Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada Rongga Mulut


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Blok Dentomaksilofasial I
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing :
drg. Yuliana M D A, M. Kes
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial VI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2012

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor

: drg. Yuliana M D A, M. Kes

Ketua

: Adinda Martina

(111610101072)

Scriber Meja

: Nurbaetty Rochmah

(111610101074)

Scriber Papan

: Dewi Martinda Hartono

(111610101073)

Anggota

1. Stefanus Christian
2. Ega Sofiana
3. Mohammad Harish

(111610101051)
(111610101053)
(111610101055)

4. Afif Surya Adena

(111610101059)

5. Anugerah Nur Yuhyi

(111610101063)

6. Fitria Krisnawati

(111610101064)

7. Sitti Nur Qomariah

(111610101066)

8. Tiara Fortuna Bela B

(111610101067)

9. Khamda Rizki Dhamas

(111610101069)

10. Sheila Dian Pradipta

(111610101071)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada
Rongga Mulut. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada
skenario kedua.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Yuliana M D A, M. Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial
kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan
yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan di
masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
semua.

Jember, 7 Juni 2012

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi dan rongga mulut dapat menjadi focus infeksi yang kemudian mempengaruhi
kondisi sistemik seseorang. Salah satu factor yang menyababkan hal tersebut adalah
penjalaran atau penyebarannya ke organ lain. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari
karena seorang dokter gigi diharuskan menatalaksana pasien secara holisitk, dimana
didalamnya termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan
mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi dari suatu
focus ke organ lain perlu untuk

dipelajari. Rongga mulut memiliki berbagai macam

organisme yang berkembang .oleh kaena itu kemungkinan rongga mulut menjadi focus
infeksi cukup besar apalagi bila terdapat ketidakseimbangan antara factor host, agen dan
lingkungan.
Pembengkakan yang terjadi rongga mulut yang dapat terlihat baik secara intraoral
maupun ekstraoral merupakan salah satu tanda adanya infeksi, dan apabila diawali oleh rasa
sakit gigi pada daerah yang mengalami pembengkakan maka dapat dicurigai terjadi infeksi.
Infeksi merupakan masuk dan berkembangnya mikoorganisme di dalam tubuh yang
menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan tubuh, terjadi di suatu tempat (lokalisasi)
dan menyebabkan penyakit sistemik.Etiologi yang mungkin terjadi karena infeksi virus,
jamur dan bakteri.Virus, jamur dan bakteri tersebut dapat menyababkan berbagai macam
penyakit yang dapat mempengaruhi jaringan lunak rongga mlut. Apabila perkembangbiakkan
telah terjadi dan tidak dilakukan perawatan maka pada jaringan akan mengalami berbagai
macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan dapat brakibat fatal seperti
tumor.

1.2 Skenario
Mikroorganisme baik bakteri, jamur maupun virus dapat menyebabkan infeksi di rongga
mulut.Beberapa manifestasi lesi di rongga mulut dari infeksi mikroorganisme dapat
bervariasi sperti ulser, vesikel, plak, pseudomembran, eritematosa dan lain-lain.Untuk
mengetahui penyebab infeksi diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium. Beberapa
infeksi mikroorganisme di rongga mulut merupakan infeksi sekunder dan infeksi primernya
berasal dari organ lain, yang sering terjadi berasal dari genital dan paru.
Lesi adalah jaringan yang fungsinya terganggu karena penyakit atau cedera, seperti
tumor, ulkus, atau abses
Ulkus atau ulcer tidak lain adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan luka.
Pada permukaan apa saja baik kulit ataupun mukosa
Vesikel adalah lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5cm. Vesikel bisa tunggal atau
ganda.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja macam-macam lesi pada jaringan lunak rongga mulut?
2. Bagaimana etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang laboratorium terhadap
macam-macam kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat :
a. Infeksi jamur
b. Infeksi bakteri
c. Infeksi virus
1.4 Tujuan Permasalahan
1. Mampu menjelaskan macam-macam lesi pada jaringan lunak rongga mulut
2. Mampu menjelaskan etiologi, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang laboratorium
terhadap macam-macam kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat :
a. Infeksi jamur
b. Infeksi bakteri
c. Infeksi virus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rongga mulut dihuni oleh berbagai jenis mikroorganisme yang membentuk mikroflora
yang komensal.Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri, mikoplasma, jamur, dan protozoa,
yang kesemuanya dapat menimbulkan infeksi oportunistik simtomatik tergantung pada faktorfaktor lokal atau daya pertahanan tubuh pejamu yang rendah.Sebagai tambahan, sejumlah virus
dapat menimbulkan lesi orofasial atau hadir secara asimtomatis di dalam saliva pada saat
timbulnya infeksi virus secara sistemik atau pada pembawa yang sehat.
Lesi merupakan diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi
suatu bagian.Dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam lesi baik itu pada bibir, lidah,
maupun pada mukosa mulut. Gambaran klinis akan dihubungkan dengan riwayat penyakit
sehingga dapat ditelusuri diagnosis penyakit. Berdasarkan terjadinya, lesi terbagi menjadi
dua yaitu, lesi primer dan lesi sekunder.Erosi, fissur, ulkus dan bekas luka menunjukkan
adanya kerusakan lokal pada jaringan kutan.Erosi didefinisikan sebagai pelepasan lapisan
epidermis saja.Erosi sembuh tanpa adanya pembentukan bekas luka.Ulkus didefinisikan sebagai
keadaan hilangnya lapisan epidermis dan adanya kerusakan pada dermis.Ulkus yang berada pada
lapisan kutan masih bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. Bekas luka (scars) adalah
kerusakan permanen pada permukaan kulit yang terlihat ( Regezi and Sciubba, 1993).
Lesi vesikubulosa dari suatu penyakit dapat bermanifestasi pada mukosa mulut dan
kulit.Lesi dapat bervariasi berdasarkan frekuensi, tingkat keparahan dan pengaruh kondisi
sistemik.Biasanya lesi vesikubulosa dapat mempunyai karakteristik yang umum. Vesikel yang
muncul pada mukosa mulut biasanya kecil dengan diameter tidak lebih dari 0,5 cm, tampak
singular dan kadang-kadang dalam bentuk klaster. Vesikel tersebut mudah pecah dan
meninggalkan permukaan yang mengalami ulkus (Sonnis, dkk., 1995).
Vesikel adalah suatu elevasi pada kulit atau membran mukous superfisial, merupakan
defek subepitelial atau intraepitelial yang mengandung serum, plasma atau darah.Vesikel mudah
pecah di rongga mulut karena trauma sehingga meninggalkan ulkus yang superfisial. Lesi-lesi
yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun yang terjadi karena alergi adalah mirip secara

mikroskopis sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis dengan cara biopsi. Identifikasi proses
penyakit tersebut tergantung pada penampakan klinis dan tes-tes laboratoris, misalnya tes-tes
sensitivitas, tes fiksasi dan tes inokulasi (Baskar, 1993).
Perubahan pertama yang terjadi adalah suatu area hiperemia dan edema pada jaringan sub
epithelial.Cairan mulai terakumulasi di dalam epithelium atau diantara epithelium dan jaringan
ikat.Poket cairan yang kecil kemudian bergabung dan mengalami elevasi membentuk suatu
vesikel. Perawatan untuk kebanyakan lesi vesikuler adalah sama dan simptomatik. Tes
laboratorik penting sebelum penegakan diagnosis dan penentuan terapi (Baskar, 1993).
Penyebab paling sering bagi lesi vesikubulosa adalah infeksi virus Herpes Simplex,
Varicella Zoster, infeksi virus Coxsakie, Hand Foot dan Mouth Disease dan Herpangina
(Gayford dan Haskell, 1991).
Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat keluhan,
pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain diperhitungkan dalam menentukan diagnosis
antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu kemunculan lesi, kejadian
berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena lesi seperti kulit, mata dan organ genital, daerah asal
pasien serta riwayat pemakaian obat-obatan. Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk
menegakkan diagnosis.Beberapa kasus mungkin membutuhkan biopsi untuk mendapatkan
diagnosis definitif (Sonnis dkk., 1995).Penatalaksanaan lesi oral secara umum tergantung dari
diagnosis yang ditegakkan.
1. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri
a. Aktinomikosis
Disebabkan oleh bakteri Actinomyces israelii, berhubungan erat terhadap pencabutan
gigi, muncul setelah 1-6 minggu kemudian, timbul secara mendadak, berupa
pembengkakan, terasa sakit, terkadang terdapat nanah
b. Sifilis
Disebabkan oleh bakteri spirochaeta, yang disebut Treponema pallidum.Lesi stadium
primer, sekunder dan tersier dapat ditemukan dalam mulut, dapat berkembang
menjadi lesi yang cukup besar.
c. Tuberculosis
Tuberculosis mulut pada umumnya hanya dapat ditemukan pada pasien yang
menderita tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka). Lesi dalam mulut
akan sembuh setelah pasien mendapatkan pengobatan anti-tuberkulosis. Pasien yang
memperoleh perawatan anti-tuberkulosis untuk lesi paru tidak memiliki lesi intraoral.

2. Infeksi yang disebabkan oleh jamur


a. INFEKSI JAMUR SISTEMIK
Meliputi;
- Histoplasmosis
- Coccidiodomycosis
- Blastomycosis
- Cryptococcosis
b. INFEKSI JAMUR SUBKUTAN
meliputi;
- Sporotrichosis
c. INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK
meliputi;
- Phycomycosis (Mucormycosis)
- Aspergilosis
3. Infeksi yang disebabkan oleh virus
a. Herpes zoster (shingles)
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi
setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Saat virus ini mendapatkan stimulus, maka terjadilah reaktivasi
dan menyebabkan herpes zoster. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang-orang
dengan imunosupresi.
b. Herpes simplex
c. Herpes labialis
d. Herpangina
e. Hand, foot and mouth disease

BAB III
PEMBAHASAN
Jenis-jenis Lesi Rongga Mulut

Jenis Lesi
Lesi Primer

Bentuk Lesi
Makula

Papula

Plak

Ukuran
Lebih dari
1mm

Dari titik
sampai < 1
cm

Diameter > 1
cm

Nodula

Vesikula

Bula

Dari titik 1
sampai 5 mm
Diameter > 5
mm

Warna
Merah, coklat
keputihan,
merah kebir
uan, biru
kecoklatan
Kemerahan,
kekuningan,
dan
abu-abu
keputihan

Putih keabuan

Kenampakan
Batas jelas dan
daar (tidak ada
peninggian)
Bercak putih
pada
kulit/mukosa,
berbatas jelas,
ada peninggian
Mengadakan
perluasan
ke
tepi;
timbul
bentuk
yang
melandai
Permukaan
halus, menonjol
atau
bentuk
fisura
Pemadatan
massa jaringan
yang berbatas
jelas dan
biasanya berisi
jaringan ikat
dan dilapisi oleh
epithel, dasar
mukosa
melibatkan
mukosa dan
jaringan
epidermis
dibawahnya
Peninggian pada
kulit atau
mukosa yang
ber isi bahan
cair (serum,
plasma, darah)
Adalah
bentukan seperti
vesikula tetapi

Pustula

Putih sampai
keabuan

Keratosis

Wheals
Lesi
Sekunder
Erosi

Ulser

Fisura

Sikatriks
Deskuamasi

Diameter
lebih kecil
daripada
papula

lebih besar dari


vesikel
Adalah
bentukan yang
sama seperti
vesikula/bula
tetapi ber isi
nanah /pus
Adalah
penebalan yang
tidak normal
dari lapisan
terluar epitel
(stratum
korneum)
Adalah
bentukan yang
sama
seperti
papula. Berisi
serum
Sama dengan
ulser karena
kerusakan
mukosa kulit,
kerusakan
sampai sekitar
stratum basalis
Kerusakan
melebihi
stratum basalis
Retakan kecil
yang
meluas
melalui epider
mis
dan
memaparkan
dermis. Dapat
terjadi
pada
kulit ker ing dan
pada inflamasi
kronik
Jaringan baru
yang berlebihan
pada
penyembuhan
luka
Pengelupasan

lapisan
epitel
(stratum
korneum)
Bisa fisiologis
pengelupasan
epitel sehingga
kulit mengalami
regenerasi
Pseudomembran
Eschars

Krusta

a. INFEKSI JAMUR
DIKELOMPOKKAN MENJADI 3 :
1) INFEKSI JAMUR SISTEMIK
Meliputi;
Histoplasmosis
Coccidiodomycosis
Blastomycosis
Cryptococcosis
ETIOLOGI & PATHOGENESIS

Etiologi;
Histoplasmosis Histoplasma capsulatum
Coccidiodomycosis Coccidioides immitis
Blastomycosis Bastomyces dermatitidis
Cryptococcosis Cryptococcus neoformans

Cacat atau
kerusakan pada
kulit / mukosa
akibat luka
bakar
terbentuk dari
serum,
darah
atau nanah yang
mengering pada
kulit

Karakteristik : melibatkan infeksi primer di paru Infeksi berpotensi menyebar ke


organ yang lain

Infeksi di rongga mulut :


Implantasi sputum yang terinfeksi jamur.
Penyebaran jamur secara hematogen dari paru-paru.

GAMBARAN KLINIS
Gejala awal dihubungkan dengan infeksi pada paru; batuk, panas, keringat
malam, penurunan berat badan, dada sakit, hemoptysis.
Kulit: muncul erythema multiformis
Lesi rongga mulut; ulserasi, single atau multiple, nonhealing, indurasi, sakit dan
purulen.

HISTOPATOLOGI
inflamasi granulomata
Terdapat mikroorganisme penyebab
dominasi makrofag dan sel giant multinucleat
Hiperplasia Pseudoepitheliomata

DIAGNOSIS
Biopsi
Kultur

DD ;

Ulserasi kronis, nonhealing


Squamous cell carcinoma
Trauma kronis
Oral TB
Syphilis

TERAPI
Ketoconazole
Fluconazole
Amphotericin B
Pembedahan reseksi atau insisi.

INFEKSI

JAMUR

SUBKUTAN

meliputi;

- Sporotrichosis
ETIOLOGI & PATHOGENESIS
Etiologi : Sporothrix schenckii
Manifestasi di rongga mulut
implantasi jamur pd mukosa dari kontaminasi tanah atau tumbuhan berduri
Setelah periode inkubasi (bbrp minggu) nodula subkutan ulser
Manifestasi sistemik jarang, tetapi bisa terjadi jika respon imun menurun

GAMBARAN KLINIS

Lesi muncul pd daerah yg terimplantasi jamur dan menyebar melalui saluran


limfatik
Pada kulit : tampak nodula berwarna merah, kmd pecah eksudat dan ulserasi
Di rongga mulut : tampak ulser kronis nonspesifik
Dapat terjadi Limfadenophathy

HISTOPATOLOGI
Inflamasi granulomata
Abses sentral dapat ditemukan pada beberapa granulomata
Hiperplasia pseudoepitheliomata
Terdapat Jamur penyebab.
DIAGNOSIS
Biopsi
Kultur pada agar sabouraud
Terapi
Larutan potassium iodida
Jika alergi bisa dengan ketoconazole.

2) INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK


meliputi;
Phycomycosis (Mucormycosis)
Aspergilosis
ETIOLOGI & PATOGENESIS
Phycomycosis (mucormycosis); infeksi yang melibatkan genum mucor dan
rhizopus.

Normal ditemukan pada jamur roti atau pada buah dan sayur yang busuk
Infeksi Opportunistik.
Aspergilosis; infeksi dari Aspergillus
Aspergillus; terdapat dimana-mana pada lingkungan.
Infeksi terjadi terutama pada penderita :
diabet ketoasidosis,
immunosupresif,
penerima transplatasi,
malignant progresif,
terapi steroid,
radiasi,
infeksi HIV dan AIDS
Rute infeksi melalui traktus gastrointestinal dan respiratory.
GAMBARAN KLINIS
Lesi sering pada nasal cavity, sinus paranasal dan oropharynx.
Rasa sakit dan pembengkakan mendahului ulserasi.
Jaringan nekrosis menyebabkan perforasi palatum
Komplikasi : meluas sampai mata dan otak.
Jamur cenderung invasi pd dinding arterial penyebaran secara hematogen.
HISTOPATOLOGI
Terdapat infiltrat inflamasi akut dan kronis
Terdapat jamur penyebab
Karakteristik; dinding pembuluh darah nekrotik, mengandung thrombi dan jamur
DD
Perforasi lesi palatal
Gumma nekrosis spt pada sifilis stadium 3
Midline granulomma (T-cell lyphoma)
Wegeners granulomatosis
Keganasan pd nasal dan sinus (squamous cell carcinoma, salivary gland
adenocarcinoma)
TERAPI
Amphotericin B : drug of choice
Debridemen pembedahan dari lesi
Prognosis tgt keparahan penyakit dan terapi yang tepat
Kematian relatif sering pada infeksi ini.

b. INFEKSI JAMUR
KANDIDIASIS
Faktor Prediposisi termasuk :
Pemakaian gigi tiruan
Penurunan salvias, misalnya karena penggunaan obat
Terapi antibiotik, terutama spectrum luas

Diabetes mellitus tidak terkontrol


Terapi kortikosteroid
Radioterapi daerah mulut dan kerusakan yang terjadi pada kelenjar
saliva sesudahnya
Defisiensi zat besi, vitamin B12 , dan asam folat
Kondisi imunosupresi, termasuk:
1) HIV
2) Leukimia
3) Agranulositosis
4) Obat sitotoksik
5) Malnutrisi dan malabsorpsi
Kandidiasis klinis tampil berupa :
1. Kandidiasis akut
a. Pseudomembranosa (thrush)
Gejala
Dapat tanpa gejala
Dapat menimbulkan rasa sakit dalam rongga mulut
Kurang nyaman saat menelan
Tanda
Kandidiasis pseudomembranosa tampil sebagai

bercak

putih/kuning seperti krem di mukosa mulut, dapat dilepaskan


dari jaringan di bawahnya, meninggalkan daerah yang merah
dan mudah berdarah.
b. Atrofik (eritematosa)
Ditemukan pada pasien yang sedang mendapatkan pengobatan steroid

dan antibiotic spectrum luas.


Gejala
Sering kali sakit
Tanda
Mukosa mulut terlihat merah menyala. Daerah manapun dapat
terlibat, termasuk palatum, lidah, dan mukosa bukal
Kandidiasis eritematosa, yang terlihat pada pasien HIV positif,
adalah lesi bersifat kronis
Kandidiasis atrofik tampil sebagai daerah merah, biasanya
ditemukan di palatum dan dorsum lidah

2. Kandidiasis atrofik kronis (kandidiasis eritematosa kronis, stomatitis


karena gigi tiruan, denture sore mouth)

Faktor prediposisi yang berperan adalah tertutupnya palatum dalam


jangka waktu lama oleh pelat gigi tiruan atau pelat ortodontik
Gejala
Biasanya tidak ditemukan gejala
Tanda
Mukosa berwarna merah menyala
Berhubungan dengan daerah palatum yang tertutup oleh pelat
terlihat sehat dengan warna normal
Istilah denture sore mouth sebenarnya kurang tepat, karena
pasien sering kali tidak mengetahui keberadaan lesi tersebut
Merupakan infeksi candida yang paling umum ditemukan
dengan insidens 25-50% pada pemakai gigi tiruan

3. Kandidiasis hiperplastik kronis (kandidal leukoplakia)


Kebiasaan merokok sangat erat hubungannya sebagai factor penyerta

dalam etiologi kelainan ini


Memiliki potensi untuk berubah kea rah keganasan
Gejala
Rasa sakit di komisura bibir
Tanda
Di komisura bibir ditemukan daerah berwarna putih yang

menempel cekat pada jaringan di bawahnya


Lesi bersifat unilateral atau bilateral
Tampilan lesi bisa halus atau berbintik-bintik
Dapat disertai ulserasi
Jarang senbuh sama sekali walaupun sudah digunakan

antijamur sistemik
Pasien harus dianjurkan untuk segera menghentikan kebiasaan
merokok
Biopsi diperlukan untuuk menentukan diagnosis kandidal,
leukoplakia, karena mikrorganisme ditemukan intraepitel, tidak
di atas permukaan mukosa
Biopsi eksisi mungkin perlu dilakukan untuk menghilangkan
lesi bila terpi antijamur tidak berhasil
Yang paling penting diperhatikan : lesi bersifat praganas
Dalam waktu 10 tahun, 7% kasus akan berubah menjadi ganas
Diperlukan pemeriksaan ulang jangka panjang
4. Kandidiasis mukokutaneus kronis

Infeksi candida rongga mulut juga dapat terjadi sebagai bagian dari

gangguan mukokutan yang jarang ditemukan


Tes diagnostik
Pada daerah yang terlibat dilakukan pemeriksaan apus,
kemudian diberi pewarnaan (pewarnaan Gram atau reagen PAS
(periodic acid-Schiff)) Kalium hidroksida (KOH) juga dapat
digunakan untuk melihat hifa.
Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan swab dan oral rinse
untuk pemeriksaan kultur
Hitung candida kuantitatif dapat dilakukan untuk memantau
terapi yang diberikan. Pasien diminta untuk memberikan
sampel salivanya atau berkumur-kumur dengan larutan
phosphate-buffered saline selama satu menit, sebelum dibuang
ke dalam wadah steril
Pemeriksaan biopsi dan histopatologi perlu dilakukan untuk
memastikan adanya kandidiasis hiperplastik kronik

b. INFEKSI BAKTERI
1.

Tuberkulosis
Penyakit yang mudah diketahui
Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Walaupun jarang, tetapi dapat ditemukan ulkus yang bersifat persisten, biasanya terjadi di
lidah dengan dinding ulkus bergaung, cekungan tersebut dapat berwarna keabuan atau

kekuningan sebagai akibat adanya infeksi local.


Tuberculosis mulut pada umumnya hanya ditemukan pada pasien yang menderita
tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka)
Gejala :
Rasa sakit progressif yang pada akhirnya berpengaruh pada gangguan
nutrisi.
Tanda intraoral:
Lokasi ciri khas di dorsum lidah. Bibir dan palatum lebih jarang terkena.
Bentuk bersudut atau bercabang (stealer).
Dasar lesi pucat, disertai lendir yang kental di dasar ulkus.
Tepi lesi tidak beraturan dengan dinding bergaung.
Tes diagnosis:

Pemeriksaan biopsy menunjukkan adanya daerah perkijuan, nekrosis, dan


sel datia berinti banyak.
Keberadaan mikrobakteria

dapat

dipastikan

dengan

memberikan

pewarnaan untuk bakteri yang bersifat tahan asam (pewarnaan ZiehlNelseen).


Pada pemeriksaan roentgen foto thorax ditemukan: bintik-bintik difus
pada paru-paru, kavitasi, konsolidasi dan adenopati halus.
Heaf test: ditemukan respons cepat dan berkepanjangan.
Tes sputum: positif untuk basilus tahan asam. Diperlukan waktu beberapa
minggu untuk pemeriksaan kultur.

2. Sifilis
Merupakan penyakit yang ditularkan secara seksual. Disebabkan oleh bakteri

spirochaete, yang disebut treponema pallidum.


Penyakit ini merupakan penyakit yang perlu dilaporkan bila ditemukan. Sangat
perlu untuk dirujuk ke klinik genitourinary untuk semua kasus yang dicurigai.

Sifilis Primer

Lesi klasik sifilis primer adalah chancre, biasanya ditemukan di regio genital.
Jarang ditemukan pada atau sekitar rongga mulut.
Gejala:
Tidak ada rasa sakit, kecuali bila terinfeksi
Tanda:
Lokasi bibir, ujung lidah, yang lebih jarang di region lain dalam
mulut.
Ukuran bervariasi dari 5 mm sampai beberapa sentimeter

diameternya.
Bentuk bulat.
Tepinya lebih tinggi dari sekitarnya dan ada indurasi.
Jumlah ulkus- biasannya soliter.
Kondisi yang terkait
Nodus limfatik regional membesar, kenyal, dan berdiri sendiri.
Bentuk ulkus dengan tepi indurasi mirip karsinoma sel skuamosa
Chancre sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut
Sangat menular

Sifilis sekunder

Muncul 3-12 minggu sesudah lesi primer (pada pasien yang tidak dirawat) berupa
ruam kulit berwarna merah, berbentuk papula atau macula.
Lesi mulut sering terjadi bersamaan dengan ruam kulit.
Gejala:
Ulkus tidak sakit
Tanda:
Lokasi palatum, tonsil, tepi lateral lidah dan bibir.
Bentuk ulkus yang datar dengan tepi tak beraturan, tertutup oleh
membrane keabuan. Lesi menyatu membentuk bercak membulat yang kita
kenal sebagai mucous patch.

Sifilis tersier

Kini jarang terjadi


Lesi sifilis tersier berupa gumma, suatu proses granulomatosa yang sangat
merusak.
Gejala:
Tidak ada rasa sakit
Tanda:
Lokasi - biasanya ditemukan di palatum, tonsil, dan lidah.
Ukuran bervariasi dari beberapa mm hingga beberapa cm diameternya.
Bentuk cekung ditengah
Dasar lesi memadat dan pucat.
Tepi lesi cekung ditengah.
Tes khusus:
Sifilis primer tahap awal kemungkinan tidak memberikab hasil positif
pada pemeriksaan serologi.
Pemeriksaan apus yang diambil dari permukaan chancre akan menegaskan
keberadaan treponema pallidum jika di bawah mikroskop lapangan gelap
Tes serologi, baik yang spesifik maupun non spesifik, seharusnya
digunakan dalam pemeriksaan penyaring dan diagnosis. Jenis pemeriksaan
ini juga penting dilakukan untuk membedakan pasien yang mengidap
penyakit aktif dengan yang sudah dirawat secara efektif.
Tes nonspesifik positif pada penyakit aktif, menjadi negative setelah
pengobatan: VDRL dan RPR.
Tes spesifik yang dilakukan sesuai dengan prosedur laboratorium TPHA
dan FTA Abs.

3. Aktinomycosis
Biasanya disebabkan oleh bakteri yang hidup komensal dalam mulut yaitu

Actinomyces israellii
Patogenesisnya tidak jelas merupakan infeksi kronis yang supuratif.
Dapat ditemukan riwayat trauma dalam mulut, seperti ekstraksi gigi, fraktur
rahang.
Gejala:
Pembengkakan pada daerah wajah
Ditemukan abses yang mengeluarkan pus dikulit bagian wajah dan leher.
Tanda:
Ditemukan abses kronis disertai indurasi, biasanya disudut mandibula
Kulit yang terlibat berwarna merah atau keunguan.
Dapat ditemukan fibrosis luas.

4. Gonorhoe
Disebabkan Neissera gonorhoe, melalui kontak seksual
Lokasi infeksi: pada traktus genital bawah, mata, faring, dan rectum.
Infeksi genital dapat ditularkan ke membrane mukosa mulut atau pharyng melalui

kontak orogenital.
Gambaran klinis :
Gejala klinis orak gonorrhea tidak spesifik, terdapat ulser multiple,
eritema generalis, stomatitis generalis, infeksi lebih sering pada faring

dengan gejala erythema generalis, ulser, lymphadenopathy servikal.


Diagnosis
Hapusan lesi harus ditanam dalam medium stewart dan segera dikirim ke
laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis serta kultur.

5. Noma
Disebabkan oleh Fusobacterium necrophorus (terutama), Borelia vincentii,
Staphylococcus aureus, dan Provotella intermedia.

Gambaran klinis:
Noma terutama menyerang anak-anak
Lesi noma diawali: ulser sakit biasanya pada gingival atau mukosa bukal
dan berkembang secara cepat menjadi jaringan nekrotik.
Penetrasi organisme ini dapat terjadi melalui pipi, bibir palatum
nekrotik.

6. Leprosy

lesi

Disebabkan Mycobacterium leprae


Lesi dapat terjadi intraoral atau intranasal.
Terdapat respon granulomatous
Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu biopsy.

c. INFEKSI VIRUS
1. Herpes zoster (shingles)
Zoster adalah peradangan karena virus, terletak di akar ganglion bagian posterior,

melibatkan satu atau lebih saraf sensoris perifer.


Herpes zoster menyebabkan cacar air pada anak-anak, tetapi sebagaimana halnya

herpes simplek virus tetap berada di ganglion sensoris sampai terjadi rekativitasi.
Reaktivitasi pada orang dewasa menyebabkan herpes zoster.
Penyakit ini banyak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada orang dewasa, yang

berusia diatas 60 tahun.


Di daerah trigeminus, divisi ophthalmicus adalah yang paling sering terkena.
Pasien dating ke dokter gigi bila divisi kedua atau ketiga yang terkena.
Medical History Herpes zoster dapat terjadi pada lansia yang terlihat sehat. Pada
orang dewasa muda atau anak-anak, imunosupresi (misalnya, karena penyakit
HIV), dapat ikut menyebabkan herpes zoster, terutama herpes yang bersifat parah
dan atau/atau rekuren.

Gejala
Pada tahap prodromal ditemukan rasa sakit seperti terbakar, letaknya di
dalam, parah dan bersifat unilateral gejala prodromal terjadi beberapa hari
sebelum daerah berwarna merah dan vesikel timbul.
Vesikel pecah dan membentuk krusta dikulit, tetapi dalam mulut
membentuk ulserasi dangkal. Vesikel dan ulserasi terletak unilateral di
sepajang distribusi saraf sensoris.
Pasien mengalami demam dan terlihat kurang sehat.
Bila melibatkan rongga mulut, akan timbul rasa sakit dan kesulitan saat
menelan.

Tanda
Bila yang terlibat adalah divisi maksilaris, palatum durum dan palatum
molle akan terkena dan bersifat unilateral.

Bila divisi ophthalmicus yang terlibat (herpes Gasserian), akan


berkembang ulserasi kornea yang berbahaya.
Distribusi lesi yang bersifat unilateral disepanjang distribusi anatomi
dermatom merupakan ciri khas herpes zoster.
Kelompok vesikel berdinding tipis, ataupun ulserasi yang bersifat
unilateral (intraoral), berhenti dengan tegas di daerah garis tengah.
2. Herpes simplex
Disebabkan virus herpes simplex
Tipe:
Tipe 1 : menyerang rongga mulut, pharyng.
Tipe 2 : menyerang genitalia, kulit.
Penularan : kontak langsung pada fase vesikula
Herpes simplex primer

Etiologi : virus herpes simplex tipe 1


Gejala prodromal : malaise, letih, dan nyeri tenggorokan.
Gejala klinis:
Oral: mulut sakit, vesikula pecah menjadi ulser dangkal, permukaan kasar,
sakit, tepi kemerahan ukuran bervariasi tunggal/multiple(sering), tertutup

fibrin putih.
Pemeriksaan penunjang laboratorium:
Isolasi virus
Sitologi

3. Herpes labialis
Dikenal sebagai fever blister / cold sore. Disebabkan oleh virus herpes hominis

tipe 1.
Gejala klinis:
Herpes labialis dimulai dengan rasa gatal dari tempat yang terkena. Dalam
12 jam timbul vesikel dan vesikel tersebut akan pecah membentuk krusta
Dallam 36-48 jam. Pada umumnya krusta akan hilang dan lesi sembuh
pada hari ke-8 dan ke-10. Panas dan limfa denopati dapat timbul sebelum
adanya vesikel.
Erupsi vesikel pada kulit didekat atau pada tepi merah bibir.
Rasa terbakar dan rasa agak gatal
Vesikula pecah, ulser sakit, terdapat lesi oral palatum durum mukosa
bukal.

Pemeriksaan penunjang laboratorium:


Tes laboratorium dengan fluorescent antigen herpes simplex.

4. Herpangina
Gejala:
Radang tenggorokan, demam, rasa tidak enak badan.
Tanda:
Suhu tubuh meningkat disertai lymfadenopathy
Walaupun jarang, dapat terjadi pembengkakan kelenjar saliva seperti pada
penyakit mumps. Untuk menentukan diagnosis tetapnya diperlukan
pemeriksaan laboratorium.
Lokasi vesikel dan ulserasi multiple ditemukan di palatum molle dan
tonsil
Ukuran kecil 1-2 mm
Bentuk bulat dan dangkal
Mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang
5. Hand, foot, mouth disease.
Merupakan penyakit yang ringan, gejala sistemiknya juga sedikit. Ditemukan

vesikel pada tangan dan kaki, selain ulserasi yang ditemukan di mulut.
Gejala:
Mukosa mulut terasa sakit dan ada nyeri tekan
makan dan menelan menambah rasa kurang nyaman
lokasi ulserasi multiple di lidah, mukosa bukal, damn palatum durum
ukuran kecil, 1-2 mm, bulat dan dangkal
mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang
ditemukan lesi berupa macula dan vesikula di tangan dan kaki. Tungkai
dan lengan juga dapat terkena

BAB IV
KESIMPULAN
Beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan juga virus dapat menginfeksi jaringan
lunak rongga mulut.
Infeksi yang disebsbkan oleh bakteri diantaranya adalah :

Aktinomikosis

Tuberkolosis

Gonorhoe

sifilis

Infeksi yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah :

Herpes zoster

Herpes Simplex Virus (HSV)

Herpes simplex labialis

Infeksi yang disebabkan oleh jamur diantaranya adalah :

Candidiasis Oral

Thrush (Pseudomembranous Kandidiasis)

Kandidiasis Atropik (Denture Sore Mouth)

Kandidiasis Hiperplastis(Kandidaleukoplakia

Atropik Kandidiasis ( Antibiotik Stomatitis )

DAFTAR PUSTAKA
Birnbaum, Warren. 2009. Diagnosis Kelainan dalam Mulut : Petunjuk bagi
Klinisi/Penulis. Jakarta : EGC
Soeparman, dkk. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit Universitas
Indonesia.

Stawiski MA. Infeksi Kulit. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta:EGC, 1995;1291.
Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta:
ECG,2005 ;84-7.
Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.

Anda mungkin juga menyukai