Anda di halaman 1dari 14

Matematika merupakan suatu pengetahuan yang sangat penting, tak dapat dipungkiri

bahwa matematika mengambil peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang
lainnya dan juga dalam perkmbangan teknologi. Timbul pertanyaan, apakah matematika
sendiri itu sebuah ilmu?
Selayang Pandang Mengenai Ilmu
Ilmu lahir karena adanya sifat ingin tahu manusia. Van Peursen, menyatakan bahwa
ilmu dapat dilihat sebagai suatu sisitem yang jalin-menjalin dan taat asa (konsiten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Mohammad hatta, ilmu lahir
karena manusia dihadapkan pada dua masalah yaitu alam luar (kosmos) dan sikap hidup
(etik). Sedangkan menurut James V. Conant menyatakan bahwa ilmu atau ilmu pengetahuan
adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah
berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan serta pemanfaatan untuk percobaan dan
pengamatan lebih lanjut. Pengertian ilmu menurut Nazir adalah pengetahuan yang bersifat
umum dan sistematis, pengetahuan dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidahkaidah yang umum.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa ilmu atau ilmu
pengetahuan akan menunjukan pada kebenaran melalui kesimpulan logis yang berasal dari
pengalaman empiris.
Ilmu selalu mulai dari sesuatu yang kongkrit atau sesuatu yang dapat diamati dan
bersifat individual atau khusus. Ilmu bisa dapat sampai kepada sesuatu yang abstrak dan
bersifat umum melalui kemampuan berpikir manusia. Untuk membuktikan objektivitas suatu
ilmu, maka harus diuji dengan cara-cara ilmiah.
Segala sesuatu pasti memiliki karaktersitik, begitu juga dengan suatu ilmu. Secara umum
karakteristik suatu ilmu adalah :
1. Bersifat akumulatif
Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal yang baru, dan ilmu
itu tidak dimiliki oleh penemunya, setiap orang dapat menggunakan atau
memanfaatkannya.
2. Kebenarannya tidak mutlak
Kebenaran suatu ilmu tidaklah selamanya mutlak, hal tersebut terjadi karena yang
menyelidiki atau menemukannya adalah manusia yang memiliki keterbatasan dalam

1 | Page

sesuatu. Kekeliruan tersebut bukan terletak pada metode, tetapi terletak pada
penggunaan metode tersebut yang tidak tepat.
3. Bersifat objektif
Prosedur kerja atau penggunaan metode dalam menemukan atau meneliti sesuatu
harus didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman
suatu individu.
Menurut Harsoyo (1997), ciri-ciri ilmu itu ada empat, yaitu : rasional, empiris, umum,
dan akumulatif.
1. Rasional. Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio)
yang bersifat objektif.
2. Empiris. Ilmu diperoleh dari pengalaman oleh panca indera, ilmu sifatnya tidak
abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian dapat menghasilka ilmu.
3. Bersifat umum. Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia, ilmu dapat
dimanfaatkan secara luas tanpa dibatasi oleh ruang.
4. Akumulatif. Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian
berikutnya. Ilmu sifatnya tidak statis, tetapi dinamis. setelah diperoleh ilmu tentang
sesuatu, maka akan muncul ilmu-ilmu lainnya.
Sifat ilmiah suatu ilmu dapat diwujudkan apabila memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Ilmu harus mempunyai objek, karena kebenaran yang hendak diungkapkan dan
dicapai adalah kesesuaian antara yang diketahui dengan objeknya. Kesesuaian itu
mungkin tidak seluruh aspek objeknya, tetapi sekurang-kurangnya harus sesuai
dengan salah satu atau beberapa aspek dari objeknya. Berdasarkan hal tersebut harus
dibedakan antara objek material dan objek formal yang diungkapkan ilmu. Objek
material adalah kenyataan yang diselidiki atau dibahas, misalnya manusia adalah
objek material yang dipersoalkan oleh berbagai disiplin ilmu, sedangkan yang
dimaksud dengan objek formal adalah aspek khusus atau tertentu dari objek material
yang diungkapkan oleh suatu disiplin ilmu.
2. Ilmu harus mempunyai metode, karena untuk mencapai suatu kebenaran yang objektif
dalam mengungkapkan objeknya, ilmu tidak dapat bekerja secara sembarangan,
sehingga diperlukan cara tertentu yang tepat. Cara tersebut harus memberi jaminan
bagi tercapainya persesuaian antara yang diketahui atau yang diungkapkan dengan
kenyataan yang terdapat pada objeknya. Metode keilmuan harus mengungkapkan
bukti-bukti atau tanda kebenaran dari pengalaman manusia

2 | Page

3. Ilmu harus sistematik. Dalam mendeskripsikan pengalaman-pengalaman atau


kebenaran-kebenaran tentang objeknya harus dipadukan secara harmonis sebagai
suatu keseluruhan yang teratur. Ilmu harus merupakan satu kesatuan yang sistematik
atau bersistem.
4. Ilmu bersifat universal atau berlaku umum. Kebenaran yang dideskripsikan ilmu,
bukanlah mengenai sesuatu hal yang bersifat khusus atau yang individual. Kebenaran
ilmiah berhubungan dengan satu jenis. Dalam kegiatan penelitian, kebenaran ilmu
harus berlaku bagi suatu populasi tertentu dan tidak sekedar berlaku secara terbatas
pada unsur-unsurnya yang disebut sampel.
Para ilmuan sepakat bahwa ilmu merupakan produk dari pengetahuan yang
dikembangkan melalui kegiatan ilmiah, kegiatan ilmiah ini bertumpu pada metode ilmiah
yang disistemasi dan diorganisasi sehingga memenuhi asas pengaturan secara procedural,
metologis, teknis, dan normatif akademis sehingga teruji kebenaran dan kesahihannya.
Metode ilmiah merupakan suatu rangkaian prosedur yang sistematis dan obyektif
untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapi pengertian mengenai prinsip yang
mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah itu. Langkah-langkah metode ilmiah
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perumusan masalah
Studi literartur
Penyusunan kerangka berpikir dalam menyusun hipotesis
Perngumpulan data
Pengolahan data (pengujian hipotesis)
Penarikan kesimpulan

Kegiatan dalam metode ilmiah didasarkan pada karaktersitik keilmuan yaitu :


1. Rasional
Penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran
manusia.
2. Empiris
Menggunakan cara-cara tertentu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran
manusia.
3. Sistematis
Menggunakan proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Tujuan kegiatan ilmiah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara umum dan khusus.

3 | Page

Secara umum :
1. Untuk mendapatkan informasi. Kegiatan ilmiah biasanya akan berhubungan dengan
informasi, data atau fakta baru yang diungkap dan disusun secara sistematis.
2. Untuk mengemabangkan dan menjelaskan. Dengan melakukan pengembangan dan
usaha menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta penunjang.
3. Untuk menerangkan, memprediksi dan mengintrol suatu perubahan. Dengan meneliti
akan dapat menerangkan keterkaitan variabel yang ada.
Secara khusus :
1. Mendeskripsikan fenomena. Memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fenomena.
2. Menjelaskan hubungan. Berusaha untuk menjelaskan hubbungan antara fenomena
terutama hubungan sebab-akibat.
3. Meramalkan fenomena yang akan terjadi. Penjelasan hubungan sebab-akibat sangat
berguna dalam proses generalisasi.
Fungsi kegiatan ilmiah :
1. Sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik berupa temuan baru,
pengembangan ilmu atau teori yang ada maupun koreksi terhadap ilmu atau teori yang
terdahulu.
2. Sebagai sarana dalam mengembangkan teknologi.
3. Sebagai penyumbang informasi bagi pengambilan kebijakan dan perencanaan
program pembangunan.
4. Sebagi alat untuk memecahkan masalah praktis di lapangan.
5. Menemukan sesuatu yang baru.
Selayang Pandang mengenai Matematika
Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat umum
(deduktif). Matematika sendiri dipandang sebagai suatu produk dan juga proses.
Sebagai produk, matematika merupakan produk dari pemikiran intelektual manusia.
Pemikiran intelektual itu muncul dari persoalan pemikiran belaka maupun dari persoalan
yang menyangkut kehidupan nyata. Contoh : bilangan dapat diartikan sebagai produk
pemikran manusia. Bilangan asli dipercaya muncul karena kebutuhan manusia untuk
mengetahui jumlah hewan yang dimiliki manusia kuno. Bilangan imajiner muncul karena

4 | Page

kebutuhan manusia untuk memberi arti pada penyelesaian suatu masalah murni bersifat
pemikiran (matematis).
Di samping suatu produk pemikiran, matematika dapat pula dipandang sebgai proses
berpikir itu sendiri. Matematika berperan menata pemikiran manusia sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, secara sederhana matematika
dapat pula dipandang sebagai sarana atau alat untuk menyelesaikan persoalan manusia.
Penggunaan simbol-simbol matematika menjadikan proses berpikir menjadi lebih efisien dan
akurat. Contoh : persoalan dalam program linear, yang mentransformasi permasalahan nyata
kedalam suatu symbol dan persamaan yang dapat dicari solusinya. Contoh lain yaitu, apakah

2 bilangan rasional? Atau dapat dinyaakan sebagai hasil bagi dua bilangan asli? Hal
yang penting bukan pada jawaban ya atau tidak, tetapi bagaimana proses untuk mendapatkan
keyakinan jawaban ya atau tidak.
Deskripsi mengenai matematika berbeda-beda tergantung dari mana sudut pandang yang
digunakan. Berikut merupakan deskripsi mengenai matematika yang sering digunakan.
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisasi
Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan
strktur yang terorganisasi, sebagai struktur matematika terdiri dari beberapa
komponen yang terdiri atas aksioma/postulat, dalil atau teorema.
2. Matematika sebagai alat
Matematika sering dpandang sebagai alat untuk mencari solusi berbagai masalah,
bahkan dalam ilmu pengetahuan lain matematika dijadikan pula sebagai alat, seprti
dalam fisika, kimia dll.
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif
Dalam matematika, suatu teori atau pernyataan diterima kebenarannya bila telah
dibuktikan secara deduktif.
4. Matematika sebagai cara bernalar
Matematika memuat cara pembuktian yang sahih, rumus-rumus atau aturan umum,
atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
5. Matematika sebagai bahasa
simbol dalam matematika merupakan ciri yang paling menonjol, bahasa matematika
adalaha bahasa simbol yang bersifat artifisial, yaitu baru memiliki arti bika digunakan
pada suatu konteks tertentu.
6. Matematika sebagai seni
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang
kreatif , maka matematika dipandang sebagi seni berfikir yang kreatif.
5 | Page

Matematika memiliki karakteristik umum yang menjadikannya khas, diantaranya :


1. Objek kajian matematika abstrak
Matematika memiliki objek kajian yang abstrak, walapun tidak setiap objek abstrak
merupakan matematika. dengan kata lain objeknya merupakan objek mental atau
pikiran. Objek objek tersebut adalah fakta, prosedur, konsep, dan prinsip.
a. Fakta
Merupakan pemufakatan atau konvensi dalam matematika dalam bentuk simbol
tertentu. Contoh

3,14

yang dipahami sebagai bilangan phi mendekati tiga

koma satu empat.


b. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dpat digunakan untuk menggolongkan atau
mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan konsep
atau bukan. Contoh : segitiga merupakan suatu konsep, dengan konsep tersebut
kita dapat membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang
bukan. Konsep dapat dipelajari melalui definisi atau observasi.
c. Operasi dan relasi (Prosedur)
Operasi adalah prosedur hitung, prosedur aljabar, dan prosedur matematika
lainnya. Sementara relasi adalah huungan antara dua atau lebih elemen. Operasi
seringkali disebut sebagai keterampilan.
d. Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang komplek, terdiri atas beberapa fakta,
konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau operasi. Dengan kata lain prinsip
adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. prinsip dapat berupa
aksioma, teorema, dalil, dll.
2. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol dan istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang
penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma (postulat, pernyataan yang
tidak perlu dibuktikan lagi) dan konsep primtif (peengertian pangkal yang tidak perlu
didefinisikan). Aksioma yang dapat didefinisikan menjadi dua jenis; (1) aksioma yang
kebenarannya langsung terliha dari pernyataan, dan (2) aksioma yang berupa
pernyataan yang mengkaitkan fakta dan konsep lewat suatu relasi tertentu. Beberapa
aksioma dapat membentuk suatu sistem aksioma, yang selanjutnya dapat menurunkan
beberapa teorema.

6 | Page

Contoh : titik, garis, dan bidang merupakan unsur primitive yang tidak didefinisikan.
Salah satu aksiomanya melalui dua buah titik yang berlainan ada tepat satu garis
lurus yang melalluinya
3. Pola berpikir deduktif
Dalam matematika pola berpikir deduktif merupakan pola berpikir yang utama. Pola
berpikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dalam
hal bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal khusus. Contoh : banyak
teorema yang ditemukan melalui pengamatan atau percobaan, sperti halnya dengan
teorema Phytagoras. Bila hasil pengamatan tersebut ingin dimasukan ke dalam
struktur matematika maka hasil tersebut harus dibuktikan secara deduktif untuk
menjadi suatu teorema dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang
kebenarannya sudah diterima.
4. Konsisten dalam sistimnya
Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa
aksioma dan memmuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan, ada pula
sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan yang lainnya. Sistem aljabar
dan geometri dapat dipandang saling lepas. Di dalam masing-masing sistem berlaku
ketaat asasan atau kekonsistensian, artinya dalam setiap sistem tidak boleh terdapat
kontradiksi. Suatu teorema ataupun definisi harus menggunakan istilah atau konsep
yang telah ditetapkan. Konsistensi ini dalam makna maupun dalam hal nilai
kebenaran.
5. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Dalam matemaika banyak sekali terdapat simbol baik berupa huruf latin, Yunani,
maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk suatu
kalimat matematika yang disebut dengan model maetmatika. Model matematika dapat
berupa persamaan, pertidaksamaan, ataupun suatu fungsi. Selain itu ada pula odel
matematika yang berupa gambar seperti bangun geometric, grafik, maupun diagram.
Secara umum, model atau simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti, dan
memiliki makna bila dikaitkan dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini yang
membedakan simbol matematika dengan simbol yang lain.
Contoh : model matematika seperti x+ y=z tidak selalu berarti bahwa
z

x, y

dan

adalah suatu mutlak bilangan. Bilangan tersebut dapat berarti panjang, jumlah

barang, volume, nilai uang, dan lain-lain tergantung konteks dimana bilangan itu
diterapkan.
6. Memperhatikan semsesta pembicaraan
7 | Page

Dengan kosongnya arti dalam simbol-simnol matematika, maka bila kita


mneggunakannya kita harus memperlihatkan lingkup pembicaraannya. Semesta
pembicaraan bisa sempit bisa juga luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan,
maka simbol-simbol tersebut menunjukan bilangan-bilangan pula. Benar-salah da
nada-tidak adanya suatu penyelesaian untuk masalah, juga ditentukan semseta
pembicaraannya.
Contoh : Dalam semseta himpunan bilangan bulat, terdapat model

2 x =3 . Adakah

penyelesainnya? Bila diselesaikan seperti biasa tanpa memperhatikan semesta


pembicaraannya, diperoleh

x=1,5

dan tetapi

1,5

bukan bilangan bulat. Jadi

dalam kasus ini dikatakan bahwa model tersebut tidak memiliki solusi dalam semesta
bilangan bulat.
Dari deskripsi-deskripsi diatas, jika kita bertumpu bahwa suatu ilmu lahir sebagai
produk dari kegiatan ilmiah, maka matematika bukan merupakan suatu ilmu karena
maetmatika lahir tidak melalui kegiatan atau metode ilmiah. Ilmu harus mempunyai metode,
karena untuk mencapai suatu kebenaran yang objektif dalam mengungkapkan objeknya. Cara
tersebut harus memberi jaminan bagi tercapainya persesuaian antara yang diketahui atau yang
diungkapkan dengan kenyataan yang terdapat pada objeknya. Matematika memiliki objek
yang abstrak, sedangkan ciri suatu imu itu diperoleh dari pengalaman oleh panca indera, ilmu
sifatnya tidak abstrak. Metode keilmuan harus mengungkapkan bukti-bukti atau tanda
kebenaran dari pengalaman manusia. Meskipun matematika bukan produk ilmiah, tetapi
kebenaran matemtika bersifat universal, dan kebenaran matematika lebih tinggi dari produk
ilmiah lainnya.
Jika matematika dipandang bukan sebagai ilmu, bagaimanakah dengan pendidikan
matematika?
Pendidikan hakikatnya adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Dalam arti yang
khusus, pendidikan adalah usaha untuk membekali peserta didik berupa ilmu, pengetahuan
dan

keterampilan

yang

berguna

bagi

diri

sendiri,

masyarakat

dan

lingkungan

sekitar.pendidikan erat kaitannya dengan ilmu karena obyek utama pendidikan adalah ilmu.
Dalam konteks pendidikan matematika berarti yang menjadi obyek utamanya adalah
matematika.
8 | Page

Dalam pendidikan matematika ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang ditransfer


kepada pesarta didik adalah matematika itu sendiri. Gagne berpendapat bahwa terdapat dua
objek dalam pembelajaran matematika, yaitu objek langsung (hardskill) dan objek tak
langsung (softskill). Objek langsung berupa pengetahuan matematika itu sendiri (fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip). Sedangkan objek tak langsungnya berupa transfer belajar,
kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, displin pribadi dan apresiasi
pada struktur matematika.
Pendidikan matematika merupakan cabang khusus dari pendidikan, dan apakah
pendidikan itu merupakan suatu ilmu?. Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan
diri sebagai suatu ilmu, jika memenuhi empat syarat yaitu :
1. Memiliki objek studi, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material pendidikan adalah perilaku manusia, apabila perilaku manusia
dipelajaru sebgai makhluk yang hidup dalam masyarakat maka perilaku itu disamping
dapat dilihat dan segi pendidikan juga dilihat dari berbagais egi lain, seperti
psikologis, sosiologis, antropologis. Objek formal pendidikan adalah menelaah
fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan
pendidikan dalam perspetif yang luas dan integrative. Yang membedakan suatu ilmu
denga ilmu yang lainnya adalah objek yang dikajinya.
2. Memiliki sistematika
Secara teoritik, sistematika pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tinjauan, yaitu :
melihat pendidikan sebagai gejala manusia, sebagai usaha sadar, dan sebagai usaha
dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya dimasa depan.
3. Memiliki metode
Metode metode yang dapat dipakai untuk pendidikan sebagai berikut (Soedomo,
1990: 46 47; Mub, Said, 1989) :
a. Metode Normatif
Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin
dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga membawa pertanyaan yang berkenaan
dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.
b. Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan
kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil. Dalam hal ilmu
pendidikan mendapatkan bantuan dari berbagai teori tentang pendidikan yang
boleh jadi dihasilkan oleh ilmu ilmu lain.
c. Metode Teknologis
9 | Page

Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana


melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang
diinginkan.
d. Metode Deskriptif Fenomenologis
Metode ini menciba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian
mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
e. Metode Hermeneutis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan yang konkrit
dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f. Metode Analisis Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisis secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataanpernyataan, konsep-konsep dan teori-teori yang ada atau digunakan dalam
pendidikan.
4. Bersifat empiris
Artinya ada kesesuaian antara konsepsi teoritisnya dengan permasalahan dalam
praktek sehingga disamping dapat menjelaskan kasus-ksus yang timbul, juga
sekaligus dapat mendukung diaplikasikannya dalam menjawab permasalahan
pendidikan di lapangan, dalam lingkup kajian ilmu pendidikan. Hal ini sesuai dengan
sifat ilmu pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.
Berdasarkan deskripsi diatas dapat dismpulkan bahwa pendidikan adalah suatu ilmu.
Secara tidak langsung pendidikan dapat disebut dengan ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan
memiliki beberapa sifat, yaitu :
a. Rasional
Ilmu pengetahuan harus bersifat rasional artinya ilmu tersebut harus mempunyai sifat
kegiatan berpikir yang ditundukan pada logika atau penalaran . Berpikir rasional
berarti berpikir secara sistematis yang kompleks dan konsepsional dengan
kemampuan menggunakan lambang untuk dapat memberi arti yang hampir tidak
terbatas kepada suatu objek material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa.
b. Empiris

Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau konklusi ilmu
pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada pemeriksaan atau verifikasi indra
manusia, maka kaidah logika formal dan hukum sebab-akibat harus menjadi dasar
kebenaran yang bersifat relitas objektif dan netral.
c. Fakta dan Teori
10 | P a g e

Ilmu pengetahuan terdiri atas dua unsur besar, yaitu fakta dan teori. Teori
mendefinisikan fakta sebagai observasi empiris yang bisa diverifikasi dan mempunyai
tugas menempatan hubungan yang terdapat diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat
disusun hanya berdasarkan fakta saja, tetapi untuk menjadi ilmu pengetahuan fakta
harus disusun dalam suatu sistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode
tersebut suatu fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.
d. Universal

Ilmu pengetahuan harus bersifat umum artinya kebenaran yang dihasilkan ilmu
pengetahuan dapat diperiksa oleh para peninjau ilmiah dan dapat dipelajari atau
diikuti secara umum serta dapat diajarkan secara umum pula. Kebenaran ilmu tidak
bersifat rahasia tetapi memiliki nilai sosial sehingga kewibawaan ilmiah didapat
setelah hasil itu diketahui, diselidiki dan dibenarkan veliditasnya oleh sebanyak
mungkin ahli dalam bidang ilmu tesebut.
e. Akumulatif

Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif atau saling berkaitan artinya ilmu
pengetahuan tersebut harus diketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan
sebab ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia. Misalnya, untuk dapat
belajar manusia mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu
pengetahuan yang dikenal dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada
sebelumnya.
f. Sebagai Ilmu Normatif

Ilmu pendidikan merumuskan kaidah atau pedoman atau ukuran tingkah laku
manusia. Sesuatu yang normatif berarti berbicara masalah baik atau buruk dari
perilaku manusia.
g. Praktis dan Teoritis

Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari
pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara
praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikan didalam sistemmatika
ilmu pengetahuan. Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga bersifat
praktis karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan dalam kehidupan.
Pendidikan sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan
kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan. Pendidikan. Sebagai ilmu
teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori yang sudah ada untuk
mempermudah jalanya pendidikan.
11 | P a g e

h. Rohaniah

Ilmu pendidikan bersifat rohaniah karena selalu memandang peserta didik sebagai
makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya sebagai makhluk yang beradab.
i.

Historis
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem pendidikan
sepanjang jaman dan kebudayaan serta makna filosofis yang berpengaruh pada jaman
tertentu.
Pendidikan merupakan suatu ilmu, dan pendidikan matematika merupakan bagian dari

pendidikan yang objek kajiannya adalah matematika, maka pendidikan matematika


merupakan suatu ilmu.
Tidak seperti matematika yang lahir bukan dari proses ilmiah, studi mengenai
fenomena alam lahir dari proses ilmiah. Studi tersebut yang disebut dengan ilmu pengetahuan
alam (IPA). Wigner mendefinisikan IPA sebagai gudang/penyimpanan pengetahuan tentang
gejala-gejala alam. Sedang Harre mendefinisikan IPA sebagai kumpulan teori yang telah
diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala alam yang
diamati secara seksama.
Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Sund & Trowbridge yang menyatakan
bahwa IPA adalah sosok pengetahuan dan proses. Sedang Bybee menyatakan bahwa IPA
merupakan proses, IPA mengandung sikap ilmiah yang merupakan sikap yang diperlukan
dalam melakukan proses IPA. Definisi yang komprehensif dikemukakan oleh Carin dan Sund
yang menyatakan bahwa IPA terdiri dari tiga dimensi yakni proses ilmiah, sikap ilmiah dan
produk ilmiah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara komprehensif IPA dapat dipandang
sebagai proses, sikap dan produk. IPA sebagai proses dapat diartikan sebagai aktivitas atau
proses untuk mendeskripsikan fenomena alam. Aktivitas-aktivitas atau proses proses tersebut
antara lain merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, mengobservasi, merumuskan
hipotesis, mengklasifikasi, mengukur, menginterpretasi data, menyimpulkan, meramal,
mengkomunikasikan hasil dan sebagainya. Proses proses tersebut juga sering disebut sebagai
proses ilmiah atau proses IPA (scientific process).

12 | P a g e

IPA sebagai sikap dapat dipandang sebagai sikap-sikap yang melandasi proses IPA,
antara lain sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis, terbuka, disiplin, teliti.dan sebagainya.
Sikap-sikap ini sering juga disebut sikap ilmiah atau sikap IPA (scientific attitudes).
IPA sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan informasi/fakta yang dihasilkan dari
proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah tersebut. Produk-produk IPA
dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. Produk-produk ini juga
sering disebut sebagai produk ilmiah atau produk IPA (scientific product).
Untuk mengetahui hakekat suatu ilmu pada umumnya dilakukan dengan meninjau
ontology (obyek telaah), epistemologi (cara penelaahan) dan axiologi (nilai/kegunaan) ilmu
tersebut.
a. Antologi
IPA adalah alam dan gejala-gejala alam. Alam dan gejala alam ini dipelajari : (1)
Keadaannya yang meliputi : posisi, kecepatan,suhu, energi dan sebagainya. (2)
Strukturnya dari yang makroskopis sampai yang mikroskopis. (3) Sifatnya misal :
sifat listrik, magnit, optik, termik dsb. (4) Interaksinya satu sama lain yang
dideskripsikan dengan gaya, kerja, kalor, gelombang dan sebagainya (Dirjen Dikti,
1990:19-30). Dengan mempelajari aspek-aspek tersebut IPA berusaha untuk
melukiskan, meramalkan, mengendalikan, dan menerapkan benda-benda di alam serta
gejala-gejala alam tersebut
b. Epistimologi
Di dalam IPA jalan untuk memperoleh pengetahuan dapat bermacam-macam, namun
kriteria kebenaran suatu pengetahuan diuji berdasarkan jalur pikir (thinking) dan hasil
penginderaan (sensing) sehingga IPA bersifat rasional empiris ( Wilardjo, 1982;
Soedojo, 1971). Perpaduan rasional-empiris ini sering disebut sebagai metode ilmiah,
dan ini merupakan dasar epistemologis IPA.
c. Axiology
Ditinjau dari segi nilai/kegunaan, tidak dapat disangkal lagi bahwa IPA sangatlah
berperan dalam kehidupan. Dewasa ini belum ada kesepakatan diantara para ilmuwan
tentang dasar aksiologi IPA tersebut, yang pada akhirnya terpolarisasi pada dua
golongan pendapat (Jujun S. Suriasumantri, 1984:2350). Golongan pertama
menginginkan bahwa IPA harus bersifat netral terhadap nilai-nilai. Dalam hal ini
tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang untuk
mempergunakannya, apakah untuk kebaikan ataukah kejahatan. Golongan kedua
sebaliknya berpendapat bahwa netralitas IPA terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas
13 | P a g e

pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan obyek


penelitiannya pun harus berlandaskan azas-azas moral.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai