Anda di halaman 1dari 57

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL)SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAGI SISWA KELAS IV SDN 04 IX KOTO

OLEH

YENDRA MAIROZA,S.Pd.I,S.Pd

NIP. 198405142009022009

SEKOLAH DASAR NEGERI 04 IX KOTO

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN DHARMASRAYA

2022
Yendra Mairoza,2022. Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Bagi

Siswa Kelas IVSDN 04 IX KOTO

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya hasil belajar matematika


siswa Kelas IVSDN 04 IX KOTO Kabupaten Dharmasraya. Telah dilaksanakan
penelitian tindakan kelas di SDN 04 IX KOTO dengan tujuan meningkatkan hasil
belajar matematika melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Pembelajaran selama ini berlangsung secara konvensional, hal ini mengakibatkan
hasil pembelajaran belum maksimal sesuai dengan harapan. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dengan setiap siklus dua kali pertemuan.
Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sebagai alat pengumpul data
adalah tes hasil belajar dan lembar kerja siswa dengan langkah-langkah
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi
untuk setiap siklus. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus
pertama ke siklus kedua dengan ditandai adanya peningkatan hasil evaluasi
belajar siswa setiap siklus. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan
rata-rata 75,39 menjadi 83,27. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I dan siklus
II yaitu sebesar 8 poin. Selain itu peningkatan ketuntasan klasikal juga terjadi
sebesar 33,33%. Oleh karena itu penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas IVSDN 04
IX KOTO.
Kata Kunci: Model PBL, Hasil belajar, Matematika,

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa,

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) Di Kelas V SDN 04 IX KOTO”

Karya tulis ini penulis susun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap

rendahnya hasil belajar siswa terutama mata pelajaran matematika khususnya di

kelas V SD Negeri 04 IX Koto. Dalam penyusunan karya tulis ini penulis juga

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, walaupun begitu penulis

menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Kepala Sekolah SD Negeri 04 IX Koto

2. Bapak Estuhono, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dengan penuh kesabaran dan keiklasannya

3. Ibu Mawarnis, S.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa memotivasi

dan mengarahkan guna penyelesaian karya tulis ini.

4. Seluruh gurur dan staff khususnya di SD Negeri 04 IX Koto Kabupaten

Dharmasraya, terima kasih atas kerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu

disini.

2
Akhirnya penulis do’akan semoga semua amal yang diberikan mendapat

imbalan yang setimpal dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi dunia pendidikan..

Koto Baru, 2021

Penulis

3
4
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................1

ABSTRAK..............................................................................................................2

KATA PENGANTAR............................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................6

B. Rumusan Masalah.....................................................................................8

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................8

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika.......................................................................10

B. Keefektifan Pembelajaran.......................................................................12

C. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)............................13

D. Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri Hasil Belajar.........16

E. Kerangka Berfikir....................................................................................16

F. Hipotesis Tindakan.....................................................................................17

BAB III METODE PENELITIAN

5
A. Jenis Penelitian........................................................................................18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................18

C. Subjek Penelitian.....................................................................................18

D. Jenis Tindakan.........................................................................................18

E. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data.............................................19

F. Teknik analisis data.....................................................................................20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Studi Pendahuluan...................................................................................21

B. Hasil Penelitian Siklus I..........................................................................22

1. Hasil Penelitian Siklus I.......................................................................22

2. Hasil Penelitian Siklus II.....................................................................28

Halaman

C. Pembahasan.............................................................................................34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..............................................................................................38

B. Saran........................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merdeka Belajar! merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang

digegerkan oleh Mendikbud. Prinsip merdeka belajar diharapkan dapat

mempercepat proses reformasi pendidikan di Indonesia yang selama ini

dianggap perlahan layu. Mendikbud bahkan menggagas istilah deregulasi

pendidikan karena regulasi pendidikan selama ini dinilai menghambat proses

pencapaian reformasi pendidikan bermuara pada kualitas dan mutu

pendidikan di Indonesia. Dalam situasi seperti saat ini yaitu adanya Pandemi

COVID-19 yang berimbas pada kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi

pembelajaran secara mandiri oleh siswa yang dilakukan di rumah saja

(Fahrina, dkk 2020). Situasi saat ini mengalami peningkatan dalam

perkembangan industri karena dengan kondisi siswa belajar di rumah maka

tranformasi pendidikan menjadi berkembang melalui peningkatan teknologi.

Di dalam acara peringatan Hari Guru Nasional di tahun 2019 Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud Mencetuskan konsep "

Pendidikan Merdeka belajar ". Konsep tersebut merupakan suatu respon

terhadap kebutuhan sistem pendidikan pada era industrial revolution 4.0,

menteri Nadiem Makarim menyebutkan merdeka belajar adalah kemerdekaan

7
berpikir, kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru titik jadi kunci utama

yang menunjang sistem pendidikan yang baru adalah guru yang di mana guru

bertugas untuk membentuk masa depan bangsa. Konsep Merdeka Belajar

diasumsikan bukan lagi menjadi gagasan tetapi lebih dikatakan sebagai

sebuah kebijakan yang akan dilaksanakan Merdeka belajar kemerdekaan

adalah sat kata yang sering dimaknai dan digambarkan dengan kebebasan

dalam arti yang sesungguhnya.

Yang menjadi titik permasalahan adalah masih terdapat pengekangan

di mana-mana khususnya pendidikan, pendidik dan peserta didik belum

dapat merasakan otonomi yang cukup untuk menentukan arah kebijaksanaan

dalam belajar dan mengajar karena masih diatur oleh regulasi yang membuat

rencana proses pelaksanaan dan evaluasi yang dilaksanakan terkesan terbatas

dan mengikat. Konsep Merdeka Belajar yang merupakan sebuah tawaran

dalam merekonstruksi sistem pendidikan nasional, dengan tata ulang sistem

pendidikan dalam rangka menyongsong kemajuan perubahan dan kemajuan

bangsa yang menyesuaikan perubahan zaman. Dengan adanya pengembalian

hakikat dari pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan untuk

memanusiakan manusia dan pendidikan yang membebaskan aktivitas belajar

yang semula adalah aktivitas alami anak yang dirampas menjadi agenda

orang dewasa yang dipaksakan pada peserta didik.

Namun dalam pelaksnaannya secara umum Merdeka Belajar Baru di

terapkan pada semester satu tahun ajaran 2022/2023 walaupun sudah

dilaunching oleh kementrian Pendidikan pada awal tahun 2022. Sehingga

8
pada semester II tahun ajaran 2021/2022 masih menggunakan kurikulum

2013. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan

meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh

dengan tantangan dan menjadi sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap

individu. Pendidikan tidak dapat diabaikan begitu saja, lebih lagi dipandang

sebelah mata dalam persaingan teknologi, keterampilan, dan pengetahuan

menuju era yang serba modern.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa:

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.’’

Miarso dalam Rusmono, (2012:6) mengemukakan bahwa pembelajaran

adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain

belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Proses

9
pembelajaran terdapat peran siswa sebagai subyek belajar. Aktifitas belajar siswa

tidak hanya sekedar mendengar dan mencatat materi pembelajaran yang diberikan

oleh guru. Hal ini siswa harus diberikan peran aktif serta dijadikan mitra dalam

proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai peserta didik yang aktif.

Suasana dan kondisi belajar yang menyenangkan, dimana tercipta interaksi yang

baik antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa akan sangat membantu

dan mendukung siswa dalam mendapatkan pengalaman belajar. Siswa akan lebih

mudah dalam menguasai materi yang dipelajari dan pembelajaran akan lebih

bermakna bagi siswa. Guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran

yang sesuai dengan jenis materi yang akan disampaikan demi tercapainya tujuan

pembelajaran.

Wisudawati dan Sulistiyowati (2015: 23) IPA berarti ilmu yang

mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian- kejadian yang ada di alam ini.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu disiplin ilmu yang

didalamnya mengkaji berbagai kajian ilmu alam diantaranya fisika, kimia dan

biologi. Mata pelajaran IPA ini sangat penting kedudukannya dalam masyarakat

karena IPA membahas mengenai makhluk hidup, proses kehidupan, alam serta

peristiwa alam yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari- hari. Sehingga tidak

dapat dipungkiri jika mata pelahjaran IPA menjadi mata pelajaran wajib mulai

dari sekolah tingkat dasar (SD/MI) hingga sekolah menengah atas. Namun selama

ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan

mengikuti pelajaran ini. Tidak sedikit dari mereka beranggapan bahwa mata

pelajaran IPA itu membosankan dikarenakan terlalu banyak cakupan materi yang

10
harus mereka pelajari.Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi

siswa SD seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologi anak dengan

memberikan kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam

membongkar misteri, seluk beluk dan teka teki fenomena alam di sekitar dirinya,

mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi

mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali

keterampilan dan membangun konsep baru yang harus dikuasai oleh siswa.

Keberhasilan pembelajaran IPA dapat dilihat dari kreativitas guru

menggunakan model pembelajaran yang diterapkan dalam mengajar mata

pelajaran IPA yang tepat dan menarik. Suasana belajar yang kondusif terjadi

interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa,

sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Menurut Sutirman (2013: 22) model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Model pembelajaran merupakan alternatif yang digunakan oleh guru untuk

mensiasati dalam kegiatan menstranfer ilmu pengetahuan agar mudah diterima

oleh siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Model pembelajaran dapat

dipilih oleh guru dengan memperhatikan kareakteristik materi pembelajaran serta

kondisi siswa.

Hasil observasi awal peneliti pada bulan Februari thun 2022 yaitu pada

kelas IV SDN Lembaya Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, bahwa guru

pengajar IPA hingga sekarang masih menerapkan teacher centered dengan sistem

penyampaian yang lebih banyak didominasi oleh guru. Siswa cenderung diam,

11
pasif dan kurang berani menyatakan gagasannya. Kreativitas dan kemandirian

mengalami hambatan

Pemilihan model PBL didasarkan atas karakteristik dari model

pembelajaran ini sendiri yang menitikberatkan pada peran sentral siswa dalam

melakukan kegiatan belajar. Selain itu melalui proses pemecahan masalah

dalam pembelajaran, siswa dapat menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip,

dan berbagai pengalaman belajar melalui proses mentalnya sendiri, sehingga

membuat siswa menjadi lebih termotivasi (menjadi lebih aktif, kritis, dan

kreatif) dalam mengikuti pelajaran matematika.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Bagi

Siswa Kelas IVSDN 04 IX KOTO”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa Kelas IVSDN 04 IX KOTO.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan

hasil belajar matematika siswa Kelas IVSDN 04 IX KOTO.

12
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil studi penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini dari segi teoritisitis diharapkan dapat menambah

pengetahuan dalam bidang matematika terutama pada hasil belajar siswa

melalui model PBL, dengan demikian dapat dijadian referensi dan acuan

pada masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penerapan model pembelajaran PBL akan membantu dalam perbaikan

dan peningkatan hasil belajar matematika yang aktif dan terpusat pada

siswa, serta pembaharuan pendidikan matematika di sekolah tersebut.

b. Bagi Siswa

Adapun manfaat penelitian ini bagi siwa yang merupakan sasaran

utama pada penelitian ini adalah sebagai stimulus guna memotivasi dan

meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa pada pembelajaran

matematika.

c. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru kelas selaku pelaksana penelitan ini

adalah guru dapat mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar

matematika di Kelas IVSDN 04 IX KOTO Kabupaten Dharmasraya

dengan menggunakan model PBL, guna meningkatkan kualitas dan

13
mutu pembelajaran khususnya pembelajaran matematika di kelas

tersebut.

14
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan nasional No. 41 tahun 2007

tentang standar proses dijelaskan pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses

pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif guru, siswa,

dan sumber belajar yaitu saling bertukar informasi. Belajar memiliki makna

untuk memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui

pengalaman, mengingat,dan mendapatkaninformasi atau menemukan.

Sebagaimana dijelaskan dalam NCTM (2000: 20) yang berkaitan dengan

prinsip pembelajaran yaitu “student must learn mathematics with

understanding, actively building new knowledge from experience and prior

knowledge”. Para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara

aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan

sebelumnya.

15
Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa proses

pembelajaran di kelas merupakan sarana untuk membantu siswa memperoleh

informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, mengekspresikan dirinya,

dan cara-cara belajar bagaimana untuk belajar.

Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar.

Mengajar adalah membimbing dan memfasilitasi siswa yang belajar,

mengatur kondisi untuk belajar. Dalam mengajar terdapat kegiatan memilih,

menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran

yang diinginkan.

Pembelajaran terbagi menjadi beberapa bidang ilmu, salah satunya

matematika, menurut Hudojo dalam Mahmudah (2011:14), matematika

merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan menelaah bentuk-bentuk

atau struktur-struktur serta hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Dalam

memahami struktur-struktur serta hubungan-hubungan tersebut dibutuhkanlah

konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Selanjutnya Hudojo

menambahkan, hakikat matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-

struktur, dan hubungan-hubungan yang diatur menurut ketentuan yang logis.

Jadi, matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak.

Susanto (2013:186) pembelajaran matematika merupakan suatu proses

belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi matematika. Sebagaimana dikatakan oleh Hamalik dalam

16
Masykuri (2013:14), pembelajaran matematika berarti pembelajaran tentang

konsep-konsep atau struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang

dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep atau

struktur-struktur tersebut.

Tujuan pembelajaran Matematika menurut Arini dalam Masykuri

(2013:15) adalah:

1) Melatih cara berpikir dan menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan Matematika.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif dalam memahami konsep

Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merencanakan model

Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan

lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

17
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang

guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang

memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan

pengetahuannya. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengarahkan siswa

mencapai tujuan pembelajaran salah satunya ialah membangun pemahaman

pada diri siswa.

Membangun pemahaman pada setiap kegiatan belajar matematika

akan memperluas pengetahuan matematika yang dimiliki. Semakin luas

pengetahuan tentang ide atau gagasan matematika yang dimiliki, semakin

bermanfaat dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Dengan

pemahaman diharapkan tumbuh kemampuan siswa untuk mengomunikasikan

konsep yang telah dipahami dengan baik dan benar pada setiap menghadapi

permasalahan dalam pembelajaran matematika (Susanto, 2013:193).

Sederhananya, pemahaman merupakan kunci pokok dalam mencapai tujuan

pembelajaran matematika.

B. Keefektifan Pembelajaran

Terkait dengan keefektifan dalam pembelajaran Sumantri (2016:01)

mendefinisikan bahwa “efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh

manajemen, yang mana target tersebutsudah ditentukan terlebih dahulu” ,

kemudian Slavin (2006: 277) menyatakan, bahwa keefektifan pembelajaran

ditentukan dengan empat indikator yaitu: (1) kualitas pembelajaran, (2)

kesesuaian tingkat pembelajaran, (3) insentif, dan (4) waktu. Kesesuaian

18
tingkat pembelajaran yaitu seberapa jauh guru memastikan tingkat kesiapan

siswa untuk mempelajari materi baru.Insentif yaitu seberapa besar usaha yang

dilakukan guru dalam memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas dan

mempelajari materi yang diberikan.

Keefektifan pembelajaran juga dipengaruhi oleh umpan balik seperti

motivasi, kesadaran diri, prestasi, dan tanggung jawab, sebagaimana

diungkapkan Dimyati & Mudjiono (2009: 5) bahwa peran guru dalam

pembelajaran yaitu membuat desain intruksional, menyelenggarakan kegiatan

belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi

hasil belajar yang berupa dampak pengajaran.

Berkaitan dengan keefektifan dalam pembelajaran matematika,

NCTM (2000: 20) memaparkan bahwa “mengajar matematika yang efektif

memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk

belajar dan kemudian memberi tantangan dan mendukung mereka untuk

mempelajarinya dengan baik”.

Berdasarkan uraian di atas, maka keefektifan pembelajaran

matematika adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang ditentukan

untuk mata pelajaran matematika, dinyatakan dalam bentuk skor dengan

membandingkan skor yang dicapai dengan standar skor yang ditentukan.

Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada hasil belajar kognitif siswa

sehingga keefektifan pembelajaran dapat diukur dari hasil/skor yang peroleh

atau dicapai siswa berdasarkan KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.

19
C. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Andayani (2015:240) pada awal perkembangannya, PBL

merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada

masalah dunia nyata untuk belajar. PBL pertama kali dikembangkan pada

pendidikan kedokteran awal tahun 1970-an.

Pengertian model problem based learning menurut Trianto (2009: 95)

adalah model mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses

dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi

yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan

penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong

untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan

keterampilan berpikir kritis. Selanjutnya menurut Wang Ge (2006) dalam

Jamilah (2016:04) “ project based learning (PBL) dapat didefinisikan sebagai

suatu pendekatan pengajaran yang kontekstual yang peserta didiknya

dihadapkan pada suatu permasalahan atau pekerjaan sehingga mereka harus

bekerja untuk memecahkan masalah tersebut atau untuk membuat produk

yang harus mereka tunjukkan”.

Sedangkan menurut Menurut Slameto (2011:7) Model PBL

merupakan model pembelajaran model pembelajaran yang melatih dan

mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk

merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.

20
Sebagai model pembelajaran, model pembelajaran memiliki sintak

atau langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan Kermendikbud (2014),

bahwa langkah langkah atau sintak model PBL meliputi orientasi

permasalahan, pengorganisasian atau perancangan kegiatan penyelidikan,

melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah, mempresentasikan

hasil penyelidikan, dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam

model pembelajaran PBL, berawal dari guru mengajukan masalah autentik

ataupun mengorientasikan siswa kepada masalah. Selanjutnya, akan

memfasilitasi penyelidikan pada saat eksperimen/pengamatan,memfasilitasi

dialog antara siswa, juga mendukung proses belajar siswa. Berikut sintak

model pembelajaran PBL yang di deskripsikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran PBL

No Indikator Aktivitas / Kegiatan Guru

1 Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran,

Orientasi permasalahan menjelaskan logistik yang

diperlukan, pengajuan masalah,

memotivasi siswa terlibat dalam

aktifitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

2 Fase 2 Membantu siswa mendefinisikan

Pengorganisasian atau dan mengorganisasikan tugas

perancangan kegiatan belajar yang berhubungan dengan

penyelidikan masalah tersebut.

21
3 Fase 3 Mendorong siswa untuk

Melakukan penyelidikan mengumpulkan informasi yang

untuk memecahkan masalah sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan

pemecahan masalah.

4 Fase 4 Membantu siswa dalam

Mempresentasikan hasil merencanakan dan menyiapkan

penyelidikan karya yang sesuai seperti laporan,

vidio, model dan berbagai tugas

dengan teman.

5 Fase 5 Membantu siswa melakukan

Mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap

pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses-

proses yang mereka gunakan.

Selain memiliki langkah-langkah PBL juga keunggulan, sebagaimana

dipaparkan Aisyah (2011:7) yang menyebutkan keunggulan model PBL

berikut: 1) memungkinkan siswa menjadi melek teknologi, melengkapi siswa

dengan keterampilan dan rasa percaya diri untuk sukses dalam kompetisi

global, dan juga mengajarkan inti kurikulum dengan cara interdisiplin. 2)

Meningkatkan kualitas pembelajaran, mengubah pola mengajar dari

memberitahu ke melakukan, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk

belajar sesuai dengan minat dan membuat keputusan sendiri, serta memberi

22
kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka akan

menemukan jawaban pertanyaan atau memecahkan. 3) Menciptakan kondisi

siswa menjadi aktif. 4) Menggali kreatifitas siswa dalam

memecahkanmasalah. Namun demikian, PBL juga memiliki kelemahan,

terutama perlu waktu yang lama untuk menyelesaikan satu siklus

pembelajaran.

D. Hasil Belajar

Belajar dan hasil belajar adalah dua hal yang tak terpisahkan. Setelah

adanya kegiatan belajar maka muncullah hasil belajar. Sederhananya, hasil

belajar ialah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa dalam

beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebagaimana yang

dipertegas oleh Nawawi dalam Susanto (2013:5) bahwa hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk

menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami

suatu pelajaran. Disamping itu hasil belajar dapat juga berupa keterampilan,

nilai , sikap dan pengetahuan (kognitif) setelah siswa mengalami proses

belajar Menurut Trianto (2009 : 236 ) “ Tes hasil belajar adalah tes yang di

gunakan untuk mengukur kemampuan siswa ”. Sehingga hasil belajar dapat

ditafsirkan sebagai output dari proses belajar-mengajar. Tes hasil belajar

meliputi tes hasil produk, tes hasil belajar, dan tes hasil belajar psikomotorik.

23
Dalam hal ini penulis hanya melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar

Matematika dalam aspek kognitif . Dengan menggunakan indikator berupa

tes. Berdasarkan yang dilakukan diperoleh sampai dimana tingkat

kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapai tujuan-tujuan kurikulum

E. Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran matematika siswa hanya mendengarkan

konsep-konsep yang disampaikan oleh guru , tanpa bisa memahami dan

mengkritisi apa makna konsep itu. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak

paham untuk apa mereka mempelajari matematika. Oleh karena itu model

problem based instruction (PBL) perlu diterapkan dalam pembelajaran

matematika di SD Negeri 04 IX Koto. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir

dapat di gambarkan sebagai berikut :

Perencanaan, Pelaksanaan,
Observasi , Refleksi Hasil belajar matematika
siswa rendah

Siklus I Pembelajaran menggunakan


Siklus II Model Problem Based Learning
(PBL)
Hasil Belajar matematika siswa
Meningkat

Gambar 1.Kerangka Berpikir

24
F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “model

pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa Kelas IVSDN 04 IX KOTO.”

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan

kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning),

tindakan (action), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).adapun

model yang digunakan akan PTK model Jhon Elliot.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 09 Koto Baru

yang berlokasi di Kabupaten Dharmasraya. Pelaksanaan PTK ini akan

dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2021.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas IVSD

Negeri 04 IX Koto yang terdiri dari 18 siswa yang masing-masing terdiri

dari 8 laki-laki dan 10 perempuan.

D. Jenis Tindakan

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus.

Siklus 1 terdiri dari 2 tindakan (pertemuan) dan siklus 2 terdiri dari 2

tindakan (pertemuan). Masing-masing siklus dilaksanakan pembelajaran

26
dengan model Problem Based Learning (PBL). Berikut langkah-langkah yang

akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini.

1. Perencanaan

Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Observasi lokasi dan subjek penelitian

b. Konsultasi dengan pihak guru

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, Rencana

Pembelajaran (RPP), LKS dan instrument pengumpulan data.

d. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran

e. Menyiapkan alat dan bahan lain yang akan dibutuhkan dalam

pembelajaran.

f. Merencanakan analisis hasil tes.

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru Kelas

IVSD Negeri 04 IX Koto dengan melaksanakan rencana pembelajaran

yang sudah disiapkan, dan peneliti dalam penelitian ini berkedudukan

sebagai guru.

3. Tahap observasi dan evaluasi

Kegiatan pada tahap observasi adalah melakukan observasi secara

kontinu setiap berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, apakah sudah sesuai dengan

rencana pembelajaran. Tahap evaluasi dilaksanakan setiap akhir siklus

dengan memberikan tes.

27
4. Tahap refleksi

Kegiatan pada tahap refleksi adalah peneliti dan guru mata

pelajaran mengkaji kekurangan dan hambatan yang muncul pada saat

berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga diperoleh alternatif

pemecahan masalah yang muncul pada setiap proses belajar mengajar,

Apabila hasil dari siklus pertama belum memuaskan, maka perlu

dilakukan modifikasi atau kreasi untuk melakukan skenario/perencanaan

baru dengan mempertimbangan kekurangan pada siklus pertama, yang

nantinya akan aplikasikan pada siklus selanjutnya.

E. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode

tes, dan observasi. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil

belajar siswa dan metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data

keterlaksanan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL

baik keterlaksanaan pembelajaran oleh guru maupun aktivitas siswa.

Adapun instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang berupa tes tertulis berbentuk uraian (essay). Tes

essay memberikan indikasi yang baik untuk mengungkapkan prestasi

belajar kognitif matematika. Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri atas

soal berbentuk uraian yang digunakan untuk mengukur kemampuan siklus

1 dan siklus 2.

28
F. Teknik analisis data

Data yang diperoleh dari instrument tes tersebut dianalsis untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran PBL. Analisis data yang digunakan adalah analisis data

ketuntasan belajar secara deskriptif yang menggambarkan perolehan siswa

secara individu maupun secara kelompok. Analisis secara individu dilakukan

dengan ketercapaian nilai KKM yang sudah ditetapkan guru yaitu minimal

nilai 75. Analisis secara keseluruhan dilakukan dengan Ketuntasan klasikal

dengan rumus :

Keterangan :

KK = ketuntasan klasikal

X = Jumlah Siswa yang mendapat nilai > 75

Z = jumlah siswa keseluruhan

Untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah

adalah dengan membandingkan persentase nilai ketuntasan klasikal siswa

pada siklus satu dengan siklus selanjutnya. Jika siklus sesudahnya lebih besar

dari siklus sebelumnya maka dikatakan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan pemecahan masalah.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Studi Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas dilakukan sebanyak dua siklus yang masing

masing siklusnya terdiri dari tiga pertemuan, secara keseluruhan diawali

dengan hasil observasi awal yaitu pencapaian hasil belajar siswa kemudian

analisa reflektif untuk menentukan tindakan yang mengarah pada kegiatan

pembelajaran kognitif siswa. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan baik dan menuju sasaran yang diharapkan, maka peneliti

melaksanakan 4 tahap dalam penelitian yaitu : 1) perencanaan, 2)

pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi. Pada penelitian ini refleksi dapat

dilakukan sampai pada pelaksanaan tindakan yang kedua. Sedangkan analisis,

tindakan, observasi, dan refleksi diungkapkan ditiap siklus pembelajaran

melalui tes awal.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti melihat masih banyak

siswa Kelas IVSD Negeri 04 IX Koto yang hasil belajar mata pelajaran

matematikanya rendah. Kondisi awal hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika Kelas IVSD Negeri 04 IX Koto ditunjukkan Tabel berikut :

30
Tabel.4.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Awal Siklus (Pre Test)

No Nilai Jumlah Siswa Tuntas Tidak Tuntas

1 < 54 2 2

2 55 – 64 6 6

3 65 – 74 6 6

4 75 – 84 3 3

5 85 – 94 2 2

6 95 – 100

Jumlah 18 5 13

% Ketuntasan 28% 72%

Berdasarkan tabele di atas diketahui tingkat persentase siswa yang tuntas dalam

pembelajaran matematika baru mencapai 28 %, sementara siswa yang belum

mencapai KKM yang ditelah ditentukan mencapai 72s %. Melihat kondisi awal

hasil belajar matematika siswa yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa

perlu untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selanjutnya peneliti

melaksanakan penelitian tindakan kelas. Deskripsi hasil penelitian di uraikan

dalam tahapan yang berupa siklus-siklus yang dilakukan pada kegiatan

pembelajaran. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

B. Hasil Penelitian Siklus I

1. Hasil Penelitian Siklus I

Pembelajaran pada siklus I berlangsung dalam dua pertemuan.

Pertemuan pertama berlangsung 3 x 35 menit, sedangkan pertemuan kedua

31
berlangsung selama 2 x 35 menit. Sedangkan evaluasi berlangsung selama

60 menit pada pertemuan ketiga. Kegiatan pada siklus I terdiri dari 4 tahap

yaitu:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

1) Mengkaji langkah-langkah dalam pembelajaran PBL.

2) Menyusun perangkat pembelajaran siklus I seperti silabus, RPP,

dan LKS.

3) Menyiapkan media pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar observasi siklus I.

5) Menyiapkan soal evaluasi siklus I beserta kunci jawabannya.

6) Menyiapkan pedoman pensekoran soal evaluasi siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan pertama

Kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Maret2021. Pada kegiatan

tersebut perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan tes

individu sudah disiapkan. Selesai memberikan arahan kepada

siswa, guru langsung meminta siswa untuk membentuk kelompok

sendiri yang terdiri dari 4 kelompok sehingga masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Pada proses pembentukan

kelompok tersebut, siswa masih ribut dan bingung dalam

membentuk kelompok sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

membentuk kelompok cukup lama. Guru selanjutnya meminta

32
siswa untuk menulis anggota kelompoknya pada kertas dan

menyerahkannya kepada guru. Setelah itu guru memberikan soal

pretes kepada siswa dan siswa secara antusias menjawab pretes

tersebut secara individu, namun dalam mengerjakan pretes tersebut

terlihat beberapa siswa masih berkeliaran dan mengobrol sementara

beberapa siswa lain juga masih bingung dalam menyelesaikan soal

tersebut.

Guru selanjutnya memberikan LKS 1 kepada masing-

masing kelompok untuk diselesaikan dengan berdiskusi pada

kelompok masing-masing, masing-masing kelompok mengerjakan

LKS 1 secara antusias dan kooperatif. Pada saat mengerjakan LKS

1 terlihat beberapa siswa bekerja sama dan saling tanya jawab pada

saat berdiskusi, akan teteapi beberapa kelompok juga terlihat masih

ribut dan membicarakan hal lain diluar materi pada LKS 1. Guru

juga memberikan bimbingan terbatas kepada masing-masing

kelompok jika ada hal yang belum jelas dalam pengerjaan LKS 1

tersebut. Selanjutnya guru memberikan pengarahan kepada siswa

untuk perbaikan-perbaikan pada pertemuan selanjutnya dengan

mengurangi ribut dan lebih serius dalam bekerja sama pada

masing-masing kelompok.

2) Pertemuan kedua

Kegiatan pembelajaran siklus 1 pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret2021. Pada kegiatan

33
tersebut perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan tes

individu sudah disiapkan.

Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa

untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pelajaran dengan

mengajak siswa untuk tenang dan mempersiapkan bahan

pembelajaran yang akan digunakan. Selanjutnya guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran.

Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan

berkumpul dengan anggota kelompoknya tersebut. sebelum

memulai diskusi, guru menyampaikan komponen-komponen

penilaian dalam diskusi kelompok. Setelah itu guru langsung

membagikan LKS 2 kepada masing-masing siswa yang

diselesaikan dengan berdiskusi sesama anggota kelompoknya.

Terlihat siswa berdiskusi secara tenang dan saling tanya jawab satu

sama lainnya. Guru berkeliling untuk melihat proses terjadinya

diskusi sambil memberikan bantuan terbatas kepada siswa dalam

kelompok jika ada sesuatu yang kurang jelas dari LKS 2 tersebut.

setelah selesai mendiskusikan LKS 2, guru meminta beberapa

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan

kelas dan kelompok lain memperhatikan presentasi kelompok

tersebut. dalam presentasi tersebut tidak terjadi tanggapan dari

kelompok lain.

34
Setelah selesai mempresentasikan hasil diskusi selanjutnya

masing-masing siswa diminta untuk kembali kepada tempat duduk

sebelumnya dan guru memberikan tes atau kuis yang harus

dikerjakan siswa secara individu. Siswa menggunakan waktu yang

tersisa untuk menyelesaikan tes atau kuis yang diberikan guru

secara individu, terliat siswa serius dalam mengerjakan tes atau

kuis tersebut.setelah selesai mengerjakan tes tersebut, guru

menutup pelajaran dan akan mengumumkan kepada siswa tentang

ulangan atau uji kompetensi dari materi pada pertemuan pertama

dan kedua.

c. Tahap Observasi

Berdasarkan lembar observasi dan diskusi dengan guru,

terdapat beberapa kekurangan dan hal-hal yang mendukung dalam

pelaksanaan sekenario pembelajaran siklus I.

Adapun kekurangan-kekurangan pada proses pembelajaran

berdasarkan lembar observasi yaitu:

1) Guru kurang dalam memberikan apersepsi dalam pembelajaran.

2) Guru kurang dalam menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam proses pembelajaran.

3) Guru kurang dalam memberikan informasi materi yang akan

dipelajari kepada siswa sebelum berdiskusi.

4) Guru kurang dalam memberikan contoh dari materi ajar.

35
5) Penggunaan alokasi waktu yang kurang baik sehingga beberapa

kegiatan pembelajaran tidak terlaksana.

6) Pelaksanaan presentasi kelompok tidak terlaksana pada pertemuan

pertama dan kurang maksimal pada pertemuan kedua.

7) Beberapa siswa tidak mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru.

8) Siswa membentuk kelompok secara kurang tertib.

9) Beberapa siswa pada kelompok terlihat kurang membimbing

anggota yang lain.

10) Siswa tidak dapat menyelesaikan LKS 1 secara baik dengan waktu

yang cukup lama.

11) Guru tidak mengajak siswa untuk membuat kesimpulan dari materi

yang dipelajari.

Setelah pembelajaran pada siklus I selesai, guru melakukan

evaluasi pada pertemuan ke tiga Selasa tanggal 27 Maret2021 dengan

memberikan soal tes kepada siswa. Data hasil evaluasi siklus I dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4..2 Hasil Evaluasi Siklus I

No Nama Nilai

1 Angga Pratama 78

2 Ayu Amelia 90

3 Dimas Ancoyo 63

4 Ferandini 87

36
5 Hidayat 70

6 Jihan Putri Andini 78

7 Mutiara Ramadhani 80

8 M. Rafa 85

9 Neysa Safira Putri 83

10 Pramudi Magribi 83

11 Rafi Fernando 66

12 Redo Kurniawan 64

13 Rizki Saputra 66

14 Ryana Ulfa 83

15 Sifa Ananda 74

16 Tasya Apyuri 65

17 Zaskia Putri 87

18 Ziske Meilani 64

Rata-rata kelas 75,39

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Jumlah Siswa Nilai

Peserta Nilai Nilai Nilai Nilai Rata- Persentase

tes ≥ 75 < 75 Terendah Tertinggi rata ketuntansan

kelas

18 9 9 63 90 75,39 50 %

37
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas yang

diperoleh pada siklus I adalah 75,39 dengan persentase kentutasan

belajar siswa adalah 50%. Peningkatan hasil belajar siswa dari pre test

pada siklus I digambarkan pada diagram berikut:

Diagram 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan observer,

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I akan dilakukan

tindakan perbaikan pada siklus II yaitu:

1. Guru lebih memperhatikan RPP khususnya dalam menyampaikan

apersepsi, tujuan pembelajaran diawal pembelajaran, memberikan

motivasi dan pemberian informasi.

2. Merencanakan alokasi waktu yang lebih efektif, dan alokasi waktu

untuk menyampaikan materi harus ditambah.

3. Mengoptimalkan pengelolaan kelas terutama saat berdiskusi.

4. Guru lebih mengaktifkan tanya jawab dengan siswa pada saat

pemberian informasi

38
5. Mengajak siswa untuk lebih semangat dalam presentasi hasil

diskusi.

6. Mengajak siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang

dipelajari.

2. Hasil Penelitian Siklus II

Pembelajaran pada siklus II berlangsung dalam dua pertemuan.

Pertemuan pertama berlangsung 2 x 35 menit, sedangkan pertemuan kedua

berlangsung selama 3 x 35 menit. Sedangkan evaluasi berlangsung selama

60 menit pada pertemuan ketiga. Kegiatan pada siklus I terdiri dari 4 tahap

yaitu:

a. Tahap Perencanaan Tindakan

1) Mendaftar kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I

2) Menyusun perangkat pembelajaran siklus II yang merupakan revisi

dari siklus I seperti RPP dan LKS

3) Menyiapkan media pembelajaran

4) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa siklus II

5) Menyiapkan soal evaluasi siklus II beserta kunci jawabannya

6) Menyiapkan pedoman pensekoran soal evaluasi siklus II

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan pertama

Kegiatan pembelajaran siklus 2 pertemuan pertama

dilaksanakan pada Sabtu tanggal 31 Maret 2021. .Pada kegiatan

tersebut perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan tes

39
individu sudah disiapkan dan direvisi dari hasil refleksi pada siklus

1. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa untuk

mempersiapkan diri dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga

mengajak siswa untuk lebih tenang dalam mengikuti pembelajaran

baik sebelum berkumpul dalam kelompok maupun saat kembali

ketempat duduk masing-masing.

Proses pembelajaran dimulai dengan penyampaian apersepsi

oleh guru dengan menampilkan slide yang berisi pengecekan

pemahaman siswa tentang materi sebelumnya. Dalam kegiatan

penyampaian apersepsi tersebut guru mengajak siswa untuk

bertanya jika ada hal yang belum jelas terkait materi sebelumnya

dan beberapa siswa antusias untuk bertanya kepada guru terkait

materi sebelumnya tersebut.

Selanjutnya guru juga tidak lupa menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran pada hari

tersebut. Tidak hanya menyebutkan tujuan saja, akan tetapi guru

juga menjelaskan maksud dari tujuan pembelajaran tersebut kepada

siswa dan siswa terlihat antusias memperhatikan penjelasan

tersebut. Setelah pemberian informasi tersebut dirasa sudah cukup,

guru langsung menyampaikan materi dan mengajak siswa

berdiskusi dan gurupun membentuk kelompok heterogen yang

terdiri dari 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari

40
4-5 siswa. Siswa dengan tertib berkumpul dengan anggota

kelompoknya disertai dengan membawa bahan-bahan yang akan

digunakan untuk berdiskusi nantinya. Sebelum diskusi dimulai,

guru tidak lupa menampilkan slide yang berisi aturan-aturan dalam

berdiskusi dan komponen penilaian dalam berdiskusi dan siswa

yang sudah berkumpul dengan anggota kelompoknya

memperhatikan penjelasan tersebut.

Selanjutnya guru membagikan LKS 3 kepada masing-masing

siswa dalam kelompok dan meminta siswa untuk menyelesaikan

LKS 3 tersebut dengan berdiskusi dengan anggota kelompoknya.

Saat mendiskusikan LKS 3 suasana kelas lebih kondusif meskipun

terdengan suara-suara dialog antar siswa terkait dalam

mendiskusikan LKS 3 tersebut. guru juga tidak lupa berkeliling

melihat proses jalannya diskusi dan memberikan bantuan terbatas

kepada siswa yang merasa belum jelas dalam menyelesaikan LKS

3 tersebut.

Waktu yang dibutuhkan untuk mendiskusikan LKS 3 tersebut

cukup lama, gurupun memberikan tambahan waktu 5 menit dalam

menyelesaikan LKS 3 tersebut dan dalam waktu yang telah

ditentukan tersebut, masing-masing kelompok sudah selesai

mendiskusikan LKS 3 tersebut. Selanjutnya guru meminta

beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka

di depan kelas dan guru agak kualahan untuk memilih kelompok

41
yang presentasi karena hampir semua kelompok mengangkat

tangan karena bersedia untuk mempresentasikan hasil diskusi

mereka tersebut. Dalam hal tersebut, guru memilih 2 kelompok

saja yang mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Setelah kegiatan presentasi hasil diskusi tersebut, guru tidak

lupa memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berani

mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan

mengajak siswa untuk lebih bersemangat lagi. Selanjutnya guru

memberikan tes atau kuis yang diselesaikan secara indvidu dimana

sebelumnya guru meminta siswa untuk kembali duduk ditempat

semula dan berpisah dari anggota kelompoknya. Guru

menggunakan waktu 10 menit untuk menyelesaikan tes atau kuis

tersebut karena hanya terdiri dari 3 pertanyaan dan alhasil siswa

mengerjakan tes atau kuis tersebut sesuai waktu yang telah

ditentukan.

Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan

dari materi yang dipelajari pada hari tersebut dan

menginformasikan kepada siswa bahwa proses pembelajaran

berikutnya akan dilaksanakan seperti pada saat itu yakni dengan

berdiskusi. Setelah itu guru menutup pembelajaran dengan doa dan

mengucapkan salam.

Pertemuan kedua

42
Kegiatan pembelajaran siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan

pada hari Selasa tanggal 03 April2021. Pada kegiatan tersebut

perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS dan tes individu

sudah disiapkan dan direvisi dari hasil refleksi pada siklus 1.

Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa untuk

mempersiapkan diri dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga

mengajak siswa untuk lebih tenang dalam mengikuti pembelajaran

baik sebelum berkumpul dalam kelompok maupun saat kembali

ketempat duduk masing-masing.

Proses pembelajaran dimulai dengan penyampaian apersepsi

oleh guru yang berisi pengecekan pemahaman siswa tentang materi

sebelumnya. Selanjutnya guru juga tidak lupa menyampaikan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran pada

hari tersebut. Tidak hanya menyebutkan tujuan saja, akan tetapi

guru juga menjelaskan maksud dari tujuan pembelajaran tersebut

kepada siswa dan siswa terlihat antusias memperhatikan penjelasan

tersebut. guru juga tidak lupa untuk memberikan motivasi terkait

materi yang akan dipelajari bahwa materi tersebut berguna bagi

siswa dalam kehidupan siswa disertai dengan cerita dari

pengalaman guru tersebut.

Setelah pemberian informasi tersebut dirasa sudah cukup, guru

langsung menyampaikan materi dan gurupun membentuk

43
kelompok heterogen yang terdiri dari 4 kelompok dan masing-

masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Siswa dengan tertib

berkumpul dengan anggota kelompoknya disertai dengan

membawa bahan-bahan yang akan digunakan untuk berdiskusi

nantinya. Sebelum diskusi dimulai, guru tidak lupa menyampaikan

aturan-aturan dalam berdiskusi dan komponen penilaian dalam

berdiskusi.

Selanjutnya guru membagikan LKS 4 kepada masing-masing

siswa dalam kelompok dan meminta siswa untuk menyelesaikan

LKS 4 tersebut dengan berdiskusi dengan anggota kelompoknya.

Saat mendiskusikan LKS 4 suasana kelas lebih kondusif meskipun

terdengan suara-suara dialog antar siswa terkait dalam

mendiskusikan LKS 4 tersebut. guru juga tidak lupa berkeliling

melihat proses jalannya diskusi dan memberikan bantuan terbatas

kepada siswa yang merasa belum jelas dalam menyelesaikan LKS

4 tersebut.

Waktu yang dibutuhkan untuk mendiskusikan LKS 4 tersebut

tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, Masing-masing

kelompok sudah selesai mendiskusikan LKS 4 dan selanjutnya

guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi mereka di depan kelas dan guru memilih 2 kelompok yang

belum mempresentasikan hasil diskusinya pada pertemuan

sebelumnya untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Setelah

44
kegiatan presentasi hasil diskusi tersebut, guru tidak lupa

memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berani

mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas dan

mengajak siswa untuk lebih bersemangat lagi. Selanjutnya guru

memberikan tes atau kuis yang diselesaikan secara indvidu dimana

sebelumnya guru meminta siswa untuk kembali duduk ditempat

semula dan berpisah dari anggota kelompoknya. Guru

menggunakan waktu 10 menit untuk menyelesaikan tes atau kuis

tersebut karena hanya terdiri dari 3 pertanyaan dan alhasil siswa

mengerjakan tes atau kuis tersebut sesuai waktu yang telah

ditentukan.

Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan

dari materi yang dipelajari pada hari tersebut dan

menginformasikan kepada siswa bahwa proses pembelajaran

berikutnya akan dilaksanakan seperti pada saat itu yakni dengan

berdiskusi. Setelah itu guru menutup pembelajaran dengan doa dan

mengucapkan salam.

c. Tahap Observasi

Berdasarkan pengamatan peneliti, hasil observasi dan diskusi

dengan observer, pada siklus II proses pembelajaran sudah berjalan

sesuai dengan sekenario. Hasil dari evaluasi nantinya akan

tergantung dari masing-masing individu.

45
Setelah pembelajaran pada siklus II selesai, guru melakukan

evaluasi pada hari Selasa tanggal 7 April2021 dengan memberikan soal

tes kepada siswa. Data hasil evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Siklus II

No Nama Nilai

1 Angga Pratama 85

2 Ayu Amelia 95

3 Dimas Ancoyo 70

4 Ferandini 80

5 Hidayat 95

6 Jihan Putri Andini 85

7 Mutiara Ramadhani 88

8 M. Rafa 80

9 Neysa Safira Putri 90

10 Pramudi Magribi 88

11 Rafi Fernando 78

12 Redo Kurniawan 78

13 Rizki Saputra 72

14 Ryana Ulfa 88

15 Sifa Ananda 90

16 Tasya Apyuri 75

17 Zaskia Putri 90

46
18 Ziske Meilani 72

Rata-rata kelas 83,27

Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Jumlah Siswa Nilai

Peserta Nilai Nilai Nilai Nilai Rata- Persentase

tes ≥ 75 < 75 Terendah Tertinggi rata ketuntansan

kelas

18 15 3 70 98 83,27 83,33 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas yang

diperoleh pada siklus II adalah 83,27 dengan persentase kentutasan

belajar siswa adalah 83%. Peningkatan hasil belajar siswa dari pre test

pada siklus I digambarkan pada diagram berikut:

Diagram 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siklus II

d. Tahap Refleksi

Karena indikator kinerja yang peneliti tentukan sudah tercapai

dari segi pencapaian hasil belajar siswa maka dapat dikatakan

47
penelitian ini sudah berhasil, sehingga penelitian dicukupkan sampai

siklus II.

C. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan

hasi belajar matematika siswa Kelas IVdi SD Negeri 04 IX Koto dengan

menerapkan model pembelajaran problem based leatning (PBL).

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus berdasarkan alokasi waktu yaitu

empat pertemuan. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, sedangkan siklus II

terdiri dari dua pertemuan juga dan setiap siklus dilakukan evaluasi satu

kali pertemuan.

Pelaksanaan siklus I untuk pertemuan pertama dan kedua dilaksanakan

berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah susun sesuai

dengan model pembelajaran PBL. Setelah pelaksanaan pembelajaran

sebanyak dua pertemuan, dilakukan evaluasi untuk siklus I. Dari evaluasi

siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I adalah

75,39 dengan persentase kentutasan belajar siswa adalah 50%. Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 63.

Dari 18 siswa hanya 9 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebesar

75 dan sisanya sebanyak 9 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Hasil

yang diperoleh pada siklus I masih tergolong cukup rendah atau belum

memenuhi indikator kinerja pada penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

48
1. Guru kurang dalam memberikan apersepsi dalam pembelajaran khususnya

pada siklus I pertemuan pertama.

2. Guru kurang dalam menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam proses pembelajaran.

3. Guru kurang dalam memberikan informasi materi yang akan dipelajari

kepada siswa sebelum berdiskusi.

4. Guru kurang dalam memberikan contoh dari materi ajar

5. Penggunaan alokasi waktu yang kurang baik sehingga beberapa kegiatan

pembelajaran tidak terlaksana

6. Pelaksanaan presentasi kelompok tidak terlaksana pada pertemuan pertama

dan kurang maksimal pada pertemuan kedua.

7. Beberapa siswa tidak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru

8. Siswa membentuk kelompok secara kurang tertib

9. Beberapa siswa pada kelompok terlihat kurang membimbing anggota yang

lain.

10. Siswa tidak dapat menyelesaikan LKS 1 secara baik dengan waktu yang

cukup lama

Peneliti melakukan refleksi berdasarkan kekurangan pada siklus I di

atas, dengan merencanakan tindakan sebagai berikut:

1. Guru lebih memperhatikan RPP khususnya dalam menyampaikan

apersepsi, tujuan pembelajaran diawal pembelajaran, memberikan

motivasi dan pemberian informasi.

49
2. Merencanakan alokasi waktu yang lebih efektif, dan alokasi waktu untuk

menyampaikan materi harus ditambah.

3. Mengoptimalkan pengelolaan kelas terutama saat berdiskusi.

4. Guru lebih mengaktifkan tanya jawab dengan siswa pada saat pemberian

informasi

5. Mengajak siswa untuk lebih semangat dalam presentasi hasil diskusi.

6. Mengajak siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari.

Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan seperti siklus I, tetapi

guru melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan

yang ditemukan pada siklus I. Dari hasil evaluasi siklus II diperoleh nilai rata-

rata kelas 83,27 dengan persentase kentutasan belajar siswa adalah

83%.Tingginya nilai ketuntasan ini disebabkan karena dari 18 siswa hanya 3

siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM yang telah ditetapkan,

sedangkan sisanya sebanyak 15 siswa memperoleh nilai di atas KKM.

Peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan pada siklus II

terjadi karena pelaksanaan model pembelajaran PBL sudah berjalan sesuai

dengan rencana yang telah disusun. Selain itu guru juga sudah dapat

menguasai kelas, sehingga pelaksanaan RPP dapat berlangsung lebih baik

dibandingkan siklus I. Hal ini berarti alokasi waktu yang sudah direncanakan

dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Peningkatan hasil

belajar dari pre test hingga siklus II diagambarkan pada diagram berikut.

50
Diagram 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per-Silus

Terlihat juga adanya peningkatan nilai rata-rata dari siklus I dan siklus II

yaitu sebesar 8 poin. Selain itu peningkatan ketuntasan klasikal juga terjadi

sebesar 33,33%. Oleh karena itu penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBI) dapat meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas

IVSDN 04 IX KOTO.

BAB V

51
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas IVSD Negeri 04 IX

Koto.

2. Peningkatan nilai rata-rata dari siklus I dan siklus II yaitu sebesar 8

poin. Selain itu peningkatan ketuntasan klasikal juga terjadi sebesar

33,33%. Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas IVSD Negeri

04 IX Koto.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat disampaikan

adalah

1. Guru mata pelajaran matematika sebaiknya dalam melaksanakan

pembelajaran harus menggunakan metode yang bervariasi dan

melibatkan siswa dalam pembelajaran. Selain itu hendaknya juga bisa

melaksanakan pembelajaran berbasis model problem based learning

(PBL) dalam pembelajaran matematika.

52
2. Sebaiknya diadakan pelatihan model pembelajaran problem based

learning (PBL) maupun model-model pembelajaran yang lain untuk

guru matematika.

3. Model pembelajaran problem based learning (PBL) perlu

diformulasikan sesuai dengan keadaan sekolah dan diimpelementasikan

kedalam pembelajaran matematika.

53
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, (2011). Perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving.


http://susantojk.blogspot.com/2011/07/problem-based-learning-
dan-problem.html. Diakses tanggal 28 Januari2021.

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma dalam Metodolagi Pembelajaran Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Jamilah. 2015. “Pengintegrasian Character Building Pada Mata Kuliah


Pronunciation Melalui Project-Based Learning”. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun V, Nomor 1.

Jaya, I Made, I Wayan Sadia dan I.B Putu arnyana.2014. “Pengembangan


Perangkat Pembelajaran Biologi Bermuatan Pendidikan
Karakter dengan Setting Guided Inquiry untuk Meningkatkan
Karakter dan Hasil Belajar Siswa SMP”. E-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4,
nomor (-): 1-12.

Kemendikbud, (2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Mahmudah, Rifa Atul. 2011. “Pembelajaran Matematika Materi Dimensi Tiga


dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) Berpandu pada Fase-Fase Pembelajaran Model
Van Hiele pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Randudongkal”.
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Sarjana Strata-1
Universitas Negeri Semarang. (Online), (http://lib.unnes.ac.id,
diakses 30 Januari2021.

Masykuri, Wildan. 2013. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


Bangun Ruang Menggunakan Metode Mind Map pada Siswa
Kelas V SDN Taman Agung 4 Kecamatan Muntilan”. Skripsi
tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana Strata-1
Universitas Negeri Yogyakarta. (Online),
(http://eprints.uny.ac.id, diakses 24 April 2017)

NCTM.(2000). Principles and standars for school mathematics. Reston, VA:


NCTM.

54
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar proses pendidikan dasar
dan menengah. 2016 Jakarta: BSNP

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar proses pendidikan dasar


dan menengah. 2006 Jakarta: BSNP

Permendiknas. No. 41 tahun 2007.Standar proses. Jakarta: BSNP

Slameto (2011). Sertifikasi Guru Bahan Ajar. Semarang: Universitas Negeri


Semarang.

Slavin, E. R. (2006).Cooperative learning : Theory, research and practice (2 nd


ed). London: Allyn and Bacon.

Sumantri, Mohamad Syarif. 2016. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di


Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep dan


Landasan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 200. 2003. Jakarta:


Sekretaris Negara Republik Indonesia.

55

Anda mungkin juga menyukai