Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP FORENSIK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Islam sangat memperhatikan keselamatan
hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada
di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya.
Islam melarang orang menganiaya, menyakiti,
atau bahkan sampai membunuh orang lain.

‫س أمنو مفمسا دد مفي ٱنلمنر م‬


‫ض مفمكأ مننمما مقمتمل ٱلننا م‬
‫س مجممي ععا موممنن‬ ‫ ممن مقمتمل مننفسمسا مبمغنيمر مننف س‬...
(32 :‫ )المائدة‬... ‫س مجممي ععاا‬ ‫أمنحميامها مفمكأ مننمما أمنحميا ٱلننا م‬

... “barangsiapa yang membunuh seorang


manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya...
Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya ...
Bahkan jika seseorang sudah
meninggal, diperintahkan untuk
segera dalam mengurus mayatnya.
Rasulullah bersabda:
‫مون ههها‬‫قد مد‬ ‫ة فه ه‬
‫خي يرر ت م ه‬ ‫ح ة‬
‫صال ل ه‬
‫ه‬ ‫م‬
‫ك‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ن‬
‫ي‬ ‫إ‬‫ه‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ز‬
‫ه‬ ‫نا‬
‫ه‬ ‫ج‬ ‫ي‬
‫عوا لبال ل‬ ‫سر ل م‬ ‫أ ي‬
‫ل‬
‫ن رلهقاب لك م ي‬
‫م‬ ‫ه عه ي‬ ‫ضمعون ه م‬ ‫شرر ت ه ه‬ ‫ك فه ه‬ ‫وى ذ هل ل ه‬ ‫س ه‬‫ك ل‬ ‫ن يه م‬‫وهإ ل ي‬
Segerakanlah penyelenggaraan jenazah.
Karena, apabila jenazah itu orang shalih
maka kalian telah berbuat baik untuknya.
Sedangkan jika jenazah itu bukan orang
baik maka agar kalian segera meletakkan
benda jelek dari pikulan kalian. [HR al-
Bukhâri, no. 1252].
Dalam prakteknya, adakalanya perintah ini
tidak terlaksana. Salah satu alasannya
adalah untuk membedah mayat
tersebut.
Pembahasan ini sangat penting untuk
diketahui hukumnya, karena
pembedahan mayat tersebut sudah
merupakan perlakuan yang biasa
didengar, terlebih lagi bila
pembedahan itu bertujuan untuk
belajar bagi calon dokter. Banyak
mayat yang jadi sasaran perlakuan
ini, bahkan biasanya menjadi sarana
untuk memperjualbelikannya.
Masalah yang timbul dari fenomena tersebut adalah
mengenai perlakuan tidak wajar terhadap mayat
manusia dengan cara mengutak-atik organ
tubuhnya. Padahal, ini tidaklah selayaknya
diperlakukan pada jasad manusia. Terlebih lagi bila
ditinjau dari hukum Islam.
Firman Allâh Azza wa Jalla :
‫ن الط طي دهبا ل‬
‫ت‬ ‫م ه‬
‫م ل‬ ‫م لفي ال يب هدر هوال يب ه ي‬
‫حرل وههرهزقيهناهم ي‬ ‫مل يهناهم ي‬‫ح ه‬‫م وه ه‬
‫مهنا ب هلني آد ه ه‬ ‫وهل ه ه‬
‫قد ي ك هطر ي‬
‫ضيةل‬
‫ف ل‬ ‫خل ه ي‬
‫قهنا ت ه ي‬ ‫ن ه‬‫م ي‬ ‫م ط‬‫ى ك هلثيرر ل‬ ‫ضل يهناهم ي ه‬
‫م ع هل ى‬ ‫وهفه ط‬
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,
Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
[al-Isrâ`/17:70]
Hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa 
‫تك ه‬
‫كككس‬ ‫كك‬ ‫سككمر ع هظ يم ل ككل يا ه‬
‫مي ل د‬ ‫حيياكك ك ه ي‬
‫ه‬ sallam
Memecahkan tulang mayat hukumnya
seperti memecahkan tulangnya ketika ia
masih hidup. [HR Abu Dawud, no. 3209.

Forensik adalah sebuah penerapan dari


berbagai ilmu pengetahuan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
penting untuk sebuah sistem hukum yang
mana hal ini mungkin terkait dengan
tindak pidana.
Ilmu Forensik adalah ilmu untuk
melakukan pemeriksaan dan
pengumpulan bukti-bukti fisik yang
ditemukan di tempat kejadian perkara
dan kemudian dihadirkan di dalam
sidang pengadilan.
Forensik (berasal dari bahasa Yunani
’Forensis’ yang berarti debat atau
perdebatan) adalah bidang ilmu
pengetahuan yang digunakan untuk
membantu proses penegakan keadilan
melalui proses penerapan ilmu (sains).
Ilmu kedokteran forensik, disebut
juga ilmu kedokteran kehakiman atau
yurisprudensi medis, merupakan
salah satu mata ajaran wajib dalam
rangkaian pendidikan kedokteran di
Indonesia.
Hukum membedah mayat dalam
Islam
Berdasarkan tujuannya, bedah mayat
dapat dibagi tiga, yakni bedah mayat
pendidikan (autopsi anatomis), bedah
mayat keilmuan (autopsi klinis), dan
bedah mayat kehakiman (autopsi
forensik).
Dalam permasalahan ini, Majelis Ulama
Besar di Saudi Arabia telah melakukan
pembahasan mengenai hal ini dalam
muktamar mereka ke sembilan tahun
1396 H / 1976 M. Pertemuan itu
melahirkan keputusan sebagai berikut:
Untuk keperluan otopsi, baik otopsi forensik
maupun otopsi medis, maka Majelis Ulama
Besar memutuskan, boleh membedah
mayat untuk keperluan tersebut. Dengan
pertimbangan, adanya maslahat yang
besar dibalik otopsi ini.
Karena, otopsi forensik bertujuan untuk
menegakkan hukum pidana sehingga
terciptanya keamanan dalam masyarakat.
Sedangkan otopsi medis, bertujuan
terjaganya masyarat dari penyakit mewabah.
Menurut pertimbangan majelis, kedua
maslahat ini lebih besar dibandingkan
dengan mafsadat membedah mayat. Jadi,
bedah mayat untuk tujuan ini dibolehkan
walaupun mayat tersebut adalah mayat
orang muslim ataupun mayat orang kafir
ma’shûm (yang dilindungi oleh hukum Islam,
seperti kafir dzimmi).
Bedah mayat pendidikan adalah pembedahan
mayat dengan tujuan menerapkan teori
yang diperoleh oleh mahasiswa kedokteran
atau peserta didik kesehatan lainnya
sebagai bahan praktikum tentang ilmu urai
tubuh manusia (anatomi).

Bedah mayat keilmuan (autopsi klinis)


adalah bedah mayat yang dilakukan
terhadap mayat yang meninggal di rumah
sakit setelah mendapat perawatan yang
cukup dari para dokter.
Adapun jenis bedah mayat untuk belajar. Dalam
hal ini majelis mempertimbangkan beberapa
hal, di antaranya:
Bahwa syariat Islam datang dengan tujuan
membawa maslahat serta memaksimalkannya;
dan menolak mafsadat serta
meminimalkannya.
Bedah mayat untuk belajar medis ini ada
maslahat yang besar, seperti yang sudah
diketahui terkait dengan kemajuan dalam ilmu
medis.
Belum adanya hewan yang bisa menggantikan
jasad manusia guna memenuhi kebutuhan
pembelajaran ini.
Bedah mayat ini biasanya dilakukan
dengan tujuan mengetahui secara
mendalam sifat perubahan suatu
penyakit, setelah dilakukan
pengobatan secara intensif terlebih
dahulu semasa hidupnya. Disamping
itu, bedah ini juga bertujuan untuk
mengetahui secara pasti jenis
penyakit mayat yang tidak diketahui
secara sempurna selama ia sakit.
Sedangkan bedah mayat dengan tujuan
forensik merupakan salah satu upaya
penegakan hukum secara adil, karena
upaya menetapkan hukum secara adil
adalah wajib hukumnya (QS. 4: 58).
‫س مأن‬ ‫ن‬
‫نا‬ ‫ٱل‬ ‫ن‬
‫م‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫ب‬
‫م‬ ‫ت‬
‫تم‬ ‫م‬‫ن‬ ‫م‬
‫ك‬ ‫ح‬
‫م‬ ‫م‬
‫ذا‬ ‫إ‬‫و‬‫م‬ ‫ها‬
‫م‬ ‫م‬ ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫م‬ ‫أ‬ ‫ى‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫إ‬ ‫ت‬
‫م‬ ‫م‬
‫ن‬ ‫إنن ٱنل مينأتمترتك نم مأن تتمؤددواا ٱنلمىمم ى‬
‫م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫م‬
٥٨ ‫صيعرا‬ ‫ل مكامن مسمميسمعا مب م‬ ‫ظتكم مبمهۦىۦ إمنن ٱ من‬ ‫ل منمعنما ميمع ت‬ ‫متنحتكتمواا مبٱنلمعندامل إمنن ٱ من‬
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, ...
... dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat.
Pembedahan mayat dengan tujuan
sebagai alat bukti dalam tindak pidana
dapat dibenarkan, sebab alat bukti
merupakan salah satu unsur dalam
proses perkara di pengadilan.
Karena pembedahan itu merupakan
kebutuhan darurat (kedokteran dan
keadilan hukum) dan untuk
kemaslahatan manusia, maka hal ini
sejalan dengan kaidah fikih yang
mengatakan “yang darurat itu
dilakukan sekedar keperluan” dan
"kemaslahatan umum itu diutamakan
dari kemaslahatan perorangan
(khusus)."
Kaidah hukum Islam menyatakan:
.‫الضرورة تبيح المحضورات‬
Keadaan darurat itu membolehkan hal-
hal yang dilarang.
‫ذ‬
‫در ت هعهذ لرها‬ ‫م‬
‫ما أبيح للضرورة بق ي‬
Sesuatu yang diperbolehkan karena
terpaksa, adalah menurut kadar
halangannya.
‫سد هةل‬‫ف ه‬ ‫م ي‬ ‫حةل وه د هفيلع يال ه‬
‫صل ه ه‬ ‫ب يال ه‬
‫م ي‬ ‫جل ي ل‬
‫لل ه‬
Untuk mengusahakan kemaslahatannya
dan menghilangkan kemudaratannya.

Anda mungkin juga menyukai