Anda di halaman 1dari 28

1

PROPOSAL TESIS
Judul

: Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi


Matematika Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siswa Kelas VII
SMPS Sukma Bangsa Pidie

Oleh

: Sugeng Handayani

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting di
dalam dunia pendidikan. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, peran matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki nilai
esensial yang dapat diterapkan diberbagai bidang kehidupan. Pola pikir matematika
juga menjadi sebuah adalan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Begitu
pentingnya matematika tetapi kurang dibarengi dengan semangat keilmuan oleh
peserta didik di sekolah-sekolah. Matematika adalah sebuah pelajaran yang dianggap
sebagai momok dan pelajaran yang dihindari oleh peserta didik. Kalau tidak ada
pelajaran matematika di sekolah dalam satu minggu saja, suasana sekolah seolaholah menjadi tampak segar dan penuh semangat.
Kurang semangatnya peserta didik

dalam belajar

matematika

berkorelasi dengan hasil PISA dan TIMSS. Berdasarkan analisis hasil PISA 2009,
Indonesia hampir semua peserta didik

hanya mampu menguasai pelajaran

matematika sampai level 3 (tiga) dari 6 (enam) level yang dirumuskan di dalam
studi PISA. Sementara negara lain yang terlibat di dalam studi ini banyak yang
mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan bahwa semua
manusia diciptakan sama. Sementara dari Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011

di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda. Peserta didik Indonesia untuk bidang matematika
lebih dari 95 % hanya mampu mencapai level menengah, sementara misalnya di
Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Dari hasil ke dua analisis diatas terlihat bahwa kualitas dari hasil yang
didapatkan peserta didik dalam mempelajari matematika. Tentu ini bukan kesalahan
mutlak dari siswa, semua yang berkecimpung didunia pendidikan patut dikoreksi dan
diperbaiki, terutama guru yang menjadi tumpuan kemajuan pendidikan.
Dari hasil Studi PISA dan TIMSS di atas pemerintah mencoba
memperbaiki

kualitas

pendidikan

terutama

pelajaran

matematika

dengan

mencanangkan kurikulum 2013 sebagai langkah strategis dalam menghadapi


globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Kurikulum 2013 yang
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan ilmiah (saintifik) sebagai katalisator utamanya. Pendekatan ilmiah
(scientific approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses
kerja yang memenuhi kriteria ilmiah yang meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Dalam pembelajaran guru juga
bebas berkreatifitas untuk mengolah
1
kelas sebaik mungkin

dengan menggunakan model-model pembelajaran salah

satunya Quantum Teaching. Model ini

membuat suasana menjadi menarik dan

menyenangkan sehingga matematika bukan lagi pelajaran yang menjadi momok atau
menakutkan. Apakah dengan pendekatan Saintifik model ini dapat menuntut siswa
berpikir kreatif, kritis, komunikasi, melatih nalar? Sehubungan dengan masalah di
atas maka akan dicobakan pada proses Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kreatif dan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siswa


Kelas VII SMPS Sukma Bangsa Pidie khususnya pada model pembelajaran
Quantum Teaching.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pendekatan
saintifik lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pendekatan
konvensional di SMPS Sukma Bangsa Pidie?
b. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
pendekatan saintifik lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan
pendekatan konvensional di SMPS Sukma Bangsa Pidie?
c. Bagaimana persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif
siswa tentang matematika?
d. Bagaimana persentase ketercapaian indikator kemampuan komunikasi
matematis siswa tentang matematika?
e. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa tentang matematika?
3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam proposal tesis ini adalah
sebagai berikut;
a. Untuk menelaah pencapaian peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa dengan penerapan pendekatan saintifik.

b. Untuk menelaah pencapaian peningkatan kemampuan komunikasi


matematis siswa dengan penerapan pendekatan saintifik.
c. Untuk melihat persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir
kreatif siswa
d. Untuk melihat persentase ketercapaian indikator kemampuan komunikasi
matematis siswa.
e. Untuk melihat pengaruh berpikir kreatif terhadap komunikasi matematis
siswa dengan pendekatan saintifik.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bearti
bagi peneliti, guru, siswa, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang
mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
atau masukan kepada guru dalam memberikan pelajaran yang dinilai sulit
dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran. Pendekatan saintifik
dengan model pembelajaran Quantum Teaching memberikan cara belajar
dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa
akan lebih bebas untuk

berkomunikasi dan berpikir kreatif dalam

menemukan pengalaman baru dalam pembelajarannya.


b. Manfaat Praktis
1) Manfaat bagi peneliti adalah memberikan sumbangan pengalaman
tentang berpikir kreatif dan komunikasi matematis dengan penerapan
pendekatan saintifik
2) Manfaat bagi siswa

a) Meningkatkan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam


pemecahan suatu masalah
b) Meningkatankan kemampuan komunikasi matematis dalam
pemecahan suatu masalah
c) Hasil belajar siswa meningkat pada materi dua garis sejajar
dipotong oleh garis lain
d) Siswa lebih termotivasi

dan lebih

mencintai

pelajaran

matematika
3) Manfaat bagu guru
a) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan pendekatan
saintifik

sebagai

pendekatan

yang

diharuskan

dalam

implementasi kurikulum 2013.


b) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tentang
berpikir kreatif dan komunikasi matematis untuk meningkatkan
prestasi siswa
c) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan pendekatan dan model
pembelajaran yang bervariatif sehingga pelajaran matematika
menjadi menarik.
4) Manfaat bagi sekolah adalah memberikan sumbangan yang baik
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, yang
menjadi hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pendekatan saintifik


lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional di
SMPS Sukma Bangsa Pidie.
b. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan
saintifik lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan pendekatan
konvensional di SMPS Sukma Bangsa Pidie.
c. Persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif siswa
tentang matematika.
d. Persentase ketercapaian indikator kemampuan komunikasi matematis siswa
tentang matematika.
e. Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan
komunikasi matematis siswa tentang matematika.

6. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pendapat mengenai hal-hal
yang dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi
operasional sebagai berikut:
a. Kemampuan berikir kreatif adalah
b. Kemampuan komunikasi matematika adalah proses menyatakan dan
menafsirkan

gagasan

mendemonstrasikannya,

matematika

secara

sehingga

siswa

lisan,

tertulis

dikatakan

atau

mampu

berkomunikasi dalam matematika jika mampu menyatakan dan


menafsirkan

gagasan

matematika

secara

lisan,

tertulis

atau

mendemonstarisikannya.
c. Pendekatan saintifik adalah pendekatan ilmiah metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari

objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur


dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik dengan
tahapan-tahapan

seperti

mengamati,

menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menalar,


dan mengkomunikasikan
d. Pembelajaran Konvensional adalah menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada siswa dengan cara guru sebagai subjek pembelajaran dan siswa
menjadi objek, jadi siswa diibaratkan seperti botol kosong yang akan
diisi oleh guru.

B. Landasan Teoritis
1. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Pendekatan pembelajaran matematika adalah adalah cara yang
ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan dapat beradaptasi oleh
siswa. Menurut Johar, dkk (2006:30)

mengemukakan bahwa pendekatan

pembelajaran adalah suatu bentuk pola aktifitas yang merupakan dasar pijakan guru
mengorganisir kegiatan belajar mengajar. Jadi pendekatan pembelajaran matematika
adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar matematika kepada
siswa di dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompok agar
pembelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik
sehingga siswa mempunyai kemampuan matematika.
2. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran merupakan proses

ilmiah. Karena

itu

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam


pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas

perkembangan

dan

pengembangan

sikap,

keterampilan,

dan

pengetahuan peserta didik. Metode ilmiah merujuk pada teknikteknik

investigasi

atas

fenomena

atau

gejala,

memperoleh

pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan


sebelumnya.

Untuk

dapat

disebut

ilmiah,

metode

pencarian

(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang


dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik.

Karena itu, metode ilmiah umumnya

memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan


ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis. Proses
pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan
ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran.
dilaksanakan

Dengan
dengan

demikian,

proses

dipandu

nilai-nilai,

pembelajaran
prinsip-prinsip,

harus
atau

kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi


kriteria seperti berikut ini.
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,

pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur


berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau
materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan

objektif

dalam

merespon

substansi

atau

materi

pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud

meliputi

mengamati,

menanya,

mengumpulkan

informasi,

mengasosiasi atau menalar, dan mengkomunikasikan.


3. Model Pembelajaran Quantum Teaching
Quantum Teaching pertama kali dipakai oleh Deporter. Mulai
dipraktekkan pada tahun 1992. Kuantum sendiri

memiliki arti sebagai sebuah

interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Sedangkan Quantum Teaching


berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansannya yang

10

menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment


belajar dalam kelas. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Sehingga dapat mengubah
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi
mereka sendiri dan orang lain.
Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching yaitu
setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan metode intruksional
dibangun diatas prinsip Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita
ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia
murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar. Untuk menjadi
seorang Quantum Teaching, maka seorang guru harus mampu mengorkestrasi
pembelajaran sesuai dengan modalitas dan gaya para pengajarnya.
Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap.
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang
dibagikan hingga rancangan pelajaran , dari alat bantu mengajar sampai alat
peraga, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2. Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan, semuanya.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan
menggerakan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama /
konsep yang akan dipelajari.
4. Alat setiap usaha

11

Belajar matematika jelas mengandung resiko. Belajar terjadi melangkah


keluar dari kenyamanan, maka mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Perayaan adalah serapan pelajaran sukses, perayaan atau pemberian
penguatan akan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan emosi positif dalam belajar matematika.

Adapun strategi pembelajaran Quantum Teaching sebagai berikut;


a. Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan
Suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang mempengaruhi belajar
akademis menurut Walberg dan Greenberg. Adapun kunci untuk
membangun suasana tersebut adalah
1) Kekuatan Terpendan ( NIAT )
2) Jalinan Rasa Simpati dan Saling Pengertian
3) Keriangan dan Ketakjuban
4) Rasa Saling Memiliki
5) Keteladanan
b. Mengorkestrasikan Landasan Yang Kukuh
1) Tujuan Yang Sama
2) Prinsip-Prinsip dan Nilai Yang Sama
3) Keyakinan Akan Kemampuan Pelajar, Belajar Dan Mengajar Seorang guru
harus yakin dengan kemampuan belajar siswanya.
4) Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan.
c. Mengorkestrasikan Lingkungan Yang Mendukung
1) Lingkungan Sekeliling
2) Alat bantu yakni benda yang mewakili gagasan.
3) Pengaturan bangku
4) Tumbuh, aroma, hewan peliharaan dan unsur organik lain dikondisikan
dengan serasi.
5) Musik
d. Mengorkestrasikan Perencanaan Pengajaran Yang Dinamis
1) Dari dunia mereka ke dunia kita
2) Modalitas Vak ( Visual Auditorial Kinestik )

12

a. Visual, ciri-ciri : Teratas, memperhatikan segala sesuatu, menjaga


penampilan, mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada
dibacakan, membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk
meningkatkan daya serap membutuhkan untuk dilihat dan diamati senang.
b. Auditorial, ciri-ciri : Perhatian mudah pecah, berbicara dengan pola
berirama, belajar dengan cara mendengarkan, dan bersuara saat membaca
untuk meningkatkan daya serat menggunakan suara seperti nyanyian,
puisi bahkan diskusi.
c. Kinestik, ciri-ciri : mudah Mengingat dan ungkapan wajah banyak
bergerak / belajar langsung dengan mengerjakan, senang dengan kegiatan
fisik untuk meningkatkan daya serap, memudahkan media, senang dengan
kegiatan fisik untuk meningkatkan daya serap, memudahkan media yang
dapat dipegang dan disentuj langsung.
d. Model kesuksesan dari sudut pandang
Ada dua factor utama yang membantu menentukan kesuksesan siswa
yakni kesulitan pelajaran dan derajat resiko pribadi. Hal-hal yang dapat
dilakukan guru untuk kesuksesan siswanya yakni, saat memperkenalkan
isi pelajaran selalu menyanyikan dengan menggunakan unsur V-A-K,
sering melakukan pengulangan, membuat kelompok kecil untuk
memantapkan belajar dan menyelesaikan secara perseorangan.
3) Kecerdasan Berganda bertemu Slum-n-Bil
Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah special visual, linguistic verbal,
interpersonal, musical ritmik, naturalis badan kinestik dan logis matematika.
Tetapi seorang guru harus keluar dari zona nyaman dalam mengajar dan
merancang pengajaran siswa harus diber kesempatan mengatur kecerdasan
sesuai dengan potensinya.
4) Penggunaan Metafora, perumpamaan dengan sugesti

13

Metafora dapat membantu menghidupkan konsep-konsep yang dapat


terlupakan memunculkannya ke dalam otak secar mudah dan cepat.
Perumpamaaan akan memudahkan siswa untuk lebih mengerti susegti
memiliki kekuatan mendalam.
Karekateristik model pembelajaran Quantum Teaching Sebagai berikut;
1. Sintakmatik
Agar proses pembelajarn dengan model quantum teaching ini dapat benar-benar
sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui tahap- tahapan di bawah ini yang sering
dikenal sebagai kerangka rancangan quantum teaching TANDUR yaitu :
a. Tahap pertama: Tumbuhkan
Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi dan semangat belajar
siswa. Dan memberi tahu siswa bahwa merekalah yang bertanggung jawab
atas pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajaran dengan masa depan
dan berguna dalam dunia nyata. Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa
yang sedang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya dikenal dengan
AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).
b. Tahap Kedua : Alami
Guru memberika pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami
otak untuk menjelajah. Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa
dan dapat menciptakn beberaap pertanyaan dalam benak mereka. Saaat
pengalaman terbentang, guru mengumpulkan inforamasi untuk memaknai
pengalamn tersebut. Inforamsi ini membuat yang abstrak menjadi konkrit.
c. Tahap Ketiga : Namai
Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman
mereka, maka penamaan dapat memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan
memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan,

14

dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus,


pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakan kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi dan sebuah masukan.
d. Tahap Keempat : Demonstrasi
Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan

kepada

siswa

untukmenunjukkan bahwa mereka tahu. Guru memberikan peluang untuk


menerjemahkan

dan

menerapkan

pengetahuan

mereka

ke

dalam

pembelajaran yang lain dank e dalam kehidupan mereka serta mampu


mempergakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yangg baru
saja mereka miliki.
e. Tahap Kelima : Ulangi
Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka
kepada orang lain. Tentunya, dengan menggunaka cara yang berbeda dari
asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa
aku tahu bahwa aku tahu ini. Dan tentunya menunjukan pelajar cara-cara
mengulang materi yang telah dibahas.
f. Tahap Keenam: Rayakan
Pada langkah terakhir ini, siswa menyimpulkan materi yang dipelajari hari
ini

dan

menuliskan

refleksi

pembelajaran.

Guru

memberikan

reward/penghargaan atas usaha, keberhasilan dan ketekunan kepada siswa


terbaik dan kelompok terbaik. Guru juga memberikan perayaan berupa
pujian dan

masing-masing siswa memberikan motivasi kepada teman

meraka.
2. Sistem Sosial
Sistem sosial model ini menghendaki guru berangkat dari asumsi bahwa guru
hanya sebagai fasilitator dan reflector saja. Yang lebih di utamakan adalah keaktifan

15

siswa. Karena siswa bertanggung jawab penuh ataspendidikan mereka sendiri . Peran
guru lebih dari sekedar pemberi ilmu pengetahuan, tetapi guru adalah rekan belajar,
model, pembimbing dan mengubah kesuksesan siswa. Artinya, kewenangan dibagi
antara siswa dan guru. Norma yang berlaku terletak pada kebesbasan berfikir dan
berpeilaku saat dalam proses pembelajaran. Ganjaran yang dipakai tidak bersifat
hukuman namun perayaan. Karena perayaan dapat memperkuat kesuksesan dan
motivasi siswa. Misalnya, berupa pujian,tepuk tangan, empati dari guru,dll. Dan
untuk menat asuasana hati siswa, dapat digunakan music saat proses pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip reaksi
Prinsip-prinsip reaksi dalam model pembelajaran ini diantaranya adalah
a. Guru mendekati siswa dan menciptakan AMBAK (Apa Manfaatnya
BagiKu) da memupuk sikap juara pada siswa. Sehingga siswa memahami
bahwa kegagalan itu keberhasilan yang tertunda.
b. Guru memberikan lingkungan belajar yang tepat agar siswa mampu
berinteraksi.
c. Mmberikan kesempatan siswa untuk memanfaatkan keterampilan yang
mereka miliki dan berfikir kreatif dalam segala situasi.
d. Guru harus harus mengetahui karakteristik masing-masing siswanya baik
itu visual,auditorial atau kinestetik. Agar pembelajaran dapat diterima baik
oleh siswa meski mereka mempunyai karakteristik yang berbeda.
e. Merayakan keberhasilan yang telah dilakukan oleh siswa saat mereka
mampu menyelesaikan tugasnya. Hal ini akan memacu motivasi dan
kepercayaan diri siswa.
4. Sistem Pendukung

16

Sarana yang dibutuhkan dalam model pembelajaran ini berbeda-beda,


tergantung pada fungsi dari pembelajaran itu sendiri. Jika pembelajaran itu
berhubungan dengan kontra akademik, maka sumber-sumber yang sesuai harus
tersedia. Namun jika pembelajaran itu berbicara tentang penyuluhan terhadap
masalah perilaku, maka tidak diperlukan sumber, tapi cukup dengan keterampilan
guru dalam menyuluh.

5. Dampak intruksional dan penyerta


Model pembelajaran Quantum Teaching memberikan dampak intruksional pada
siswa yaitu:
a. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapan pengetahuan
dalam bentuk bahasa lisan ataupun verbal.
b. Kemampuan keterampilan intelektual adalah kepekaan yang berhubungan
dengan lingkungan serta mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Kemampuan kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
kognitifnya sendiri, kemampuaan ini meliputi konsep dan kaidah memecahkan
masalah.
d. Keterampilan motorik adalah kemampuan serangkaian jasmani antara
koordinasi otak dengan tubuh.
e. Kemampuan sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasar
penelitian terhadap objek tersebut.
Disamping itu terdapat pula dampak penyerta, yaitu :
a. Menimbulkan semangat kreativitas semangad pada siswa
b. Memupuk solidaritas antar siswa

17

c. Menambahnilai dan prestasi belajar siswa


4. Kemampuan berpikir Kreatif
Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suatu
aktivitas mental yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan,
Presseinsen (Hartono, 2009). Ia juga mengemukakan bahwa proses berpikir terkait
dengan jenis perilaku lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hal penting
dari berpikir di samping pemikiran dapat pula berupa terbangunnya pengetahuan,
penalaran, dan proses yang lebih tinggi seperti mempertimbangkan. Sedangkan
dalam kaitannya dengan berpikir kreatif didefinisikan dengan cara pandang yang
berbeda antara lain Jonhson (dalam Siswono, 2004: 2) mengatakan bahwa berpikir
kreatif yang mengisyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian melibatkan
aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan
informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran
terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang serupa,
mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas, menerapkan imajinasi pada
setiap situasi yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan memperhatikan intuisi.
Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir
divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuain.
Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004: 177) dijelaskan bahwa berpikir kreatif
adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan
ketajaman pemahaman (insight)dalam mengembangkan sesuatu (generating).

18

Berkenaan dengan hal tersebut Sternberg mengemukakan bahwa dalam hal


mengembangkan kemampuan berpikir kreatif ada beberapa strategi yang digunakan
antara lain:
1. Mendefinisikan kembali masalah
2. Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi
3. Menjual ide-ide kreatif
4. Membangkitkan ide-ide
5. Mengenali dua sisi pengetahuan
6. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
7. Mengambil resiko-resiko dengan bijak
8. Menoleransi ambiguitas (kemenduan)
9. Membangun kecakapan diri
10. Menemukan minat sejati
11. Menunda kepuasan
12. Membuat model kreativitas
5. Kemampuan Komunikasi Matematika
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak
langsung melalui media. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui

19

peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana
terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika
yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian
suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah
guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.
Di dalam proses pembelajaran matematika di kelas, komunikasi
gagasan matematika bisa berlangsung antara guru dengan siswa, antara buku dengan
siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap kali kita
mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan
tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab
bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan
tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang kita ajak berkomunikasi.
Kita harus mampu menyesuaikan dengan sistem representasi yang mampu mereka
gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung dari satu arah dan tidak
mencapai sasaran.
Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis
pada pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari : (1)
Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2) Kemampuan
memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara
lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan dalam menggunakan
istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan
ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

20

Kemampuan

komunikasi

matematis

siswa

dapat

dilihat

dari

kemampuan berikut :
1. menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea
matematika.
2. menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
3. menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
4. mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
5. membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis
6. membuat

konjektur, menyusun

argumen,

merumuskan

definisi

dan

generalisasi
7. menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari.
C. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimen murni.

Penelitian eksperimen murni ini lebih dari

sekadar mendeskripsikan konteks dan hasil. Peneliti memberikan perlakuan


kepada partisipan, kondisi, alat dan bahan tertentu untuk menentukan apakah
perlakuan tersebut memiliki dampak atau pengaruh pada variabel atau faktor
hasil tertentu. Desain penelitian ini Pre-tes-Post-tes Control Group Design
(Sudjana : 2005) seperti yang dibawah ini;

21

Tabel C.1 Desain Penelitian


Kelas
Eksperimen
Kontrol

Pre-test
O
O

Perlakuan
X
O

Post-test
O
O

Dengan O = Pre-test dan Post-test


X = Pembelajaran matematika siswa dengan Pendekatan Saintifik
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPS Sukma
Bangsa Pidie yang terdiri dari 2 kelas, karena jumlah kelasnya hanya dua maka
populasi menjadi sampel penelitian.
3. Teknik Pengumpulan
Data penelitian diperoleh dari tes tulis. Data yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematika siswa diperoleh
melalui tes tulis (pre-test dan post test)
4. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisa secara statistik untuk
mengukur reabilitas, validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran setiap butir
soal. Tujuan dari analisis ini untuk melihat apakah soal yang diujicobakan valid
dan reabel untuk menjadi instrumen dalam penelitian ini. Hasil tes akhir pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh yang signifikan dari pembelajaran dengan pendekatan
Saintifik terhadap kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematika
siswa.

22

Data nilai gain yang diperoleh dari skor kemampuan berpikir kreatif
dan komunikasi matematika dikelompokan menurut pembelajarannya.
Selanjutnya data diolah dengan ANOVA dua jalur, tetapi sebelumnya diuji
normalitas dan homoginitas. Seluruh perhitungan statistik menggunakan
bantuan komputer yakini program microsoft Excell dan SPSS.
a. Uji validitas butir soal
Uji validitas ini bertujuan untuk melihat apakah instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang inginkan sehingga instrumen tersebut dapat
mengungkapkan data yang ingin diukur. Uji validitas ini menggunakan
rumus korelasi product moment dari Karl Person. Menurut Arikunto
(2008:72) koefisein korelasi (rxy) yang dimaksud adalah
N XY X Y
r xy =
2
2
N X 2( X ) N Y 2( Y )

][

Keterangan:
N = banyak sampel
Y = skor setiap item soal yang diperoleh siswa
X = skor total item soal yang diperoleh siswa
Untuk menguji signifikan koefisien korelasi menggunakan uji-t (Sudjana,
2001: 369) dengan rumus:
N 2
t=r xy
1r 2xy

Keterangan
t = koefisien thitung
rxy = koefisien korelasi
N = banyaknya siswa peserta tes
Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.
Kriteria yang harus dipenuhi agar koefisien validitas tes termasuk signifikan
adalah jika thitung > ttabel dengan ttabel =t(1-)(dk) untuk adalah taraf signifikan
dan dk = N-2.

23

b. Uji reabilitas instrumen


Uji reabilitas instrumen sebagai alat ukur yang baik apabila alat ukur
tersebut memiliki konsitensi yang dapat diandalkan dan dapat dikerjakan
dalam level yang sama oleh siapapun. Artinya tes tersebut memiliki taraf
kepercayaan yang tinggi apabila hasil test selalu tetap. Untuk menghitung
reabilitas instrumen perangkat tes digunakan rumus sesuai dengan tes uraian
yaitu rumus alpha-cronbbach
s 2j
n

r p=
1 2
n1
sj

( )[

(Arikunto, 2008:109) sebagi berikut:

Keterangan
rp = Rebabilitas yang dicari
s2j = Jumlah variasi skor seluruh soal menurut skor tertentu
s 2j = Variasi skor seluruh soal menurut skor perorangan
n

= Banyak soal

c. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antar siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah (Arikunto, 2008: 211)
Indeks daya pembeda soal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Suherman, 2003)
S S
Dp= A B
IA
Keterangan
Dp = Indeks daya pembeda suatu soal
SA = jumlah skor yang dicapai pada kelompok atas
SB = jumlah skor yang dicapai pada kelompok bawah
IA = jumlah skor idela pada kelompok atas
d. Tingkat kesukaran
Pengukuran tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran
seimbang, maka dapat dikatakan soal itu tidak baik. Menurut Arikunto

24

(2008:206) suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula
mudah.
Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai

berikut (Arikunto, 2008)


SA+ SB
T k=
N skor maksimum
Keterangan
Tk = Indeks kesukaran suatu soal
SA = jumlah skor yang dicapai pada kelompok atas
SB = jumlah skor yang dicapai pada kelompok bawah
N = jumlah siswa pada kelompok atas dan bawah
e. Gambaran umum kemampuan berfikir kreatif dan komunikasi matematika
Gambaran umum kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi
matematika siswa berupa skor tes pada kelompok eksperimen dan kontrol
dianalisis secara deskriptif atas dasar presentase dan dirumuskan sebagai
berikut:
S
N=
100
SM
Keterangan
N = Nilai persen yang dicapai atau yang diharapkan
S = Skor mentah yang diharapkan
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
f. Menguji Normalitas
Menurut Ruseffendi (1998:294) menguji normalitas data menggunakan
rumus khi-kuadrat (chi-square) sebagai berikut:
2
( f 0 f e )
2
x =
fe

Keterangan
x 2 = Khi-Kuadrat
f0 = frekuensi dari yang diamati

25

fe = frekuensi dari yang diharapkan


Langkah berikutnya adalah membandingkan

2
hitung

dengan

2
tabel

dengan

derajat kebebasan (dk) = k-3. Dalam hal ini k menyatakan banyaknya kelas interval.
Jika

2
hitung

<

2
tabel

maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi

normal.
g. Uji Homoginitas varians
Uji homoginitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua distribusi
pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol memiliki variasi-variasi
yang sama atau tidak. Menurut Ruseffendi (1998:294) menguji homoginitas
data menggunakan rumus sebagai berikut:
Hipotesis yang akan diuji adalah
H0 :12 = 22
H0 :12 22
S2besar S2b
F= 2 = 2
Skecil Sk

Keterangan
2

S b = Variansi terbesar

Sk

= Variansi terkecil

Langkah berikutnya adalah membandingkan

F tabel dengan Fhitung dengan

derajat kebebasan (dk) pembilang = (n1-1) dan dk penyebut (n2-1. Pada taraf
signifikaan = 0,05. Jika Ftabel< Fhitung maka tolak H0.

26

h. Uji Anava
Selanjutnya digunakan uji ANOVA 2 jalur yang dilanjutkan dengan uji
pasangan yaitu uji Scheffe dengan SPSS untuk melihat apakah peningkatan
kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematika siswa yang ada
dikelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa yang ada
dikelompok kontrol. Hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
H0 : 1 = 2 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi
matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan saintifik
model pembelajaran Quantum Teaching tidak lebih baik dari
pembelajaran konvensional.
H0 : 1 > 2 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi
matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan saintifik
model pembelajaran Quantum Teaching

lebih baik dari

pembelajaran konvensional
5. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan sesuai dengan jadwal pada tabel
berikut:
Tabel C.2 Jadwal kegiatan penelitian yang direncanakan
No
1
2
3

4
5

Waktu Kegiatan
Membuat proposal
Seminar proposal
Menyusun perangkat
pembelajaran dan instumen
pembelajaran
Pelaksanaan di lapangan
Penulisan tesis

Tahun 2014/2015
Ju Agu O De
n
s
k
s

Fe
b

27

DAFTAR PUSTAKA

DePoter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning. Jakarta : Kaifa.
__________. 2005. Quantum Teaching. Jakarta : Kaifa.
Fitriani, Marini dkk. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Kuantum Di Kelas Viii Smp. Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 4. No.1, Juni 2010.
Hamalik, O. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Johar,R. dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala.
Joice, B.dkk. 2009. Model of Teaching:Model-model pengajaran. Jakarta: Pustaka
Belajar.
Kemendikbud. 2013. Matematika kelas VII. Jakarta: Kemendikbud.
_________.2013. Model Kurikulum 2013.Jakarta: Kemendikbud.
Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineca
Cipta.
NCTM.1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.
Reston,VA: Authur.
Pujiastuti, Emi. Pemanfaatan Model-Model Pembelajaran Matematika Sekolah
Sebagai Konsekuensi Logis Otonomi Daerah Bidang Pendidikan. Jurnal
Matematika Dan Komputer Vol. 5. No. 3, 146 - 155, Desember 2002.
Sardiman, U. 2001. Pendekatan Pembelajaran Matematika dengan Komunikasi
Matematika. Jakarta: CV. Rajawali.

28

Wintarti, Etik, dkk. 2008. Matematika Kelas VII Contextual Teaching and Learning.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Within. 1992. Mathematics Task Centre; Proffesional Development and Problem
Solving. In J Wakefield and L. Velardi (Ed). Celebrating Mathematics
Learning. Melbourne: The Mathematical Association of Victoria.

30

Anda mungkin juga menyukai