Anda di halaman 1dari 76

KARYA TULIS

UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR IPS


DENGAN PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA
KELAS VI DI SD NEGERI SUKAMUKTI I
KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Pengembangan Profesi Bagi


Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru

Disusun Oleh :

MUHAMAD YUSUF,S.Pd.
NIP. 131 506 701

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA


DINAS PENDIDIKAN
U P T D PENDIDIKAN KECAMATAN CIKIJING

SD NEGERI SUKAMUKTI I
TAHUN 2007
LEMBAR PENGESAHAN

Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar IPS dengan Penerapan Metode
Problem Solving Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri 2 Sukamukti I
Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka

Mengetahui/Menyetujui,

Kepala SD Negeri Sukamukti I


Kec. Cikijing Kab. Majalengka

J U M E N A. S.Pd.
NIP. 131 166 701
PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA
DINAS PENDIDIKAN
U P T D PENDIDIKAN KECAMATAN CIKIJING
SD NEGERI SUKAMUKTI i
SURAT KETERANGAN
No. 42,2/82-SD/XII/2008

Yang bertanda tangan di bawah ini Pengelola Perputakaan SD Negeri


Sukamukti I. Dengan ini menyatakan bahwa :

Nama : T I T I, S.Pd.
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :

Telah mengarsipkan/mendokumentasikan karya tulis di Perpustakaan


dengan judul : Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar IPS dengan
Penerapan Metode Problem Solving Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri
Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai mana


mestinya.

Cijulang, Desember 2007


Petugas Perpustakaan

T I T I, S.Pd.
ABSTRAK

Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar IPS dengan Penerapan Metode
Problem Solving Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Sukamukti I
Kecamatn Cikijing Kabupaten Majalengka

Pada umumnya, problem solving belum dilaksanakan sepenuhnya oleh


guru. Fenomena yang banyak ditemui bahwa sekolah atau guru hanya
memberikan program pengayaan terhadap semua siswa, termasuk yang prestasi
belajarnya rendah. Keadaan tersebut tentunya tidak memberikan jalan keluar bagi
siswa yang mengalami kesulitan belajar namun justru menambah beban belajar
siswa. Oleh sebab itu, pelaksanaan problem solving bagi siswa yang prestasi
belajarnya kurang atau menurun perlu dilakukan. Terhadap kelompok siswa yang
diberikan problem solving atau perbaikan disertai dengan petunjuk yang
diperlukan untuk menguasai tujuan belajar mereka, diharapkan akan semakin
memotivasi dalam melakukan usaha nyata untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
Tujuan penelitian yang hendak di capai adalah sebagai berikut :
mengetahui apakah problem solving dapat membantu kesulitan belajar IPS siswa
Kelas VI SD Negeri Sukamukti I
Mengacu pada bentuk penelitian tindakan kelas, maka penelitian
dilaksanakan secara berdaur ulang yang dibagi dalam tiga siklus dan tiap siklus
terdiri dari tiga tindakan, yaitu melaksanakan kegiatan problem solving, memberi
soal evaluasi, pemberian motivasi dan penguatan. Setiap akhir siklus dilaksanakan
tes untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
Berdasarkan keseluruhan putaran/siklus yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa tindakan problem solving ternyata dapat membantu mengatasi
kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang dialami oleh siswa Kelas
VI SD Negeri Sukamukti I. Hal ini nampak jelas dari hasil nilai siswa yang pada
setiap siklus mengalami peningkatan yang berarti. Sebelum tindakan kelas
dilaksanakan, rata-rata klasikal sebesar 6,54. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I
rata-rata nilai sebesar 7,00, siklus II sebesar 7,66 dan siklus III sebesar 8,02.
Selain itu, setelah pelaksanaan kegiatan problem solving siklus II, semua siswa
berhasil mencapai nilai tuntas (minimal 6,5). Kondisi tersebut didukung dengan
aktifnya siswa mengikuti penjelasan guru, siswa mau mengkomunikan kesulitan
belajar yang dialaminya serta interaksi antara siswa dan guru terjalin dengan baik.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang diberi judul "Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar IPS
dengan Penerapan Metode Problem Solving Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri
Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka ".
Adapun tujuan pembuatan karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi
persyaratan Pengajuan Kenaikan Tingkat dari Golongan IV/a ke Golongan IV/b.
Karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang
terkait, baik bantuan materi, terlebih lagi bantuan non-materi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-
tingginya atas segala bantuan dan kerjasamanya. Semoga Allah Yang Maha Esa,
dapat membalas dengan pahala yang yang berlipat ganda. Amin.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
dengan segala rendah hati, penulis senantiasa menerima saran, pendapat, dan
kritik yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan
datang
Akhirnya penulis berharap, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, serta untuk meningkatkan wawasan keilmuan.

Sukamukti, Desember 2007


Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i


SURAT KETERANGAN ..................................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4
C. Batasan Masalah.......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
l. Manfaat Teoritis................................................................... 5
2. Manfaat Praktis .................................................................... 5
F. Definisi Operasional.................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Belajar............................................................ 7
1. Pengertian Aktivitas Belajar ................................................ 7
2. Tujuan Kegiatan Belajar ...................................................... 8
3. Prinsip-prinsip Belajar ......................................................... 9
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar........................... 12
B. Tinjauan Tentang Kesulitan Belajar............................................ 13
1. Pengertian Kesulitan Belajar................................................ 13
2. Gejala Kesulitan Belajar ...................................................... 15
3. Latar Belakang Kesulitan Belajar ........................................ 15
4. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar........................................ 17
5. Prinsip-prinsip pemecahan kesulitan belajar........................ 18
6. Diagnosa Kesulitan Belajar.................................................. 18
7. Bantuan dalam Kesulitan Belajar......................................... 20
C. Tinjauan tentang Problem Solving.............................................. 20
1. Pengertian Problem Solving................................................. 20
2. Kelebihan dan Kelemahan Problem Solving ....................... 21
3. Tujuan dilaksanakan Problem Solving ................................ 22
D. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar .............................................. 23
E. Kerangka Berpikir....................................................................... 24
F. Hipotesis...................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Tindakan........................................................................... 26
B. Lokasi Penelitian......................................................................... 26
C. Pendekatan Penelitian ................................................................. 26
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 26
1. Observasi................................................................................. 27
2. Wawancara........................................................................... 27
3. Tes........................................................................................ 27
E. Rencana Kegiatan Tindakan Kelas ............................................. 28
1. Kegiatan Guru ...................................................................... 30
2. Kegiatan Siswa..................................................................... 31
3. Kegiatan Peneliti .................................................................. 31
F. Metode Analisis Data.................................................................. 32
G. Cara Pengambilan Kesimpulan ................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Selintas tentang Setting ............................................. 35
B. Uraian Penelitian......................................................................... 35
l. Perencanaan Pemecahan Kesulitan Belajar ......................... 35
2. Implementasi untuk memecahkan kesulitan belajar ........... 38
3. Monitoring ........................................................................... 40
C. Penjelasan Per Siklus .................................................................. 41
1. Siklus I ................................................................................. 42
2. Siklus II ................................................................................ 44
3. Siklus III............................................................................... 45
D. Proses Menganalisis Data ........................................................... 47
1. Tahap I ................................................................................. 47
2. Tahap II ................................................................................ 48
3. Tahap III............................................................................... 49
E. Pembabasan dan Pengambilan Kesimpulan................................ 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 51
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut............................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Kesulitan Soal ....................................................................... 23


Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Tindakan Kelas ....................................................... 28
Tabel 3.2 Rencana Tindakan Penelitian dalam Setiap Siklus ............................ 29
Tabel 4.1 Tabel Penyebab Kesulitan Belajar Siswa........................................... 41
Tabel 4.2 Nilai Pre Test...................................................................................... 42
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Nilai Post Tes I dengan Pre Test........................ 43
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Nilai Post Tes II dengan Post Test I .................. 45
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Nilai Post Tes III dengan Post Test II................ 46
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara masalah sekolah banyak sekali seluk beluk yang menjadi
ciri kehidupan sekolah, yang dimulai dari pengorganisasian, pembelajaran,
pengevaluasian, sampai pada kenakalan siswa-siswanya. Oleh sebab itu,
sekolah bisa disebut lembaga yang kompleks, sebab sarat dengan
permasalahan dan dinamis dengan berbagai program perubahan atau
ketuntasan belajar. Permasalah di sekolah tidak akan pernah ada habisnya-
habisnya, sebab yang dikelola, diberdayakan, dan diurus di sekolah bukan
barang atau benda mati, melainkan manusia.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang apabila dipaparkan
batasan tentang pendidikan itu sendiri, sebagai berikut, "Pendidikan adalah
usaha sadar yang bertujuan mengembangkan berbagai kemampuan dan
kepribadian" (Depdikbud, 1985:9). Oleh sebab itu, sekolah sebagai suatu
lembaga kependidikan mempunyai tujuan instutisional yang bermuara pada
tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan disusun
program kurikulum yang harus ditempuh di setiap jenjang pendidikan, baik
dasar, menengah, dan perguruan tinggi atau pendidikan tinggi. Adapun salah
satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan bekal pongetahuan,
sikap, dan keterampilan agar dapat dipergunakan untuk keperluan
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebing tinggi atau untuk bekal hidup
bermasyarakat.
Dalam praktik pelaksanaan pengajaran di kelas sering kali kita jumpai,
guru mendominasi pembelajaran melalui penggunaan metoda pembelajaran
yang monoton, sehingga siswa dalam kegiatan belajar mengajar, tidak diberi
kesempatan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajarnya, siswa
diperlakukan sebagai objek yang harus selalu siap menerima berbagai
informasi dan teori yang disampaikan secara verbal oleh guru. Pola
pembelajaran yang demikian bukanlah pola pembelajaran yang baik. Artinya,
guru telah gagal menjalankan tugasnya sebagai seorang fasilitator dan
motivator dalam mengembangkan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh
masing-masing siswa.
Model atau pola pembelajaran yang dianggap baik adalah pola
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Balitbang Dinas Pendidikan Propinsi
Jawa Barat menjelaskannya sebagai berikut :
Proses belajar mengajar harus diarahkan pada pemberian kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan, aktivitas, dan
kreativitas yang merupakan kemampuan dasar sebagai potensi
masing-masing pribadi agar dapat diterapkan dan diaktualisasikan.
Oleh karena itu, pembelajaran harus berpusat pada siswa (2003 : 13).

Ada dua hal utama yang mampu membangkitkan motivasi belajar,


yaitu keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri, motivasi
merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai prestasi belajar, oleh
karena itu, guru harus berupaya memfasilitasi dan membangkitkan imajinasi,
aktivitas dan kreasi belajarnya. Hal ini didasarkan atas pendapat yang
dikemukakan Balitbang Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat yang yang
menjelaskan bahwa "setiap siswa memiliki potensi yang berbeda yang akan
terlihat dari pola pikir, daya imajinasi, dan aktivitasnya. Oleh sebab itu, KBM
perlu dirancang mengarah pada pemberian kesempatan dan kebebasan
berkreasi untuk mengoptimalkan aktivitas dan kreativitas siswa" (2003 : 6).
Guru, sebagai orang yang berkemampuan profesional dalam didaktik
dan metodik, harus memberi peluang agar siswa benar-benar bisa belajar
dengan aktif melalui model pembelajaran yang demokratis dan dinamis. Oleh
karena itu, guru hendaknya memposisikan siswa sebagai subjek yang harus
dihargai kemampuannya dan dimotivasi untuk mengembangkan potensinya.
Adanya ciri-ciri pembelajaran demokratis dan dinamis sebagaimana
diungkapkan oleh Balitbang Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat (2003 :
4), dalam kutipan berikut :
Ciri belajar yang demokratis dan dinamis, di antaranya tercipta
suasana yang terbuka, akrab, dan saling menghargai. Guru tidak mendominasi
proses pembelajaran, tidak verbal, kaku penuh ketegangan serta sarat dengan
perintah/instruksi yang membuat siswa menjadi pasif, lelah, kurang
bergairah, dan merasa bosan.
Mengingat adanya kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
belajar IPS, baik pada pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun
diperguruan tinggi, maka untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut
diperlukan perbaikan belajar mengajar. Menurut Wardani (1994: 252) ada
dua program pelajaran tambahan yang ditujukan untuk perbaikan prestasi
belajar, yakni program yang disesuaikan bagi anak yang berbakat (program
pengayaan) dan yang kedua adalah program perbaikan yang disediakan bagi
murid yang mengalami kesulitan belajar. Murid yang mempunyai kesulitan
belajar dalam penguasaan materi pelajaran maupun kesulitan dalam
pencapaian hasil belajar, yang umumnya memperlihatkan prestasi belajar
yang rendah, underachiever (suatu keadaan yang mengacu kepada anak yang
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah) atau nilai yang menurun. Secara
konkrit, keadaan tersebut ditunjukkan dengan nilai siswa yang kurang dari
batas minimal (nilai) menurut ketentuan batas ketuntasan belajar sebesar 6,5.
Nilai kurang dari 6,5 menunjukkan kemampuan belajar yang rendah
sehingga tujuan belajar tidak tercapai (Depdikbud, 2000 : 45).
Pada umumnya, problem solving belum dilaksanakan sepenuhnya
oleh guru. Fenomena yang banyak ditemui bahwa sekolah atau guru hanya
memberikan program pengayaan terhadap semua siswa, termasuk yang
prestasi belajarnya rendah. Keadaan tersebut tentunya tidak memberikan jalan
keluar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar namun justru menambah
beban belajar siswa. Oleh sebab itu, pelaksanaan problem solving bagi siswa
yang prestasi belajarnya kurang atau menurun perlu dilakukan. Terhadap
kelompok siswa yang diberikan problem solving atau perbaikan disertai
dengan petunjuk yang diperlukan untuk menguasai tujuan belajar mereka,
diharapkan akan semakin memotivasi dalam melakukan usaha nyata untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Dengan demikian problem solving dapat dijadikan sebagai sarana
untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami para siswa. Indikator konkrit
dari keberhasilan problem solving diantaranya ditunjukkan dengan
pencapaian prestasi belajar minimal (mendapat nilai minimal 6,5) mengingat
nilai kurang dari 6,5 menunjukkan adanya kesulitan belajar yang dialami
siswa. Tentu saja problem solving yang dilakukan harus berkesinambungan
sehingga diperoleh peningkatan hasil belajar yang positif.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, penulis merasa tertarik
untuk mengangkat fenomena problem solving sebagai upaya untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam bidang studi IPS di
sekolah dasar.
Permasalahannya sekarang apakah problem solving dapat membantu
mengatasi kesulitan belajar siswa ? Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
peneliti di SD Negeri Sukamukti I bahwa problem solving dapat dilakukan
untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa. Oleh karena itu penulis
berusaha mengembangkan di SD Negeri Sukamukti I. Berdasarkan
pertimbangan itulah maka penulis mengambil judul: "Upaya Guru dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar IPS dengan Penerapan Metode Problem Solving
Pada Siswa Kelas VI di SD Negeri Sukamukti I Kec.Cikijing Kabupaten
Majalengka ".

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Masih banyak siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I yang belum nilai
tuntas dalam mata pelajaran IPS.
2. Tidak semua siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I mau memperbaiki
cara belajarnya meski memiliki prestasi belajar IPS yang rendah.
3. Masih banyak siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I yang memerlukan
layanan bimbingan untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
4. Belum optimal guru mata pelajaran IPS dalam membantu mengatasi
kesulitan belajar siswa di SD Negeri Sukamukti I.

C. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan karya ilmiah ini pada permasalahan pokok
sebagaiman telah diuraikan di atas, serta memperjelas ruang lingkup
masalahnya, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:
"Penerapan problem solving sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa
Kelas VI SD Negeri Sukamukti I".
D. Rumusan Masalah
Agar karya ilmiah mempunyai arah yang jelas maka penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
"Apakah problem solving dapat membantu kesulitan belajar IPS siswa
Kelas VI SD Negeri Sukamukti I"?

E. Manfaat Penelitian
l. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperluas pengetahuan tentang konsep problem solving.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang kesulitan belajar siswa.
c. Untuk memperluas wawasan professonal Guru Pembimbing terutama
tentang kesulitan belajar siswa.

2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan pada sekolah khususnya Guru pembimbing dalam
membantu kesulitan belajar siswa melalui problem solving.
b. Bagi siswa sebagai sarana untuk membantu mengatasi permasalahnnya
dalam belajar.
c. Bagi penulis untuk meningkatkan profesi sebagi guru pembimbins dan
dapat diterima karya ilmiah sebagai syarat kenaikan pangkat dari IV/ke
IV/b.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Problem solving bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data
sampai kepada menarik kesimpulan.
2. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang terjadi dalam kegiatan proses
belajar sehingga siswa tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan
(Nasution, 1995: 210).
3. Prestasi belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari
pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara
periodik (Nasution, 1972:45). Dengan selesainya proses belajar mengajar
pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi.
Berdasarkan definisi operasional di atas maka maksud dari judul karya
ilmiah ini adalah bentuk pengajaran khusus melalui pemecahan masalah
untuk membantu mengatasi sebagian atau keseluruhan kesulitan belajar yang
dihadapi siswa terhadap peningkatan kemampuan anak didik berdasarkan
hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar
secara periodik dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar


1. Pengertian Aktivitas Belajar
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan
secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya
berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya sedikit
banyak permanen (The Liang Gie, 1990 : 6). Sementara itu menurut
Slameto (1991 : 6) dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1998 :
36) adalah :
Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam
bidang material, formil, serta fungsionil pada umumnya dan pada
bidang-bidang intelek khususnya. Singkatnya belajar adalah
berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses
perkembangan dirinya mencapai tujuan.

Menurut WS Winkel (1991 : 36) :


Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan,dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Pendapat dari W.S. Winkel di atas dikuatkan oleh Winarno


Surachmad (1996 :57) sebagai berikut :
Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama
melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-
pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang
diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama
pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan pula
daya-daya yang mendinamisir proses itu.

Pendefinisian tentang pengertian belajar yang bermacam-macam


menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang
menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar,
namun semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi
Suryabrata (1993:249) tidak memberikan batasan secara langsung tentang
belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut
belajar.
Pertama : belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral
Changes, aktual maupun potensial). Kedua : perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kecakapan baru. Ketiga : bahwa perubahan itu
terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas
maka dapat disimpulkan mengenai pengertian belajar yaitu :
a. Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku pada diri individu yang mengalami belajar.
b. Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang
dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang
sifatnya relatif lama.
Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang
belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar, merasa
butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari
siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan
kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan kegiatan
belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan
motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka
keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan
motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor
pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri
menekankan pada autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan
tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.

2. Tujuan Kegiatan Belajar


Sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu maka Belajar
merupakan proses kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu, meskipun
tujuan yang dicapai setiap orang berbeda. Tujuan dari kegiatan belajar
yaitu :
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan pengetahuan
c. Pembentukan sikap dan pengetahuan (Winarno Surachmad (1996 : 49).
Nasution (1992:29) menjelaskan tujuan belajar sebagai berikut :
a. Agar anak dapat mengubah dirinya menuju hal-hal yang baru yang
lebih baik dari sebelumnya.
b. Mendapatkan pengalaman dan kecakapan baru.
c. Dapat mengoreksi dirinya sehingga menyesuaikan situasi dan kondisi
yang ada.
d. Menumbuhkan dirinya hidup bermasyarakat yang keadaannya sangat
komplek, sehingga dapat mengatasi problem yang akan dihadapi
dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mengambil kesimpulan
bahwa tujuan belajar adalah :
a. Untuk mengembangkan dirinya. Manusia cenderung ingin tahu segala
sesuatu yang ada disekitarnya. Hal ini mengakibatkan berkembangnya
ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan peradaban
manusia.
b. Untuk bekal hidup dimasa yang akan datang. Ilmu sebagai wahana
menuju hari esok yang lebih baik dan untuk memajukan pembangunan
masyarakat, nusa, bangsa dan negara.
c. Agar siswa menjadi manusia sosial yang berakhlak mulia. Manusia
belajar untuk membina kepribadian dan untuk kebahagiaan hidup dan
kepentingan masyarakat.

3. Prinsip-prinsip Belajar
Untuk mencapai tujuan belajar seseorang akan lebih berhasil bila
mengikuti prinsip-prinsip belajar atau azas belajar. Prinsip-prinsip belajar
yang dimaksud yaitu :
a. Belajar adalah proses interaksi secara aktif yaitu hubungan timbal balik
antara individu/siswa dengan lingkungannya.
b. Belajar yang paling baik apabiia ada motivasi atau dorongan yang
murni dari dalam diri siswa sendiri.
c. Kegiatan belajar harus bertujuan dan terarah.
d. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari teman, guru, orang tua
maupun buku pelajaran.
e. Jenis belajar yang paling utama ialah dalam bentuk belajar berfikir
kritis, konsep, lebih baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan
mekanis.
f. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian-pengertian.
g. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah
dipelajari dapat dikuasai.
h. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan atau hasil.
i. Belajar harus penuh konsentrasi, artinya harus dapat memusatkan
perhatian pada situasi khusus dalam belajar.
j. Belajar dapat dikatakan berhasil apabila si pelajar telah sanggup
mentransfer atau menerapkan kedalam praktek kehidupan sehari-hari
(Suharno, 1992 : 50 - 51).
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Pendidikan tahun
2003 bahwa tujuan pendidikan adalah:
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian
yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan (Duta Nusindo, 2003 : 1).

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas maka kemandirian adalah


sangat penting untuk dipikirkan dan diupayakan. Rasa mandiri tidak
mungkin akan datang dengan sendirinya tanpa dilatih dan dipatrikan ke
dalam diri siswa sejak dini.
Kemandirian harus dapat dimiliki oleh siswa sehingga tanpa harus
diperintah dan diatur siswa akan berbuat sesuatu sesuai dengan aturan
yang ada dan tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian akan
profesionalisme adalah dapat menopang kehidupan berbangsa,
bermasyarakat dan bernegara. Tujuan pendidikan yang mulia akan
terwujud apabila setiap individu diberi bekal kemampuan baik jasmani,
rokhani, fisik, dan mental mereka ke arah kemandirian. Kemandirian perlu
latihan sejak dini. Kemandirian dapat digiatkan melalui berbagai cara.
Semua kegiatan yang menuju keaktifan baik pikir, fikir, fisik maupun
mental dapat memupuk rasa kemandirian.
Seperti disampaikan oleh Yulaelawati (1992) bahwa belajar aktif
akan dapat menghasilkan hasil belajar yang bermakna. Dan belajar aktif
merupakan pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui
cara belajar yang aktif yang menuju belajar mandiri. Belajar aktif
merupakan perkembangan dari teori Dewey "learning by doing" (1859 -
1952). Dewey tidak setuju belajar hanya dengan menghafal, tetapi siswa
harus terlibat dalam proses belajar secara spontan. Pemecahan masalah,
persoalan akan dapat mengaktiflcan siswa dalam belajarnya. Siswa akan
berpengalaman dalam pemecahan masalah, yang pada akhirnya
pengalaman tersebut menjadi guru yang baik, sehingga dapat digunakan
sewaktu anak tersebut memerlukannya.
Peran guru dan bahkan orang tua di dalam aktivitas siswa tersebut
adalah sangat penting. Guru sebagai fasilitator dan orang tua sebagai
pendamping belajar siswa di rumah. Guru harus membantu memudahkan
siswa belajar dan dapat mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa.
Sebagai pengelola, guru harus mampu dan dapat mengelola, harus mampu
merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna dapat mengelola
sumber belajar yang diperlukan.
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk
menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan dapat
menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan
berbagai pengetahuan keterampilan serta pengalaman, melalui aktivitas
belajar, siswa akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas
belajar dan potensi yang dimilikinya, sehingga secara penuh sadar dapat
menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, lebih
terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, tanggap,
sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran
informasi yang bermakna baginya.
Di dalam mengaktifkan siswa, sebagai seorang guru harus dapat
menjabarkan program satuan pengajaran, sehingga mampu
mengembangkan gagasan baru, dan dapat memperjelas kaitan antara
kondisi dan situasi lingkungan terhadap permasalahan yang diberikan.
Guru harus mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku siswa secara bertahap dan utuh.
Aktivitas siswa harus dapat menumbuhkan sikap sosial, sehingga
perlu adanya tugas kelompok yang harus dikerjakan secara bersama-sama.
Kegiatan berpasangan sangat diharapkan oleh lembaga dalam upaya
memahami kehidupan bermasyarakat dan aktivitas kerjasama dalam
kegiatan tertentu.
Kegiatan perorangan lebih memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemandirian dan potensi yang optimal dalam diri
masing-masing siswa. Aktivitas siswa tidak perlu sama dan sejenis, adanya
perbedaan setiap individu siswa harus telah dideteksi oleh guru. Dengan
demikian pendapat yang berbeda adalah menunjukkan jati diri yang dapat
menghadirkan kreatifitas, daya pikir yang sangat potensial terhadap siswa.
Guru harus mampu mengembangkan sikap profesionalisme dalam
mencoba mengaktifkan siswa. Di samping guru menjabarkan pokok dan
sub pokok bahasan dalam proses belajar mengajar juga harus mampu
mengevaluasi, menganalisa serta menyusun, dan melaksanakan program
perbaikan/pengayaan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar


Keberhasilan belajar ditentukan oleh beberapa faktor yang secara
umum faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Faktor Stimuli Belajar
Wasty Soemanto (1990:109) menyatakan bahwa stimuli belajar adalah
faktor di luar individu untuk mereaksi minat dalam belajar. Hal yang
termasuk stimuli belajar antara lain:
1) Panjang pendeknya bahan pelajaran
2) Kesulitan bahan pelajaran
3) Berat ringannya tugas
4) Suasana lingkungan eksternal seperti cuaca, tempat belajar dan
penerangan.
b. Faktor Belajar Mengajar
Wasty Soemanto (1990:110) menyatakan bahwa metode mengajar
mempengaruhi proses belajar siswa. Termasuk dalam hal ini adalah
penerapan problem solving.
c. Faktor Individual
Faktor individual maksudnya faktor yang datang dari pelajar. Faktor
tersebut diantaranya meliputi kematangan siswa, kapasitas mental, usia
kronologis, pengalaman belajar dan lain-lain

B. Tinjauan Tentang Kesulitan Belajar


Seorang pendidik secara umum bertanggung jawab terhadap
keberhasilan subjek didik yang mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Tentunya dari observasi sehari-hari, ada dua kelompok besar yaitu siswa yang
berhasil dan kelompok yang belum berhasil yaitu yang mendapat kesulitan
belajar.
Menurut Suyono (1998:2), kesulitan ini mungkin disadari dan
mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalami kesulitan atau
hambatan. Ini dapat bersifat psikologis sosiologis, ataupun fisiologis dalam
keseluruhan proses belajar mengajar.

1. Pengertian Kesulitan Belajar


Suyono (1998: 3) menyatakan bahwa kesulitan belajar mempunyai
pengertian yang luas, yang kedalamnya termasuk pengertian seperti
Learning Disoder (kekacauan), Learning Dysfunction (tidak berfungsi),
Underachiever (mencapai bawah), Learning Disability (ketidak mampuan
belajar), Slow Learner (lambat belajar). Adapun pengertian dari istilah-
istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Learning Disorder (Kekacauan belajar)
Pengertian Learning Disoder atau kekacauan dalam belajar adalah
sebagai berikut :
Merupakan suatu keadaan yang dapat mengganggu proses belajar
siswa, karena timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan
tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon
yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya (Suyono, 1998: 3).
erdasarkan pendapat di atas bahwa learning disorder terjadi akibat
adanya respon yang saling bertentangan dalam diri individu yang
belajar. Akibat pertentangan tersebut maka tidak tercapai konsentrasi
dalam belajar.
b. Learning Disability (Ketidakmampuan belajar)
Ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana anak tidak
mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar yang
dicapai berada di bawah potensi intelektualnya (Suyono, 1998 : 3 ).
c. Learning Dysfunction (Tidak berfungsi)
Pengertian learning dysfunction merupakan suatu keadaan yang
mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan
baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya sub
normalitas mental, gangguan alat indera, atau gangguan-gangguan
psikologis lainnya (Suyono, 1998: 3).
d. Underachiever (mencapai bawah)
Underachiever adalah suatu keadaan yang mengacu kepada anak yang
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah (Suyono, 1998 : 3).
e. Slow Leaner (Lambat belajar)
Slow leaner adalah suatu keadaan yang mana anak lambat dalam proses
belajarnya, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan sekelompok anak lain yang memiliki taraf
intelektual yang sama (Suyono, 1998: 3).
Apabila Suyono mengartikan kesulitan belajar ditinjau dari adanya
lima masalah dalam belajar, Nasution (1995: 210) mengartikan kesulitan
belajar sebagai suatu kondisi yang terjadi dalam kegiatan proses belajar
sehingga siswa tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka kesulitan belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang terjadi dalam
kegiatan proses belajar sehingga siswa tidak dapat mencapai tujuan yang
diinginkan yang ditandai dengan prestasi belajar siswa yang rendah.

2. Gejala Kesulitan Belajar


Suyono (1998: 5) menyatakan beberapa ciri tingkah laku yang
merupakan gejala kesulitan belajar ;
a. Hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata kelas.
b. Lambat dalam mengerjakan tugas.
c. Mempunyai sifat kurang wajar, misalnya acuh tak acuh, menentang,
pura-pura dan dusta.
d. Mempunyai sifat berlawanan, misalnya sering bolos, datang terlambat
dan tidak mengerjakan PR.
e. Mempunyai sifat emosional
Pendapat lain yang menyatakan mengenai gejala kesulitan belajar
adalah Burton (1952 : 622 ) menyatakan bahwa : "Siswa dikatakan gagal
apabila dalam batas waktu tertentu tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu
seperti yang telah ditetapkan oleh guru atau orang dewasa".
Kemudian Burton (1952 : 623) menyatakan siswa dikatakan gagal
apabila tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, juga
tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk
penyesuaian sosial, fase perkembangan terhadap kelompok fasenya.
Berdasarkan pendapat mengenai gejala di atas maka gejala yang
mudah diamati apabila siswa mengalami kesulitan belajar adalah
kegagalan siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan yang
ditunjukkan dengan prestasi belajar yang rendah.

3. Latar Belakang Kesulitan Belajar


Penyebab timbulnya kesulitan belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (dari
dalam diri anak) menurut Fontana seperti yang dikutip Nasution (1995:
230) adalah kemampuan intelektual, kemampuan afektif seperti perasaan
dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin,
latar belakang sosial, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan
kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar atau merasakan.
Sedangkan faktor eksternal (berasal dari luar anak) mencakup faktor-faktor
yang berkaitan dengan kondisi belajar mengajar yaitu guru, kualitas proses
belajar mengajar, serta lingkungan.
Sesuai dengan faktor-faktor di atas, maka kesulitan belajar paling
nampak ditunjukkan oleh hasil belajar yang rendah. Hal tersebut dapat
diakibatkan oleh beberapa hal khususnya menyangkut faktor internal
sebagai berikut :
1) rendahnya kemampuan intelektual anak,
2) gangguan perasaan/emosi,
3) kurangnya motivasi untuk belajar,
4) kurang matangnya anak untuk belajar,
5) usia yang terlampau muda,
6) latar belakang sosial yang tidak menunjang,
7) kebiasaan belajar yang kurang baik,
8) kemampuan mengingat yang rendah,
9) terganggunya alat-alat indera,
10) proses belajar mengajar yang tidak sesuai,
11) tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar (Nasution, 1995: 231).
Burton (1952 : 633) juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang
melatar belakangi kesulitan belajar ada dua yaitu faktor dari dalam diri
siswa dan dari luar diri siswa. Adapun yang termasuk dalam faktor-faktor
tersebut adalah :
a. Faktor-faktor yang terdapat didalam diri siswa, antara lain :
1) Kelemahan secara fisik
2) Kelemahan secara mental
3) Kelemahan secara emosional
4) Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan sikap-sikap yang salah.
5) Tidak memiliki ketrampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan.
b. Faktor-faktor yang terdapat diluar diri siswa, antara lain :
1) Kurikulum yang seragam, buku sumber yang tidak sesuai.
2) Ketidaksesuaian sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan
dan pengalaman belajar.
3) Terlalu berat beban belajar siswa.
4) Lingkungan pergaulan
5) Lingkungan alam sekitar
Timbulnya berbagai faktor kesulitan belajar di atas tidak terlepas
dari tahap perkembangan psikologi yang dialami siswa didik. Menurut
Kroh yang dikutip Mudyahardjo (1994:206-207) bahwa pada umumnya
selama perkembangannya individu mengalami masa kegoncangan dua
kali, yaitu yang pertama pada kira-kira tahun ketiga atau keempat, dan
yang kedua pada permulaan masa pubertas. Berdasarkan atas kedua masa
kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan
melewati tiga periode, yaitu :
a. dari lahir sampai masa kegoncangan pertama, yang biasanya disebut
masa kanak-kanak;
b. dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua, yang
biasanya disebut masa keserasian bersekolah; dan
c. dari masa kegoncangan yang kedua sampai akhir masa remaja, yang
biasanya disebut masa kematangan.
Berdasarkan kegoncangan secara psikis tersebut, maka
memunculkan kesulitan belajar dalam diri seseorang.

4. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar


Kesulitan yang dialami siswa harus segera diatasi dengan tuntas,
agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih oleh siswa. Adapun langkah-
langkah untuk mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut
a. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan.
Gejala munculnya kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai
bentuk. Ia dapat muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang
menyimpang atau menurunnya hasil belajar. Perilaku yang
menyimpang antara lain suka mengganggu teman, merusak alat-alat
pelajaran, sukar memusatkan perhatian, dan sebagainya.
b. Melokalisasikan letak kesulitan / permasalahan.
Setelah mengidentifikasi munculnya kesulitan belajar pada siswa, harus
dilakukan upaya-upaya pemeriksaan terhadap murid dengan jalan
menelaah atau menetapkan status siswa. Penelaahan dan penetapan
status siswa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan oleh siswa.
2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus tersebut oleh siswa
yang bersangkutan dengan menggunakan teknik dan alat penilaian
yang tepat.
3) Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda
dari tujuan yang ditetapkan itu.
c. Melokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan kesulitan.
Berdasarkan status yang telah ditetapkan tersebut, kemudian
memperkirakan sebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dengan
berlandaskan pada :
1) gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
2) sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
3) berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan
gejala kesulitan yang makin kompleks.
d. Perkiraan kemungkinan bantuan, yang dalam penelitian ini
kemungkinan bantuannya melalui problem solving.
e. Penerapan kemungkinan cara mengatasi, yaitu melalui problem solving.
f. Tindak lanjut, berupa melaksanakan pengajaran remidial, membagi
tugas dan peranan orang-orang tertentu, mengecek kemajuan yang
dicapai siswa.

5. Prinsip-prinsip Pemecahan Kesulitan Belajar


Prinsip-prinsip yang dapat perlu diperhatikan dalam upaya
pemecahan kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
a. belajar adalah sesuatu yang kompleks
b. kesulitan belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang kadang-
kadang saling berinteraksi.
c. gejala kesulitan belajar dapat muncul dalam berbagai bentuk
d. pemecahan kesulitan belajar hendaknya dilakukan sedini mungkin
e. kepercayaan dan rasa simpati merupakan dasar pemecahan kesulitan
belajar.

6. Diagnosa Kesulitan Belajar


Kerangka teoretik mengenai diagnosis kesulitan belajar adalah
sebagai berikut :
a. Diagnosis kesulitan belajar mempunyai peranan sangat penting dalam
membantu siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Keberadaannya sangat besar artinya bagi siswa yang mempunyai
kemampuan yang berbeda dari kemampuan umum teman-teman
sekelas. Tanpa adanya program kesulitan belajar, maka siswa yang
kurang mampu akan selamanya tertinggal dari teman-temannya, dan
siswa yang pintar mungkin akan menyalurkan kemampuannya yang
berlebih ke hal-hal yang negatif.
b. Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar ini membuat guru lebih
mengenal siswa-siswinya. Hal ini juga akan menyadarkan guru
mengenai keanekaragaman siswanya. Kesadaran ini akan mendorong
guru untuk lebih memvariasikan kegiatan belajar-mengajar yang
dikelolanya sehingga setiap siswa dalam kelas dapat memetik
manfaatnya.
Adapun mengenai diagnosis sendiri diambil dari bahasa Yunani
yang berarti :
a. penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-
gejalanya;
b. proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres (Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998 :
203).
Bertitik tolak dari pengertian di atas maka guru tak ubahnya
sebagai seorang dokter. Hanya saja guru mengadakan pemeriksaan
terhadap siswa untuk menentukan “ketepatan dan kebenaran" penglihatan
guru secara lebih khusus. Dari hasil pemeriksaan ini guru menentukan
“penyakit" siswa dan kemudian memberikan pengobatan berupa perbaikan
dalam cara mengajar maupun belajar yang dianggap sesuai.
Dengan dilaksanakannya diagnosis kesulitan belajar maka
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena segala yang
menjadi ganjalan pada diri siswa akan diketahui dan dicarikan jalan
pemecahannya. Dengan demikian siswa yang belajar dalam kondisi yang
memungkinkan dia maju sesuai dengan kecepatannya akan merasa
memiliki suatu kemampuan karena dia dapat menguasai apa yang
dipelajarinya. Keadaan yang demikian diharapkan akan menjauhkan dia
dari frustasi, sehingga kepuasannya dalam belajar akan meningkat. Di
samping itu perhatian guru yang diberikan kepada siswa akan menjadi
sumber motivasi untuk betajar lebih baik sehingga prestasinyapun
diharapkan juga akan meningkat.

7. Bantuan dalam Kesulitan Belajar


Tujuan bantuan ini adalah agar setiap siswa memperoleh sukses
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Bantuan yang
diberikan tidak saja kepada siswa yang telah nyata menunjukkan kesulitan
belajar, akan tetapi juga kepada siswa yang tidak menunjukkan kesulitan
belajar. Langkah-langkah yang ditempuh dalam bantuan ini adalah sebagai
berikut :
a. Langkah identifikasi kasus, yaitu langkah untuk menetapkan siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
b. Langkah diagnosis, untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta
latar belakang.
c. Langkah prognosis, yaitu menetapkan langkah-langkah bantuan yang
akan diberikan berdasarkan langkah sebelumnya.
d. Langkah pemberian bantuan, yaitu pelaksanaa pemberian bantuan
kesulitan belajar.
e. Langkah evaluasi dan tindak lanjut, yaitu untuk mengetahui hasil usaha
bantuan yang telah diberikan.

C. Tinjauan tentang Problem Solving


Pendidikan dan pengajaran merupakan suatu sistem yang berorientasi
pada tujuan, dalam sistem ini terdapat komponen-komponen misalnya guru,
murid, prasarana, kurikulum. Semua komponen-komponen tidak lepas satu
sama lain tetapi saling kait mengkait dan menunjang.

1. Pengertian Problem Solving


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode
lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku,
meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah
kedua di atas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji
kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya
seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Catatan : Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan
sendiri dengan bimbingan dari para pengajar.

2. Kelebihan dan Kelemahan Problem Solving


Metode Problem Solving mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut :
a. Kelebihan Melode Problem Solving
1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu
kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia, dalam
proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan
menyoroti permasalahan dan berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahannya.
b. Kekurangan Metode Problem Solving
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Penerapan metode
pemecahan masalah bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan
permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambil waktu pelajaran lain.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.

3. Tujuan dilaksanakan Problem Solving


Untuk mencapai tingkat ketuntasan serta tujuan pendidikan
disekolah secara efektif dan efisien sangat erat hubungannya dengan
tujuan pendidikan Nasional yang ditetapkan. Tujuan dilaksanakannya
problem solving adalah :
a. Untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses
pemecahan masalah, baik dari segi kepribadian siswa ataupun segi
proses belajar mengajar.
b. Memahami dirinya khususnya yang menyangkut prestasi belajar yang
meliputi segi kekuatan, kelemahan jenis dan sifat kelemahan.
c. Mengubah atau memperbaiki cara belajar kearah yang lebih baik sesuai
dengan kesulitannya.
Tabel 2.1
Tingkat Kesulitan Soal
Prosentase siswa yang menjawab
Tingkat Kesulitan
benar
0%- 25% sangat sulit
26%- 50% sulit
51 % - 75 % sedang
76%- 90% mudah
91 %-100% sangat mudah

d. Mengadakan tes formatif yang merupakan pengulangan dari tes


sebelumnya untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi
remedial.

D. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar


Prestasi berasal dari bahasa Inggris "prestatie" yang artinya hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan). Kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi "prestasi" yang berarti hasil atau usaha, sedang belajar merupakan
suatu aktifitas yang dilakukan manusia dengan tujuan dapat melakukan
sesuatu yang baru. Dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan belajar yang
diingnkan adalah hasil belajar atau prestasi belajar.
Pengertian prestasi belajar sesuai seperti tersebut dalam Kamus
Psikologi adalah : "suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari
kecakapan kepandaian, keaktifan dan kemampuan di dalam karya akademik
yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi" (J.P. Chaplin, 1992 : 159).
Dengan demikian prestasi itu berupa perubahan perilaku pada individu
di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan
mengalami proses belajar mengajar tertentu. Adapun pengertian belajar
menurut Ngalim Purwanto (1993:86) adalah perubahan dalam pribadinya
yang menyatakan diri sebagai pola baru daripada reaksi diri yang berupa
kecakapan, sikap, atau kebiasaan, kepandaian atau suatu pengabdian.
Dari pengertian di atas dapatlah dikatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dari suatu proses belajar mengajar
yang dilakukan sehingga menimbulkan reaksi berupa kecakapan, sikap,
kepandaian, kebiasaan, atau suatu pengabdian.
Lebih lanjut Nasution (1992:45) berpendapat bahwa prestasi belajar
adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau
pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan
selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya
suatu evaluasi. Dimana evaluaasi ini mengandung maksud untuk mengetahui
kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan
oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui prestasi belajar siswa
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan suatu nilai yang
menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi
aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan
nilsi sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses
belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah
yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan
didalam kurikulum. Oleh karena itu betapa pentingnya kita mengetahui
prestasi belajar anak didik.

E. Kerangka Berpikir
Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan-kegiatan atau aktifitas
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan
yang sedikit banyak permanen. Dalam kegiatan belajar, siswa kemungkinan
tidak terlepas dari adanya kesulitan belajar yaitu kondisi yang terjadi dalam
kegiatan proses belajar sehingga siswa tidak dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Untuk dapat mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa,
maka diperlukan suatu bentuk pengajaran yang lebih efektif dan efisien
sehingga tidak menambah beban bagi siswa yang justru akan memperparah
kesulitan belajar atau menimbulkan kesulitan belajar baru.
Problem solving sebagai suatu bentuk pengajaran khusus, ditujukan
untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau keseluruhan kesulitan
belajar yang dihadapi siswa. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil
belajar yang optimal. Dengan problem solving bisa :
a. memperbaiki cara belajar siswa
b. siswa lebih aktif dalam belajar
c. memotivasi siswa
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa.

F. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah
"Problem solving dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa Kelas
VI SD Negeri Sukamukti I ".
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Objek Tindakan
Objek tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas
problem solving dan kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
Dikatakan sebagai objek tindakan karena metode problem solving dikenakan
pada siswa sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan belajarnya.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sukamukti I yang berada di
Kecamatan Cikijing , yang terdiri dari 6 kelas, terdiri dari 1 s/d 6.

C. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan secara kualitatif yaitu
penelitian terhadap data yang berbentuk konsep, kata-kata tertulis dan orang-
orang mengenai kehidupan dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif data bersifat kualitas dan bentuk verbal yakni berwujud kata-kata
serta merupakan suatu penelitian yang menekankan pada proses serta makna
sehingga bentuk penelitian kualitatif yang baik adalah kualitatif deskriptif.
Berdasarkan masalah yang digunakan dalam penelitian yang
menekankan pada masalah proses dan makna (perspektif dan partisipasi)
maka bentuk penelitian dengan strategi terbaik adalah penelitian kualitatif
deskriptif yang penuh nuansa berharga daripada sekedar pernyataan jumlah
ataupun frekuensi dalam bentuk angka (HB. Sutopo, 1996: 30).

D. Metode Pengumpulan Data


Menurut Suharsini Arikunto (1993:134), alat-alat yang dapat
digunakan untuk penelitian meliputi tes, angket atau kuesioner, observasi,
wawancara, skala bertingkat dan dokumentasi. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah : "Suatu proses untuk
mengadakan penjajakan tentang perlakuan manusia atau kelompok
manusia sebagai mana terjadi dalam kenyataan, kemudian membuat
deskripsi lengkap tentang kehidupan sosialnya" (Sri Wiyarti Sunyoto,
1986: 18).
Peneliti menggunakan observasi selama proses penelitian yang
sedang dilakukan secara langsung terjun ke lapangan. Dalam observasi ini
peneliti melakukan observasi partisipatif di mana observer berfungsi
sebagai pengamat dan juga sekaligus menjadi guru yang melaksanakan
kegiatan problem solving. Tujuan observasi partisipatif ini adalah untuk
mengetahui tingkat keulitan belajar siswa sebelum, ketika dan sesudah
mengikuti kegiatan problem solving.

2. Wawancara
Pengertian interview menurut pendapat Sutrisno Hadi (1984: 193)
adalah :
Interview dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih
hadir secara fisik dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran
komunikasi secara lancar dan wajar.
Dalam penelitian ini interview dilakukan dengan cara
mewawancarai pihak yang berhubungan dengan sasaran penelitian ini
yaitu siswa. Tujuan wawancara ini adalah untuk mengetahui penyebab
kesulitan belajar siswa.

3. Tes
Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Suharsimi, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu test yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari
sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996: 139). Tes prestasi diberikan setiap
akhir kegiatan problem solving sehingga dapat diketahui perkembangan
kesulitan belajar yang dialami. Indikatornya bahwa semakin baik nilai
siswa berarti kesulitan belajar yang dialami siswa juga berkurang.

E. Rencana Kegiatan Tindakan Kelas


Rencana kegiatan penelitian tindakan kelas untuk pengumpulan data
sekaligus proses pengamatan direncanakan mulai tanggal 1 September 2007
yang diawali dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk
memperolah informasi dan gambaran terhadap permasalahan di kelas yang
akan diteliti sebagai data awal dan dilanjutkan dengan membahas hasil-hasil
observasi serta merencanakan dan menetapkan tindakan. Rancangan
penelitian ini menggunakan model proses, yang akan dilaksanakan selama 3
siklus. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang telah ada. Pada
setiap akhir siklus diadakan kegiatan refleksi untuk menentukan tindakan
pada siklus berikutnya. Proses penelitian pada siklus I dilaksanakan mulai
tanggal 1 September 2007 sampai tanggal 20 September 2007, siklus II mulai
tanggal 6 Oktober 2007 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2007. siklus III
dimulai pada tanggal 3 November 2007 sampai dengan 28 November 2007,
dijadwalkan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Tindakan Kelas

No Tanggal Jenis Kegiatan


1 1 s.d 20 September 2007 Pelaksanaan Penelitian Siklus I
6 s.d 9 September 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 1
11 s.d 15 September 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 2
16 s.d 19 September 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 3
20 September 2007 Merekap Nilai Siklus I
2 6 s.d 30 Oktober 2007 Pelaksanaan Penelitian Siklus II
6 s.d 11 Oktober 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 1
13 s.d 18 Oktober 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 2
20 s.d 27 Oktober 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 3
28 Oktober 2007 Merekap Nilai Siklus II
3 3 s.d 28 November 2007 Pelaksanaan Penelitian Siklus III
3 s.d 10 November 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 1
15 s.d 20 November 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 2
20 s.d 27 November 2007 Pelaksanaan Penelitian Tindakan 3
28 November 2007 Merekap Nilai Siklus III

Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tindakan kelas pada


tiap-tiap siklusnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2.
Rencana Tindakan Penelitian dalam Setiap Siklus

Siklus Tindakan Peneliti Tindakan Siswa


Siklus I 1. Melaksanakan tindakan :
- Menanamkan konsep-konsep - Memahami dan merespon hal-
penanganan kesulitan belajar melalui hal yang berkaitan dengan
kegiatan problem solving kegiatan problem solving
- Melaksanakan kegiatan problem - Terlibat di dalam aktifitas
solving. pemecahan masalah
- Mengamati pelaksanaan proses belajar - Mengikuti proses belajar secara
mengajar agar berjalan seoptimal aktif dengan mengerjakan
mungkin tugas yang diberikan guru
- Mengamati dan mencatat tindakan
aktifitas siswa
2. Memantau PBM
- Melaksanakan dan mengamati tindakan - Aktif melaksanakan aktivitas
serta mencatat peristiwa yang penting belajar dipandu guru dalam
untuk mengetahui tingkat perubahan konteks problem solving
atas tindakan yang dilakukan.
3. Mengevaluasi hasil pemantauan dan - Mengerjakan soal ulangan
mengolah data yang dapat direkam harian secara individu.
kemudian memaknainya serta
menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan tindakan atau hasil sampingan
dari pelaksanaan tindakan.
4. Mengadakan refleksi I dengan cara
meneliti kembali tindakan yang telah
dilakukan.
Siklus II 1. Merumuskan tindakan baru
- Menanamkan konsep-konsep baru - Memahami dan merespon hal-
upaya penanganan kesulitan belajar hal yang ada kaitannya dengan
melalui problem solving problem solving
- Melaksanakan kegiatan problem solving - Dalam proses belajar mengajar
berdasarkan hasil capaian siswa pada ikut terlibat secara aktif
siklus I
2. Pemantauan PBM
- Mengamati tindakan kelas, mencatat - Aktif melaksanakan aktivitas
peristiwa penting untuk mengetahui belajar dipandu guru dalam
perubahan tindakan yang dilakukan konteks problem solving
3. Mengevaluasi hasil pantauan dan
mengolah data yang dapat direkam
serta. menentukan keberhasiklan
pencapaian tujuan tindakan atau hasil
pelaksanaan tindakan
4. Mengadakan refleksi II meneliti
tindakan yang telah dilaksanakan
Siklus III 1. Melaksanakan tindakan
- Melaksanakan proses belajar mengajar
sesuai pokok bahasan dari jadwal yang
ada dengan aplikasi problem solving
- Proses belajar mengajar diakhiri dengan
ulangan harian secara individual
hasilnya dinilai oleh guru
- Menilai hasil ulangan harian dan
memberi motivasi agar siswa berusaha
meningkatkan diri
2. Memantau proses belajar mengajar
- Mengajar dan mengamati tindakan serta
mencatat peristiwa penting untuk
mengetahui tingkat perubahan pada
siswa setelah pelaksanaan problem
solving
3. Mengevaluasi hasil pengamatan,
mengolah data yang diperoleh,
menginterpretasikan tingkat
keberhasilan tindakan
4. Mengadakan refleksi untuk meneliti
tindakan yang telah dilakukan sebagai'
dasar untuk menentukan keberhasilan'
tindakan yang telah dilakukan.

Adapun kegiatan dan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam


setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Guru
Guru IPS Kelas VI, melaksanakan proses belajar mengajar sesuai
pokok bahasan dalam GBPP. Dalam melaksanakan proses belajar
mengajar ini menggunakan bentuk problem solving. Siswa yang
bermasalah kesulitan belajar IPS diamati secara seksama untuk
memudahkan proses pengamatan. Proses belajar mengajar diakhiri dengan
ulangan harian yang dikerjakan secara individu. Hasil ulangan harian
dikoreksi dan didokumentasi guru. Peneliti mengamati perkembangan
siswa yang bermasalah belajar IPS, memberi motivasi agar siswa berusaha
meningkatkan diri dengan cara mau bertanya kepada teman ataupun guru
apabila tidak paham terhadap materi yang dijelaskan. Demikian pula guru
juga memberi motivasi kepada siswa yang berkemampuan lebih dalam
mata pelajaran IPS, agar mau membantu temannya yang kurang mampu,
sehingga tercipta kerja sama yang baik dalam kelas.
Peneliti memantau proses belajar mengajar serta mengamati
tindakan yang dilakukan serta mencatat peristiwa penting untuk
mengetahui perubahan yang terjadi setelah tindakan dilakukan.
Selanjutnya mengevaluasi hasil pengamatan, mengolah data yang
diperoleh pada waktu pengamatan dan menginterpretasikan tingkat
keberhasilan tindakan. Bersama dengan peneliti, guru mengadakan refleksi
untuk melihat kembali tindakan yang telah dilakukan serta dari hasil
pengamatan yang dilakukan baik dengan lembar pengamatan maupun
dengan melihat kembali hasil catatan, kemudian didiskusikan dengan
peneliti untuk menentukan rancangan tindakan pada siklus berikutnya.

2. Kegiatan Siswa
Siswa sebagai subjek yang dikenai tindakan diharapkan dapat
merespon, mengikuti proses belajar mengajar problem solving. Dalam
mengerjakan latihan soal, guru dapat memberikan bantuan apabila siswa
benar-benar mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, kedekatan guru dengan
siswa sangat penting artinya bagi pelaksanaan kegiatan problem solving.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa mengerjakan soal ulangan harian
secara individu. Dengan adanya problem solving ini diharapkan siswa
termotivasi agar giat belajar yang akhirnya dapat mengatasi kesulitan
belajar atau masalahnya sendiri.

3. Kegiatan Peneliti
Pada waktu guru memberikan tindakan, peneliti yang juga guru di
SD Negeri Sukamukti I mengadakan pengamatan dan pemantauan dengan
menggunakan lembar pengamatan, merekam setiap tindakan serta respon
siswa terhadap tindakan guru.
Setiap siklus diakhiri dengan kegiatan refleksi, peneliti terlibat
dalam kegiatan pemaknaan dan pengembangan, serta membantu guru
untuk merefleksi diri tentang tindakan yang telah dilakukan dengan
memberi masukan untuk rancangan tindakan berikutnya. Data yang
diperoleh dimaknai bersama, dianalisis untuk mengetahui perkembangan
siswa dengan membandingkan dengan tindakan sebelumnya. Hasil
pengamatan dan data yang diperoleh dibahas bersama dengan harapan
masing-masing dapat mengungkap tindakan yang dapat mengatasi
kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Antara guru dan peneliti
saling memberi masukan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sebagai
acuan bagi guru untuk mengadakan perubahan dan perbaikan pada
tindakan siklus berikutnya.
Jika rencana tindakan penelitian dan pengembangan belum
menghasilkan perubahan yang menunjukkan peningkatan kemampuan
siswa, rencana tindakan berikutnya perlu direvisi dengan tindakan dan
pendekatan baru yang dapat menghasilkan perubahan yakni mampu
mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

F. Metode Analisis Data


Teknik analisis data penelitian merupakan salah satu langkah yang
sangat penting dalam proses penelitian, karena di sinilah hasil penelitian akan
tampak. Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan,
menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang
terkumpul dalam tindakan.
Menurut Suharsini Arikunto (1996:244) apabila ditanya telah
terkumpul maka:
Data tersebut diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif. Data yang bersifat kualitatif digambarkan
dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisah menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud
angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran.
Berdasarkan pendapat di atas maka, dalam penelitian ini
menggunakan gabungan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif
kualitatif. Selanjutnya menurut Suharsini Arikunto (1996:244) data yang
bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau
pengukuran tersebut diproses dengan cara : dijumlah, dibandingkan dengan
jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Kadang-kadang pencarian
persentase dimaksudkan untuk mengenai status sesuatu yang dipersentasekan
dan disajikan tetap berupa persentase. Teknik ini sering disebut analisis
deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase.
Adapun analisis data secara deskriptif kualitatif dalam penelitian ini
adalah memaknai data kuantitatif secara verbal yaitu dengan membandingkan
hasil nilai pre test dan post test yang diperoleh subyek serta menjelaskan
kondisi-kondisi lain yang terjadi selama proses kegiatan problem solving.
Dengan demikian dapat diketahui adanya perkembangan tingkat kesulitan
belajar siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I.

H. Cara Pengambilan Kesimpulan


Dalam hubungannya dengan penggalian dapat maka dalam penelitian
ini menggunakan strategi penelitian kualitatif, yaitu empathy, transposition
historic, in dept-interviewing dan tacit. Khususnya dalam penelitian ini
dipergunakan transposition historic yaitu memproyeksikan apa yang
dirasakan pada masa lalu ke dalam kegiatan perbaikan pembelajaran yang
direncanakan sehingga dicapai hasil yang lebih baik dari kegiatan
sebelumnya.
Cara pengambilan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan induktif. Metode induktif berangkat dari fakta-fakta yang
bersifat khusus dari peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-
fakta khusus dan konkrit itu ditarik suatu generalisasi-generalisasi yang
mempunyai sifat umum (Sutrisno Hadi, 1978:37). Tujuan teknik ini untuk
membentuk pengetahuan yang bersifat umum, yang akan dijadikan dasar
teknik deduktif.
Langkah yang ditempuh adalah membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara
dengan teori yang berkaitan, serta membandingkan data antar metode yaitu
membandingkan ulangan harian dengan hasil observasi dan wawacara. Selain
itu juga membandingkan antara data yang bersumber dari subyek tertentu
dengan data dari subyek lain. Jadi, data yang terkumpul nantinya akan diuji
keabsahannya dengan mengadakan kroscek antara guru, peneliti dan siswa
Kelas VI SD Negeri 2 Kondangjajar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Selintas tentang Setting


Subyek penelitian terdiri 20 siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I
tahun ajaran 2007/2008. Berdasarkan observasi peneliti sebelum pelaksanaan
tindakan Kelas VI SD Negeri Sukamukti I tahun ajaran 2006/2007 dapat
dilihat bahwa dari aspek prestasi akademis bidang studi IPS 20 siswa tersebut
rata-rata rendah karena banyak diantaranya yang belum mencapai nilai
ketuntasan dalam belajar (6,5).
Sebanyak 20 siswa tersebut pada waktu di adakan pre test
menunjukkan prestasi belajar IPS siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I
tahun ajaran 2006/2007 sebagian dalam kategori kurang. Namun melalui
kegiatan problem solving ini diharapkan mampu mengatasi kesulitan belajar
siswa.

B. Uraian Penelitian
Sebelum dilaksanakan tindakan, agar rancangan tindakan yang
disusun dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan beberapa persiapan
yang dilaksanakan pada bulan September 2007. Adapun persiapan sebagai
berikut.
l. Perencanaan Pemecahan Kesulitan Belajar
Pemecahan kesulitan belajar dilakukan dengan mengidentifikasi
adanya kesulitan belajar pada siswa. Untuk itu, agar pemecahan kesulitan
belajar berlangsung secara sistematis dan terarah, langkah-langkah dalam
pelaksanaannya harus direncanakan dengan baik. Rencana langkah untuk
memecahkan kesulitan belajar siswa yang akan diimplementasikan adalah
(a) mengidentifikasi adanya kesulitan belajar, (b) menelaah/menetapkan
status siswa, dan (c) memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar.
Dari ketiga langkah tersebut akan dapat dilihat hasil akhirnya yaitu
terungkapnya penyebab timbulnya kesulitan belajar. Berdasarkan
penyebab tersebut, usaha pemecahan berupa perbaikan belajar-mengajar
direncanakan dan dilaksanakan.
a. Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar
Merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahap-tahap penelitian.
Oleh sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap penting dalam
pelaksanaan riset. Kualitas riset pun ditentukan oleh kualitas masalah
yang diteliti. Adapun langkah untuk menemukan masalah adalah
sebagai berikut :
1) Masalah yang dilihat/diamati/dirasakan dalam pelaksanaan tugas
belajar mengajar sehari-hari adalah sebagian siswa (40%) atau
sejumlah 9 siswa selalu mendapatkan nilai IPS kurang dari rata-rata
atau selalu mendapatkan nilai IPS dibawah 6,5.
2) Masalah tersebut sangat problematik (masalah tersebut perlu
dipecahkan) sebab akan mempengaruhi ketuntasan belajar
Matematik secara keseluruhan. Pemecahan masalah tersebut
memberi manfaat yang jelas. Apabila masalah tersebut tidak
dipecahkan maka akan berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar
siswa Kelas VI secara keseluruhan. Resiko paling buruk apabila
masalah tersebut tidak segera dipecahkan adalah 9 orang siswa
tersebut akan kesulitan mengikuti materi.
3) Permasalahan di atas termasuk masalah yang dapat dipecahkan. Hal
ini dapat dilihat dari sumber daya peneliti yang meliputi waktu,
kemampuan, minggu efektif semester, dukungan birokrasi, dana dan
sebagainya.
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut di atas, dapat
disampaikan rumusan permasalahan yaitu :
Sebanyak 9 siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I tahun pelajaran
2006/2007 tidak berhasil mencapai nilai ketuntasan dalam belajar IPS
(6,5).
c. Menelaah atau menetapkan status siswa.
Setelah mengidentifikasi munculnya kesulitan belajar pada siswa, guru
mulai bergerak dalam proses menolong siswa tersebut agar dapat
berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tahap selanjutnya
merupakan kegiatan pokok dari pemecahan kesulitan belajar yaitu
menetapkan status siswa.
Penelaahan dan penetapan status siswa dilakukan dengan menempuh
cara-cara (1) menetapkan tujuan khusus yang diharapkan oleh siswa,
(2) menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus tersebut oleh siswa
yang bersangkutan dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang
tepat, (3) menetapkan pola pencapaian siswa, yaitu seberapa jauh ia
berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
d. Memperkirakan Sebab Kesulitan Belajar
Berdasarkan status siswa yang telah ditelaah pada bab II, dilanjutkan
dengan memperkirakan sebab munculnya kesulitan belajar. Agar dapat
membuat perkiraan yang tetap guru hendaknya menyadari bahwa
belajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, yang keberhasilannya
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memungkinkan timbulnya
kesulitan belajar. Hasil analisis yang dapat disampaikan bahwa
timbulnya kesulitan belajar disebabkan oleh gejala yang sama yang
ditimbulkan oleh sebab yang berbeda.
Adapun cara atau prosedur untuk memperkirakan sebab kesulitan
belajar meliputi (1) memeriksa prestasi siswa dalam bidang studi lain, (2)
menelaah status psikologi dan penginderaan yaitu dengan menganalisis
kondisi kejiwaan siswa apakah mengalami tekanan atau tidak serta apakah
terdapat gangguan dalam penginderaannya, dan (3) menelaah kondisi
eksternal siswa misalnya hubungan dalam keluarga, (4) cross dengan guru
lain, dan (5) menarik kesimpulan.
Langkah yang ditempuh untuk memastikan akar penyebab masalah
tersebut, antara lain : (a) mengembangkan tes, (b) mewawancarai siswa,
dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat diidentifikasi
penyebab permasalahan di atas yaitu :
1) Siswa, yaitu : (a) Takut berkomunikasi, (b) Menganggap IPS sebagai
pelajaran yang membosankan, (c) Guru menakutkan, (d) Siswa
memiliki kemampuan yang rendah.
2) Guru, yaitu : (a) Guru kurang mendorong siswa, (b) Guru kurang
mampu mentransfer ilmunya kepada siswa, (c) Guru kurang
komunikatif
3) Proses Belajar-mengajar, yaitu : (a) Proses belajar mengajar cenderung
satu arah, (b) Pembelajaran IPS membosankan, (c) Pelaksanaan
program belajar tidak berjalan dengan baik, (d) Waktu kegiatan belajar-
mengajar yang kurang memadai
4) Fasilitas, yaitu : (a) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung, (b)
Kurangnya buku-buku penunjang, misalnya buku paket yang kurang
bervariasi, lembar kerja siswa dan sebagainya.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, untuk
menentukan penyebab yang paling mungkin data-datanya dikumpulkan
melalui wawancara mendalam dan observasi di kelas. Informasi-informasi
tersebut kemudian dianalisis dan disimpulkan. Berdasarkan hasil
kolaborasi dan analisis data, penyebab sesungguhnya adalah siswa. siswa
dalam permasalahan di atas merupakan sumber penyebab masalah yaitu :
1) Takut berkomunikasi
2) Menganggap IPS merupakan pelajaran yang membosankan
3) Guru menakutkan
4) Siswa memiliki kemampuan yang rendah

2. Implementasi untuk memecahkan kesulitan belajar


a. Analisis Hasil Penelitian Awal
Kegiatan perbaikan belajar mengajar dimulai dengan menganalisis hasil
penelitian awal. Hasilnya diharapkan menyediakan informasi tentang
jenis kesulitan yang dialami oleh siswa serta penyebab munculnya
kesulitan belajar. Dalam penelitian ini diduga kesulitan belajar yang
timbul bersumber dari dalam diri siswa sendiri, sedangkan perkiraan
penyebab kesulitan ialah kurangnya motivasi siswa untuk belajar IPS
karena menganggap sebagai pelajaran yang membosankan.
b. Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan.
Berdasarkan analisis hasil penelitian awal, ditentukan bidang-bidang
yang perlu mendapatkan perbaikan. Dalam penelitian ini termasuk
dalam bidang yang ditangani sendiri oleh guru yaitu yang langsung
berkaitan dengan proses belajar mengajar. Langkah yang dilaksanakan
adalah :
1) Melakukan kegiatan pembelajaran.
2) Melakukan organisasi kelas dengan baik misalnya memperbaiki
hubungan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa
dengan lingkungan kelas.
3) Penelaahan dan penetapan status siswa dapat dilakukan dengan cara
menetapkan tujuan khusus yang diharapkan siswa yaitu dalam tes
akhir pembelajaran siswa harus dapat mengerjakan soal dengan
benar 75%. Selanjutnya guru menetapkan tingkat ketercapaian
tujuan khusus tersebut oleh siswa dengan menggunakan teknik dan
alat penilaian yang tepat.
4) Menetapkan pola pencapaian siswa, yaitu seberapa jauh ia berbeda
dari tujuan yang telah ditetapkan. Caranya ialah dengan
membandingkan tujuan yang harus dicapai dengan hasil pencapaian
siswa atau keadaan senyatanya.
c. Menyusun Program Perbaikan
Setelah ditetapkan bidang yang perlu ditangani, disusun program
perbaikan belajar mengajar. Dalam hal ini dikembangkan komponen
program yang mencakup (1) tujuan perbaikan, (2) materi perbaikan, (3)
metode penyampaian, (4) waktu yang diperlukan, (5) penilaian
kemajuan siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, bentuk implementasi tindakan
disusun dalam program perbaikan belajar mengajar mencakup :
a. Jenis kesulitan : sebanyak 9 orang siswa mengalami kesulitan belajar
IPS.
b. Tujuan perbaikan : 9 orang siswa tersebut dapat mencapai nilai
ketuntasan dalam mata pelajaran IPS.
c. Metode Penyampaian
l) Tiap siswa diberi kesempatan untuk bertanya materi yang belum
dipahaminya.
2) Tiap siswa diberi kesempatan mengerjakan soal latihan dan
menanyakannya kepada guru apabila ada hal-hal yang sulit.
3) Latihan dilakukan berulang kali apabila diperlukan.
4) Apabila siswa sudah dapat memahami materi pelajaran, kegiatan
dilanjutkan dengan urutan yang sama.
d. Penilaian Kemajuan Siswa
Kemajuan siswa dimulai selama proses perbaikan berupa observasi
kebenaran tugas yang diberikan, serta pada akhir perbaikan berupa tes
esai dengan materi yang telah dipelajari siswa.

3. Monitoring
Monitoring berperan untuk mengenali dan mengevaluasi
perkembangan yang terjadi dengan adanya tindakan. Monitoring
merupakan unsur nonrutin yang dengan sengaja diadakan atau
diselenggarakan dengan harapan dapat membantu meningkatkan praktik.
Informasi yang diperoleh dari monitoring merupakan umpan balik
bagi tindakan, dan sangat menentukan langkah selanjutnya. Dalam
kegiatan monitoring dapat diketahui (1) apakah pelaksanaan tindakan telah
sesuai dengan tindakan? (2) apakah telah mulai terjadi atau sudah terjadi
peningkatan, perubahan positif menuju pencapaian tujuan diadakannya
tindakan?
Dalam penelitian tindakan kelas ini, tindakan-tindakan dalam
setiap tahap selalu dimonitoring. Kegiatan monitoring terhadap setiap
tindakan digunakan alat bantu lembar observasi untuk mengamati dan
menilai kemajuan siswa yang dilihat dari kemampuan siswa mengerjakan
soal-soal tes. Di samping itu, dalam kegiatan penelitian ini dicatat/direkam
hasilhasil ulangan dari setiap akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil monitoring diketahui bahwa terjadi perubahan
dalam proses belajar mengajar dan perubahan hasil belajar yaitu: Siswa
menjadi aktif dan hasilnya lebih baik. Siswa lebih mudah menangkap
materi melalui kgiatan latihan mengerjakan soal secara berulang-ulang.
C. Penjelasan Per Siklus
Berdasarkan hasil penjajagan awal diketahui bahwa penyebab
timbulnya kesulitan belajar IPS bersumber dari diri siswa sendiri. Hal itu
didasarkan pada kegiatan wawancara yang hasilnya disajikan pada tabel
sebagai berikut :

Tabel 4.1
Tabel Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Penyebab Kesulitan Belajar I
Nomor
Sampel Takut IPS Guru Kemampuan
Berkomunikasi Membosankan Menakutkan Rendah
l √ - - -
2 - - - -
3 - √ - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - - -
7 - - √ -
9 - - - -
10 √ - - -
11 - - - -
12 - - - -
13 - - - -
14 - - √ -
15 - - - -
16 - - - -
17 - √ - -
18 - - - -
19 - √ - -
20 - - √ -
21 - - - -
22 √ - - -
23 - - - -
24 - - - -
25 - - - -

Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil pre test bidang studi
IPS sebelum kegiatan problem solving dilaksanakan dengan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.2.
Nilai Pre Test

No. Nama Siswa Nilai Keterangan


1 6,5 Tuntas
2 5,5 Tidak Tuntas
3 7 Tuntas
4 8 Tuntas
5 7 Tuntas
6 5,5 Tidak Tuntas
7 7 Tuntas
8 6 Tidak Tuntas
9 6,5 Tuntas
10 7 Tuntas
11 8 Tuntas
12 6 Tidak Tuntas
13 6,5 Tuntas
14 7 Tuntas
15 5 Tidak Tuntas
16 7 Tuntas
17 6 Tidak Tuntas
18 6 Tidak Tuntas
19 6,5 Tuntas
20 6 Tidak Tuntas
21 7,5 Tuntas
22 6,5 Tuntas
23 7,5 Tuntas
24 6,5 Tuntas
25 163,5
Jumlah 6,54
Rata-rata 6,5 Tuntas

Keterangan :
Standar minimal ketuntasan dalam belajar adalah nilai 6,54
Atas pertimbangan hasil wawancara dan hasil pre test tersebut di atas,
dilakukan kegiatan problem solving. Kegiatan yang dilaksanakan pada tiap-
tiap siklus dijabarkan sebagai berikut :

1. Siklus I
Tindakan 1 : Peneliti melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar sesuai pokok bahasan yang ada dalam GBPP dengan memberi
penjelasan cara pengerjaan IPS sesuai pokok bahasan yang dibahas.
Mengingat kegiatan mengaplikasi problem solving, peneliti terlebih dahulu
menjalin hubungan keakraban dengan siswa agar siswa mau merubah
pandangannya tentang guru sehingga siswa tidak lagi takut untuk
berkomunikasi serta tidak menanggap guru menakutkan. Apabila
hubungan tersebut dapat terbentuk, maka besar kemungkinan siswa akan
menyukai IPS dan tidak lagi menganggap IPS itu membosankan. Untuk
meningkatkan pemahaman siswa, setiap selesai menjelaskan materi guru
memberikan soal latihan yang harus dikerjakan siswa. Siswa mengerjakan
soal dengan bimbingan guru, kemudian hasilnya dibahas dan dicocokkan
bersama-sama.
Tindakan 2 : Pada akhir kegiatan belajar mengajar, siswa secara
individu mengerjakan soal tes yang diberikan oleh guru. Untuk
mengetahui perkembangan peningkatan kemampuan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, hasil tes dinilai dan dicatat oleh guru kemudian
dibandingkan dengan hasil pre test untuk mengetahui sejauh maka
perkembangan dan ketercapaian tujuan tindakan guru.
Tindakan 3 : Peneliti memberikan motivasi kepada siswa atas hasil
perubahan dan perkembangan belajarnya, khususnya bagi siswa yang
bermasalah kesulitan belajar IPS. Dorongan ini perlu dilakukan oleh guru
setiap saat, agar siswa termotivasi dalam belajarnya.
Adapun hasil nilai siswa setelah pelaksanaan tindakan pertama
dibandingkan dengan hasil pre test dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3.
Perbandingan Hasil Nilai Post Tes I dengan Pre Test
Nilai Pre Nilai Post
No. Nama Siswa Selisih
Test Test I
1 5,5 6,5 1
2 6,5 7 0,5
3 5,5 6,5 1
4 7 7,5 0,5
5 8 8 0
6 7 7,5 0,5
7 5,5 6 0,5
8 7 7,5 0,5
9 6 7 1
10 6,5 6,5 0
11 7 7 0
12 8 8,5 0,5
13 6 6,5 0,5
14 6,5 6,5 0
15 7 7 0
16 5 6 1
17 7 7 0
18 6 6,5 0,5
19 6 6,5 0,5
20 6,5 7 0,5
21 6 6 0
22 7,5 8,5 1
23 6,5 7 0,5
24 7,5 8 0,5
25 6,5 7 0,5
Jumlah 163,5 175,0
Rata-rata 6,54 7,00

2. Siklus II
Tindakan 1: Tidak jauh berbeda dengan tindakan pada siklus I,
guru melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dengan
mengoptimalkan problem solving, yang diawali dengan penjelasan dan
contoh cara pengerjaan IPS sesuai pokok bahasan yang dibahas pada hari
itu. Selain itu, guru tetap memperhatikan pola hubungannya dengan siswa.
Hal itu didasarkan pada hasil setelah siklus I nampak siswa mulai antusias
belajar IPS. Selanjutnya siswa diberi soal latihan yang harus diselesaikan
secara individu dengan bimbingan guru, dan setelah selesai dikerjakan
kemudian di bahas secara bersama-sama agar siswa dapat memahami cara
penyelesaian soal-soal latihan yang baru saja dikerjakan. Hal itu juga
dimaksudkan agar dengan sering berlatih maka akan mempercepat
pemahaman siswa terhadap materi.
Tindakan 2 : Seperti pada siklus sebelumnya, setiap selesai
kegiatan pembelajaran diadakan tes yang harus dikerjakan siswa secara
individu. Tindakan ini dilaksanakan agar perkembangan peningkatan hasil
belajar dapat diketahui dengan jelas dengan memberikan penilaian hasil
ulangan siswa.
Tindakan 3 : Peneliti memberikan motivasi kepada siswa, agar
siswa termotivasi dalam belajar. Selain itu memberikan pengertian bahwa
IPS bukan pelajaran yang membosankan apabila siswa mau belajar secara
sungguh-sungguh.
Adapun hasil nilai siswa setelah pelaksanaan tindakan kedua
dibandingkan dengan hasil post tes pada tindakan pertama dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4.
Perbandingan Hasil Nilai Post Tes II dengan Post Test I
Nilai Post Nilai Post
No. Nama Siswa Selisih
Test I Test II
1 6,5 7 0,5
2 7 8 1
3 6,5 7,5 1
4 7,5 8 0,5
5 8 8 0
6 7,5 8,5 1
7 6 7 1
8 7,5 7 -0,5
9 7 8 1
10 6,5 8 1,5
11 7 8 1
12 8,5 8 -0,5
13 6,5 8 1,5
14 6,5 7 0,5
15 7 8 1
16 6 7,5 1,5
17 7 7,5 0,5
18 6,5 7,5 1
19 6,5 7 0,5
20 7 7,5 0,5
21 6 6,5 0,5
22 8,5 9 0,5
23 7 7,5 0,5
24 8 8 0
25 7 7,5 0,5
Jumlah 175,0 191,5
Rata-rata 7,00 7,66

3. Siklus III
Tindakan 1 : Seperti pada siklus sebelumnya, peneliti
melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan mengoptimalkan
problem solving, yang diawali dengan penjelasan dan pemberian contoh
cara pengerjaan IPS sesuai pokok bahasan yang sedang dibahas. Selesai
memberikan penjelasan guru memberikan soal latihan yang harus dibahas
dan diselesaikan secara individual. Dalam mengerjakan tugas mengerjakan
soal, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang pandai agar
membantu temannya yang masih mengalami masalah kesulitan belajar
IPS. Selesai mengerjakan tugas, hasilnya dibahas bersamasama. Dalam
tahap ini guru menugaskan kepada siswa yang semula mengalami
kesulitan belajar untuk mengerjakan soal di depan kelas.
Tindakan 2 : Untuk mengetahui perkembangan kesulitan belajar
siswa, pada akhir kegiatan tetap diadakan tes yang wajib dikerjakan oleh
siswa secara individu. Hasil tes siswa diperiksa dan dinilai oleh guru,
dicatat secara berkesinambungan sekaligus sebagai tolok ukur apakah
tindakan yang telah dilaksanakan guru memberikan hasil yang positif
dalam membantu mengatasi kesulitan belajar IPS.
Tindakan 3 : Peneliti menganalisis hasil ulangan siswa, guru
memberikan penguatan dalam bentuk motivasi khususnya anak yang telah
mengalami peningkatan belajar dengan problem solving, sehingga siswa
akan lebih temotivasi untuk meningkatkan diri.
Adapun hasil nilai siswa setelah pelaksanaan tindakan ketiga
dibandingkan dengan hasil post test II dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:

Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Nilai Post Tes III dengan Post Test II
Nilai Post Nilai Post
No. Nama Siswa Selisih
Test II Test III
1 7 8 1
2 8 8 0
3 7,5 8 0,5
4 8 8 0
5 8 9 1
6 8,5 9 0,5
7 7 8 1
8 7 7 0
9 8 8,5 0,5
10 8 8 0
11 8 8 0
12 8 8 0
13 8 8 0
14 7 7,5 0,5
15 8 8 0
16 7,5 7,5 0
17 7,5 8 0,5
18 7,5 8 0,5
19 7 7,5 0,5
20 7,5 8 0,5
21 6,5 7 0,5
22 9 9 0
23 7,5 8,5 1
24 8 8,5 0,5
25 7,5 7,5 0
Jumlah 191,5 200,5
Rata-rata 7,66 8,02

D. Proses Menganalisis Data


Rata-rata kelas sebelum tindakan dilaksanakan sebesar 6,54. Rata-rata
tersebut cukup rendah. Interaksi belajar mengajar di dalam kelas tidak
berlangsung dengan baik. Indikasinya adalah guru kurang memperhatikan
kemajuan belajar siswa, siswa bersikap pasif dalam mengikuti pelajaran dan
tidak adanya komunikasi timbal balik yang baik antara guru dan siswa.
Bentuk kurang perhatian guru ditunjukkan adanya sikap guru yang hanya
sekedar mengajar tanpa memperhatikan tujuan yang ingin dicapai sehingga
rata-rata kelas yang dicapai juga rendah.
Sikap pasif siswa dalam mengikuti pelajaran ditandai tidak adanya
siswa yang bertanya mengenai materi pelajaran. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh sikap guru yang kurang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Akibatnya komunikasi antara siswa dan guru tidak berjalan
dengan baik. Selanjutnya pembahasan sesudah pelaksanaan tindakan kelas
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Tahap 1
Program pembelajaran yang direncanakan guru berlangsung
dengan baik. Hal itu ditunjukkan persiapan guru dalam mengajar yaitu
mempersiapkan satuan pelajaran, pemilihan materi pelajaran dan
penggunaan metode pengajaran yang sesuai. Meskipun demikian
pemahaman siswa mengenai materi pelajaran belum menyeluruh. Hal itu
ditunjukkan masih besanya prosentase nilai di bawah 6,5 sebanyak 3
siswa. Interaksi belajar mengajar kurang aktif terbukti dalam tanya jawab,
siswa cenderung puas dengan sekali jawaban dan bahkan untuk
menyampaikan pertanyaan guru harus memberikan contoh. Hal ini
menunjukkan bahwa pendalaman materi masih kurang.
Rata-rata klasikal nilai penguasaan materi pelajaran pada tahap
pertama sebesar 7,00 yang secara kualitas rata-rata tersebut cukup Apabila
dibandingkan dengan sebelum tindakan, rata-rata klasikal mengalami
peningkatan. Walaupun hasilnya belum maksimal, namun perolehan nilai
siswa yang sebagian besar baik menunjukkan siswa mulai termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil tersebut tindakan
yang dilaksanakan yaitu problem solving menunjukkan indikasi yang
positif.

2. Tahap II
Program pembelajaran yang direncanakan guru berlangsung
dengan baik. Hal itu ditunjukkan persiapan guru dalam mengajar yaitu
mempersiapkan satuan pelajaran, pemilihan materi pelajaran dan
penggunaan metode pengajaran yang sesuai. Interaksi belajar mengajar
mulai terlihat aktif terbukti dalam tanya jawab, sebagian siswa berani
menyampaikan pertanyaan dan dapat menjawab pertanyaan dari guru
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendalaman materi pada
sebagian siswa mengalami peningkatan.
Rata-rata klasikal nilai penguasaan materi pelajaran pada tahap
kedua sebesar 7,66 yang secara kualitas rata-rata tersebut baik. Apabila
dibandingkan dengan tahap pertama, rata-rata klasikal mengalami
peningkatan. Hasil tersebut mulai menunjukkan kemajuan yang karena
tidak terdapat siswa yang mendapat nilai kurang (di bawah nilai 6,5).
Perolehan nilai siswa yang sebagian besar baik menunjukkan siswa dapat
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil tersebut
tindakan yang dilaksanakan yaitu problem solving semakin menunjukkan
indikasi yang positif. Hal tersebut dibuktikan dengan pendalaman materi
yang semakin baik (yang mendapat nilai di atas 6,5 sebanyak 25 siswa dan
siswa kelihat lebih termotivasi dalam belajar.

3. Tahap III
Program pembelajaran yang direncanakan guru berlangsung
dengan baik. Hal itu ditunjukkan persiapan guru dalam mengajar yaitu
mempersiapkan satuan pelajaran, pemilihan materi pelajaran dan
penggunaan metode pengajaran yang sesuai. Pemahaman siswa mengenai
materi pelajaran sudah menyeluruh. Hal itu ditunjukkan tidak adanya
siswa yang mendapatkan nilai kurang (di bawah nilai 6,5). Interaksi belajar
mengajar sudah aktif, terbukti dalam tanya jawab siswa secara bergantian
menyampaikan pertanyaan dan dapat menjawab pertanyaan dari guru
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendalaman materi sudah baik.
Rata-rata klasikal nilai penguasaan materi pelajaran pada tahap ketiga
sebesar 8,02 yang secara kualitas rata-rata tersebut baik. Apabila
dibandingkan dengan tahap kedua, rata-rata klasikal mengalami
peningkatan.
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang berarti karena
ketercapaian tujuan yang ditetapkan yaitu tidak ada siswa yang mendapat
nilai kurang. Perolehan nilai siswa yang sebagian besar baik menunjukkan
siswa dapat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Berdasarkan hasil tersebut tindakan yang dilaksanakan yaitu
problem solving merupakan tindakan kelas yang perlu dikembangkan
terutama dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa.

E. Pembabasan dan Pengambilan Kesimpulan


Dari keseluruhan siklus yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa tindakan problem solving ternyata dapat membantu mengatasi
kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang dialami oleh siswa
Kelas VI SD Negeri Sukamukti I. Hal ini nampak jelas dari hasil nilai siswa
yang pada setiap siklus mengalami peningkatan yang berarti. Sebelum
tindakan kelas dilaksanakan, rata-rata klasikal sebesar 6,54. Setelah
pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata nilai sebesar 7,00, siklus II sebesar
7,66 dan siklus III sebesar 8,02. Selain itu, setelah pelaksanaan kegiatan
problem solving siklus II, semua siswa berhasil mencapai nilai tuntas
(minimal 6,5). Kondisi tersebut didukung dengan aktifnya siswa mengikuti
penjelasan guru, siswa mau mengkomunikan kesulitan belajar yang
dialaminya serta interaksi antara siswa dan guru terjalin dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan putaran/siklus yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa tindakan problem solving ternyata dapat membantu
mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang dialami oleh
siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I. Hal ini nampak jelas dari hasil nilai
siswa yang pada setiap siklus mengalami peningkatan yang berarti. Sebelum
tindakan kelas dilaksanakan, rata-rata klasikal sebesar 6,54. Setelah
pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata nilai sebesar 7,00, siklus II sebesar
7,66 dan siklus III sebesar 8,02. Selain itu, setelah pelaksanaan kegiatan
problem solving siklus II, semua siswa berhasil mencapai nilai tuntas
(minimal 6,5). Kondisi tersebut didukung dengan aktifnya siswa mengikuti
penjelasan guru, siswa mau mengkomunikan kesulitan belajar yang
dialaminya serta interaksi antara siswa dan guru terjalin dengan baik..

B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut


Saran yang dapat penulis sampaikan baik bagi pihak-pihak yang
terlibat dalam proses tindakan kelas maupun untuk tindakan lebih lanjut
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Siswa harus menyadari bahwa keberhasilan belajar sebenarnya terletak
pada kemauan untuk belajar secara sungguh-sungguh. Dengan demikian,
siswa hendaknya lebih kreatif dan aktif selama mengikuti kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
2. Bagi Guru
Guru lebih memperhatikan hasil capaian nilai siswa yang bervariasi
sehingga dapat mengetahui apabila ada indikasi siswa mengalami kesulitan
belajar.
3. Bagi Penanggung jawab Pendidikan
Hendaknya memperhatikan sarana kegiatan belajar mengajar, misalnya
penyediaan alat peraga sehingga siswa dapat lebih aktif dan kreatif dalam
belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Racman Abror. 1993. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Tiara Wacana


Yogya
Abin Syamsudin M. 1980. Prinsip Diagnostik Kesulitan Belajar. Bandung : IKIP
Bandung.
Burton, H.W. 1952. The Quadrant of Learning Activities. New York : Apleton
Century Graffits Inc.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
--------------,1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Bahan Pelatihan.
Jakarta : Dirjen Dikmenum Depdikbud
--------------,1998. Petunjuk Teknis Penulisan Makalah. Bandung : Depdikbud
Prop. Bandung bekerja sama dengan IKIP Bandung
I Gde Widja. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode
Pengajaran Sejarah. Depdikbud : Dirjend. Dikti
Oemar Hamallk. 1993. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :
Trigenda Karya
Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Pers
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Remadja Rosdakarya
Suhardjono. 1996. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta :
Depdikbud
Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Suyono. 1998. Diagnostik Kesulitan Belajar. Surakarta : UNS.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Uzer Usman Moh. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remadja
Rosdakarya
Wardani, I.G.A.K. 1994. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Zahara Idris, Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
RENCANA PEMBELAJARAN

Bidang studi : Ilmu Pengetahuan Sosial


Pokok bahasan : Menggunakan Peta/Atlas/Globe dan
Media lainnya untuk mencari
informasi keruangan
Kelas : VI/1
Waktu : 4 Pertemuan (2 x 45 Menit)

Standar Kompetensi : Memahami perkembangan wilayah Indonesia

Kompetensi Dasar : Kemampuan menggunakan Peta/Atlas/Globe dan Media


lainnya untuk mencari informasi keruangan
.
Indikator : - Mampu menjelakan arti uang dan manfaat dari uang
dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskah pembagian wilayah waktu di Indonesia
- Mengidentifikasi kenampakan alam utama di berbagai
wilayah di Indonesia melalui peta/atlas/globe.
- Mengidentifikasi gejala alam mutakhir dari berbagai
media
- Menjelaskan letak pada peta/atlas/globe tentang gejala
alam mutakhir.

Strategi Pembelajaran :
Pendekatan dan Metode : Ketrampilan proses, Tanya jawab, Ceramah bervariasi,
diskusi.

Life Skill : - Siswa memiliki kecakapan menggali informasi


- Siswa memiliki kecakapan Mengolah Informasi
- Siswa memiliki kecakapan bekerjasama

Sumber Pembelajaran

1. Sumber : Pelajaran IPS untuk SD Kelas VI Semester 1, Asy’ari,


dkk, Erlangga
Penilaian
1. Jenis Tagihan : Ulangan
2. Bentuk Soal : Uraian
3. Soal-soal : Terlampir

Sukamukti, Juli 2007

MUHAMAD YUSUF,S.Pd.
NIP. 131 506 701
SOAL PRE TEST

Petunjuk Menjawab :
Jawablah Pertanyaan berikut secara singkat dan tepat pada lembar
jawaban yang tersedia?
1. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk berotasi?
2. Garis-garis apakah yang terdapat pada globe? Jelaskan!
3. Apabila saat ini di Surabaya pukul 02.00 WIB, pukul berapakah di Ambon
pada waktu yang sama?
4. Mengapa posisi garis bujur 0° berada di kota Greeenwich, London, Inggris?
5. Amatilah peta wilayah Indonesia! Berdasarkan pembagian waktu di
Indonesia, tulislah provinsi-provinsi yang termasuk WIB, WITA, atau WIT
Setelah itu tulislah pada kolom di bawah ini!

No Daerah Waktu Propinsi

1. WIB

2. WITA

3. WIT
SOAL POSTEST I

Petunjuk Menjawab :
Jawablah Pertanyaan berikut secara singkat dan tepat pada lembar
jawaban yang tersedia?
1. Tulislah lima pulau yang terbesar di Indonesia!
2. Benua apa yang mengapit Indonesia?
3. Samudera apa yang mengapit Indonesia?
4. Tulislah nama-nama gunung yang terdapat di Pulau Jawa!
5. Perhatikan peta pulau Jawa dalam atlasmu !
Tunjukkan dan sebutkan nama-nama pulau, gunung, pegunungan, laut,
selat, teluk, sungai, dan waduk yang ada di pulau tersebut!
SOAL POSTEST II

Petunjuk Menjawab :
Jawablah Pertanyaan berikut secara singkat dan tepat pada lembar
jawaban yang tersedia?
1. Apakah yang dimaksud dengan gempa bumi?
2. Ada berapa jenis gempa bumi?
3. Apa penyebab banjir?
4. Bagaimana cara mencegah banjir?
5. Ceritakan semua hal yang kamu ketahui tentang gunung berapi!
SOAL POSTEST III

Petunjuk Menjawab :
Jawablah Pertanyaan berikut secara singkat dan tepat pada lembar
jawaban yang tersedia?
1. Di manakah letak Kota Meulaboh dan Banda Aceh? Mengapa daerah ini
rusak tersapu tsunami?
2. Mengapa banjir dapat terjadi?
3. Ceritakan akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi!
4. Adakah hal yang menguntungkan dari meletusnya sebuah gunung berapi?
Mengapa?
5. Bukalah peta atau atlas Indonesia!
Carilah gunung-gunung api yang ada di masing-masing provinsi! Gunung
api yang masih aktif bertanda segitiga berwarna merah dan yang tidak aktif-
bertanda segitiga hitam. Kemudian isilah daftar di bawah ini!

No. Gunung Api Provinsi


1. (………….) Merapi
2. (………….) Kelud
3. (………….) Galunggung
4. (………….) Krakatau
5. (………….) Agung
6.
7.
8.
9.
10.
LEMBAR JAWABAN PRE TEST

NAMA :
KELAS :
SCORE :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
LEMBAR JAWABAN POSTEST I

NAMA :
KELAS :
SCORE :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
LEMBAR JAWABAN POSTEST II

NAMA :
KELAS :
SCORE :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
LEMBAR JAWABAN POSTEST III

NAMA :
KELAS :
SCORE :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
DAFTAR KEHADIRAN SISWA

Pra Siklus I Siklus II Siklus III


No Nama
Tindakan M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Keterangan : M = Materi

Anda mungkin juga menyukai