Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Data Umum Pasien

Nama : Annisa Endriani

Umur : 18 tahun

Alamat : Jl. Minahasa no. 6

Jenis Kelamin : Perempuan

No. Rekam Medis : 002499

Pekerjaan : Mahasiswa

Tanggal Pemeriksaan : 25 Agustus 2014

II. Pemeriksaan subjektif :

Pasien datang dengan keluhan gigi depan bawah jarang-jarang dan

gigi atas berjejal. Pasien merasa gigi depan pada rahang bawahnya jarang-

jarang, sehingga menjadi tempat penumpukan sisa makanan.

III. Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit jantung : YA / TIDAK

Hipertensi : YA / TIDAK

Diabetes Melitus : YA / TIDAK

Asma/Alergi : YA / TIDAK

Penyakit Hepar : YA / TIDAK

Penyakit Ginjal : YA / TIDAK

Kelainan Darah : YA / TIDAK

3
Lain-lain : YA / TIDAK

IV. Riwayat Penyakit Terdahulu

Umur :

1 – 6 bulan : pasien sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

6 bulan – 5 tahun : pasien sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

5 – 12 tahun : pasien sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

12 – 19 tahun : pasien sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

19 – sekarang : pasien sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

V. Kondisi Umum

Keadaan Umum : sehat

Tensi : 120 / 80 mmHg

Pernafasan : 20 x / menit

Suhu : Afebris

Nadi : 80x / menit

VI. Pemeriksaan objektif :

1. Pemeriksaan Ekstra Oral:

Bentuk kepala : Mesocephali

Bentuk muka : Leptoprosop

Profil : Cembung

Posisi rahang

Maksila : Normal

4
Mandibula : Normal

Garis Simon : Normal

Otot-otot

Mastikasi : Normal

Bibir bawah : Normal

Bibir atas : Normal

Bibir waktu reposisi : Tertutup

2. Pemeriksaan Intra Oral:

Kebersihan Mulut       : baik/sedang/buruk

Plak : ada  

Kalkulus     : tidak ada

Gingiva : tidak ada kelainan

Mukosa Bukal : tidak ada kelainan

Mukosa Labial : tidak ada kelainan

Palatum Durum : tidak ada kelainan

Palatum mole : tidak ada kelainan

Frenulum : tidak ada kelainan

Lidah : tidak ada kelainan

Dasar Mulut : tidak ada kelainan

5
VII. Status Gigi Geligi

Odontogram :

18   17     16   15    14    13    12    11     21    22    23    24    25   26    27   28

55     54     53     52     51     61     62     63     64     65    

85     84     83     82     81     71     72     73     74     75    

48    47   46    45    44     43    42    41    31    32   33    34     35    36   37 38

Gambar 2.1 Kondisi gigi geligi pasien

VIII. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto rontgen : panoramic dan cephalometri

2. Model studi dan model kerja

IX. Diagnosis

Diagnosa : Maloklusi Klas I tipe I Dewey dengan skeletal kelas I dan

dengan diastema anterior rahang bawah

6
X. Rencana Perawatan :

1. Dental Health Education

2. Scalling rahang atas dan rahang bawah

3. Pembuatan alat orthodonti lepasan RA dan RB untuk mengkoreksi

gigi yang berejejal.

RA : Pencarian ruang dengan slicing dan digunakan labial bow

untuk meretraksi gigi 1.1, 1.2, 2.1 dan 2.2

RB : digunakan labial bow dan adam’s clasp

Pencarian ruang RA 3,5 mm dengan slicing gigi 1.1, 1.2, 1.3, 2.1,

2.2 dan 2.3

4. Pro kontrol

5. Retainer

XI. Langkah Perawatan

Kunjungan I ( 25 Agustus 2014)

1. Pemeriksaan subjektif, objektif, penegakkan diagnosa dan penentuan

rencana perawatan

2. Pro rontgen panoramic dan cephalometri

Kunjungan II (26 Agustus 2014)

1. Pengisian rekam medik ortodonti (terlampir)

2. Pengambilan foto wajah dan foto profil

3. Pencetakan rahang atas dan rahang bawah

7
Gambar 2.2 Model cetakan rahang atas dan rahang bawah

4. Pembuatan model kerja dan model studi rahang atas dan rahang

bawah

5. Penanaman model studi dalam basis segi tujuh

Gambar 2.3 Penanaman model dalam basis segi tujuh

8
Kunjungan III (1 september 2014)

1. Analisa foto rontgen

a. Analisa Skeletal

No. Min Rata-rata Max Indonesia Pasien


1 Facial Angle 820 87,80 950 87,20 870
2 Angle of Convexity 8,50 00 100 +5,30 20
3 SNA 710 810 890 82,40 800
4 SNB 69,50 780 82,50 78,90 770
5 SNA-SNB 4,50 42,80 470 43,50 30
6 Sudut Frankrut Mandibula 170 220 280 25,90 220
7 Y-Axis 530 59,40 660 62,10 610
8 Sudut Gonion - 1200 - 120,80 1260

Gambar 2.4 Tracing rontgen cepalometri

b. Hubungan dentoskeletal dengan profil

No. Min Rata-rata Max Indonesia Pasien


1 Sudut I terhadap FHP 1070 115,50 1040
2 Sudut I terhadap I 1300 1350 1500 1210 1290
3 IMPA 850 900 920 990 88,50
4 FMIA 650 72,50
5 Protrusi I 4mm 12,7 mm 15mm 5mm
6 Kedudukan terhadap profil
a. Jarak incisal I terhadap
-2mm +0,5mm ±3mm 0,5mm
A-Pg
b. Sudut I terhadap A-Pg 150 220 260 150

Setelah dilakukan pengukuran, didapat overbite 4,5 mm dan overjet

sebesar 5 mm.

2. Analisa foto wajah dan foto profil

9
Gambar 2.5 Foto wajah dan foto profil

Berdasarkan gambar 2.5 dapat disimpulkan bahwa :

a. Sudut bibir simetris, dilihat dari sudut bibir kiri dan kanan yang

letaknya segaris

b. Midline segaris

c. Profil muka cembung, dilihat dari titik pertemuan Lca-Lcb yang

berada di depan titik pertemuan Gl-Pg.

3. Analisa model studi

Gigi Rahang Atas Rahang Bawah


Kanan Kiri Kanan Kiri
I1 8 mm 8,4 mm 6 mm 6 mm
I2 7 mm 7 mm UE UE
C 8,5 mm 8,5 mm 6,9 mm 6,9 mm
P1 6,9 mm 7,1 mm 6,9 mm 7 mm
P2 7 mm 6,9 mm 7 mm 7 mm
M1 10 mm 10 mm 11 mm 10,9 mm

4. Diskrepansi Lengkung

Rahang Atas dan Bawah.

10
Kekurangan ruangan pada rahang atas 3,5 mm dan pada rahang

bawah kelebihan ruangan 1 mm.

Gambar 2.6 Diskrepansi Lengkung

Proses lab (24 September 2014)

1. Melengkapi pengisian rekam medik ortodonti

2. Membuat desain piranti lepasan rahang atas dan rahang bawah

3. Pembuatan desain piranti pada model kerja rahang atas dan rahang

bawah

4. Pembuatan piranti rahang atas dan rahang bawah

5. Pembuatan plat basis rahang atas dan rahang bawah

6. Penanaman model kerja dalam kuvet

7. Boiling out

8. Manipulasi akrilik

9. Curing

10. Finishing dan polishing

Kunjungan IV (7 Oktober 2014)

11
1. Pemasangan piranti orthodonti lepasan

2. Perhatikan ada atau tidaknya traumatik oklusi

3. Instruksi kepada pasien cara pemasangan dan pemeliharaan plat

orthodonti lepasan

Kunjungan V (15 Oktober 2014)

Kontrol I

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Kunjungan VI (21 Oktober 2014)

Kontrol II

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Kunjungan VII (29 Oktober 2014)

Kontrol III

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

12
Kunjungan VIII dan IX (4 Desember 2014)

Kontrol IV

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,5 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 1 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

Kunjungan X (11 Desember 2014)

Kontrol V

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,1 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,9 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

13
Kunjungan XI (23 Desember 2014)

Kontrol VI

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,1 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,9 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

Kunjungan XII (30 Desember 2014)

Kontrol VII

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,1 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,6 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

14
Kunjungan XIII (6 Januari 2015)

Kontrol VIII

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,01 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,5 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

Kunjungan XIV (15 Januari 2015)

Kontrol IX

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,01 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,5 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

15
Kunjungan XVI (21 Januari 2015)

Kontrol X

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,01 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,1 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

Kunjungan XVII (28 Januari 2015)

Kontrol XI

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,001 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,01 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

16
Kunjungan XVIII (4 Februari 2015)

Komtrol XII

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0,001 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0,001 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

Kunjungan XIX (6 Maret 2015)

Komtrol XIII

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

17
Kunjungan XX (13 Maret 2015)

Komtrol XIV

Slicing mesial distal gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3

Ukur jarak diastema pada gigi.

Rahang Bawah

Diastema antara 3.3 dan 3.4 = 0 mm

Diastema antara 4.3 dan 4.4 = 0 mm

Aktivasi labial bow Rahang Atas dengan cara mengecilkan loop pada gigi C

rahang atas.

Aktivasi labial bow Rahang Bawah dengan cara mengecilkan loop pada gigi

P rahang bawah.

Kemajuan perawatan :

Sebelum Perawatan Sesudah Perawatan

18
19

Anda mungkin juga menyukai