Anda di halaman 1dari 3

Primary Herpetic Gingivostomatitis

Definisi Primary Herpetic Gingivostomatitis adalah pola yang paling umum dari gejala
infeksi herpes primer, dan pada sebagian besar kasus, ini terkait dengan infeksi
HSV-1 (Gupta et al., 2017).
Tipe Lesi Ulseratif (Ulser) (Mohan et al., 2013).
Klasifikasi Lesi merah (Mohan et al., 2013).
Lesi
Etiologi Kebanyakan infeksi herpes ditularkan dari orang yang terinfeksi virus HSV tipe 1 ke
orang lain melalui kontak langsung dengan lesi atau cairan tubuh yang terinfeksi,
misalnya eksudat vesikuler, air liur, dan cairan genital (Mohan et al., 2013).
Predisposisi Faktor predisposisi adalah sistem kekebalan yang buruk, seringkali menyertai
kondisi infeksi akut seperti pneumonia, meningitis, influenza, tifus, infeksi
mononukleosis dan kondisi stres (Putri and Rahmayanti, 2017)
Histopatologi Gambaran histologisnya adalah berupa degenerasi sel epitel stratified squamous,
acantholysis, dan pembentukan infiltrat inflamasi di sekitar kapiler dermis.
Karakteristik badan inklusi intranuclear yang dikenal sebagai Cowdry tipe A
ditemukan di mikroskop yang menunjukkan susunan kapsid virus dan glikoprotein
padat elektron. Badan cowdry tipe A adalah badan inklusi eosinofilik yang juga
ditemukan pada varicella-zoster, membuat lesi histologis gingivostomatitis herpes
dan varicella tidak dapat dibedakan. Imunohistokimia langsung (direk)
menggunakan antibodi fluoresen dapat digunakan untuk membedakan lebih lanjut
antara virus herpes dan virus varicella (Aslanova et al., 2020)
Lokasi Palatum durum, attached gingival dan dorsum lidah dan mukosa bukal dan labial
non-keratin, ventral lidah dan palatum mole (Mohan et al., 2013).
Tampilan Ulkus yang biasanya berukuran 1-5 mm dan bergabung membentuk ulkus yang lebih
Klinis besar dengan tepi scalloped dan eritema di sekitarnya. Gingiva sering berwarna
merah menyala, dan mulut terasa sangat sakit, menyebabkan kesulitan makan
(Mohan et al., 2013).
Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjangm (Mohan et al., 2013) :
Penunjang  Kultur virus dianggap sebagai gold standar dan paling sensitif dari teknik
diagnostik, tetapi umumnya terbatas dibawah pengawasan rumah sakit.
 Teknik imunofluoresensi langsung juga tidak tersedia dan terbatas terbatas
dibawah pengawasan rumah sakit.
 Tes Tzanck menunjukkan sel raksasa multinucleated epithelial (multinucleated
epithelial giant cells ) yang konsisten dengan infeksi virus herpes. Biasanya hanya
mendeteksi sekitar 60% dari infeksi virus herpes simpleks (HSV).
 Smear juga tidak memberikan informasi apakah agen virus tersebut adalah virus
HSV-1, HSV-2 atau Varicella Zooster.
Perawatan Pasien diinstruksikan untuk makan makanan bergizi dan makanan yang sudah
dilembutkan serta obat-obatan berikut diresepkan (Mohan et al., 2013) :
 Acyclovir 200 mg lima kali sehari dengan cara diminum dengan air lalu ditelan
 Obat kumur benzydamine hydrochloride (0,15 g / 100 mL) diresepkan untuk
menghilangkan gejala dari sensasi terbakar
 Analgesik dan antipiretik (Aceclofenac 100 mg dan Paracetamol 500 mg)
diberikan untuk mengatasi demam dan malaise
Patofisiologi Infeksi HSV-1 dimulai dengan gejala prodromal seperti demam, kehilangan nafsu
makan, malaise dan mialgia. Dalam beberapa hari gejala prodromal, eritema dan
kelompok vesikel dan / atau ulkus muncul di palatum durum, attached gingival dan
dorsum lidah dan mukosa bukal dan labial non-keratin, ventral lidah dan palatum
molle. Vesikel merusak untuk membentuk ulkus yang biasanya berukuran 1-5 mm
dan bergabung membentuk ulkus yang lebih besar dengan tepi scalloped dan eritema
di sekitarnya. Gingiva sering berwarna merah menyala, dan mulut terasa sangat
sakit, menyebabkan kesulitan makan (Mohan et al., 2013).
Patogenesis Bentuk HSV tipe 1 memiliki struktur yang serupa, tetapi berbeda dalam
antigenisitas, meskipun HSV-2 dikenal memiliki virulensi yang lebih besar. Secara
struktural, virus herpes terdiri dari tiga komponen:
 Cangkang kapsid (Capsid Shell) : yang terdiri dari protein dan DNA beruntai
ganda.
 Envelope : yang terdiri dari lapisan ganda lipid (bilayer lipid) dengan 11
glikoprotein tertanam, empat di antaranya penting untuk masuknya virus ke dalam
sel inang.
 Tegument : yang merupakan daerah berprotein antara kapsid dan selubung.
Setelah terpapar, virion menempel pada sel inang yang dimediasi oleh protein virus
terkait envelope. Setelah virus masuk ke dalam sitoplasma, ia kehilangan protein
kapsidnya melalui proses yang dikenal sebagai pelapisan dan asam nukleat virus
diangkut ke dalam inti sel inang. Dalam inti sel inang, genom virus direplikasi. Pada
langkah berikutnya, genom virus baru ditranskripsi menjadi mRNA, yang kemudian
ditranslokasi ke ribosom sel inang. Protein virus yang disintesis oleh ribosom sel
inang dirakit dengan genom virus duplikat. Perakitan diikuti oleh pematangan,
proses yang penting agar virion yang baru terbentuk menjadi infeksius. Virus yang
baru disintesis, pada gilirannya, dapat menginfeksi sel epitel lain atau memasuki
ujung saraf sensorik (Mohan et al., 2013).
Differential Infeksi herpes simpleks recurrent (Recurrent herpes simplex infection), Stomatitis
Diagnosis aftosa mayor, Eritema multiforme (Mohan et al., 2013).

Daftar Pustaka :

1. Aslanova, Minira., Ali, Rimsha ., Zito, Patrick M. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing. Last Update: June 26th, 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526068/
2. Mohan, Ravi Prakash Sasankoti., Verma, Sankalp ., Singh, Udita., Agarwal, Neha. Case
Report : Acute Primary Herpetic Gingivostomatitis. 2013. BMJ, doi:10.1136/bcr-2013-
200074.
3. Putri, Andi Anggun Mauliana., Rahmayanti, Febrina. Management of Acute (Primary)
Herpetic Gingivostomatitis in Immunocompetent Adult Patient: A Case Report. 2017.
International Dental Conference of Sumatera Utara, volume 8: 30-33.
4. Gupta, R., P, Ranjan., I, Gupta., N, Das. Primary Herpetic Gingivostomatitis in an Adult
Patient: A Case Report. 2017. Rama Univ J Dent Sci, 4(2): 30-33.

Anda mungkin juga menyukai