan sesuai dengan ekonomi masyarakat tersebut dengan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Keperawatan komunitas adalah salah satu pelayanan keperawatan

4
professional yang berfokus pada kelompok resiko tinggi dari semua tingkat
perkembangan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melaui usaha preventif, promotif, rehabilitatif dan kuratif (Hartati &
Andryani, 2012).
Keperawatan kesehatan masyarakat (komunitas)merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotive, preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu. Ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya(Mubarak, 2010).
Keperawatan komunitas dalam kenyataan didasari oleh konsep
Partnership,kolaborasi dan empowerment (Anderson dan Farlane, 2009), di
samping juga adanya kegiatan dalam kelompok. Perawat dengan
keberadaannya di masyarakat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran
penting dalam asuhan keperawatan meliputi peran klinik, educator,
advocator, konselor, manager, kolaborator, leadership dan peneliti. Dimana
semua perannya itu dilaksanakan saling mendukung satu sama lain untuk
mencapai kesehatan masyarakat yang lebih baik (Mubarak dan Chayatin,
2009).
2. Tujuan
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan mewujudkan
masyarakat yang sehat. Dimana ciri- ciri masyarakat yang sehat (Efendi &
Makhfudli, 2009), antara lain :
a. Meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
b. Dapat mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
meningkatkan pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan terutama untuk ibu dan anak.

5
c. Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk menaikkan mutu lingkungan.
d. Meningkatnya status gizi masyarakat berkaitan dengan meningkatnya
status ekonomi masyarakat.
e. Menurunnya angka kesakitan dan kematiannya dari berbagai sebab dan
penyakit.
3. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, masyarakat,
masyarakat dan kelompok khusus dalam keadaan sehat maupun sakit
( Efendi & Makhfud, 2009 ).
a. Individu
Individu yang dirawat inap di puskesmas/klinik maupun individu yang
dirumah.
b. Keluarga
1) Keluarga yang teridentifikasi mempunyai atau potensial terjadinya
masalah, mampu mengenal masalah atau belum memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
2) Keluarga yang sudah kontak dengan tenaga kesehatan tapi belum
mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
3) Keluarga yang sudah mampu mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah tetapi belum mampu merawat anggota yang
sakit.
c. Kelompok khusus
Kelompokkhusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan yang
termasuk diantaranya :
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai
akibat perkembangan dan pertumbuhan seperti :

6
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Anak balita
d) Anak usia sekolah
e) Remaja
f) Dewasa
g) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan diantaranya :
a) Penderita penyakit tidak menular seperti : DM, Jantung
Koroner, Cacat Fisik, dan gangguan mental.
b) Penderita penyakit menular seperti ; TBC, HIV AIDS, penyakit
kelmin dll.
3) Kelompok yang beresiko terserang penyakit, diantaranya :
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalah gunaan obat dan narkotika
c) Kelompok pekerja khusus
4) Lembaga social perawatan dan rehabilitasi diantaranya :
a) Panti Wherda
b) Panti Asuhan
c) Pusat rehabilitasi mental dan fisik
d) Penitipan anak balita
d. Masyarakat
1) Kelompok masyarakat yang terikat dalam institusi, misalnya rumah
tahanan, panti dan lokalisasi WTS.
2) Kelompok masyarkat yang tidak terikat dalam institusi misalnya
panti werdha, kelompok remaja, karang taruna dan lain- lain.

7
B. MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Teori Sistem King
Salah satu model keperawatan komunitas yang diterapkan yaitu model
keperawatan system Imogene King.Imogene King meraih diploma dalam
ilmu keperawatan dari st. John”s Hospital of Nursing di st. Louis tahun
1945. Menjadi perawat kantor, perawat sekolah, perawat karyawan, dan
perawat pribadi. Tahun 1948 menerima Bachelors of Science in Nursing
Education dari st. Louis University, meraih gelar Doctor of Education
bidang pendidikan dari TeachersCollege, Universitas Columbia di New
York tahun 1961.Meraih gelar Ph.D, dari Southem IIIinosis University di
tahun 190 (Hidayat, 2009).
Tahun 1961-1966 menjabat sebagai associate professor ilmu
keperawatan di Universitas Loyola, Chicago. Dalam rentang waktu tersebut
bukunya toward a theory : general concepts of human behavior
dikonseptualisasikan. Antara 1966 dan 1968 menjabat sebagai asisten kepala
penelitian Grants Branch. Divisi keperawatan dalam departemen
kesehatan,pendidikan dan kesajahteraan dari tahun 1968-1972 menjabat
sebagai kepala sekolah keperawatan di The Ohio State University,
Columbus, Manuskrip buku pertamanya “Toward a Theory For Nursing
:geberal Concepts of Human Behavior” telah dikirimkan ke penerbit dan di
publikasikan pada tahun 1971 (Chin & Jacobs, 2008).
Ia kembali ke Chicago tahun 1972 menjabat sebagai professor di
program Loyola University. Tahun 1978-1980 menjabat sebagai koedinator
penelitian klinik keperawatan di Loyola Medical Center, Departemen
Keperawatan.Tahun 1972-1975 menjadi anggota The Defense Advisory
Committee on Women in the Services di departemen pertahanan. Tahun 1980
ia pindah ke Tampa, Florida. Manuskrip buku keduanya “A Theory For
Nursing : System , Cocepts, Process” dikirimkan ke penerbit bulan Juni
1980 dan diterbitkan tahun 1981 (Chin & Jacobs, 2008).

8
Dia adalah anggota American Nurses Association, the Florida Nurses
Assosiation dan beberapa perkumpulan kehormatan dan profesi.Dan menulis
buku ketiganya yang berjudul “Curriculum and Instruction in Nursing”,
yang diterbitkan tahun 1989 (Chin & Jacobs, 2008).
Menurut Imogene M. King, komunitas merupakan suatu sistem dari
subsistem keluarga dan supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas.
Keluarga sebagai sub sistem komunitas merupakan sistem terbuka dimana
terjadi hubungan timbal balik antara keluarga dengan komunitas, yang
sekaligus sebagai umpan balik. Adanya gangguan atau stressor pada salah
satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya adanya gangguan
pada salah satu subsistem pendidikan, dimana masyarakat akan kehilangan
informasi atau ketidaktahuan (Fitzpatrick & Whall, 2010).
Tujuan perawat adalah untuk membantu individu menjaga atau
mendapatkan kembali kesehatan.ranah keperawatan adalah mempromosikan,
memlihara, memulihkan kesehatan dan merawat orang sakit, terluka atau
sekarat. Fungsi perawat professional adalah untuk menafsirkan informasi
secara mendalam, yang biasa dikenal sebagai proses keperawatan, untuk
merancanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Fitzpatrick & Whall, 2010).
King menyatakan bahwa perhatian keperawatan adalah membantu orang
berinteraksi dengan lingkungan mereka dengan cara yang akan mendukung
pemeliharaan kesehatan dan pertumbuhan menuju pemenuhan diri. King
mengemukakan dalam kerangka konsepnya, hampir setiap konsep yang
dimiliki oleh perawat dapat digunakan dalam asuhan keperawatan (George,
2009).
a. Sistem personal
Menurut king setiap individu adalah sistem personal (sistem
terbuka).Untuk sistem personal konsep yang releven adalah persepsi,
diri, pertumbuhan dan perkembangan, citra tubuh, dan waktu (George,
2009).

9
1) Persepsi
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan
kejadian-kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang dan orang lain
dan hal ini tergantung dengan pengalaman masa lalu. Latar
belakang, pengetahuan dan status emosi.Karakteristik persepsi
adalah universal atau dialami oleh semua, selektif untuk semua
orang, subjektif atau personal.
2) Diri
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-
benda dan orang lain. Diri adalah individu atau bila seseorang
berkata “AKU”.Karakteristik diri adalah individu yang dinamis,
sistem terbuka dan orientasi pada tujuan.
3) Pertumbuhan dan perkembangan
Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan
perilaku manusia. Perubahan ini biasanya terjadi dengan cara yang
tertib, dan dapat diprediksiakan walaupun individu itu bervariasi,
dan sumbangan fungsi genetik, pengalaman yang berarti dan
memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefenisikan sebagai proses
diseluruh kehidupan seseorang dimana dia bergerak dari potensial
untuk mencapai aktualisasi diri.
4) Citra tubuh
King mendefenisikan citra diri yaitu bagaimana orang
merasakan tubuhnya dan reaksi–reaksi lain untuk penampilannya.
5) Ruang
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep
ruang, personal atau subjektif, individual, situasional, dan
tergantung dengan hubungannya dengan situasi, jarak, dan waktu,
transaksional, atau berdasarkan pada persepsi individu terhadap
situasi.Defenisi secara operasional, ruang meliputi ruang yang ada

10
untuk semua arah, didefenisikan sebagai area fisik yang disebut
territory dan perilaku orang yang menepatinya.
6) Waktu
King mendefenisikan waktu sebagai lama antara satu kejadian
dengan kejadian yang lain merupakan pengalaman untuk setiap
orang dan hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain.
b. Sistem interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi
antara manusia interaksi antara dua orang disebut DYAD, tiga orang
disebut TRIAD, dan empat orang disebut GROUP, konsep yang relevan
dengan sistem interpersonal adalah interaksi, komunikasi, transaksi,
peran dan stress (George, 2009).
1) Interaksi
Interaksi didefenisikan sebagai tingkah laku yang dapat
didefenisikan oleh dua orang atau lebih didalam hubungan timbal
balik.
2) Komunikasi
King mendefenisikan komunikasi sebagai proses dimana
informasi yang diberikan dari satu orang ke orang lain baik
langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui telepon, televisi
atau tulisan kata, ciri–ciri komunikasi adalah verbal, non verbal,
situasional, preseptual,transaksional, tidak dapat diubah bergerak
maju, dalam waktu, profesional, dan dinamis. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide–
ide satu orang ke orang lain. Aspek prilaku non verbal yang sangat
penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak,
postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan gerakan tubuh.
3) Transaksi
Ciri–ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu
mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi mereka.Demensi

11
temporal–spatial, mereka mempunyai pengalaman atau rangkaian–
rangkaian kejadian dalam waktu.
4) Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang
pada suatu saat sebagai pemberi dan di saat yang lain sebagai
penerima ada 3 elemen utama peran yaitu, peran berisi set prilaku
yang diharapkan pada orang yang menduduki posisi sosial sistem,
set prosedur atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban
yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan hubungan
antara 2 orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi
khusus.
5) Stres
Defenisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang
dinamisdimanapunmanusiaberinteraksidengan lingkungannya untuk
memelihara keseimbangam pertumbuhan, perkembangan dan
perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informasi antara
seseorang dan lingkungannya untuk mengatur stressor. Stres adalah
suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus
menerus terjadi pertukaran dangan lingkungan, intensitasnya
bervariasi, ada dimensi yang temporal–spatial yang dipengaruhi
oleh pengalaman lalu individual, personal dan subjektif.
c. Sistem sosial
King mendefenisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran
organisasi sosial, prilaku dan praktek yang di kembangkan untuk
memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara prakte–
praktek dan aturan. Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah
organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan
(George 2009).
1) Organisasi

12
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan
aktivitas yang berhubungan dengan pengaturan formal dan
informal seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan
personal atau organisasi.
2) Otoritas
King mendefenisikan otoritas atau wewenang, bahwa
wewenang itu aktif, proses timbal balik dimana latar
belakang, persepsi, nilai–nilai pemegang mempengaruhi
definisi, validasi dan penerimaan posisi di dalam organisasi
berhubungan dengan wewenang.
3) Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan
sumbangan personal, esensial dalam organisasi, dibatasi oleh
sumber–sumber dalam suatu situasi, dinamis dan orientasi
pada tujuan.
4) Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan
untuk mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang,
universal, individual, personal, subjektif, situasional, proses
yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
5) Status
Status bercirikan situasional posisi ketergantungan,
dapat diubah.Kingmendefenisikan status sebagai posisi
seseorang didalam kelompok atau kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain didalam organisasi dan
mengendali bahwa status berhubungan dengan hak–hak
istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.

13
2. Model Konsep Keperawatan King
King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan
menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang
konstan dengan lingkungan, sehingga king mengemukakan dalam model
konsep interaksi. Dalam mencapai hubungan interaksi, King
mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya sistem personal,
sistem interpersonal dan sistem sosial yang saling berhubungan satu
dengan yang lain (Fitzpatrick& Whall, 2010).
Manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu kebutuhan terhadap
informasi, kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit dan
kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit.Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, King mengemukakan pendekatan teori yang terdiri dari
komponen(Fitzpatrick & Whall, 2010).
a. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam
berprilaku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada
dalam keperawatan dengan digambarkan hubungan keperawatan
dan klien melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
b. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya
aksi dan merupakan respon dari individu.
c. Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling
mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam
komunikasi.
d. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien
terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan.
3. Pandangan King terhadap keperawatan
a. Konsep manusia
King memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang
berinteraksi dengan lingkungan yang memungkinkan benda, energi,
dan informasi dengan leluasa mempengaruhinya. Dalam kerangka

14
konsepnya meliputi tiga sistem interaksi yang dinamis sebagai
individu disebut sebagai sistem personal, ketika individu ini bersatu
dalam kelompok disebut sistem interpersonal.Sistem sosial tercipta
ketika kelompok mempunyai ketertarikan dan tujuan yang sama
dalam satu komonitas atau masyarakat (Perry& Potter, 2010).
b. Konsep lingkungan
Menurut Kinglingkungan adalah sistem sosial yang ada dalam
masyarakat yang saling berinteraksi dengan sistem lainnya secara
terbuka. Lingkungam merupakan suatu sistem terbuka yang
menunjukkan penukaran masalah, energi, informai dengan
keberadaan manusia. Manusia tersebut akan berinteraksi dengan
lingkungan internal dengan penukaran energi yang diatur secara
terus-menerus terhadap perubahan lingkungan eksternal (Perry &
Potter, 2010).
c. Konsep kesehatan
King mendefenisikan sehat sebagai pengalaman hidup
manusia yang dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan
penyesuaian terhadap stressor internal dan eksternal melewati
rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber-sumber yang
dimiliki oleh seseorang atau individu untuk mencapai kehidupan
sehari-hari yang maksimal (Perry &Potter, 2010).
d. Konsep keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatannya adalah
proses ineraksi klien dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi
yang menimbulkan aksi dan reaksi dan jika ada gangguan,
menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan
dan membuat transaksi (Perry & potter, 2010).

15
C. PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Beberapa prinsip dari keperawatan komunitas (Mubarak & Chayatin,
2009) :
1. Azas manfaat
Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan
kerugian.
2. Azas Autonomi
Komunitas diberikan kesehat untuk melakukan atau memilih
alternatif yang terbaik yang sesuai untuk komunitas.
3. Azas keadilan
Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas.

D. FALSAFAH KEPERAWATAN KOMUNITAS


Falsafah keperawatan komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009) :
1. Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah tersedia, dapat diterima dan
dijangkau masyarakat.
2. Melibatkan penerima pelayanan, dalam melakukan tindakan penyelesaian
masalah.
3. Kerjasama antara perawat dan masyarakat.
4. Lingkungan akan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan dan pencegahan lebih efektif jika dilakukan secara dini.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap individu.

16
E. PERAN PERAWAT KOMUNITAS
Sebagai perawat komunitas memiliki peran untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat (Efendi & Makfud, 2009), diantaranya :
1. Pemberi pelayanan
Perawat merupakan orang yang memberi pelayanan keperawatan
secara langsung kepada masyarakat.
2. Pendidik
Perawat komunitas berperan juga dalam memberikan informasi
kesehatan kepada masyarakat melalui promosi kesehatan.
3. Pengelola
Perawat juga merupakan sebagai pengelola masyarakat dalam usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang diumpamakan melalui
pemberdayaan masyarakat itu sendiri melalui suatu wadah kelompok
kerja kesehatan.
4. Konselor
Perawat komunitas juga berperan memberikan bimbingan, arahan
kepada masyarakat, sehingga upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dapat diwujudkan.
5. Pembela klien / advokat
Perawat komunitas dapat berperan dalam membela masyarakat
dalam kegiatan pelayanan kesehatan yang menyimpang dari norma-
norma maupun kaedah kesehatan yang berlaku.
6. Peneliti
Perawat komunitas juga berperan dalam penelitian kesehatan
khususnya penelitian kesehatan masyarakat, sehingga didapatkan suatu
penemuan-penemuan maupun ilmu yang baru yang dapat menunjang
terhadap status kesehatan masyarakat.

17
F. PERBEDAAN KESEHATAN KLIEN DI RS DAN KOMUNITAS

RUMAH SAKIT KOMUNITAS


1. Fokus pada sistem pasien di 1. Fokus pada individu, keluarga
RS. dan komunitas (termaksud
kelompok resiko tinggi).
2. Memberikan pelayanan 2. Memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat kesehatan yang terdistribusi.
kejadian kasus (episodik).
3. Bekerja pada pasien pada unit 3. Bekerja pada semua kondisi
tertentu. sehat dan sakit berbagai
tatanan.
4. Bekerja pada suatu RS atau 4. Bekerja dengan instansi
instansi. terkait.
5. Koordinasi keperawatan 5. Berkoordinasi pelayann
dengan institusi lain. dengan berbagai tenaga di
komunitas.
6. Merencanakan dan 6. Merencanakan dan melakukan
memberikan pelayanan yang pelayanan melalui keluarga.
bersifat individu.
7. Membatasi autonomi klien 7. Mendorong autonomi dan
dengan lingkungan RS. kontrol keluarga kecuali kasus
8. Observadsi yang terbatas pada menular.
interaksi keluarga dan 8. Mengobservasi berbagai faktor
indikator kesehatan lain. kesehatan.
9. Hubungan terbatas hanya 9. Menfasilitasi dengan hubungan
dengan profesi lain di RS. profesi lain .

( Iqbal, 2008)

18
G. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengkajian
Satu sistem merupakan keseluruhan fungsi karena adanya saling
kebergantungan di antara bagian-bagiannya.Komunitas juga merupakan
kesatuan menyeluruh dari fungsi-fungsinya karena saling kebergantungan
di antara bagian, atau subsistemnya.
Roda pengkajian komunitas merupakan keseluruhan kerangka kerja,
sedangkan pengkajian difasilitasi dengan menggunakan model yang ada
pada format survey. Survey tentang “Learning about the Communiti on
Foot”, diadaptasi dari versi sebelumnya “windshield survey“ yang telah
diperluas dengan memasukkan semua komponen roda pengkajian
komunitas. Pedoman ini terdiri atas tiga bagian : (1) inti komunitas, (2)
subsistem komunitas, dan (3) persepsi. Selain itu, dibuat kolom untuk
mencatat hasil observasi dan data (Anderson, 2006).

Learning about the Community on Foot


I. Inti Komunitas Observasi Data
1. Sejarah- Data apa yang dapat Anda
kumpulkan? (misalnya , orang yang sudah tua,
tetangga yang telah lama tinggal di tempat
tersebut; subdivisi yang baru). Sambil
berbincang-bincang , ajukan pertanyaan
berikut kepada anggota masyarakat: sudah
berapa lama Anda tinggal di sini? Apakah ada
perubahan terhadap daerah ini? Siapakah orang
yang paling lama tinggal di daerah ini dan
mengetahui sejarah derah ini?
2. Demografik- Orang-orang macam apa yag
Anda lihat? Anak muda? Lansia? Orang yang
tidak punya rumah/tempat tinggal? Orang yang

19
tinggal sendirian? Keluarga? Ras/suku bangsa
apa yang ada? Apakah populasi tersebut
homogen?
3. Etnisitas- Apakah Anda melihat adanya
indikator kelompok etnik tertentu (misalnya,
restoran, festival)? Tanda-tanda kelompok
budaya apa yang dapat Anda lihat?
4. Nilai dan keyakinan- Apakah di daerah
tersebut ada mesjid, gereja, candi/pura?
Apakah tampak homogen? Apakah lapangan
rumput dipelihara? Apakah ditanami bunga?
Apakah ada kebun bunga? Apakah ada tanda
seni? Bagaimana budayanya? Bagaimana
warisan leluhurnya? Pakah ada tanda-tanda
peninggalan sejarah?

II. Subsistem
1. Lingkungan- Bagaimana keadaan
masyarakat? Bagaimana kualitas udara,
tumbuh-tumbuhan, perumahan, pembatasan
daerah, jarak, daerah penghijauan, binatang
peliharaan, anggota masyarakatnya, struktur
yang dibuat masyarakat, keindahan alam, air,
iklim? Apakah ada peta daerah atau apakah
Anda dapat membuatnya? Berapa luas daerah
tersebut? (misalnya, kilometer, blok)
2. Pelayanan masyarakat dan sosial- Kejadian
kondisi akut atau kronis? Rumah singgah?
Penyembuh tradisional/dukun? Apakah ada
klinik, rumah sakit, pelayanan para praktisi,
pelayanan keksehatan masyarakat, lembaga

20
kesehatan di rumah, pusat kedaruratan, rumah
jompo, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan
kesehatan mental? Adakah sumber di luar
daerah tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat?
3. Ekonomi- Apakah merupakan komunitas
berkembang atau miskin? Apakah terdapat
industri, pertokoan, lapangan kerja? Kemana
warga masyarakat berbelanja? Apakah
makanan menggunakan tanda pemeriksaan?
Bagaimana angka pengangguran?
4. Transportasi dan keamanan- Bagaimaa
warga masyarakat melakukan perjalanan? Jenis
kendaraan pribadi dan kendaraan umum apa
yang digunakan? Apakah terlihat ada bus,
sepeda, taksi? Apakah ada jalur khusus untuk
pejalan kaki, pengendara sepeda? Apakah
penyandang cacat dapat berkeliling daerah
tersebut? Jenis layanan perlindungan apa yang
tersedia (misalnya kebakaran, polisi, saitasi)?
Apakah kualitas udara dipantau? Jenis tindakan
kriminal apa yang biasa terjadi? Apakah warga
masyarakat merasa aman?
5. Politik dan pemerintahan- Apakah ada tanda-
tanda politik (misalnya, poster, rapat, atau
pertemuan)? Afiliasi partai apa yang paling
berpengaruh? Bagaimana pemerintahan di
daerah tersebut dibentuk (dengan pemilihan
atau dengan calon tunggal dari daerah)?
Apakah warga terlibat dalam pembuatan
putusan di pemerintahan daerah setempat?

21
6. Komunikasi- Adakah tempat khusus untuk
warga berkumpul? Koran apa yang ada di
tempat penjualan koran? Apakah warga
memiliki TV dan radio? Topik apa yang biasa
ditonton/didengar warga? Alat komunikasi
formal dan informal apa yang ada?
7. Pendidikan- Apakah ada sekolah di daerah
tersebut? Bagaimana kondisinya? Apakah ada
perpustakaannya? Apakah ada badan yang
mengurus pendidikan di daerah tersebut?
Bagaimana fungsinya? Bagaimana reputasi
sekolah yang ada? Apakah isu utama yang
muncul tentang pendidikan? Bagaimana angka
putus sekolah? Apakah tersedia aktivitas
ekstrakurikuler? Apakah dimanfaatkan oleh
peserta didik? Adakah pelayanan kesehatan
sekolah? Adakah perawat di sekolah?
8. Rekreasi- Dimana anak-anak bermain? Bentuk
rekreasi apa yang utama? Siapa pesertanya?
Fasilitas rekreasi apa yang ada?

III. Persepsi
1. Warga masyarakat- Bagaimana perasaan
warga terhadap masyarakat? Apakah yang
mereka anggap sebagai kekuatan masyarakat?
Apa yang mereka anggap sebagai masalah
masyarakat? Ajukan pertanyaan kepada warga
dari berbagai kelompok yang berbeda
(misalnya kelompok lansia, kelompok anak
muda, pekerja lapangan, buruh pabrik,
profesional, ibu rumah tangga, pemuka agama)

22
dan buat catatan tentang siapa dan apa
jawabanya.
2. Persepsi Anda- Pertanyaan umum tentag
kesehatan masyarakat setempat. Apakah
kekuatannya? Masalah dan potensial masalah
apa yang Anda dapat identifikasi?

Pengkajian merupakan keterampilan yang diasah melalui praktik.


Setiap orang akan merasa ragu dan tidak pasti pada saat memulainya, ini
adalah normal. Langkah pertama selalu yang paling sulit.Sekarang
saatnya melakukan langkah pertama.
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif
dan negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka
membangun strategi untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model
Betty Neuman (Anderson and Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi
demografi, populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh sub system komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik,
perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi, politik
pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data
statistik, angket dan wawancara.
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis
sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu :
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
a. Pengumpulan data

23
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi
dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.Oleh
karena itu data tersebut harus akurat dan dapat dilakukan analisa
untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan
dalam pengumpulan data meliputi :
1) Data Inti
“Inti“ didefinisikan sebagai “sesuatu yang penting,
dasar, dan menguatkan.” Inti komunitas adalah sejarah,
karakteristik, nilai, dan keyakinan setiap warga.Oleh karena
itu, langkah pertama pengkajian komunitas adalah
mempelajari warganya.Pada kenyataannya, bermitra dengan
warga masyarakat merupakan bagian integral pekerjaan di
komunitas.
Data Inti Komunitas
Komponen Sumber Informasi
Sejarah Perpustakaan, sejarah masyarakat.
Wawancara dengan sesepuh masyarakat.
Pimpinan daerah.
Demografik Sensus penduduk dan perumahan.
a. Karakteristik umur Badan perencanaan (lokal, kota, kecamatan,
dan jenis kelamin. kabupaten, provinsi).
b. Distribusi rasil. Kamar dagang.
c. Distribusi etnik. Balai kota, sekretaris daerah, arsip.
Observasi.
Jenis rumah tangga Sensus.
a. Keluarga.
b. Nonkeluarga.
c. Kelompok.

24
Status pernikahan Sensus.
a. Belum menikah.
b. Terpisah.
c. Janda/duda.
d. Cerai.
Statistik vital Dinas kesehatan provinsi (disebarluaskan melalui
a. Kelahiran. Dinas Kesehatan kabupaten dan kecamatan).
b. Kematian menurut
umur.
c. Penyebab.
Nilai dan keyakinan Kontak pribadi.
Observasi ( learning about the Community on Foot )
(untuk menghindari dan mencegah pengkajian dari
sumber pandagan yang bersifat klise)
Agama Observasi.
Buku telepon.

1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas


Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan
informal di komunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas
tersebut.Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas
wilayah, iklim, tipe komunitas (masyarakat rural atau urban),
keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.
2) Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin,
status perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
3)Vital Statistik

25
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar
atau CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota,
angka kelahiran.

a. Status Kesehatan Komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistik antara lain: dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan
imunisasi. Selanjutnya status kesehatan komunitas kelompokkan
berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia.
Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok
penyakit kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya
dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
1) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
2) Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
3) Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
a) ISPA
b) Penyakit asma
c) TBC paru
d) Penyakit kulit
e) Penyakit mata
f) Penyakit rheumatic
g) Penyakit jantung
h) Penyakit gangguan jiwa
i) Kelumpuhan
j) Penyakit menahun lainnya
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
a) Pola pemenuhan nutrisi
b) Pola pemenuhan cairan elektrolit
c) Pola istirahat tidur

26
d) Pola eliminasi
e) Pola aktivitas gerak
f) Pola pemenuhan kebersihan diri
6) Status psikososial
7) Status pertumbuhan dan perkembangan
8) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
9) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
10) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,   
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan
purin.

b. Data lingkungan fisik


Pemeriksaan fisik, merupakan komponen kritis dalam pengkajian pasien
individual, begitu pula dalam pengkajian komunitas. Kelima indra kita
diperlukan untuk pemeriksaan pasien, begitu pula dalam pemeriksaan tingkat
komunitas.
1) Pemukiman
Luas bangunan :
Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non
permanen
Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
Dinding : tembok, kayu, bamboo
Lantai : semen, keramik, tanah
Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai
Pencahayaan : kurang, baik
Penerangan : kurang, baik
Kebersihan : kurang, baik
Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik

27
Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik
2) Sanitasi
1) Penyediaan air bersih (MCK)
2) Penyediaan air minum
3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air
4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,
bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara
lainnya
6) Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry
3) Fasilitas
1) Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain
2) Pekarangan
3) Sarana olahrag
4) Taman, lapangan
5) Ruang pertemuan
6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah
4) Batas – batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan
5) Kondisi geografis
6) Pelayanan kesehatan dan social
Satu cara mengklasifikasi pelayanan kesehatan dan sosial adalah
membedakan antara fasilitas yang berada di luar komunitas
(ekstrakomunitas) dengan fasilitas yang berada diluar komunitas
(intrakomunitas). Setelah fasilitas pelayanan sosial dan kesehatan
teridentifikasi, kategorikan, mungkin berdasarkan jenis pelayanan

28
(misalnya rumah sakit, klinik, perawatan lanjut), menurut ukuran atau
kepemilikan pemerintah atau swasta.
1) Pelayanan kesehatan
(a) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
(b) Jumlah kunjungan
(c) Sistem rujukan
2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
(a) Lokasi
(b) Kepemilikan
(c) Kecukupan
3) Ekonomi
Subsistem ekonomi meliputi “kekayaan” Rosemont, yaitu barang
dan jasa yang disediakan untuk komunitas termasuk biaya dan
tunjangan dalam meningkatkan pola alokasi sumber.Harus disadari
bahwa faktor ekstrakomunitas seperti kondisi ekonomi US dan dunia
sangat memengaruhi seperti kondisi ekonomi setempat.Faktor
intrakomunikasipun ikut memengaruhi subsistem lainya sehingga
harus dimasukkan dalam pengkajian.

Indikator Ekonomi dan Sumber Informasi


Indikator Sumber
Karakteristik finansial
Rumah tangga
Median penghasilan rumah tangga
% rumah tangga prasejahtera catatan sensus
% rumah tangga penerima bantuan publik
% rumah tangga yang dikepalai perempuan
Biaya bulanan untuk rumah tangga pemilik dan
rumah tangga penyewa.

29
Individu
Pendapatan per kapita
% orang yang hidup berkecukupan Catatan sensus

Karakteristik tenaga kerja


Status kepegawaian
Populasi umum (usia 18 tahun/>) kamar dagang,
% bekerja departemen tenaga kerja,
% tidak bekerja catatan sensus
% tidak ikut serta bekerja (pensiun)

Kelompok khusus
% karyawan perempuan dengan anak di bawah 6
tahun.

Kategori pekerjaan dan jumlah (%) orang yang


bekerja
Manajerial
Teknisi Catatan sensus
Pelayanan
Petani
Produksi
Operator/buruh
Kantor serikat buruh
Aktivitas dan keanggotaan serikat buruh setempat

Data sensus dapat dipergunakan untuk meringkas sebagian besar


indikator ekonomi.Dua indikator kunci kesejahteraan ekonomi komunitas

30
adalah persentase rumah tangga prasejahtera ekonomi komunitas adalah
persentase rumah tangga prasejahtera dan angka pengangguran.
(a) Jenis pekerjaan
(b) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
(c) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
(d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
c. Keamanan dan transportasi
Tabel Keamanan Dan Transportasi
Indikator Sumber informasi
Keamanan
Pelayanan perlindungan Kantor perencanaan (kota, daerah dan
negara bagian)
Pemadan kebakaran Dinas pemadan kebakaran (lokal)
Polisi Dinas kepolisian (kota dan daerah)
Sanitasi Pabrik pengolahan air dan limbah
Sumber limbah dan penanganannya Air control board (badan pengawasan
Limbah padat Udara) (kantor negara bagian,
Kualitas udara regional, dan lokal)

Transportasi
Pribadi
Sumber transportasi Data sensus :karakteristik penduduk
Jumlah orang yang tidak mampu dan perumahan
transportasi

Umum
Pelayanan bis (rute, jadwal, dan ongkos)
Jalan (jumlah dan kondisi ; primer, Otoritas transportasi lokal dan kota
sekunder, dan jalan dari area pertanian Dinas jalan raya negara bagian
ke pasar)

31
Jalan tol antarnegara bagian
sistem lintas-jalan raya Lapangan udara lokal (catatan :
pelayanan udara (pribadi dan umum) lapangan udara lokal biasanya
dimiliki dan dioperasikan oleh
pemerintah kota)
Pelayan kereta api Di US, Amtrak merupakan sumber
utama transportasi kereta antarkota

1) Keamanan
a) System keamanan lingkungan
b) Penanggulangan kebakaran
c) Penanggulangan bencana
d) Penanggulangan polusi, udara dan air tanah
2) Transportasi
a) Kondisi jalan
b) Jenis transportasi yang dimiliki
c) Sarana transportasi yang ada
3) Politik dan pemerintahanSistem pengorganisasian
a) Struktur organisasi
b) Kelompok organisasi dalam komunitas
c) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
4) Sistem komunikasi
Komunikasi bisa formal atau informal.Komunikasi formal
biasanya berasal dari ekstrakomunikasi, sebaliknya komunikasi
informal sebagian besar biasanya berasal dan didiseminasikan
intrakomunitas.
Tabel Komunikasi
Komponen Sumber Informasi
Formal

32
koran (jumlah, sirkulasi,frekuensi dan Kamar dagang
lingkup berita) Kantor penerbit koran
radio dan televisi (jumlah stasiun, Perusahaan telepon
komersial versus pendidikan, dan Buku kuning
audiens). Buku telepon
Pelayanan pos Data sensus penggunaan telepon
Status telepon (jumlah pelanggan)
Informal
Sumber : papan pengumuman, poster,
brosur, dan surat kabar di tempat Learning about the community on
ibadah,kota, dan sekolah foot
Diseminasi (bagaimana warga menerima Mewawancarai warga
informasi?) Survei
Dari mulut ke mulut
Pos
Radio,televisi

a) Sarana umum komunikasi


b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
5) Pendidikan
Status pendidikan umum masyarakat dapat direkap dengan
menggunakan data sensus. Informasi sensus mencatat jumlah warga
yang sekolah, usia lulus sekolah, dan persentase warga yang berbicara
Bahasa Inggris. Untuk melengkapi pengkajian ini,diperlukan informasi
tentang sumber pendidikan utama (misalnya sekolah< perguruan
tinggi, dan perpustakaan) yang terletak dalam komunitas.
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas

33
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c) Jenis bahasa yang digunakan
6) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi

 Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
a. Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
b. Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.

 Sumber Data
a. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit,
2005).
c. Cara Pengumpulan Data

34
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga
pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien
atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa
dicatat dalam format proses keperawatan.
2) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi
aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan
diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara IPAP :
I : yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau
keluarga yang   sakit
P : yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba
pada bagian tubuh yang mengalami gangguan
A : yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan bunyi tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas
menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan
denyut jantung, bising usus, suara paru
P : yaitu cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mengetukkan jari telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang
diperiksa.

35
1. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
dengan cara sebagai berikut:
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
Cara mengkategorikan data :
1) Karakteristik demografi
2) Karakteristik geografi
3) Karakteristik sosial ekonomi
4) Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc Farlene 1988.
Community as  Client)
b. Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
c. Tabulasi data
Interpretasi data

2. Diagnosa keperawatan
Analisis adalah suatu studi dan pemeriksaan data.Data tersebut bisa
kuantitatif (numerik) maupun kualitatif.Semua aspek perlu
diperhatikan.Analisis diperlukan untuk menentukan kebutuhan kesehatan
komunitas dan kekuatan komunitas serta untuk mengidentifikasi pola respon
kesehatan dan kecenderungan dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan.Selama analisis, hal-hal yang dibutuhkan dalam pengumpulan data
lebih lanjut mengungkapkan kesenjangan dan ketidaksesuaian pada data
pengkajian komunitas.Titik akhir analisis adalah diagnosis keperawatan
komunitas.
Analisis, Seperti banyak prosedur yang kita lakukan, mungkin dipandang
sebagai suatu proses yang terdiri atas banyak langkah. Fase-fase yang akan
digunakan dalam membantu proses analisis adalah kategorisasi, ringkasan,
pembandingan, dan penarikan simpulan. Setiap fase akan dijelaskan dan
diilustrasikan pada pembahasan dibawah ini.

36
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
kita pertama-tama mengategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam
berbagai cara. Kategorisasi data pengkajian komunitas meliputi :
 Karakteristik demografik (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan
kelompok etnik dan ras)
 Karakteristik geografik (batas wilayah; jumlah dan ukuran lahan tempat
tinggal, ruang publik, dan jalan)
 Karakteristik sosial-ekonomi (kategori pekerjaan dan penghasilan,
pendidikan yang dicapai, dan pola penyewa atau kepemilikan rumah)
 Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat pelayanan
kesehatan mental, dan sebagainya)
Bagaimanapun, terjadi peningkatan penerapan model dalam organisasi dan
analisis data kesehatan komunitas karena model ini dapat memberikan
kerangka kerja dalam pengumpulan data dan menjadi peta untuk memantau
analisis. Karena roda pengakajian komunitas telah digunakan untuk
mengarahkan proses pengkajian komunitas di rosemont sebagai contoh studi,
maka model yang sama dapat digunakan untuk mengarahkan analisis. Setiap
subsistem komunitas akan dianalisis, dan komponen setiap sibsistem
memperjelas kategori yang akan dievalusasi.
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi
yang timbul dalam masyarakat tersebut.Kemudian dijadikan dasar dalam
pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan.Diagnosa keperawatan
menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan, karakteristik populasi
dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman dan potensial.
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial.Masalah aktual adalah masalah
yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses of Association )
jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan

37
pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik
yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis
keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
2. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi
keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3. Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala

2. Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi

38
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2
komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3. Partisipasi dan peran serta masyarakat

Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri


dari :
1. Masalah…………sehat………..sakit
2. Karakteristik populasi
3. Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the
COMMUNITY
Diagnosis resiko          :………………………….(masalah)
Diantara                      :………………………….(community)
Sehubungan dengan    :………………………….(karakteristik community dan
lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh : ………………(indikator
kesehatan/analisa data)    
3. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria,
diantaranya adalah :
b. Perhatian masyarakat
c. Prevalensi kejadian
d. Berat ringannya masalah
e. Kemungkinan masalah untuk diatasi

39
f. Tersedianya sumber daya masyarakat
g. Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan


menurut Abraham H. Maslow yaitu :
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai


dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas
adalah format penapisan menurut Meuke dan Stanhope, Lancaster 1988 :
a. Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas
b. Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
c. Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)

4. Intervensi keperawatan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini
meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas
sesuai dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran,
menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.Setelah mengkaji
kesehatan komunitas, menganalisis data, dan menetapkan diagnosis
keperawatan komunitas, langkah selanjutnya dalah mempertimbangkan
intervensi keperawatan yang terdapat meningkatkan kesehatan komunitas
tersebut untuk memformulasikan rencana berfokus-komunitas. Masing-
masing pernyataan diagnosis-gambaran masalah yang aktual atau
potensial,penyebab, dan gejala dan tanda-mengarahkan upaya perencanaan
perawat. Ketiganya merupakan informasi yang sama pentingnya bagi proses

40
perencanaan. Rencana berfokus-komunitas didasarkan pada diagnosis
keperawatan dan mengandung tujuan serta intervensi spesifik dalam mencapai
hasil yang diharapkan. Perencanaan, seperti pengkajian dan analisis,
merupakan suatu proses sistematik yang dibuat melalui dengan kemitraan
dengan komunitas.

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan


keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan) jadi perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnose
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun
harus mencakup : 1) Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan keperawatan

41
yang akan dilaksanakan, dan 3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian
tujuan, Perumusan tujuan.

Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut :


1. Berfokus pada masyarakat
2. Jelas dan singkat
3. Dapat diukur dan diobservasi
4. Realistic
5. Ada target waktu
6. Melibatkan peran serta masyarakat

Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang


mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
S : Subyek
P : Predikat
K.1 : Kondisi
K.2 : Kriteria

Selain itu dalam perumusan tujuan :


1. Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2. Perilaku yang diharapkan berubah
3. S : Specific
4. M : Measurable atau dapat diukur
5. A : Attainable atau dapat dicapai
6. R : Relevant/Realistic atau sesuai
7. T : Time-Bound atau waktu tertentu
8. S : Sustainable atau berkelanjutan
Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

42
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat :
1. Identifikasi alternative tindakan keperawatan
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalm menyusun perencanaan melalui
kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang
sangat dirasakan masyarakat
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistic
8. Disusun secara berurutan

Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan criteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut :
1. Menggunakan kata kerja yang tepat
2. Dapat dimodifikasikan
3. Bersifat spesifik
4. Siapa yang melakukan?
5. Apa yang dilakukan?
6. Di mana dilakukan?
7. Kapan dilakukan?
8. Bagaimana melakukan?
9. Frekuensi melakukan?

I. STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan
(partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan,
dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,

43
1998). Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes
secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:
1. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat
spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi
sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP.
Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model
keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra
(community as partner model). Fokus dalam model tersebut
menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas,
yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang
menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
kesehatan, dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas
dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif
masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter,
Lezin, & Young, 2000).Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif
mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan
penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat
(Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004).Dukungan dan penerimaan tersebut
dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang
dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta
keberlanjutan kemitraan perawat spesialis komunitas dengan masyarakat
(Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui
upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak

44
yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level
keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah
profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota),
donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga
Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung
Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.

2. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999).
Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat
dan mendasar.Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu
kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan
dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip
“bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat,
oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan
atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak
terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan
dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses
pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat
(Sulistiyani, 2004), yaitu:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam
mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas

45
berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi efektifitas
proses pemberdayaan agregat .
b. Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif
dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan
pendampingan perawat komunitas.
c. Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang
diajarkan secara mandiri.

3. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya
kegiatan pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta
mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011).
Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan
perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan
ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau
gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, &
Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah
perilaku untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok,
maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas
penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah
mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan sosial dari
lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat
komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap
program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat

46
membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, &
Kok, 1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk
menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder, dan (3)
pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer
bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan .
Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk
memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan
penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap pencegahan
tersier, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat
readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi terulang dan
memelihara stabilitas kesehatan .

4. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan
yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan
sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Intervensi
keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan
mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu,
keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama
dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat
dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat
setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan
pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok
sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan
memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik

47
daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause,
192011). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya
risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz,
1992). Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut
tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa
dukungan yang diterima dapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan
individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi
yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku
mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat
komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian
masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu proses merupakan
sebuah perangkat perubahan komunitas yang memberdayakan individu
dan kelompok berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah komunitas
dan mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998),
terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu:
a. Model pengembangan masyarakat (locality development),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya
untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, di mana
masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam menentukan
tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model pengembangan
masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok di
masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses
keperawatan, dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan
tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa
mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991). Sejalan
dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan
komunitas pada adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian
fungsional agregat melalui pengembangan kognisi dan kemampuan

48
merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan
agregat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian
tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan
kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif
.
b. Model perencanaan sosial (social planning)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih
menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat
dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan atau
Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning. Tugas
perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan,
menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan
kepada masyarakat.Perencana program harus memiliki kemampuan
dan ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks
termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan lintas sektor terkait.
c. model aksi sosial (social action)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian
masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan
permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye gaya
hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk
intervensi keperawatan komunitas

II. TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN MELIPUTI:


1. Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok
risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk
menderita . Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya
telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur,

49
pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi
keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah
harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya
penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya secara
mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan
primer yang merupakan ujung tombak pengelolaan .
3. Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat
komunitas harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi
lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan
tersebut menetap. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi
upaya rekonstitusi, yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP
, pendidikan kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi
terulang dan melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).

III. BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN


OLEH PERAWAT KOMUNITAS TERDIRI DARI:
1. Observasi. Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan .
Observasi dilakukan sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan
proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan (Hitchcock,
Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu
keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan komunitas.
Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi permasalahan
yang terjadi pada .
2. Terapi modalitas. Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan
yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons
tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey,

50
2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri,
perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan
peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM).
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi
atau memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman
& Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses
penyembuhan. Pengobatan konvensional (kedokteran) lebih
mengutamakan penanganan gejala penyakit, sedangkan pengobatan alami
(komplementer) menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh
sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam &
Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer
(Cushman & Hoffman, 2004):
1. Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal
Cina
2. Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku,
relaksasi Benson, relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan
mental dan spiritual
3. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan
orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi
larva
4. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat
refleksi, akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam
5. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan
tenaga dalam, Tai Chi
6. Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer memerlukan
kajian dan pengembangan yang disesuaikan dengan peran dan fungsi
perawat, terutama pada agregat .

51
5. Implementasi keperawatan
Setelah tujuan dan objektif disetujui dan di dokumentasi pada fase
perencanaan, semua hal yang tercakup dalam implementasi akan secara actual
menjalankan aktivitas yang diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini
tampaknya sederhana dan mudah. Padahal, pada fase ini, anda akan
menghabiskan waktu untuk mengkaji, menganalisa, dan merencanakan
program. Anda akan merasa siap bersemangat untuk memulainya. Tetapi
semangat yang berlebihan ini ( yang akan terkait dengan “ ketergesaan “ pada
fase intervensi ) adalah hal yang membahayakan. Anda harus merenung
sejenakuntuk memahami bagaimana anda dapat meningkatkan rasa
kepemilikan komunitas, program terpadu, dan focus kesehatan yang jelas.
Langkah penting yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan dan
memelihara kemitraan adalah memvalidasi diagnose keperawatan bersama
warga. Langkah penting lainnya adalah menjunjung hak para tokoh
masyarakat, organisasi, dan warga terhadap kerahasiaan informasi dan
menjamin kebebasan untuk tidak berpartisipasi dalam perencanaan
keperawatan komunitas.Komunitas berhak untuk mengidentifikasi kebutuhan
kesehatannya dan melakukan negosiasi dengan perawat kesehaan komunitas
dalam intervensi dan programkhusus. Sebaliknya, perawat kesehatan
komunitas bertanggung jawab untuk memberikan atau membantu
mengembangkan informasi yang dibutuhkan dalam proses iniPertimbangan
lain perawat kesehatan komunitas yang terlibat dalam perencanaan berfokus
komunitas tunawisma, orang miskin, pengidap HIV, ibu hamil, bayi, anak,
lansia, merupakan kelompok yang beresiko tinggi mengalami penurunan
status kesehatan. Kebutuhan kesehatan bagi kelompok beresiko ini harus
dipertimbangkan sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan kesehatan
komunitas.
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,

52
perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas :
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa ( IMTAQ)
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan
sesame profesi, timB kesehtan lain, individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat berdasarkan azaz kemitraan.
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun.
4. Mampu dan  mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi focus adalah program kesehatan komunitas
dengan strategi komuniti organisasi dan parthnerships in community.
(Model for nursing parthnerships).
Prinsip lain yang perlu diperhatikan :
a. Berdasarkan respon masyarakat
b. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat

53
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri serta lingkungannya
d. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit
e. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat
secara esensial
f. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat
g. Melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
perawatan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :


a. Keterpaduan antara biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan
prasarana dengan pelayanan kesehatan maupun sektor lainnya
b. Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat
dalam rangka alih peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan
didokumentasikan.

6. Evaluasi keperawatan
Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap
pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk
meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program
kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat
melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan
diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program
(Yusuf, 2000:2).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana
tindakan,dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai.

54
Melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor
”kealpaan yang terjadi ” selama tahap pengkajian,analisa,perencanaan dan
pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne,1994).
Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang
di rencanakan,dan perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan
Klien.Dengan mengukur perkembangan Klien dalam mencapai suatu
tujuan,maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan
keperawatan.Meskipun valuasi di letakkan pada akhir proses
keperawatan,evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi
yang telah di kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di
observasi sudah sesuai.Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan
dan kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah untuk
menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.
Perawat mengevaluasi respons dari komunitas terhadap program
kesehatan dalam upaya mrngukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif
program. Data evaluasi juga merupakan hal yang kruisal untuk memperbaiki
database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis
pengkajian data komunitas.
Apakah anda merasa kita berbicara berputar – putar? Evaluasi adalah
tahap “akhir” dari proses keperawatan, tetapi evaluasi tetap terkait dengan
pengkajian yang merupakan tahap awaldari proses keperawatan. Praktik
keperawatan adalah siklus yang dinamis.Agar intervensi berfokus komunitas
dapat diukur secara relevan dan tepat waktu, maka database komunitas,
diagnosis keperawatan, dan rencana program kesehatan harus dievaluasi
secara rutin.Efektifitas intervensi keperawatan komunitas bergantung pada
pengkajian ulang yang berkesinambungan terhadap kesehatan komunitas dan
bergantung pada perbaikan yang tepat tehadap intervensi terencana.

55
Evaluasi merupakan hal yang penting dalam praktik keperawatan,
tetapi evaluasi pun berperan sangat penting bagi berfungsinya lembaga
kesehatan. Pengaturan staf dan pendanaan sering kali didasarkan pada hasil
evaluasi, dan program yang ada adalah subjektif untuk terminasi kecuali hasil
evaluasinya dapat menjawab pertanyaan berikut : apakah dampak program
yang ada terhadap status kesehatan komunitas? Belakangan ini, program
evalusi semakin disorot, program pelatihan evaluasi telah lazim dilakukan,
dan evaluasi telah menjadi bagian yang besar dari suatu aktivitas bisnis yang
besar. Sayangnya, evaluasi terkadang dilakukan secara terpisah dari
perencanaan program.Evaluasi bahkan seringkali hanya diikutkan di akhir
program, hanya untuk memenuhi kebutuhan sumber pendanaan atau
adminidstrasi lembaga.Buktinya, terdapat masalah pada beberapa
pendekatan.Agar keperawatan komunitas berjalan efektif, dituntut suatu
pendekatan yang integrative dalam evaluasi, evaluasi merupakan aspek yang
unik.

1. Prinsip evaluasi
Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan
komunitas, program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip
yang dikemukakan oleh w.k kellogg foundation (1998). Prinsip tersebut
disimpulkan sebagai berikut :
a. Memperkuat program. Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan
peningkatan kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu
pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses yang
sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji program, dampaknya
serta hasil akhir program tersebut.
b. Menggunakan pendekatan multipel. Selain pendekatan multidisiplin,
metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam – macam. Tidak ada
suatu pendekatan yang lebih unggul, tetapi metode yang dipilih harus
sejalan dengan tujuan program.

56
c. Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata. Program berbasis dan
berfokus komunitas, yang berakar pada komunitas “nyata” dan
berdasarkan pengkajian komunitas harus memiliki rancangan evaluasi
untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi
komunitas.
d. Menciptakan proses partisipasi. Apabila anggota komunitas
merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan dan
implementasi, mereka pun harus menjadi mitra dalam evaluasi.
e. Memungkinkan fleksibilitas. “pendekatan ecaluasi harus fleksibel dan
bersifat preskriptif; jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan
munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan
kompleks: (w.k kellogg foundation, 1998, hal. 3)
f. Membangun kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil akhir,
harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan perilaku individu
yang terlibat di dalamnya. Hal ini serupa dengan dengan konteks
profesional maupun non profesional.

2. Proses evaluasi
Literature mengenai evaluasi semakin banyak tersedia.Evaluasi
program atau proyek telah menjadi spesialisasi seluruh department dan
firma konsultan yang berfokus pada pengukuran dan evalusi.
Demi mencapai tujuan kita, kita akan menggunakan suatu model
tiga bagian. Pada model ini, kita akan mempelajari proses implementasi
program, dampak program, dan hasil program.
Pada bagian ini, kita akan berfokus pada promosi kesehatan dan
program promosi kesehatan yang dirancang untuk “…memengaruhi
populasi target melalui aktivitas terencana (proses) yang mungkin
menimbulkan efek yang cepat (dampak) dan efek yang lebih lama (hasil)
(dignan & carr, 1992,hal. 153)

57
Evaluasi proses atau formatif menjawab pertanyaan berikut: apakah
kita melakuakan seperti apa yang kita katakan?
Formatif ini, waktu pertemuan diganti dari pukul 7 – 8 malam, dan
peserta bertambah menjadi 20 orang tua. Beberapa penulis (green &
lewis, 1986) membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi proses.
Evaluasi proses menunjukkan bahwa evaluasi dilakukan selama program
berlangsung, sedangkan evaluasi formatif mungkin dilakukan ( secara
tersirat ) pada tahap formatif atau tahap prapogram.
Evaluasi dampak (atau sumatif) berhubungan dengan dampak
segera program terhadap kelompok target. Sebagai contoh, jika program
anda ditujukan untuk mengubah pengetahuan dan perilaku suatu
kelompok berhubungan dengan penyakit menular seksual (pms), anda
mungkin akan menyusun sebuah tes untuk mengetahui apa yag telah
mereka ketahui dan apa tujuan mereka berkenaan dengan modifikasi
perilaku. Kriteria evaluasi sumatif untuk kelas menjadi orang tua yang
efektif, berhubungan dengan inisiatiforang tua untuk melaporkan sendiri
perilaku mereka dalam memberikan hukuman fisik dan praktik
predisiplinan sebelum dan setelah mengikuti program, setiap perubahan
kebijakan predisiplinan di sekolah dasar temple, serta perubahan jumlah
kasus penganiayaan anak.
Bagaimanapun, dalam evaluasi hasil jangka panjang, anda akan
menemukan bahwa perubahan tersebut memiliki pengaruh nyatadan lama.
Pertanyaan yang perlu diajukan berkenaan dengan perubahan ini adalah, “
apakah insiden pms menurun dalam kelompok ini?” Karena kita semakin
dekat dengan pertanyaan sebab akibat, dibutuhkan riset evaluative yang
cermat untuk menentukan konstribusi actual program terhadap hasil yang
diukur.
Sebelum mempertimbangkan strategi evalusi yang spesifik,
terlebihdahulu kita harus mempertimbangkan “evaluabilitas” program.

58
Agar dapat melakukannya, pelajari rencana program dan tanyakan pada
diri anda beberapa hal berikut ini :
1. Apakah aktivitas program dinyatakan dalam kata – kata yang tepat
dan apakah konsep didalamnya dapat diukur?
2. Apakah kerangka waktu untuk mencapai perubahan telah
disertakan?
3. Apakah arahan dan besarnya perubnahan telah disertakan?
4. Apakah metode pengukuran perubahan telah disertakan?
5. Apakah data yang dibutuhkan untuk mengukur tujuan, berada
dalam rentang pendanaan yang rasional?
6. Apakah aktivitas program yang dirancang untuk mencapai tujuan
msuk akal?

Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :


1. Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan
data yang akan di gunakan dalam evaluasi.faktor yang di evaluasi
mengenai status kesehatan klien, yang terdiri dari bebrapa
komponen,meliputi: kapp (kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan gejala yang spesifik).
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di
perlukan setelah klien di ajarkan tentang teknik-teknik
tertentu.Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi pengetahuan klien
terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet,
aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus
dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lain-lain.Evaluasi kognitif di
peroleh melalui interview atau tes tertulis.
b. Affektif (status emosional)

59
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat
sukar di evaluasi.hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku
yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien.hasil
tersebut meliputi ”tukar menukar perasaan tentang sesuatu”, cemas
yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya.
c. Psikomotor 
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang
lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan
pada tujuan (kriteria hasil ).hal ini biasanya di lakukan melalui
observasi secara langsung.dengan melihat apa yang telah di lakukan
klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik
untuk mengevaluasi psikomotor klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup
beberapa aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.untuk
mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan
pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan
tindakan keperawatan.evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan
untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang
mempengaruhi status kesehatan klien.evaluasi tersebut bisa di lakukan
bisa di lakukan dengan cara observasi secara langsung,interview dan
pemeriksaan fisik.

2. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi


Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat
membandingkan data dengan outcomes.tahap berikutnya adalah membuat
keputusan tentang pencapaian klien terhadap outcomes.ada 3
kemungkinan keputusan pada tahap ini : 

60
a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.pada
keadaan ini perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau
mengevaluasi outcomes yang lain.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di
tentukan.perawat mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan
kearah pemecahan masalah.penambahan waktu,resources,dan
intervensi mungkin di perlukan sebelum tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.pada situasi
ini,perawata harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa
keadaan atau masalah ini timbul.

3. Komponen evaluasi
Mengapa kita harus mengumpulkan data evaluasi? Kepada siapa data
evaluasi akan diberikan dan untuk apa hal tersebut akan digunakan?
Program atau aktivitas apa yang akan muncu atau dihentikan sesuai
dengan hasil evaluasi data? Sebelum memilih strategi atau metode
evaluasi, alas an dan penggunaan dta evaluasi hartus terlebih dahulu
ditetapkan. Strategi evaluasi yang tepat untuk menjawab satu pertanyaan
evaluasi mungkin tidak berguna untuk menjawab pertanyaan lain. Sebagai
contoh, jika rosemont health promotion council ingin mengetahui
relevansi kebutuhan komunitas terhadap program pencegahan
kriminalitas, pertanyaan yang diberikan kepada para partisipan akan
diarahkan pada kegunaan dan keakuratan informasi yang telah diberikan.
Pertanyaan yang diajukan mungkin akan merangkum seputar topic berikut
: apakah informasi yang diterima berbeda mengenai bagaimana penduduk
melindungi diri mereka dari kejahatan? Perilaku proteksi apa yang
dipraktikan oleh penduduk saat ini, yang tidak dipraktikan sebelum
program?
Apakah progagram menjawab “pertanyaan” penduduk?Apakah
program memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh pendudu?

61
Bagaimanapun, jika dewan ingin mengetahui hasil program pencegahan
kriminalitas (missal, jika program tersebut menurunkan insidens
kriminalitas yang dialami oleh partisipan), dewan harus memantau
laporan masing-masing individu dan data statistik kriminalitas komunitas.
Biasanya focus pertanyaan evaluasi adalah seputar relevensi, kemajuan,
efisiensi biaya, efektivitas, dan hasil.
a. Relevensi
Adakah tuntutan untuk menyelenggarakan program? Relevensi
menentukan alas an untuk menyelenggarakan suatu program atau
serangkaian aktivitas. Pertanyaan seputar relevensi mungkin lebih
penting untuk program yang sudah berjalan dibandingkan untuk
program baru.Sering kali suatu program direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan komunitas yang terungkap, seperti skrining
tekanan darah.Program ini kemudian berlangsung selama beberapa
tahun tanpa disertai evaluasi mengenai relevansinya.Pertanyaan harus
diajukan secara rutin-apakah program masih dibutuhkan?Sebenarnya,
evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk program baru, tetapi untuk
seluruh program.Keterbatasan yang lazim ditemukan pada program
baru adalah ketidakadekuatan staf atau anggaran.Satu jalan keluar
terhadap keterbatasan tersebut adalah evaluasi relevansi program yang
ada.Staf dan anggaran program yang tidak lagi dibutuhkan dapat
dialokasikan kepada program baru.
b. Kemajuan
Apakah aktivitas program sesuai dengan rencana? Apakah staf
dan material yang dapat tersedia dalam kuantitas dan waktu yang tepat
untuk mengiplementasikan aktivitas program? Apakah banyak klien
yang diharapkan ikut berpartisipasi dalam aktivitas program yang
dijadwalkan? Apakah input dan output memenuhi beberapa rencana
yang ditetapkan sebelumnya? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan

62
mengukur kemajuan program dan merupakan bagian dari proses
evaluasi formatif.
c. Efisiensi biaya
Bagaimana pembiayaan program?Apa keuntungannya?
Apakah keuntungan program sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan?Evaluasi efisiensi biaya mengukur hubungan antara hasil
(keuntungan/manfaat) program dan biaya penyelenggaraan program
(seperti gaji staf dan material). Efisiensi biaya mengevaluasi apakah
hasil program dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah melalui
pendekatan yang lain. Analisis biaya keuntungan (cost-benefit
analysis) menuntut keterampilan khusus yang tidak dibahas dalam
buku ini, tetapi referensi yang tersedia mengenai hal ini sangat banyak
terutama litenatur ekonomi dan manajemen.
d. Efektivitas (dampak)
Apakah tujuan program tercapai?Apakah klien merasa puas
dengan program?Apakah penyelenggara program merasa puas dengan
aktivitas dan keterlibatan klien?Efektivitas berfokus pada evaluasi
formatif seperti hasil jangka pendek dan segera.
e. Hasil
Apakah implikasi jangka panjang program?Sebagai hasil dari
program. Perubahan prilaku apa yang dapat diharapkan dalam waktu 6
minggu, 6 bulan atau 6 tahun? Efektivitas mengukur hasil yang segera,
sedangkan hasil evaluasi hasil mengukur apakah aktivitas program
mengubah alas an awal penyelenggara program. Pertanyaan mendasar
adalah: apakah program mencapai tujuannya? (apakah kesehatan
meningkat)
4. Strategi evaluasi
Program evaluasi dapat didefenisikan sebagai kegiatan pengumpulan
data secara terus-menerus dan konsisten serta analisis informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan” (w.k. Kellogg foundation,

63
1998, hal. 4).Oleh karena itu, keputusan dalam memilih pendekatan atau
metode untuk mengumpulkan data adalah hal penting dan perlu disepakati
oleh semua individu yang terlibat dari awal proses.Sadari bahwa tidak ada
pendekatan terbaik untuk evaluasi, tetapi pendekatan apapun yang kita
pilih harus sesuai dengan pertanyaan yang anda ajukan.

64

Anda mungkin juga menyukai