Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari rongga
mulut dengan nyaman dan tanpa rasa sakit. Pencabutan gigi pada anak berbeda dengan orang
dewasa. Anak memiliki tulang yang sangat elastis yang mudah melebar bila diberikan
tekanan. Selain itu, rongga mulut anak lebih kecil dari rongga mulut orang dewasa sehingga
dapat menyebabkan sedikit kesukaran dalam melakukan tindakan pencabutan ataupun
ekstraksi. Pada anak-anak tulang rahang masih terus tumbuh dan berkembang. Struktur
tulang pada anak-anak mengandung bahan organic lebih tinggi disbanding orang dewasa
sehingga tidak mudah fraktur. Permasalahan lain dalam pencabutan gigi yang sering timbul
terutama pada pasien anak merupakan suatu tantangan yang tidak akan berakhir. Banyak
anak merasa cemas jika harus berkunjung ke dokter gigi karena anak merasa bahwa alat-alat
yang berada di dalam tempat praktek menakutkan dan mengakibatkan rasa nyeri. Oleh karena
itu, diperlukan keterampilan khusus dari dokter gigi untuk memberikan perawatan yang baik
tanpa memberi suatu trauma psikis yang akan membuat anak semakin anti terhadap dokter
gigi.
B. Skenario Seorang anak laki-laki berusia 6,5 tahun(px) datang ke praktek dokter gigi
bersama ayahnya menyampaikan keluhan sebagai berikut. Gigi depan atas sering bengkak
dibagian atas dan sakit kemudian pecah dan sembuh sendiri. Pada saat pecah rasanya asin.
Sekarang sedang tidak bengkak. Minta untuk dicabut gigi tersebut. Anamnesa: sakit dan
bengkak tersebut sudah berulang-ulang, takut disuntik, kadang bernanah dan pecah sendiri.
Tidak adak kelainan pembekuan darah dan penyakit sistemik yang lain. Tidak ada alergi
terhadap bahan anastesikum topical. Px tidak dapat minum obat berbentuk kapsul dan tablet.
Pemeriksaan intra oral: karies profunda perforasi, mahkota hampir habis, gigi gangren, tidak
ada luksasi, ada fistula di apeks pada gigi 51 dan 61 Pemeriksaan radiografi: akar gigi 51 dan
61 tidak resorbsi, apikal gigi 61 terlihat radiolusen. Gigi 51 dan 61 terlihat tumpang tindih
dengan 11 dan 21 (terlihat pada radiograf) Berdasarkan hal tersebut dianjurkan untuk
dilakukan pencabutan gigi dengan dibantu injeksi anastesi infiltrasi. Selesai dilakukan
pencabutan: diberikan resep untuk menunjang penyembuhan, dengan dosis berdasarkan usia.
Keterangan: (R=kanan)
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara infeksi yang berulang-ulang dengan kelainan gigi ?
2. Bagaimana interpretasi dari radiografi skenario ini ?
3. Apa diagnosa dari skenario kasus tersebut ?
4. Apa saja pengaruh gigi 51 dan 61terhadap pasien jika tidak dicabut ?
5. Bagaimana cara operator mengatasi ketakutan pasien terhadap suntik ?
6. Adakah pengaruh anastetikum terhadap benih gigi ?
7. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi sulung ?
8. Bagaimana teknik pencabutan gigi sulung dan alat apa saja yang digunakan ?
9. Apa saja medikasi yang diperlukan untuk post perawatan ?
D. Learning Object
1. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan pertimbangan pencabutan gigi
sulung
2. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan persiapan ekstraksi gigi sulung
3. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan penatalaksanaan anastesi lokal
dan ekstraksi gigi sulung
4. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan komplikasi gigi sulung
5. Medikasi dan intruksi post operative
BAB II PEMBAHASAN STEP I
1. Fistula adalah muara saluran sebagai jalan keluar pus/nanah
2. Alergi adalah respon tubuh yang tidak normal dalam menghadapi benda asing
3. Luksasi adalah keadaan gigi yang goyang dimana kegoyangan terbut bisa dari segala arah
4. Anastesi infiltrasi adalah injeksi disekitar ujung saraf terminal pada rahang atas maupun
rahang bawah
5. Gigi gangreng adalah kematian gigi dalam keadaan steril
6. Anastetikum topikal adalah bahan anastesi lokal pada ujung saraf bebas. Berbentuk gel
atau spray dan diaplikasikan dengan cara dioleskan
STEP II
Apakah ada hubungan antara infeksi yang berulang-ulang dengan kelainan gigi ? 2.
Bagaimana interpretasi dari radiografi skenario ini ? 3. Apa diagnosa dari skenario kasus
tersebut ? 4. Apa saja pengaruh gigi 51 dan 61terhadap pasien jika tidak dicabut ? 5.
Bagaimana cara operator mengatasi ketakutan pasien terhadap suntik ? 6. Adakah pengaruh
anastetikum terhadap benih gigi ? 7. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pencabutan gigi
sulung ? 8. Bagaimana teknik pencabutan gigi sulung dan alat apa saja yang digunakan ? 9.
Apa saja medikasi yang diperlukan untuk post perawatan ?
STEP III
1. Berhubungan karena pembengkakan yang seringkali kali mengeluarkan nanah atau
sudah terjadi invasi bakteri pada jaringan priapikal akan mengakibatkan suatu kelainan
periapikal berupa abses periapikal.
2. Pemeriksaan penunjang radiografi : Gigi 51 dan 61 terlihat tumpang tindih dengan
11dan 21. Terdapat gambaran radiolusen pada apikal gigi 61. Diagnosa kelainan pulpa :
Abses periapikal
3. Anamnesa: menunjukan gigi depan atas sering sakit dan bengkak serta sudah
berulang-ulang kadang bernanah dan pecah sendiri. Tidak adak kelainan pembekuan
darah dan penyakit sistemik. Tidak ada alergi terhadap bahan anastesikum topical.
Pemeriksaan intra oral: karies profunda perforasi, mahkota hampir habis, gigi gangren,
tidak ada luksasi, ada fistula di apeks pada gigi 51 dan 61 Pemeriksaan radiografi: akar
gigi 51 dan 61 tidak resorbsi, apikal gigi 61 terlihat radiolusen. Gigi 51 dan 61 terlihat
tumpang tindih dengan 11 dan 21 (terlihat pada radiograf) Diagnosa Klinik : Gangren
Pulpa Totalis / Gangren Radiks Diagnosa kelainan pulpa : Abses periapikal
4. Infeksi akan timbul lebih lanjut, misal terjadi abses (seperti pada skenario) dan infeksi
akan menyebar ke daerah lain, misal terjadi turner hiperplasia (akan terjadi diskolorisasi).
Selain itu, mengganggu remineralisasi gigi permanen pengganti
5. Hipnoterapi untuk menghilangkan rasa takut anak dan mengalihkan perhatian anak ;
diberikan anastesi topikal terlebih dahulu karena anastesi tersebut dapat mengurasi rasa
sakit akibat injeksi anastesi infiltrasi ; dikomunikasikan dengan baik kepada anak dan
apa saja yang akan dilakukan dokter gigi dengan bahasa yang mudah dipahami ; operator
tidak boleh memperlihatkan tajamnya jarum suntik pada anak ; orang tua harus
kooperatif dalam mendukung proses pencabutan pada gigi anak
6. Tidak ada huungannya karena tujuan dari anastesi adalah untuk mematikan saraf
sementara pada daerah yang akan dilakukan suatu perawatan, misalnya untuk ekstraksi
gigi jadi bukan pada benih gigi. Anastesi justru memiliki hubungan dengan abses.
Anastesi lokal bersifat basa sedangkan abses bersifat asam (karena bakteri dalam abses
acidogenik) sehingga jika anastesi mengenai abses reaksi yang akan timbul adalah netral
7. Indikasi Pencabutan gigi sulung : tidak memiliki kelainan sistemik ; gigi supernumerry
; hendak dilakukan perawatan ortho ; gigi tinggal sisa akar atau tidak dapat dilakukan
perawatan saluran akar ; gigi permanen sudah waktunya tumbuh. Kontra indikasi
pencabutan : pasien yang sedang menjalani radioterapy ; memiliki kelainan darah ; gigi
masih bisa dilakukan perawatan saluran akar.
8. Caranya sama dengan gigi permanen tetapi alatnya lebih kecil karena menyesuaikan
dengan rongga mulut anak yang sempit dan kecil. Pada gigi insisivus sulung biasanya
digerakan ke arah lingual terlebih dahulu untuk melebarkan gigi dari soketnya.
Kemudian dilanjutkan ke arah labial untuk melepaskan gigi dari soketnya. Setelah itu
dilakukan gerakan rotasi untuk mengambil gigi dari rongga mulut
9. Pemberian amoxixilin sesuai dengan berat badan. Antibiotik : amoxcicilin, untuk anak
dosis disesuaikan dengan berat badan, bisa dijadikan puyer. Dosis 20-40mg/kgBB. BB >
20 kg 750-1500 mg. Analgesik : paracetamol syrup dosis 120mg/5ml, 2/3 sendok takar,
3x sehari
STEP IV STEP V
1. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan pertimbangan pencabutan
gigi sulung
2. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan persiapan ekstraksi gigi
sulung
3. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan penatalaksanaan anastesi
lokal dan ekstraksi gigi sulung
4. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan komplikasi gigi sulung
5. Mahasiswa mampu mengerti, memahami, dan menjelaskan komplikasi gigi sulung
medikasi dan intruksi post operative
STEP VII
1.Pertimbangan Pencabutan Gigi Sulung a. Identifikasi sisa jaringan keras gigi akibat
karies, maupun trauma. Kerusakan mahkot yang cukup besar pada skenario dapat
mempersulit adaptasi tang terhadap gigi yang akan dicabut. b. Identifikasi kelainan
periapikal dan struktur gigi yang berdekatan. Struktur gigi yang berdekatan perlu
dilakukan pengamatan, karena jika didapatkan malposisi dan berjejal dapat mempersulit
adaptasi tang. Kelainan Periapikal seperti hipersementosis, sclerosis tulang, dan ankilosis
dapat mempersulit pencabutan dengan menggunakan tang. Pada kasus kelainan
periapikal ini metode pencabutan mengguakan tang merupakan kontra indikasi. Metode
yang digunakan pada kaus-kasus ini adalah Open Method Retraction. c. Bentuk, Jumlah,
serta pola akar Akar yang melengkung dengan ekstremitas yang sangat tajam (dilaserasi)
menjadi faktor penyulit dalam pencabutan dengan menggunakan tang. d. Tekanan
terkontrol Kondisi tekanan terkontrol dapat tercipta dari posisi operator dan posisi pasien
yang tepat, serta metode teknik pencabutan yang dipilih efektif sesuai kondisi gigi yang
akan dicabut.
2. Persiapan Ekstraksi Gigi Sulung Pra Anastesi dan Ekstraksi Persiapan pra anestesi
dan eksodonsia ini mencakup tiga persiapan,yaitu persiapan diri, persiapan alat dan
bahan, dan persiapan pasien. a. Persiapan diri harus sehat fisik dan psikis, memiliki
pengetahuan dan keterampilan teknik anestesi yang memadai dan memiliki mental yang
baik untuk mengatasi apabila terjadi keadaan yang mengancam jiwa pasien. b. Persiapan
alat dan bahan anestesi yang biasa digunakan adalah syringe untuk menyutikkan bahan
atau agen anestesi lokal ke daerah yang akan dianestesi. Hal ini perlu diperhatikan agar
penyuntikan berjalan cepat dan lancar. Kemudian siapkan mukosa yang akan disuntik,
dan siap dilakukan penyuntikan langsung pada daerah yang dikehendaki. Penggunaan
jarum yang disposable. Hal ini bertujuan untuk menghindari resiko menularkan infeksi
dari pasien yang satu ke pasien yang lain. Kebanyakan injeksi menggunakan jarum
pendek dengan panjang 2 atau 2,5 cm. Jarum panjang dengan ukuran 3 cm biasanya
digunakan untuk blok gigi inferior, Jarum halus (30 gauge) digunakan untuk infiltrasi
dan jarum tebal (27 gauge) digunakan untuk semua injeksi lain. c. Evaluasi pra anestesi
dilakukan melalui anamnesis serta evaluasi kondisi fisik pasien. Dalam anamnesis pasien
ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita. Penyakit-penyakit
yang umumnya ditanyakan kepada pasien dalam evaluasi pra anestesi adalah kelainan
jantung, hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergi terhadap obat, hipertensi,
rematik, asma, anemia, epilepsi, serta kelainan darah. Obat-obatan yang sedang
dikonsum si, riwayat alergi, dan beberapa keluhan-keluhan yang mungkin dialami oleh
pasien. Dalam evaluasi pra anestesi ini pula ditanyakan tentang ketakutan pasien sebelum
dilakukan anestesi sehingga keadaan psikologis pasien dapat dievaluasi
4. Komplikasi Pencabutan Gigi Sulung a. Dislokasi TMJ : Komplikasi ini pada
pencabutan dapat dicegah bila pembukaan rahang bawah tidak sampai maksimal dan bila
rahang bawah dipegang (fiksasi) dengan baik oleh operator selama pencabutan. b.
Perdarahan Berlebihan : Terjadi jika pasien ternyata mempunyai riwayat penyakit
kelainan darah c. Kerusakan pada gusi Bila gusi menempel pada gigi yang akan dicabut
dari soketnya, gusi harus dipisahkan secara hati-hati dari gigi dengan menggunakan
raspatorium (dengan gunting/scalpel) sebelum gigi dikeluarkan. BAB III KESIMPULAN
Anamnesa Diagnosa Indikasi dan Kontra Indikasi Persiapan Ekstraksi Komplikasi
Penatalaksanaan Ekstraksi Medikasi dan Post Intruksi 1

Anda mungkin juga menyukai