Anda di halaman 1dari 27

Bentuk Badan Bijih

TEKNIK EKSPLORASI : PERTEMUAN 2


Geologi dan Genesa
Bahan Galian

Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil


(produk) dari proses geologi (asosiasi batuan, tektonik, dan
siklus geologi) yang mengontrol pembentukan endapan,
yang kemudian dikaji dalam konteks genesa endapan
berupa komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur
petunjuk, pola tekstur mineral, ubahan (alterasi), bentuk
badan bijih (tipe endapan), dll.
Menghasilkan elemen-elemen yang harus ditemukan dan
dibuktikan melalui penerapan metode (teknologi)
eksplorasi yang sesuai, sehingga dapat menjadi petunjuk
untuk mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide
to ore).
Geologi dan Genesa
Bahan Galian
Hal-hal mendasar yang perlu diketahui adalah:
🠶 Konsep metallogenic province dan metallogenic epoch,
🠶 Endapan-endapan mineral yang berhubungan dengan
konsep tektonik lempeng,
🠶 Bentuk dan morfologi badan bijih,
🠶 Proses-proses pembentukan endapan.
PROSES GEOLOGI
Magmatik
Tektonik
(Struktur geologi)
Pelapukan
Erosi & Sedimentasi

GEJALA GEOLOGI GENESA ENDAPAN


Tatanan Tektonik Regional/Lokal Metalogenic Province
Struktur Geologi Kontrol Pembentuk Bijih
Susunan Sratigrafi Komposisi Mineral/Alterasi
Geomorfologi-Fisiografi Unsur Asosias/Petunjuk
Jenis Batuan Struktur/Tekstur Mineral

TIPE DAN KARAKTERISTIK ENDAPAN


Bentuk, Ukuran, dan Pola Sebaran Bijih
Proses dan Zona Pengkayaan
Sifat Fisik dan Kimia Endapan
Karakteristik Mineralogi
Karakteristik Batuan Induk/Samping

PEMILIHAN DAN PENERAPAN


TEKNOLOGI (METODA) EKSPLORASI

❑ Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala geologi,


dan genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik
endapan dengan pemilihan metode eksplorasi
Konsep Metallogenic Province
dan Metallogenic Epoch
Metallogenic Province merupakan suatu konsep dimana
terkonsentrasikannya suatu logam atau assosiasi beberapa logam
tertentu pada suatu zona (secara regional) akibat proses geologi
tertentu.
Terkonsentrasikannya endapan-endapan berharga pada suatu
metallogenic province dalam perioda waktu geologi dikenal dengan
istilah metallogenic epochs.
Contoh metallogenic province yang ada di Indonesia:
Jalur batuan granit pada sabuk timah (tin belt) di Asia
Tenggara,
tersingkap mulai dari Birma, Siam, Malaya, terus ke Indonesia
melewati
P. Bangka dan P. Belitung.
Jalur batuan ultrabasa pada jalur endapan nikel lateritik di
Sulawesi, yaitu Soroako, Pomalaa, Halmahera, P. Gebe, P. Gag,
P. Wageo, dan Peg. Cyclops (Irian Jaya).
Jalur deretan vulkanik purba (volcanic corridor) yang membawa
endapan emas di P. Kalimantan, yaitu Mirah, G. Mas, Mt. Muro,
Kelian, Muyup, dan Busang.
Endapan Bijih yang Dipengaruhi
Oleh Tektonik Lempeng
Lempeng tektonik salah satu yang mengontrol pembentukan mineral adalah
siklus geologi.
Di kerak bumi, lelehan batuan (magma) muncul mendekati permukaan bumi
akibat pendinginan dan perbedaan tekanan yang dikenal dengan
differensiasi magma. Proses magmatisme salah satunya dapat diamati
sebagai aktivitas volkanik.
Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses penurunan serta
adanya media (fluida) membawa material- material klastik menuju cekungan
pengendapan.
Penurunan kerak bumi di cekungan tersebut menyebabkan proses
metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur yang mendekati
titik lelehnya, sehingga terbentuk magma baru.
Akibat adanya proses tektonik (tatanan geologi) menimbulkan rekahan-
rekahan di kerak bumi sehingga dapat menjadi media untuk
terkonsentrasinya larutan pembawa bijih.
Urat (Vein)
(Au - Ag - Hg)
(Cu - Pb - Zn)

Eksalatif - S
Placer Au - Sn

Sedimentary (Fe - Mn)


Ofiolit - Cu
Vulkanogenik
Porfiri
Pb-Cu-Zn Shale hosted (Cu-Pb-Zn)
Sandstone Host (Cu - Mo)
Limestone Hosted (Pb - Zn - Cu)
(U - V - Cu)
Mafik - Ultramafik

Cr - Ni - Pt

KERAK SAMUDERA Skarn KERAK BENUA


Urat (Vein)
(Cu - Pb - Zn)
(Sn - W)

ZONA REGANGAN
(RIFT ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)

❑ Sketsa model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan


mineral dan endapan di kerak bumi (Gocht et al., 1988)
D B

Shaft
A Dip Level
Plunge
Tebal
Pitch / rake
Level
E
Level

AB dan CD sebidang dalam arah vertikal Level


DB, AB, dan EB terletak dalam bidang
C horizontal yang sama Stope
EB tegak lurus DB Level

❑ Sketsa pendeskripsian dimensi badan bijih


(dimodifikasi dari Evans, 1995)
Bentuk dan Morfologi
Badan Bijih
Secara umum parameter dimensional badan bijih (ukuran,
bentuk, dan sebaran) merupakan akibat dari variasi dan
distribusi kadar mineral bijih.
Secara teknik penambangan, endapan yang mempunyai
kadar relatif rendah (low grade) namun tersebar luas di
dekat permukaan dapat ditambang dengan lebih
menguntungkan daripada endapan dengan bentuk urat
(vein - veinlets) dengan kadar relatif lebih tinggi, yang
hanya dapat ditambang dengan metode tambang bawah
tanah.
Begitu juga dengan pola (bentuk) sebaran, dimana endapan
dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih
mudah ditambang daripada badan bijih yang tidak teratur
(disseminated).
Bentuk dan Morfologi Badan Bijih

Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola


sebaran mineral bijihnya jika dihubungkan dengan batuan
sekitarnya (batuan samping/induk), maka endapan bijih
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama,
yaitu :
Diskordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang
memotong perlapisan batuan sekitarnya.
Konkordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak
memotong perlapisan batuan sekitarnya
Badan Bijih Diskordan

Berdasarkan pola badan bijih, maka dapat dikelompokkan


menjadi badan bijih yang mempunyai bentuk beraturan dan
badan bijih dengan pola yang tidak beraturan.
Badan bijih diskordan dengan bentuk yang beraturan:
Badan Bijih Tabular (papan)
Badan Bijih Tubular (tabung)
Sedangkan badan bijih diskordan dengan bentuk yang tidak
beraturan:
Bijih Disseminated (tersebar)
Bijih Irregular Replacement (tidak teratur)
Badan Bijih Tabular (papan)
Badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D
(panjang dan lebar), tapi terbatas dalam arah 3D (tipis),
berbentuk urat (vien  fissure veins) dan lodes.
Vein dan lodes ini mempunyai arti yang sama, namun istilah vein lebih
sering digunakan untuk pola urat yang dikontrol oleh fractures
(rekahan-rekahan), sedangkan lode digunakan untuk urat yang
dikontrol oleh crack (bukaan). Vein umumnya terbentuk pada sistem
fractures dan orientasi (pola penyebarannya) dikontrol oleh pola
sistem fractures tersebut.
Mineralisasi yang terdapat pada sistem urat jarang sekali yang
merupakan mineral tunggal. Umumnya berupa asosiasi dari
beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor (gangue) dengan
komposisi yang sangat bervariasi. Batas dari penyebaran urat ini
umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi oleh dinding urat.
U r a t t e r s e b u t re latif d a t a r p a d a b i d a n g k o n t a k

Datar Serpih

Batugamping

Serpih

Batugamping

Serpih

B a t u la n a u

Batupasir

Footwall
Hanging wall
20 m
U r a t m i n e ra l i s a s i m e n g i s i b i d a n g

❑ Sketsa badan bijih berupa urat yang dikontrol oleh


bidang sesar (dimodifikasi dari Evans, 1995)
Badan Bijih Tubular (tabung)

Badan bijih dengan pola penyebaran yang relatif pendek


(terbatas) dalam arah 2D namun relatif menerus dalam arah
3D (arah vertikal).
Jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal - sub vertikal
biasanya disebut sebagai pipes ( chimneys), sedangkan jika
relatif horizontal - sub horizontal disebut sebagai mantos (
flat lying tabular bodies).
Badan bijih ini merupakan pipa kuarsa dengan mineralisasi
logam-logam bismut, molbdenit, tungsten, dan timah.
Kadang-kadang bentuk ini ditemukan juga berupa breksi
(pipe breccia) dengan mineralisasi tembaga (sulfida).
Badan Bijih Disseminated
(tersebar)
Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang
tersebar di dalam host rock (batuan induk/asal), seperti (mirip
dengan) penyebaran mineral-mineral ikutan di dalam batuan
beku (atau berupa urat-urat tipis yang tersebar).
Badan Bijih Irreguler
Replacement (tak teratur)
🠶 Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian
unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (umumnya pada
batuan sedimen yang kaya karbonat), contohnya endapan
magnesit.
🠶 Proses replacement ini umumnya terjadi pada kondisi
temperatur tinggi seperti pada daerah kontak dengan intrusi
batuan beku.
Badan Bijih Konkordan
🠶 Umumnya badan bijih ini terbentuk pada batuan induk (host
rock) atau sebagai endapan hasil proses pelapukan.
🠶 Endapan-endapan yang mempunyai badan bijih konkordan
ini dikelompokkan sesuai dengan jenis batuan induknya, yaitu:
🠶 Sedimentary host rock (dengan batuan induk adalah batuan
edimen),
🠶 Igneous host rock (dengan batuan induk adalah batuan beku),
🠶 Metamorphic host rock (dengan batuan induk adalah batuan
metamorf),
🠶 Residual deposit (endapan akibat pelapukan batuan induk).
Proses Pembentukan Endapan

Urutan-urutan kejadian:
Aktivitas magma (magmatik cair) → injeksi larutan sisa
magma pada dekat permukaan (hidrothermal) → proses-
proses eksternal berupa proses sedimentasi atau proses
metamorfosa membentuk endapan-endapan sedimenter
atau endapan metamorfik.
Berdasarkan asal (sumber) dan proses pembentukannya, maka
secara umum endapan mineral (bahan galian) dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:
Endapan primer
Endapan sekunder.
Endapan Primer
Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk
langsung dari magma (segregrasi dan diferensiasi magma).
Berdasarkan urutan pembentukan (dari diferensiasi magma),
maka endapan primer ini dikelompokkan menjadi beberapa
fase, yaitu :
Magmatik Cair (early and late magmatic), adalah endapan
mineral yang terbentuk langsung pada magma (diferensiasi
magma), misalnya dengan cara gravitational settling.
Pegmatitik, adalah batuan beku yang terbentuk sebagai hasil
injeksi magma.
Pneumatolitik, adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari
magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma.
Hidrotermal - larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma
yang panas dan bersifat "aqueous" sebagai hasil diferensiasi
magma. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 3
macam endapan hidrotermal, yaitu:
Epitermal :Temperatur 00C-2000C
Mesotermal :Temperatur 1500C-3500C
Hipotermal :Temperatur 3000C-5000C

Vulkanik, endapan fase vulkanik merupakan produk akhir dari


proses pembentukkan bijih secara primer.
Endapan Sekunder
Endapan sekunder adalah endapan yang terbentuk akibat
konsentrasi bahan galian berharga (bijih) akibat
pengendapan kembali secara sekunder (berasal dari
perombakan batuan asal) melalui proses-proses pelapukan
(kimia atau mekanik), transportasi, pemilahan (sorting),
dan proses pengkonsentrasian (pengkayaan), sehingga
menghasilkan endapan bijih tertentu.
Berdasarkan lokasi pengendapan, endapan plaser dapat
dibagi menjadi empat, yaitu:
Endapan plaser eluvium (dekat atau di sekitar sumber mineral
bijih primer), yang terbentuk dengan hanya sedikit
tertransportasi (material mengalami pelapukan setelah
pencucian).
Endapan plaser aluvium, merupakan endapan plaser terpenting.
Terbentuk di sungai bergerak kontinu oleh air, sorting
berdasarkan berat jenis sehingga mineral bijih yang berat
tertransport relatif lebih dekat.
Endapan plaser pantai, terbentuk karena adanya aktivitas
gelombang memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci
pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari
batuan terabrasi.
Endapan plaser fosil, merupakan endapan primer purba
yang telah mengalami pembatuan dan kadang-kadang
telah mengalami metamorfisme.
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai