Anda di halaman 1dari 21

3.1.

INTERVENSI

NO Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

1 Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 *Manajemen Hipertermia
proses infeksi virus dengue. jam,Termogulasi membaik. Dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
1. Menggigil Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
2. Shu tubuh penggunaan inkubator)
3. Suhu kulit 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi
6. Akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal ( mis.
Selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

*Regulasi Temperatur
Observasi
2. Monitor suhu bayi sampai stabil
(36,50C-37,50C)
3. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam,
jika perlu
4. Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
5. Monitor warna dan suhu kulit
6. Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
3. Bedong bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
4. Masukan bayi BBLR kedalam plastik
segera setelah lahi (mis. Bahan
polyethylene, polyurethane)
5. Gunakan topi bayi untuk mencegah
kehilangan panas pada baru lahir
6. Tempatkan bayi baru lahir dibawah
radiant warmer
7. Pertahankan kelembaban inkubator
50% untuk atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses
evaporasi
8. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
9. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan bayi (mis.
Selimut, kain bedongan, stetoskop)
10. Hindari meletakan bayi didekat jendela
terbuka atau diarea aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
11. Gunakan matras penghangat, selimut
hangat, dan penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
12. Gunakan kasur pendingin,
watercirculating blankets, icepack atau
gel pad dan intravaskular cooling
catheterization untuk menurunkan suhu
tubuh
13. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan head
exhaustion dan head stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hipotermi
karena terpapar udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatn
metode kanguru (PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu
2 Resiko Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama *Manajemen gangguan makan
dengan ketidakmampuan menelan 1 x 24 jam maka Status nutrisi, membaik. Observasi
makanan Dengan kriteria hasil : 1. Monitor asupan dan keluarnya makanan
1. Porsi makanan yang dihabiskan dan cairan serta kebutuhan kalori
2. Berat badan Terapeutik
3. Indeks Masa Tubuh (IMT) 1. Timbang berat badan secara rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan jumlah
aktivitas fisik (olahraga) yang sesuai
3. Lakukan kontrak perilaku (mis. Target
berat badan, tanggung jawab perilaku)
4. Dampingi kekamar mandi untuk
pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan
5. Berikan penguatan positif terhadap
keberhasilan target dan perubahan
perilaku
6. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai
target sesuai kontrak
7. Rencanakan program pengobatan untuk
perawatan dirumah (mis. Medis,
konseling)
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis. Pengeluaran
yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan ketrampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
*Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3 Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama *manajamen hipovolemia
kekurangan intake cairan 1 x 24 jam maka Status cairan, membaik. Observasi
Dengan kriteria hasil : 1. periksa tanda dan gejala hipovolemia
1. Kekuatan nadi (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
2. Output urine teraba lemah, tekanan darah menurun,
3. Membran mukosa lembap tekanan nadi menyempit, turgor kulit
4. Ortopnea menurun, membran mukosa kering,
5. Dispnea volume urine menurun, hematokrit
6. Paroxysmal nochturnal dyspnea (PND) meningkat, haus, lemah)
7. Edema anasarka 2. monitor intake dan output cairan
8. Edema perifer Terapeutik
9. Frekuensi nadi 1. hitung kebutuhan cairan
10. Tekanan darah 2. berikan posisi modified trendelenburg
11. Tekanan nadi 3. berikan asupan cairan oral
12. Turgor kulit Edukasi
13. Jugular venous pressure (JVP) 1. anjurkan memperbanyak asupan cairan
14. Hemoglobin oral
15. hematokrit 2. anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
2. kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
4. kolaborasi pemberin produk darah

*Manajemen syok hipovolemik


Observasi
1. monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
nafas, TD, MAP)
2. monitor status oksigenasi (oksimetri
nadi, AGD)
3. monitor status cairan (masukan dan
haluaran, turgor kulit, CRT)
4. periksa tingkat kesadaran dan respon
pupil
5. periksa seluruh permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS
(deformitiy/deformitas, open
wound/luka terbuka, tenderness/nyeri
tekan, swelling/bengkak)
Terapeutik
1. pertahankan jalan nafas paten
2. berikan oksigen untuk
mempertahankansaturasi oksigen >94%
3. persiapan intubasi dan ventilasi mekanis,
jika perlu
4. lakukan penekanan langsung (direct
pressure) pada perdarahan eksternal
5. berikan posisi syok (modified
trendelenberg)
6. pasang jalur IV berukuran besar (mis.
Nomor 14 atau 16)
7. pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
8. pasang selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung
9. ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 1-2 L pada dewasa
2. kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
3. kolaborasi pemberian transfusi darah,
jika perlu
4 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama *Manajemen nyeri
agen pencedera fisiologis 1 x 24 jam maka tingkat nyeri, menurun. Obsevasi
Dengan kriteria hasil : 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. keluhan nyeri frekuens, kualitas, intensitas nyeri
2. meringis 2. identifikasi skala nyeri
3. sikap protektif 3. identifikasi respon nyeri non verbal
4. gelisah 4. identifikasi faktor yang memperberat
5. kesulitan tidur dan memperingan nyeri
frekuensi nadi 5. identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. monitor efek samping pengguna
analgetik
Terapeutik
1. berikan teknik non farmalogis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromatherapy,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. fasilitasi istirahat dan tidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

*Pemberian analgesik
Observasi
1. identifikasi krakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. identifikasi riwayat alergi obat
3. identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. Narkotika, non-narkotik, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
4. monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
5. monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respon pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik sesuai indikasi
5 Intoleransi Akrivitas Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama *Manajemen Energi
berhubungan dengan kelemahan 1 x 24 jam maka toleransi aktivitas, meningkat. Observasi
Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
1. Keluhan lelah mengakibatkan kelelahan
2. Dispnea saat aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Dispnea setelah aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
4. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktifitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/
atau aktif
3. Berikan aktifitas dikstraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

*Terapi Aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat aktifitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktifitas tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk aktifitas
yang diinginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan
partisippasi dalam aktifitas
5. Identifikasi makna aktifitas rutin (mis.
Bekerja) dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik, sosial,
dan spritual terhadap aktifitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan
defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktifitas
3. Fasilitasi memilih aktifitas dan tetapkan
tujuan aktifitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan aktifitas sesuai
usia
5. Fasilitasi makna aktifitas yang dipilih
6. Fasilitasi transfortasi untuk menghadiri
aktifitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktifitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktifitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasiaktifitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu, energi
atau gerak
10. Fasilitasi aktifitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktifitas fisik untuk
memelihara berat badan, jika sesuai
12. Fasilitasi aktifitas motorik untuk
merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktifitas dengan komponen
memori implisit dan emosional (mis.
Kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesuai
14. Libatkan dalam permainan kelompok
yang tidak kompetitif, terstruktur dan
aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktifitas
rekreasi dan dipersifikasi untuk
menurunkan kecemasan (mis. Vokal
grup, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permainan
sedrhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan
kartu)
16. Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika
perlu
17. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai
tujuan
19. Jadwalkan aktifitas dalam rutinitas
sehari-hari
20. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktifitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktifitas fisik sehari-
hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktifitas yang
dipilih
3. Anjurkan melakukan aktifitas fisik,
sosial, spritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibbat dalam aktifitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktifitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktifitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktifitas
komunitas, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai