Anda di halaman 1dari 26

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SUMBER

DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 SINGAPARNA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Dinas Pendidikan


Untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat golongan ke III.b

Oleh :
RUSLI SURYAMIN
NIP. 198611012010011007

SDN 8 SINGAPARNA

UPTD PENDIDIKAN TK,SD KECAMATAN SINGAPARNA


KABUPATEN TASIKMALAYA
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA


MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 8 SINGAPARNA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013

Nama : RUSLI SURYAMIN


NIP : 198611012010011007
Tempat Mengajar : SD NEGERI 8 SINGAPARNA

Tasikmalaya, Juni 2013

Mengesahkan Peneliti
Kepala Sekolah

M. SUTARMAN, S.Pd.I RUSLI SURYAMIN, S.Pd


NIP.195702171978031004 NIP.198611012010011007
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahannya dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Pembelajaran ini. Yang disusun untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA dikelas
IV.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya dala penyusunan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun tata bahasanya, hal ini semata mata
dikaenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan yang peulis miliki,
untuk itu dengan hati yang paling tulus penulis menerima kritik dan saran kearah
perbaikan dan kemampuan laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :

1. Bapak M. Sutarman, S.Pd.I selaku kepala sekolah SD Negeri 8 Singaparna


2. Rekan-rekan guru SD Negeri 8 Singaparna
3. Keluarga yang senantiasa mendorong tanpa kenal lelah

Hanya kepada Allah SWT segala penelitian kembalikan. Semoga Allah SWT
selalu memberikan Taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Akhirnya penulis
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya bagi semua
pihak pada umumunya.

Tasikmalaya, Juni 2013

penulis
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPA
materi Sumber Daya Alam melalui metode Problem Based Learning (PBL) pada
siswa kelas IV SD Negeri 8 Singaparna tahun 2012/2013.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Maret 2012 sampai
dengan bulan Mei 2012. Subjek dalam penelitian adalah proses dan hasil belajar IPA
materi Sumber Daya Alam pada siswa kelas IV SD Negeri 8 Singaparna semester II
tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 32 siswa yaitu 11 laki-laki dan 19
perempuan.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data, data kualitatif
hasil pengamatan proses belajar dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif
dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka
(data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriftif
komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes
siklus II, kemudian direfleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA materi Sumber
Daya Alam pada siswa Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna Semester II tahun pelajaran
2012/2013. Proses belajar IPA materi Sumber Daya Alam dari siklus I ke siklus II
terdapat peningkatan: aspek memahami (nilai rata-rata 3,1 menjadi 4,6, meningkat
1,5; persentase 62,5% menjadi 91,3%, naik 28,8%; dari kategori baik menjadi amat
baik), aspek menjelaskan (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,5, naik 1,2; prosentase 65%
menjadi 89,4%, naik 22,4%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek
mengumpulkan informasi (nilai rata-rata 3,6 menjadi 4,6, meningkat 1,0; persentase
71,3% menjadi 91,9%, naik 20,6%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil
belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 13
siswa (41%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 32 siswa (100%). Terjadi
peningkatan sebanyak 19 siswa (59%) dan nilai rata-rata kelas dari 59,2 menjadi 82,5,
meningkat sebesar 23,3.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan hasil pengalaman guru SD Negeri 8 Singaparna, bahwa
pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam
buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran
secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang
dilakukan. Guru masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa
memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat
pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang
disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan
kepada siswa. Berdasarkan kenyataan hasil ulangan IPA masih rendah dari 32 siswa
kelas IV SD Negeri 8 Singaparna semester II tahun pelajaran 2012/2013 ada 19 siswa
(59%) yang dinyatakan belum tuntas, 13 siswa (41%) dinyatakan belum tuntas,
dengan nilai siswa terendah 45, nilai tertinggi 75 dan nilai rata kelas 59,2.
Berdasarkan permasalahan di atas kemampuan awal siswa ini harus digali
agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan
mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan pada lingkungan
siswa. Konsep-konsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam
sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian
mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan
pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun
kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal,
keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna.
Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu adanya alternatif pemecahan
masalah yaitu dengan pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem
Based Learning) selanjutnya disingkat dengan PBL, yang akan memberikan motivasi
siswa untuk melakukan pemecahan masalah pada masalah-masalah nyata dalam
kehidupan yang mereka hadapi serta merangsang siswa untuk menghasilkan sebuah
produk/karya (Singletary, 2000:76). Secara garis besar PBL menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan inkuiri. PBL berpusat kepada siswa
mendorong inkuiri terbuka dan berpikir bebas yang dikemukakan dalam bentuk
laporan, karya yang akan dijadikan bahan evaluasi sehingga membantu siswa untuk
menjadi mandiri.
Berdasarkan paparan di atas, maka penelti perlu mengadakan penelitian
tindakan kelas berjudul: Peningkatan Proses dan Hasil Belajar IPA Materi Sumber
Daya Alam melalui Metode Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas IV SD
Negeri 8 Singaparna semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian : Apakah melalui metode Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam pada
siswa kelas IV SD Negeri 8 Singaparna semester II tahun pelajaran 2012/2013?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan proses dan
hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam melalui metode Problem Based
Learning (PBL) pada siswa kelas IV SD Negeri 8 Singaparna semester II tahun
pelajaran 2012/2013.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah: manfaat bagi siswa, membuat
siswa lebih tertarik dan antusias dalam belajar IPA karena adanya perubahan
pemikiran tentang pelajaran IPA yang sebelumnya merupakan hal yang kurang
disukai menjadi pelajaran yang disukai, dan belajar IPA itu tidak sulit bahkan sangat
menyenangkan. Manfaat bagi Guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki
pembelajaran mata pelajaran IPA, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan
perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPA dan dapat meningkatkan rasa percaya
diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di Kelas IV SD.
Manfaat bagi sekolah dan pendidikan secara umum penelitian ini memberikan
sumbangan positif tentang metode pembelajaran IPA di Kelas IV SD, menanggulangi
kesulitan pembelajaran IPA di Kelas IV dan menciptakan kerjasama yang kondusif
antara peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran IPA.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Proses Belajar
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam
hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah
satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah
sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan
optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi
proses dan segi hasil. Segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak- tidaknya sebagian
besar tujuh puluh lima persen peserta didik terlibat secara aktif, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa
percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar tujuh puluh lima persen (Mulyasa.
2007:24).
Seorang guru melakukan pengukuran hasil menggunakan alat pengukur yang
disebut tes, sedangkan dalam penilaian proses ia menggunakan alat pengukur yang
disebut alat pengukur non tes, seperti observasi, wawancara kuesioner, skala nilai,
daftar cek, catatan anekdote, dan sebagainya (Masidjo, 2002: 2).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007: 65), bahwa tugas guru
tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning)
kepada seluruh peserta didik, untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si
guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang
akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan
teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses
pembelajaran.
2. Hasil Belajar IPA
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution
berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar,
tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang
berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu
penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang
dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin
tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 :33).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai
ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam
penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai
ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan harian
dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi
tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para
peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang
dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan
ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan
sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat
IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Asy’ari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA
di SD sebagai berikut. 1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to
know, learning to do, learning to be, learning to live together. Learning to know,
artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya
diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam
sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa
sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk
memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi
dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada
akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya
kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pemahaman
sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama. 2)
Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada
dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan
fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur
Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa inquiri diawali
dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan bermakna untuk
menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian,
pengetahuan dan ketrampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Beberapa komponen inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran antara lain: (a)
pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan
sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan
bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c) siklus inquiri adalah
observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. 3)
Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar
tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa
dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur
kognitifnya. 4) Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA
memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang
perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru. 5)
Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia
selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat ukur
kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih
untuk menyelesaikan suatu masalah. 6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai.
Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu
dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang
diperjuangkan masyarakat sekitar. 7) Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip
pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif
berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik. Ketujuh prinsip itu perlu
dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan
agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa maksimal.
4. Materi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam berupa benda mati atau
makhluk hidup yang berada di bumi. Sumber daya alam dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. (Jumitasari, 2009:1)
SDA yang dapat diperbarui ialah kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan
terus-menerus karena dapat tersedia kembali. SDA itu tersedia kembali karena siklus
alam maupun karena perkembangbiakan. Contoh: tanah, hutan, hewan, air, dan udara.
Tanah adalah tempat kita semua berpijak. Kita dan makhluk - makhluk hidup lainnya
tinggal di atas tanah. Ada banyak sekali jenis tanah. Jenis-jenis tanah itu antara lain
tanah vulkanik, tanah humus, dan tanah gambut.
Salah satu ciri hutan adalah banyak pepohonan dan banyak binatang yang
berkeliaran. Hutan sangat berguna bagi manusia. Apa saja kegunaan hutan bagi
manusia? Kegunaan hutan antara lain untuk menahan erosi, menyimpan air,
menyediakan kayu untuk bahan-bahan bangunan, dan sebagai paru-paru lingkungan.
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat rusak. Hutan dapat rusak dan
musnah jika tidak dilestarikan. Apa saja yang membuat hutan rusak dan gundul?
Penyebab kerusakan hutan antara lain: 1) penebangan hutan secara liar, 2) kebakaran
hutan yang terjadi pada musim kemarau, 3) pembakaran hutan untuk membuat
ladang.
Ada hewan atau binatang liar dan hewan peliharaan. Contoh binatang liar
antara lain gajah, harimau, buaya, rusa, beruang, dan kancil. Contoh hewan ternak
antara lain sapi, kambing, ayam, itik, kelinci, dan kerbau. Hewan termasuk sumber
daya alam yang dapat diperbarui. Binatang liar bisa berkembang biak sendiri. Ada
juga hewan-hewan langka yang sengaja ditangkarkan.
Semua makhluk hidup memerlukan air. Begitu juga kita, manusia. Manusia
menggunakan air untuk diminum, mandi, mencuci, dan memasak. Kita dapat
memperoleh air bersih dari sumur, mata air, air hujan, dan air dari PAM. PAM
singkatan dari Perusahaan Air Minum.
Selain untuk keperluan sehari-hari, masih banyak kegunaan air. Antara lain
untuk mengairi sawah, memelihara ikan, sarana transportasi, dan pembangkit listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Air sering disingkat PLTA.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
dapat habis. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah bahan
tambang. Jika bahan tambang yang tersedia habis, kita tidak bisa memproduksinya
lagi. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
dapat habis. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah bahan
tambang. Jika bahan tambang yang tersedia habis, kita tidak bisa memproduksinya
lagi.
Barang tambang logam, antara lain besi, emas, perak, timah, tembaga, bauksit,
nikel, dan mangan. Barang-barang tambang bukan logam, antara lain minyak bumi,
gas alam, dan batu bara. Mineral termasuk barang tambang bukan logam. Di
antaranya batu kapur, yodium, kalsit, asbes, dan belerang.
Sumber daya alam harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Dengan demikian,
sumber daya alam tersebut dapat terus kita nikmati. Sumber daya alam yang ada di
Indonesia bermanfaat untuk pemenuhan hidup masyarakat. Pemanfaatan sumber daya
alam antara kota dan desa berbeda-beda. Pada daerah perkotaan sumber daya alam
diolah secara modern. Lain halnya dengan daerah pedesaan yang masih tradisional.
Selain itu, kebutuhan sumber daya alam di perkotaan lebih besar dibandingkan di
pedesaan. Namun, sumber daya alam yang dimanfaatkan tersebut digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Apabila hanya dimanfaatkan saja, kekayaan alam akan makin berkurang.
Akhirnya, akan habis sama sekali. Apabila hal itu terjadi, maka makhluk hidup akan
menderita. Terutama manusia yang paling banyak memanfaatkan sumber daya alam.
Kemiskinan akan terjadi. Mungkin pula akan timbul kelaparan. Supaya tidak lekas
habis, perlu upaya pelestarian. Kekayaan alam harus dilestarikan agar dapat
dimanfaatkan terus-menerus. Untuk itu, manusia wajib selalu berusaha melestarikan
alam.
Cara melestarikan kekayaan alam adalah sebagai berikut : 1)      Sumber daya
alam tidak dapat diperbarui harus digunakan secara hemat. Agar sumber daya alam
tersebut dapat terus dinikmati. Selain itu, sumber daya alam yang dapat diperbarui
pemanfaatannya juga harus bijaksana. 2)      Mencari bahan pengganti untuk sumber
daya alam yang mudah habis. 3)      Upaya perlindungan dilakukan dengan membuat
suaka margasatwa dan cagar alam. Suaka margasatwa adalah perlindungan terhadap
hewan. Khususnya pada hewan langka agar tidak punah. Cagar alam adalah
perlindungan terhadap hutan atau tumbuh-tumbuhan. 4)    Penanaman pohon kembali
(reboisasi). 5)  Pembuatan terasering untuk mencegah erosi. Selain itu, kesuburan
tanah tetap terjaga. 6)   Mengolah limbah agar aman sebelum dibuang. Dengan
demikian, limbah tidak akan merusak lingkungan. 7)   Tidak menangkap ikan
menggunakan bahan peledak, racun, bahan kimia, dan pukat harimau. 8)   Tidak
menebang hutan secara sembarangan.
5. Metode Problem Based Learning (PBL)
Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa “Problem
Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a
stimulus and focus on student activity”. H.S. Barrows (1982:88) menyatakan bahwa
PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa
masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada
digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat
menyokong keilmuannya.
PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan
kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
Tidak selamanya proses belajar dengan metode PBL berjalan dengan lancar.
Ada beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling sering terjadi adalah kurang
terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar
masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu
arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu
untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBL
harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
Dengan menggunakan pendekatan PBL ini, siswa akan bekerja secara
kooperatif dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya dan yang
paling penting membina kemahiran untuk menjadi siswa yang belajar secara sendiri
(Hamizer, dkk, 2003:109).
Siswa akan membina kemampuan berpikir secara kritis secara kontinu
berkaitan dengan ide yang dihasilkan serta yang akan dilakukan. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran PBL ini, Bridges (1992:54) dan Charlin
(1998:281) telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut. 1)
Pembelajaran berpusat dengan masalah. 2) Masalah yang digunakan merupakan
masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja
profesional mereka di masa depan. 3) Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh
siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah. 4) Para siswa
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri. 5) Siswa aktif
dengan proses bersama. 6) Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru. 7)
Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna. 8) Siswa berpeluang untuk
meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan. 9) Kebanyakan pembelajaran
dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Berikut langkah-langkah PBL. Guru memulai sesi awal PBL dengan
presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa. Siswa terstimulus untuk
berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan. Siswa mengorganisasikan apa
yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-
hal terkait. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
tidak mereka pahami. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan
yang dianggap penting. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan. Pada awal
sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.
Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya. Siswa berlatih
mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.
PBL berbeda dengan metode konvensional. Metode konvensional berupa
ceramah yang memusatkan perhatian siswa sepenuhnya kepada guru sehingga yang
aktif di sini hanya guru, sedangkan siswa hanya tunduk mendengarkan penjelasan
yang dipaparkan. Partisipasi siswa rendah karena hanya diberi kebebasan untuk
bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru sehingga metode
konvensional masih kurang menggugah daya pemikiran siswa. Sedangkan, metode
PBL adalah metode pembelajaran yang berbasis kepada partisipasi para siswa. Pada
jam pertama pembelajaran, metode yang diterapkan adalah diskusi. Guru memberikan
pertanyaan kepada siswa yang ditunjuk secara acak. Pertanyaan yang diajukan
bersifat menggali pendapat dan mengembangkan kemampuan analisis siswa.
Kemudian, pada satu jam terakhir, guru memberikan rangkuman dan inti dari diskusi
pada hari itu disertai dengan inti dari konteks materi dihubungkan dengan
implementasi di lapangan.

1) Kerangka Berpikir
Kondisi awal guru belum menggunakan metode Problem Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam, maka proses dan hasil
belajar IPA masih rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar IPA perlu
adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode
Problem Based Learning (PBL). Siklus I menggunakan metode metode Problem
Based Learning (PBL) secara individu dan siklus II menggunakan metode Problem
Based Learning (PBL) secara berkelompok. Dengan tindakan yang berbeda dari
siklus I ke siklus II diharap proses dan hasil belajar IPA meningkat.
Kondisi akhir diduga dengan menggunakan metode Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam
pada siswa kelas IV SD Negeri 8 Singaparna semester II tahun pelajaran 2012/2013.

2) Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut: metode Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam pada siswa
kelas IV SD Negeri 8 Singaparna semester II tahun pelajaran 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan April 2013 sampai dengan
bulan Juni 2013. Penelitian dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna,
Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah proses dan hasil belajar IPA materi sumber daya
alam. iswa kelas IV SD Negeri 8 Singaparna, dengan jumlah siswa 32 orang yang
terdiri dari 11 laki-laki dan 19 perempuan.
3. Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal
dari subjek penelitian (primer) dan dari bukan subjek (skunder).
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik
non tes. Sedangkan alat Pengumpulan Data meliputi dokumen, tes dan pengamatan.
Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal
siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar
siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang
berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk
mengetahui proses siswa dalam: 1) Memahami hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 2) Menjelaskan dampak pengambilan
bahan alam terhadap pelestarian lingkungan, 3) Mengumpulkan informasi tentang
dampak pengambilan sumber daya alam tanpa ada usaha pelestarian terhadap
lingkungan.
5. Validitas dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai proses dan hasil belajar IPA
materi Sumber Daya Alam pada siswa Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna Semester II
tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: 1) proses belajar (observasi) divalidasi melalui
trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator
yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif
berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal,
siklus I dan siklus II. 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah
instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi
soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif
komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan
nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi.
6. Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.
7. Indikator Keberhasilan
Peningkatan proses indikatornya adalah adanya peningkatan proses dari
kurang aktif menjadi aktif. Peningkatan hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam
indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 65.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Kondisi Awal


Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA sebelum diadakan penelitian dapat
dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 1
Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

No Uraian Nilai Ulangan Harian

1 Nilai terendah 45

2 Nilai tertinggi 75

3 Nilai rerata 59,2

4 Rentang nilai 30

Gambar 1
Grafik Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

Gambar 2
Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai ulangan harian
IPA sebelum diadakan penelitian pada siswa Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna tahun
pelajaran 2012/2013 ada 19 siswa (59%) yang dinyatakan belum tuntas, 13 siswa
(41%) dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 45, nilai tertinggi 75 dan
nilai rata kelas 59,2.
2. Deskripsi Siklus I
Siklus I menggunakan metode metode Problem Based Learning (PBL) tanpa
bimbingan guru. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan
siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan), dengan standar kompetensi: Memahami
hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Kompetensi dasar: Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap
pelestarian lingkungan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Materi yang disampaikan pada siklus I ini adalah materi Sumber Daya Alam.
Hasil observasi tentang proses belajar siswa pada materi Sumber Daya Alam
Siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 2
Nilai Proses Belajar Siklus I

Jumlah Rata- Persentase


No Aspek-aspek Kategori
Skor rata
Memahami hubungan antara 100 3,1 62,5 baik
sumber daya alam dengan
1
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat
Menjelaskan dampak 104 3,3 65,0 baik
pengambilan bahan alam
2
terhadap pelestarian
lingkungan
Mengumpulkan informasi 114 3,6 71,3 baik
tentang dampak
pengambilan sumber daya
3
alam tanpa ada usaha
pelestarian terhadap
lingkungan
Gambar 3
Grafik Proses Belajar Siklus I

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan proses
belajar IPA materi Sumber Daya Alam siklus I pada siswa Kelas IV SD Negeri 8
Singaparna Semester II tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek 1)
Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat, 2) Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan, 3) Mengumpulkan informasi tentang dampak pengambilan sumber daya
alam tanpa ada usaha pelestarian terhadap lingkungan diperoleh skor rata-rata proses
kategori baik.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik
berikut.

Tabel 3
Nilai Ulangan Harian Siklus I

No Uraian Nilai Ulangan Harian

1 Nilai terendah 50

2 Nilai tertinggi 90

3 Nilai rerata 71,4

4 Rentang nilai 40
Gambar 4
Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus I

Gambar 5
Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai ulangan harian
IPA materi Sumber Daya Alam siklus I pada siswa Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna
tahun pelajaran 2012/2013 masih ada 4 siswa (13%) yang dinyatakan belum tuntas,
dengan nilai siswa terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata kelas 71,4.
3. Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan revisi dari siklus I. Perencanaan tindakan yang telah
disusun oleh peneliti bersama rekan kolaborator adalah dengan menggunakan metode
Problem Based Learning (PBL) dengan bimbingan guru. Pembelajaran dilaksanakan
dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan),
dengan standar kompetensi: Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Kompetensi dasar: Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang disampaikan pada siklus II ini adalah
materi Sumber Daya Alam yang merupakan lanjutan dari materi yang telah dibahas di
siklus sebelumnya.
Hasil observasi tentang proses belajar siswa pada materi Sumber Daya Alam
Siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 4
Nilai Proses Belajar Siklus II

Jumlah Rata- Persentase


No Aspek-aspek Kategori
Skor rata
Memahami hubungan antara 146 4,6 91,3 Amat baik
sumber daya alam dengan
1
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat
Menjelaskan dampak 143 4,5 89,4 Amat baik
pengambilan bahan alam
2
terhadap pelestarian
lingkungan
Mengumpulkan informasi 147 4,6 91,9 Amat baik
tentang dampak
pengambilan sumber daya
3
alam tanpa ada usaha
pelestarian terhadap
lingkungan

Gambar 6
Grafik Proses Belajar Siklus II

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan proses
belajar IPA materi Sumber Daya Alam siklus II pada siswa kelas VI SD Negeri 8
Singaparna tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek aspek 1) Memahami
hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 2)
Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan, 3)
Mengumpulkan informasi tentang dampak pengambilan sumber daya alam tanpa ada
usaha pelestarian terhadap lingkungan diperoleh skor rata-rata proses dalam kategori
amat baik.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik
berikut.
Tabel 5
Nilai Ulangan Harian Siklus II

No Uraian Nilai Ulangan Harian

1 Nilai terendah 65

2 Nilai tertinggi 100

3 Nilai rerata 82,5

4 Rentang nilai 35

Gambar 7
Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus II

Gambar 8
Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus II
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai ulangan harian
IPA materi Sumber Daya Alam siklus II pada siswa Kelas IV SD Negeri 8
Singaparna tahun pelajaran 2012/2013 Semua siswa yang berjumlah 32 anak (100%)
dinyatakan tuntas, dengan nilai siswa terendah 65, nilai tertinggi 100 dan nilai rata
kelas 82,5.

4. Pembahasan
Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 3 hal, meliputi tindakan, proses
belajar, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam.
Tabel 6
Tindakan per Siklus

No Kondisi Awal Siklus I Siklus II


1 Belum Menggunakan Menggunakan
menggunakan metode Problem metode Problem
metode Problem Based Learning Based Learning
Based Learning (PBL) tanpa (PBL) dengan
(PBL) bimbingan guru bimbingan guru.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, pelaksanaan
pembelajaran IPA pada siswa Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna Semester II tahun
pelajaran 2012/2013 belum menggunakan metode Problem Based Learning (PBL).
Pada siklus I menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) tanpa bimbingan
guru. Dilanjutkan siklus II menggunakan metode Problem Based Learning (PBL)
dengan bimbingan guru. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkombinasikan
penggunaan metode agar siswa lebih paham.
Tabel 7
Proses Belajar Siswa per Siklus

No Kondisi Siklus I Siklus II Refleksi


Awal
1 Siswa: Memahami: Memahami: Proses belajar IPA
Proses dan Nilai rata-rata: Nilai rata-rata:
materi Sumber Daya
semangat 3,1 4,6 Alam dari siklus I ke
siswa Persentase: Persentase: siklus II terdapat
mengikuti 62,5% 91,3% peningkatan: aspek
pembelajaran Kategori: baik Kategori: amat
memahami (nilai rata-
IPA masih baik rata 3,1 menjadi 4,6,
kurang. meningkat 1,5;
Menjelaskan: Menjelaskan: persentase 62,5%
Nilai rata-rata Nilai rata-rata menjadi 91,3%, naik
3,3 4,5 28,8%; dari kategori
Persentase: Persentase: baik menjadi amat
65,0% 89,4% baik), aspek
Kategori: baik Kategori: amat menjelaskan (nilai
baik rata-rata 3,3 menjadi
4,5, naik 1,2;
Mengumpulkan Mengumpulkan prosentase 65%
informasi: informasi: menjadi 89,4%, naik
Nilai rata-rata Nilai rata-rata 22,4%; dari kategori
3,6 4,6 baik menjadi amat
Persentase: Persentase: baik); dan aspek
71,3% 91,9% mengumpulkan
Kategori: baik Kategori:amat informasi (nilai rata-
baik rata 3,6 menjadi 4,6,
meningkat 1,0;
persentase 71,3%
menjadi 91,9%, naik
20,6%; dari kategori
baik menjadi amat
baik).

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat
peningkatan tentang proses belajar. Proses belajar IPA materi Sumber Daya Alam
dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek memahami (nilai rata-rata 3,1
menjadi 4,6, meningkat 1,5; persentase 62,5% menjadi 91,3%, naik 28,8%; dari
kategori baik menjadi amat baik), aspek menjelaskan (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,5,
naik 1,2; prosentase 65% menjadi 89,4%, naik 22,4%; dari kategori baik menjadi
amat baik); dan aspek mengumpulkan informasi (nilai rata-rata 3,6 menjadi 4,6,
meningkat 1,0; persentase 71,3% menjadi 91,9%, naik 20,6%; dari kategori baik
menjadi amat baik).
Tabel 8
Hasil Belajar Siswa per Siklus

No Kondisi Siklus I Siklus II Refleksi


Awal
1 Ulangan Ulangan harian Ulangan harian Hasil belajar siswa
harian pada pada siklus I pada siklus II dari kondisi awal ke
kondisi awal diperoleh nilai diperoleh nilai siklus II mengalami
diperoleh belum tuntas belum tuntas peningkatan, yaitu
nilai belum sebanyak 4 sebanyak 0 dari 13 siswa (41%)
tuntas siswa (13%) dan siswa (0%) dan yang mendapat nilai
sebanyak 19 yang tuntas yang tuntas tuntas menjadi 32
siswa (59%) sebanyak 28 sebanyak 32 siswa (100%).
dan yang siswa (87%). siswa (100%) Terjadi peningkatan
tuntas Nilai rata-rata Nilai rata-rata sebanyak 19 siswa
sebanyak 13 kelas: 71,4 kelas: 82,5 (59%) dan nilai
siswa (41%). rata-rata kelas dari
Nilai rata-rata 59,2 menjadi 82,5,
kelas: 59,2 meningkat sebesar
23,3.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari kondisi awal ke
siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 13 siswa (41%) yang mendapat nilai
tuntas menjadi 32 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 19 siswa (59%) dan
nilai rata-rata kelas dari 59,2 menjadi 82,5, meningkat sebesar 23,3.
BAB V
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui metode
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan proses belajar IPA materi
Sumber Daya Alam pada siswa Kelas IV SD Negeri 8 Singaparna Semester II tahun
pelajaran 2012/2013. Proses belajar IPA materi Sumber Daya Alam dari siklus I ke
siklus II terdapat peningkatan: aspek memahami (nilai rata-rata 3,1 menjadi 4,6,
meningkat 1,5; persentase 62,5% menjadi 91,3%, naik 28,8%; dari kategori baik
menjadi amat baik), aspek menjelaskan (nilai rata-rata 3,3 menjadi 4,5, naik 1,2;
prosentase 65% menjadi 89,4%, naik 22,4%; dari kategori baik menjadi amat baik);
dan aspek mengumpulkan informasi (nilai rata-rata 3,6 menjadi 4,6, meningkat 1,0;
persentase 71,3% menjadi 91,9%, naik 20,6%; dari kategori baik menjadi amat baik).
Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari
13 siswa (41%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 32 siswa (100%). Terjadi
peningkatan sebanyak 19 siswa (59%) dan nilai rata-rata kelas dari 59,2 menjadi 82,5,
meningkat sebesar 23,3.
Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) membantu siswa
yang lambat dalam memahami pelajaran IPA khususnya materi Sumber Daya Alam.
2) memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan dan sosial pada guru
dan pada siswa. 3) merupakan cara praktis untuk membantu siswa dalam pelajaran
IPA khususnya materi Sumber Daya Alam.
Saran
Saran bagi Guru: pergunakan metode yang bervariasi dan sesuai dengan
memperhatikan materi dan kondisi siswa dan gunakan alat peraga yang mudah
diterapkan kepada siswa, sederhana tetapi dapat meningkatkan proses siswa.
Memotivasi siswa tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan. Mengajar dan
mendidik siswa secara professional. Saran bagi Kepala Sekolah: Berikan dorongan
dan motivasi kepada guru untuk selalu melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Lengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Jumitasari. 2009. Dunia pendidikan: sumber daya alam


http://sarijumitasari.blogspot.com/2012/06/ips-kelas-4-sd-semester-1.html

Singletary, JP. 2000. Sound Ecology "Strudent aplly problem based learning to
environmental question. The Science Teacher.

Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya

Masidjo, 2002. Penilaian Pencapaian Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta:


Kanisius.

Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES

H.S. Barrows. 1982. A Taxonomy of Problem BasedLlearning Methods. Medical


Education.

Anda mungkin juga menyukai