Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL PENELITIAN

DETERMINAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PT PLN


(Persero) UNIT LAYANAN PELANGGAN KAREBOSI
KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh:

CITRA DEWI
14120170143

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v

DAFTAR TABEL ................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kelelahan Kerja ................................ 10

B. Tinjauan Umum tentang Beban Kerja ..................................... 27

C. Tinjauan Umum tentang Usia ................................................. 30

D. Tinjauan Umum tentang Waktu Kerja ................................... 32

E. Tinjauan Umum tentang Masa Kerja ...................................... 33

F. Tinjauan Umum tentang Kualitas Tidur .................................. 34

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................... 42

B. Kerangka Konsep .................................................................... 45

C. Hipotesis Penelitian ................................................................ 45

iii
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 47

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 51

C. Populasi dan Sampel ............................................................. 51

D. Pengambilan Sampel ............................................................. 52

E. Pengumpulan Data ................................................................. 52

F. Sumber Data Penelitian .......................................................... 53

G. Pengolahan Data ................................................................... 53

H. Analisis Data .......................................................................... 54

I. Penyajian Data ........................................................................ 55

J. Langkah-Langkah Penelitian ................................................... 56

K. Jadwal Penelitian ................................................................... 57

L. Organisasi Penelitian ............................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Kerangka Konsep ................................................... 45

v
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Tabel Sintesis Penelitian Kelelahan Kerja .............. 35

4.1 Tabel Penelitian ...................................................... 57

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada zaman industrialisasi saat ini, setiap industri dituntut untuk

memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Hal ini selain dapat memberikan

sisi positif namun dapat pula memberikan sisi negatif, salah satunya

dengan munculnya penyakit akibat kerja yang dapat berpengaruh

terhadap produktivitas tenaga kerja dan dapat memberikan dampak

negative bagi keselamatan dan kesehatan bagi para tenaga kerja

(Rahcman, 2017)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, pasal 86 menyebutkan bahwa setiap

pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja guna mewujudkan produktivitas kerja

yang optimal. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk

besar, sehingga cukup menyediakan tenaga kerja yang cukup besar.

Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di

Indonesia sebesar 135 juta yang terbagi pada dua sektor yaitu sektor

formal 30 % dan sektor informal 70 % (Mattola, 2020).

Seiring waktu pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan sektor

industri di Indonesia meningkat, hal ini mendorong perusahan listrik

untuk meningkatkan pasokan listriknya. Mengingat kebutuhan manusia

akan listrik begitu besar,pemerintahan di Indonesia mengambil alih

pengelolaan listrik dalam sebuah Perusahaan Listrik Negara (PLN). PT.

1
2

PLN (Persero) adalah sebuah BUMN (Badan Umum Milik Negara) yang

mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Perusahaan

PT. PLN (Persero) harus berupaya meningkatkan kinerjanya, karena

berhubungan dengan citra perusahaan, efisiensi, kepuasan batin,

kesejahteraan pegawai dan kepuasan pelanggan (Alfajri, 2019).

Kelelahan kerja menjadi salah satu persoalan krusial yang perlu

ditanggulangi karena kelelahan dapat menyebabkan kecakapan kerja

menghilang, kondisi kesehatan menurun sehingga dapat memicu

kecelakaan kerja, serta produktivitas dan prestasi kerja menurun.

Kelelahan kerja dalam jangka waktu yang lama juga akan berpengaruh

pada kesehatan pekerja. Beberapa risiko kesehatan yang dapat timbul

akibat kelelahan kerja yang berkepanjangan meliputi anxiety, penyakit

jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan gastrointestinal,

penurunan kesuburan dan depresi (Dhiffa et al., 2020).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa yang

menjadi penyakit pembunuh nomor 2 setelah penyakit jantung adalah

perasaan lelah yang berat. Kementerian Tenaga Kerja Jepang

melakukan penelitian terhadap 12 ribu perusahaan dan melibatkan

sekitar 16 ribu orang tenaga kerja yang dipilih secara random atau acak,

hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa 65% tenaga kerja

mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan

kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan

merasa tersisihkan (Mattola, 2020).


3

Menurut International Labour Organization (ILO) dari data yang

diambil bahwa kecelakan kerja yang disebabkan oleh kelehan kerja,

terdapat dua juta pekerja yang meninggal dunia setiap tahun. Hasil

penelitian menunjukkan sekitar 18,828 sampel yang diambil, 58,155

sampel yang mengalami kelelahan dan 32,8% dari keseluruhan pada

sampel (Roya et al., 2021).

Angka kecelakaan kerja di indonesia cenderung mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja

tahun 2011 di Indonesia sebanyak 9.891, tahun 2012 sebanyak 21.375

kasus, 2013 sebanyak 35.917 dan pada tahun 2014 sebanyak 24.910

kasus kecelakaan. Menurut data dari BPJS Ketenagakerjaan di pulau

jawa tahun 2014 menunjukan bahwa dari 98.000 kasus kecelakaan

kerja sebanyak 2.400 meninggal dunia, 40% diantaranya di sebabkan

oleh kelelahan kerja (Narpati et al., 2019).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan (Binwasnaker), pada tahun 2012 kasus kecelakaan

kerja di Indonesia sebesar 847 kasus dan 36% di antaranya terjadi

karena tingkat kelelahan kerja yang tinggi pada pekerja (Dhiffa et al.,

2020).

Berdasarkan data kecelakaan yang dikeluarkan oleh Dewan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional di sektor listrik PLN

(Perusahaan Listrik Negara), pada tahun 2010 terdapat 1.458 kasus


4

kecelakaan dimana salah satu penyebab kecelakaan tersebut yaitu

kurangnya konsentrasi pekerja karena kelelahan (Amin et al., 2019).

Berdasarkan penelitian (Syuqinah & Indah, 2020), menyatakan

bahwa pekerja Pelayanan Teknik PT. PLN (Persero) Unit Layanan

Pelanggan (ULP) Tanjung Kalimantan Selatan Tahun 2020 mengalami

kelelahan kerja ringan sebanyak 17 orang, kelelahan kerja sedang

sebanyak 30 orang dan kelelahan berat sebanyak 9 orang. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa seluruh pekerja Pelayanan Teknik PT.

PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Tanjung Kalimantan

Selatan Tahun 2020 mengalami kelelahan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian (Indah et al., 2021), frekuensi

kelelahan pada pekerja pelayanan teknik PT. PLN (Persero) Sawangan

Jawa Barat sebagian besar mengalami kelelahan kerja tinggi yaitu

sebanyak 82,2%. Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa

ada hubungan yang signifikan antara umur (p value=0,037), masa kerja

(p value=0,000), dan waktu istirahat (p value=0,000), dengan kelelahan

kerja.

Dalam penelitian (Roya et al., 2021), pegawai PT. PLN (Persero)

Unit Layanan PLTP Lahendong Sulawesi Utara paling banyak memiliki

kelelahan kerja yang tinggi, dan beban kerja berhubungan dengan

kelelahan kerja pada pegawai PT. PLN (Persero) Unit Layanan PLTP

Lahendong, dimana semakin rendah beban kerja maka semakin

rendah pula kelelahan kerja.


5

Berdasarkan penelitian (Latief, 2017), di kantor PT PLN

(Persero) wilayah Sulawesi Selatan Tenggara dan Barat Sulselrabar

memiliki 186 karyawan. Jam kerja di PT PLN (Persero) Wilayah

(Sulselrabar) yaitu selama 8 jam kerja dengan 1 jam untuk waktu

istirahat. Adapun keluhan dari beberapa karyawan yang mengatakan

sering merasa lelah dan pegal dibagian pinggang rata-rata karyawan

yang memiliki umur >35 tahun.

Berdasarkan penelitian (Mattola, 2020), pada 13 orang pekerja

Shift di PT. PLN (Persero) UP3 Pare-pare, menunjukkan bahwa pekerja

mengalami kelelahan, 7 orang (53,8%) merasa lelah, dan 6 orang

(46,2%) merasa kurang lelah. Hal ini menunjukkan dari 13 orang

responden pekerja di PT. PLN (Persero) UP3 Pare-pare mengalami

kelelahan kerja.

Berdasarkan hasil survei awal terhadap 15 orang tenaga kerja

PT PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar yang diambil secara acak

dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan

(KAUPK2), didapatkan hasil bahwa 3 orang responden sangat lelah

(20%), 7 responden merasa lelah (47%) dan 5 orang responden masih

kurang lelah (33%). Terdapat beberapa responden yang masih merasa

sukar berpikir, merasa tidak pernah berkonsentrasi dalam mengerjakan

sesuatu, cenderung lupa terhadap sesuatu, merasa lelah di seluruh

tubuh, merasa bertindak lamban saat melaksanakan pekerjaan serta

merasa daya pikirnya menurun.


6

Pada survey awal yang dilakukan pada pekerja PT PLN

(Persero) ULP Karebosi Makassar terdapat beberapa pekerja yang

memiliki beban kerja saat melakukan pekerjaan, dimana pekerja

tersebut diharapkan mengerjakan tugas yang lebih banyak dari

seharusnya, mengerjakan banyak pekerjaan setiap harinya yang harus

segera diselesaikan sehingga dapat menimbulkan kelelahan dan

turunnya konsentrasi saat bekerja.

Peneliti juga menemukan bahwa pekerja di PT PLN (Persero)

ULP Karebosi Makassar memiliki umur yang bervariasi diantaranya

berumur muda (20-35 tahun) dan berumur tua (>35 tahun), yang

berumur tua dengan masa kerja yang lebih dari 10 tahun. Kondisi waktu

kerja di PT PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar memberlakukan 6

hari kerja dalam seminggu yang dimulai dari senin hingga sabtu. Waktu

kerja maksimal yang disarankan seharusnya tidak melebihi 8 jam

sehari, namun pada kenyataannya masih terdapat pekerja yang bekerja

lebih dari 8 jam sehari. Tidak ada waktu istirahat yang cukup bagi

pekerja sehingga pekerja mengalami susah berkonsentrasi, sering

menguap ddan mengantuk saat melakukan pekerjaan.

Kelelahan yang terjadi pada pekerja dapat mengakibatkan

timbulnya penyakit fisik, psikologi serta dapat mengganggu kinerjanya.

Kondisi ini dapat menyebabkan kerugian secara langsung maupun

tidak langsung kepada perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu peneliti

tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengidentifikasi “Determinan


7

Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan

Pelanggan Karebosi Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Apakah umur merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja

PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar ?

2. Apakah masa kerja merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar ?

3. Apakah waktu kerja merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar ?

4. Apakah beban kerja merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar ?

5. Apakah kualitas tidur merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar ?

6. Variabel mana yang merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar ?


8

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dan tujuan khusus pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

determinan kelelahan kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) Unit

Layanan Pelanggan Karebosi Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui apakah umur merupakan determinan kelelahan

kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi Makassar.

b. Mengetahui apakah masa kerja merupakan determinan

kelelahan kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi

Makassar.

c. Mengetahui apakah waktu kerja merupakan determinan

kelelahan kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi

Makassar.

d. Mengetahui apakah beban kerja merupakan determinan

kelelahan kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi

Makassar.

e. Mengetahui apakah kualitas tidur merupakan determinan

kelelahan kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi

Makassar.
9

f. Mengetahui variabel mana yang merupakan determinan

kelelahan kerja pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Karebosi

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan pada penelitian ini yaitu:

1. Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan serta peneliti

dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama

menempuh pendidikan di bangku kuliah, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal ini.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi acuan untuk

pengembangan konsep dan teori pada penelitian selanjutnya,

terutama penelitian mengenai kelelahan kerja.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

mengambil tindakan serta dapat mengantisipasi kelelahan kerja pada

tenaga kerja sehingga dapat lebih meningkatkan kinerja terhadap

kualitas pelayanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kelelahan Kerja

1. Definisi Kelelahan Kerja

Kelelahan berasal dari kata Lelah (fatigue) yang

menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi

semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan menurunnya

ketahanan tubuh individu dalam melaksanakan pekerjaannya.

Berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan terbagi menjadi dua

macam, yaitu kelelahan akut dan kelelahan kronis (Arfani &

Damayanti, 2019).

Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang telah dikenal

kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi

melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini

bukan satu-satunya gejala. Kelelahan kerja adalah perasaan

subjektif, tetapi berbeda dengan kelemahan dan memiliki sifat

bertahap. Tidak seperti kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan

periode istirahat. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau

mental (Patrisia, 2018).

Kelelahan kerja merupakan keluhan yang hampir setiap hari

dikeluhkan oleh para pekerja. Kelelahan kerja sendiri mengandung

risiko bahaya yang biasa berdampak pada kecelakaan kerja

Kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas tetapi dapat

10
11

dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja disertai adanya

perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indicator perasaan

kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk

mengetahui adanya kelelahan kerja (Suoth, 2017).

Kelelahan kerja diartikan sebagai rasa lelah yang dirasakan

oleh pekerja dengan gejala yang berbeda-beda pada setiap

individu. Kelelahan kerja merupakan tekanan pikiran dalam

pekerjaan yang dialami oleh pekerja sebagai konsekuensi yang

dialami dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah memburuknya

hubungan pekerja dengan rekan kerja lainnya (Politon & Christine,

2021).

2. Mekanisme Kelelahan

Keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat

kesadaran yaitu otak (cortex celebri), yang dipengaruhi oleh dua

sistem antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem

penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap

thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi

dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem

penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formation

reticularis) yang dapat merangsang pusat vegetatif untuk konversi

ergotropis dari organ dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja,

berkelahi, melarikan diri, dan lain-lain. Apabila sistem penghambat

berada pada posisi lebih kuat daripada sistem penggerak,


12

seseorang berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya, apabila sistem

penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang

berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk

bekerja atau dapat diartikan orang tersebut tidak berada dalam

kondisi lelah (Hutahaean, 2018).

3. Jenis-Jenis Kelelahan

Jenis kelelahan kerja dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu:

a. Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dibagi menjadi dua

jenis, yaitu:

1) Kelelahan umum (general fatigue), yaitu suatu perasaan lelah

yang menyeluruh disertai dengan penurunan kesiagaan dan

kelambanan dalam beraktivitas. Kelelahan umum merupakan

gejala suatu penyakit serta berkaitan dengan faktor psikologis,

berupa penurunan motivasi dan timbulnya kebosanan yang

mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam bekerja

(Latief, 2017).

2) Kelelahan otot atau yang biasa disebut dengan muscular

fatigue merupakan fenomena berkurangnya kinerja otot

setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu

disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang

ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik,

namun juga pada makin rendahnya gerakan (Harahap, 2018).


13

3) Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan

aktivitas kerja yang monoton. Kelelahan ini dapat membuat

individu kehilangan kendali akan pikiran dan perasaan,

individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan

orang lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan

karena dapat menimbulkan konflik dengan individu lain

menjadi lebih mudah diungkapkan (Pangerang, 2021).

4) Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres

yang hebat dan umumnya ditandai dengan kebosanan.

Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di tempat kerja

(Pangerang, 2021).

5) Kelelahan keterampilan (skills fatigue), berhubungan dengan

menurunnya perhatian pada tugas-tugas tertentu seperti

tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan

tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara

progresif (Pangerang, 2021).

b. Berdasarkan waktu terjadinya.

Menurut Hayati (2011) dalam (Mahardika, 2017),

kelelahan kerja berdasarkan waktu terjadinya terbagi menjadi:

1) Kelelahan akut (mendadak), terutama disebabkan oleh kerja

suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

2) Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh

sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan


14

terakumulasi. Kelelahan kronis ini dapat terjadi karena

adanya:

a) Faktor fisiologis, adalah akumulasi dari substansi toksin

(asam laktat) dalam darah.

b) Faktor psikologis, adalah konflik yang mengakibatkan

stress yang berkepanjangan ditandai dengan menurunnya

presatasi kerja, rasa lelah da nada hubungan dengan faktor

psikososial.

c. Berdasarkan penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, menurut (Latief, 2017)

kelelahan terbagi menjadi:

1) Kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh

faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan

kebisingan, getaran dan pencahayaan.

2) Kelelahan psikologis, yaitu kelelahan yang disebabkan antara

lain oleh faktor psikologis, monotoni pekerjaan (kebosanan

sebagai gejala subjketif yang disebabkan oleh pekerjaan),

bekerja karena terpaksa dan pekerjaan yang bertimbun-

timbun.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

Dalam Islam telah mengatur tentang pentingnya untuk

istirahat setelah melakukan aktivitas ataupun bekerja keras untuk


15

menghilangkan kelelahan dan kepenatan yang dialami,

sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum/30: 23:

ََ‫ت لِّ َق ْو ٍم َي ْس َم ُعون‬ ََ ِ‫ض ِل ِهۦَٓۚ إِنَ فِى َٰ َذل‬


ٍَ ‫ك لَ َءا َٰ َي‬ َِ ‫َومِنَْ َءا َٰ َيتِهِۦ َم َنا ُم ُك َم بِٱل ْي َِل َوٱلن َه‬
ْ ‫ار َوٱ ْبت َِغآؤَُ ُك َم ِّمن َف‬

Terjemahnya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya


ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari
sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”
(QS. Ar-rum/30 : 23).

Maksud ayat di atas yaitu di antara bukti-bukti kekuasaan-

Nya adalah Allah jadikan sifat tidur di waktu malam dan di waktu

siang yang dengannya dapat mencapai istirahat dan ketenangan,

serta menghilangkan rasa lemah dan lelah. Serta menjadikan untuk

kalian upaya bertebaran mencari nafkah dan melakukan perjalanan

di waktu siang (Hijriahni, 2017).

Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industry sangat

bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan

efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan

(cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu

tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti

bekerja juga dapat memberikan penyegaran (Latief, 2017).

Kelelahan di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Faktor Internal

1) Usia

Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses

degenerasi dari organ, sehingga dalam hal ini kemapuan


16

organ akan menurun Dengan menurunnya kemampuan

organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan

semakin muda mengalami kelelahan (Mahardika, 2017).

2) Jenis kelamin

Pada tenaga kerja wanita terjadi siklus setiap bulan di

dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi

turunnya kondisi fisik mapun psikisnya, dan hal itu

menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada

tingkat kelelahan tenaga kerja laki-laki (Sari, 2019).

3) Psikis

Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis

sangat mudah mengalami suatu bentuk kelelahan kronis.

Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan

yang monoton yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan

hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam

jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu

produksi yang besar (Pangerang, 2021).

4) Kesehatan

Kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang

dapat dilihat dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa

penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, yaitu penyakit

jantung, penyakit gangguan ginjal, penyakit asma, tekanan

darah rendah dan hipertensi (Pangerang, 2021).


17

5) Sikap Kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya

terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas

dan produktivitas kerja. Penggunaan meja dan kursi kerja

ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang

lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak

akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan

menyebabkan kelelahan (Pangerang, 2021).

6) Status Gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya

dengan tingkat gizi seseorang. Menurut hasil riset

menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara

status gizi seseorang dengan performa tubuh secara

keseluruhan, orang yang berada dalam kondisi gizi yang

kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang

maupun berlebih dari normal maka akan lebih mudah

mengalami kelelahan kerja (Pangerang, 2021).

b. Faktor Eksternal

Menurut (Pangerang, 2021), kelelahan kerja di pengaruhi

oleh faktor eksternal, yakni sebagai berikut:

1) Waktu Kerja

Tidak seimbangnya waktu kerja dengan waktu istirahat

tenaga kerja maka akan memicu timbulnya kelelahan.


18

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada

umumnya 6-8 jam, sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk

kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, tidur dan lain-lain

(Herman, 2019).

2) Masa Kerja

Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui

seseorang sejak menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat

menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai

bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan

pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan

dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya

sedikit (Sari, 2019).

3) Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.

Beban yang dimaksud fisik, mental atau sosial. Seorang

tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam

hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang

lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial bahkan

banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu

adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan

(Mahardika, 2017).
19

4) Shift Kerja

Tubuh manusia yang seharusnya istirahat, tetapi

karena diharuskan bekerja maka keadaan ini akan

memberikan beban tersendiri dalam mempengaruhi

kesiagaan seorang pekerja yang dapat berkembang menjadi

kelelahan karena pada malam hari semua fungsi tubuh akan

menurun dan timbul rasa kantuk sehingga kelelahan relatif

besar pada pekerja malam.

5) Penerangan

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan

kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi

kerja, keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala,

kerusakan indera mata, kelelahan mental dan menimbulkan

terjadinya kecelakaan.

6) Iklim Kerja

Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan

kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan

suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat

menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah

meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu

tubuh meningkat, dan produksi keringat meningkat.


20

5. Gejala Kelelahan Kerja

Kelelahan memang mudah untuk dihilangkan, dengan

istirahat yang cukup perasaan lelah akan segera hilang. Namun,

kelelahan yang terjadi secara terus menerus akan berakibat

pada kelelahan yang bersifat kronis Oleh sebab itu baik tenaga

kerja perlu mengetahui kejadian kelelahan yang dapat dikenali

dengan melihat gejala kelelahan (Sipahutar, 2018).

Menurut Suma’mur (2009) dalam (Manik, 2019), ada 3

gejala kelelahan yaitu:

a. Menurunnya didalam beraktivitas.

Gejala ini meliputi perasaan berat di kepala, menjadi

lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap,

merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban

pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidal

seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

b. Melemahnya Dorongan

Gejala ini meliotui merasa susah berpikir, lelah

berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat

mempunyai atensi terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa,

kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat

mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

c. Melemahnya Kondisi Fisik

Gejala ini meliputi sakit kepala, kekakuan di bahu,


21

merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus,

suara serak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor

pada anggota badan, merasa kurang sehat.

6. Dampak Kelelahan Kerja

Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah

bekerja, tetapi juga bisa dirasakan sebelum melakukan

pekerjaan dan saat melakukan pekerjaan. Kelelahan yang

dialami akibat bekerja dapat ditanggulangi dengan menyediakan

sarana istirahat bagi pekerja, memberi waktu libur, penerapan

ergonomi, lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Medianto,

2017).

Menurut Maslach, Schaufeli, dan Leiter (2001) dalam

(Nurcahyo, 2018), ada dua dampak yang ditimbulkan oleh

kelelahan (burnout) yaitu menurunnya kinerja dan gangguan

kesehatan.

a. Kinerja yang Menurun

Kelelahan (burnout) menyebabkan rendahnya

produktivitas dan efektifitas kerja dilingkungan kerja. Orang-

orang yang mengalami kelelahan (burnout) akan menunjukan

sering absen dari pekerjaan, lalai dalam melaksanakan tugas,

keinginan untuk meninggalkan pekerjaan, dan mencari

pekerjaan yang lain. Sehingga hal ini menurunkan kepuasan

kerja dan mengurangi komitmen organisasi untuk mencapai


22

tujuan organisasi.

b. Gangguan Kesehatan

Pada seseorang yang mengalami kelelahan (burnout),

akan menyebabkan energi baik fisik dan emosionalnya

terkuras habis, sehingga berdampak pada ketahanan fisik

yang menurun. Dengan kondisi ini, mereka akan mudah

terserang penyakit seperti pilek, sakit kepala, insomnia, sakit

pinggang, gangguan kardiovaskuler, dan gangguan

pencernaan. Dari kondisi psikologis, orang yang mengalami

kelelahan (burnout) berat dapat menunjukan perasaan

frustasi, perasaan bersalah, bahkan depresi.

7. Pencegahan Kelelahan Kerja

Menurut Budiono, (2003) dalam (Hutahaean, 2018), ada

beberapa langkah pencegahan dan cara mengatasi

memburuknya kondisi kerja akibat kelelahan pada tenaga kerja,

antara lain:

a. Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk (bila

perusahaan menghasilkan produk barang).

b. Mendesain ulang metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif.

c. Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang

ergonomis.

d. Menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi tenaga kerja.

e. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan


23

nyaman bagi tenaga kerja.

f. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara

periodik untuk mendeteksi adanya indikasi kelelahan secara

lebih dini dan menemukan solusi yang tepat.

g. Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan

pendekatan manusiawi.

Menurut Tarwaka dkk (2004) dalam (Sari, 2019), upaya

agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan meningkat,

salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap

kelelahan kerja. Cara mengatasi kelelahan kerja:

a. Sesuai kapasitas kerja fisik

b. Sesuai kapasitas kerja mental

c. Redesain stasiun kerja ergonomis

d. Sikap kerja alamiah

e. Kerja lebih dinamis

f. Kerja lebih bervariasi

g. Redesain lingkungan kerja

h. Reorganisasi kerja

i. Kebutuhan kalori seimbang

j. Istirahat setiap 2 jam.

8. Penanggulangan Kelelahan Kerja

Beberapa hal yang patut mendapat perhatian dan

diselenggarakan sebaik-baiknya agar kelelahan dapat


24

dikendalikan menurut Setyawati (2010) dalam (Nurcahyo, 2018)

antara lain:

a. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan yang

memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi,

maupun pengaturan udara ditempat kerja yang adekuat

disamping bebas dari kebisingan, getaran, serta

ketidaknyamanan.

b. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk

makan, waktu kerja yang berjam-jam harus diselingi oleh

istirahat yang cukup dan untuk keperluan khusus lainnya.

c. Kesehatan umum pekerja harus baik dan selalu dimonitor,

khususnya untuk daerah tropis dimana banyak pekerja yang

cenderung mengalami kekurangan gizi dan menderita

penyakit serius.

d. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis

pekerjaan dan beban kerja.

e. Disarankan pula agar kegiatan yang menegangkan dan beban

kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

f. Pembinaan mental para pekerja di perusahaan/instansi

secara teratur maupun berkala dan khusus perlu dilaksanakan

dalam rangka stabilitas direncanakan secara baik dan

berkesinambungan.

g. Perhatian khusus bagi kelompok pekerja tertentu perlu


25

diberikan, yaitu kepada pekerja lanjut usia, wanita yang hamil,

pekerjayang menjalani shift kerja malam dan pekerja yang

baru pindah dari bagian lain.

9. Cara Pengukuran Kelelahan Kerja

Parameter yang pernah diungkapkan beberapa peneliti

untuk mengukur kelelahan kerja ada bermacam-macam, yaitu:

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagi

jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau

proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Sedangkan

kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau

frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya

kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal

factor (Sipahutar, 2018).

b. Uji Psiko-motor (Psychmotor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi

dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah

dengan pengukuran waktu reaksi. Dalam uji waktu reaksi ini

dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit

atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi

merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal

syaraf dan otot (Hastutu, 2015).


26

c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kera

untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan

semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak jauh antara

dua kelipan. Uji kelipan disamping untuk mengukur kelelahan

juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja

(Sipahutar, 2018).

d. Perasaan Kelelahan Secara Subjektif (Subjektive feelings of

fatigue) Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue

Research

Committee (IFRC) Jepang, merupakan kuesioner untuk

mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi

30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang

pelemahan kegiatan, kemudian 10 pertanyaan tentang

pelemahan motivasi dan 10 pertanyaan tentang gambaran

kelelahan fisik (Pangerang, 2021).

e. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan

Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan

kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja

dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan yang

dialami pekerja setiap harinya membuat mereka mengalami

kelelahan kronis (Pangerang, 2021).


27

KAUPK2 merupakan suatu alat untuk mengukur

indikator perasaan kelelahan kerja yang telah di desain oleh

Setyawati pada 1994 khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2

ada tiga macam yaitu KAUPK2 I, KAUPK2 II, dan KAUPK2 III

yang masing-masing terdiri atas 17 butir pernyataan, yang telah

teruji kesahihan dan kehandalannya untuk mengukur perasaan

kelelahan pada pekerja yang mengeluh adanya perasaan

kelelahan baik pada shift kerja pagi, shift kerja siang maupun

shift kerja malam (Hastutu, 2015).

f. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu

pnedekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan

kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Buordon wiersma test,

merupakan salah satu alat yang dapt digunakan untuk menguji

kecepatan, ketelitian dan konstansi (Medianto, 2017).

B. Tinjauan Umum tentang Beban Kerja

1. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja (workload) adalah perbandingan diantara

kekuatan atau keterampilan seseorang dengan tekanan aktivitas

yang harus dilakukan. Menurut Tarwaka (2015) yang mengutip teori

Hart dan Staveland beban kerja adalah suatu hal yang timbul karena

korelasi antara tekanan tanggung jawabnya, lingkungan bekerja

yang dipergunakan untuk tempat bekerja, keterampilan, kepribadian


28

serta pemahaman dari seseorang (Wahyuningsih, 2019).

Starnaman dan Miller (1992), mendefinisikan beban kerja

sebagai beban yang mengacu terutama pada kelebihan pekerjaan,

yang diakibatkan karena terlalu banyak tuntutan, deskripsi pekerjaan

yang salah, atau kurangnya keterampilan untuk pekerjaan yang

dibutuhkan (Sarkhel et al., 2020).

Beban kerja yang diberikan pada pekerja perlu disesuaikan

dengan kemampuan psikis dan fisik pekerja bersangkutan. Berat

ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja

disesuaikan dengan kemampuan atau kapaitas kerja, jika beban

kerja yang diberikan melebihi kemampuan dan kapasitas kerja maka

akan mengakibatkan kelelahan kerja (Utami et al., 2020).

2. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Schult (2010) dalam (Alfandara, 2019) mengemukakan

beberapa faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah: Time

Pressure (tekanan waktu), jadwal kerja atau jam kerja, Role

Ambiguity dan Role Conflict, kebisingan, Informatian Overload,

Temperature Extremes Atau Heat Overload, Repetitive Action, aspek

ergonomi dalam Lay Out tempat kerja.

Kemudian beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Menurut (Alfandara, 2019), faktor-faktor

yang mempengaruhi beban kerja antara lain:


29

a. Faktor Eksternal

1) Faktor eksternal yaitu, beban yang berasal dari luar tubuh

pekerja, seperti; Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti

stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja,

kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas yang bersifat

psikologis, seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan,

tanggung jawab pekerjaan.

2) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu

istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model

struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan

kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja

psikologis.

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu

sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal

meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status

gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi,

kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

3. Dampak Beban Kerja

Menurut Winaya (1989:45) dalam (Apriyani, 2021) dampak

negatif dan kelebihan beban kerja yaitu: “beban kerja yang tidak

sesuai dengan kemampuan tenaga kerja dapat menimbulkan


30

dampak negatif bagi pegawai.” Dampak negatif dari beban kerja

antara lain:

a. Kualitas kerja menjadi menurun

1) Beban kerja yang terlalu berat tidak diimbangi dengan

kemampuan.

2) Tenaga kerja mendapat kelebihan beban kerja akan

mengakibatkan menurunnya kualitas kerja karena akibat dan

kelelahan fisik.

3) Menurunnya tingkat konsetrasi, pengawasan diri, akurasi

kerja sehingga hasil kerja tidak sesuai dengan standar.

b. Kenaikan tingkat absensi

Beban kerja yang terlalu banyak juga bisa

mengakibatkan pegawai terlalu lelah atau sakit. Hal ini akan

berakibat buruk bagi kelancaran kerja organisasi karena tingkat

absensi terlalu tinggi, sehingga dapat mempengaruhi terhadap

kinerja organisasi secara keseluruhan.

C. Tinjauan Umum tentang Usia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam (Sari,

2020), usia merupakan lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan

atau diadakan). Usia dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:

a. Usia kronologis, adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat

kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.

b. Usia mental, adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf


31

kemampuan mental seseorang.

c. Usia biologis, adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan

biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia

pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya

usia. Word Health Organization (WHO) menyatakan batas usia lansia

adalah 60 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia 55 tahun sudah

dianggap sebagai batas lanjut usia. Dengan menanjaknya umur, maka

kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan-

lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang yang mengakibatkan

semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal

(Ervita, 2018).

Ketika seseorang menginjak usia 40 tahun pekerja cenderung

akan mengalami peningkatan kelelahan akibat proses degenerasi

fungsi organ tubuh yang menurun sehingga pekerja akan lebih mudah

lelah. Selain diketahui bahwa kekuatan otot seseorang dalam

melakukan aktivitas akan menurun sehingga pekerja mengalami

keluhan otot skeletal pada usia diatas 40 tahun dan akan terus

meningkat keluhannya (Qusyairy, 2020).

Pengaruh umur terhadap kelelahan kerja terjadi karena fungsi

faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi

ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. Seseorang yang

berumur muda sanggup melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika


32

seseorang berusia lanjut maka kemampuan untuk melakukan

pekerjaan berat akan menurun karena merasa cepat lelah dan tidak

bergerak dengan gesit ketika melaksanakan tugasnya sehingga

mempengaruhi kinerjanya (Kusgianto et al., 2017).

D. Tinjauan Umum tentang Waktu Kerja

Waktu kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang

yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas

tersebut dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pada

tubuh. Tekanan fisik pada kurun waktu tertentu yang mengakibatkan

berkurangnya kinerja otot dengan gejala makin rendahnya gerakan

(Artadana et al., 2019).

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan disebutkan setiap pengusaha wajib melaksanakan

ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan. Menurut

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 (pasal 77, ayat 1), bahwa waktu

yang dipersyaratkan adalah:

1. Waktu kerja siang hari:

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

2. Waktu kerja malam hari, dapat dilakukan dengan:

a. 6 (enam) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu)
33

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

b. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

E. Tinjauan Umum tentang Masa Kerja

Menurut Tarwaka (2004), Masa kerja adalah lamanya seseorang

bekerja di suatu instansi atau organisasi yang dihitung sejak pertama

kali di tempat tersebut. Dari keseluruhan keluhan yang dirasakan

tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun paling banyak

mengalami keluhan. Kemudian keluhan tersebut berkurang pada

tenaga kerja setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun, keluhan akan

meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa kerja lebih dari

5 tahun (Syamsuri, 2018).

Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3,

yaitu:

1. Masa kerja <6 tahun

2. Masa kerja 6-10 tahun

3. Masa kerja >10 tahun

Semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan

kerja yang kurang nyaman dan tidak menyenangkan maka kelelahan

pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu kewaktu. Tingkat

kelelahan lebih tinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa kerja yang

lebih lama oleh karena semakin lama ia bekerja maka perasaan jenuh

akibat pekerjaan yang monoton akan berpengaruh terhadap tingkat


34

kelelahan yang dialaminya (Sabaruddin & Abdillah, 2019).

F. Tinjauan Umum tentang Kualitas Tidur

Kualitas tidur mengacu pada perasaan subjektif seperti

kedalaman tidur, tingkat istirahat dari tidur, dan kepuasan umum

dengan tidur. Kualitas tidur yang buruk tidak hanya mengancam

kesehatan pekerja sendiri, tetapi juga menyebabkan kecelakaan di

tempat kerja yang berdampak negatif terhadap keselamatan dan

kesehatan pekerja (Lee et al., 2018).

Tidur dan istirahat tidak diragukan lagi merupakan beberapa

kontributor paling penting terhadap kelelahan, National Sleep

Foundation mengeluarkan rekomendasi baru tentang durasi waktu tidur

yang berdasarkan tinjauan data durasi tidur yang di publikasikan, efek

dari tidur yang lama atau kurang dan konsekuensi kesehatan dari

kurang tidur. Untuk usia dewasa muda dan dewasa, 7-9 jam disarankan

sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan kelelahan tinjauan lain

menyipulkan bahwa tidur kurang dari 5 jam dalam periode 24 jam atau

kurang dari 12 jam tidur dari periode 48 jam, sebelum bekerja dapat

meningkatkan risiko kelelahan (Hystad et al., 2017).


35

F. Tabel Sintesis

Tabel 2.1

Tabel Sintesis Penelitian mengenai Kelelahan Kerja

Karakteristik
Nama
No Judul Desain Variabel Variabel
Peneliti Hasil
Penelitian Penelitian Independen Dependen
1. (Indrawati & Faktor – Faktor Jenis penelitian Variabel Variabel Pada hasil penelitian
Khairun yang ini adalah Independent dependen dapat dilihat sebagian
Nufus, 2018) Berhubungan analitik dengan dalam dalam penelitian besar responden
dengan pendekatan penelitian ini ini yaitu mengalami kelelahan
Kelelahan Kerja kuantitatif yang yaitu masa kelelahan. kerja yaitu sebanyak
Pada Tenaga menggunakan kerja, waktu 27 orang (60%).
Kerja Bagian rancangan kerja, status diketahui bahwa dari
Kandang Di PT cross sectional. gizi pekerja. 25 responden dengan
Charoen masa kerja lama yang
Pokphand Jaya tidak mengalami
Farm 3 kelelahan sebanyak 7
Kecamatan orang (28%).
Kuok. Sedangkan dari 20
responden dengan
masa kerja baru yang
mengalami kelelahan
sebanyak 9 orang
(45%).
36

2. (Tenggor Faktor-Faktor Desain Variabel Variabel Dari hasil penelitian di


Deivy, dkk., yang penelitian ini Independent dependen temukan bahwa
2019 ). Berhubungan menggunakan dalam dalam penelitian kelelaha kerja pada
dengan penelitian cross penelitian ini ini yaitu perawat paling
Kelelahan Kerja sectioanal. yaitu Usia, kelelahan. banyak tidak lelah
Pada Perawat masa kerja, yaitu 37 responden
Di Ruang beban kerja. (68.5%) dan paling
Rawat Inap sedikit kelelahan yaitu
Rumah Sakit 17 responden
Umum Gmim (31.5%). Ada
Pancaran Kasih hubungan usia
Manado dengan kelelahan
kerja perawat dan
terdapat hubungan
beban kerja dengan
kelelahan kerja
perawat.
3. (Aisyah St., Faktor Yang Jenis penelitian Variabel Variabel Pada hasil penelitian
dkk, 2019). Mempengaruhi yang Independent dependen diperoleh nilai
Kelelahan Kerja digunakan dalam dalam penelitian konstanta sebesar
Pada Petugas adalah penelitian ini ini yaitu 48.553. Variabel
Kebersihan Di penelitian yaitu Usia, kelelahan. umur (X1) sebesar -
Rumah Sakit observasional jenis kelamin, 0,015, variabel jenis
Dr. Tadjuddin analitik dengan status gizi, kelamin (X2) sebesar
Chalid Kota rancangan kadar HB, -0,366, variabel
Makassar cross sectional beban kerja status gizi (X3)
study yang dan lama kerja. sebesar 0,324,
dilengkapi variabel kadar Hb
37

pendekatan (X4) sebesar -0,766,


metode variabel lama kerja
kuantitatif. (X5) sebesar 0,913
. dan variabel beban
kerja (X6) sebesar
1,006, maka dapat
diartikan bahwa
kelelahan kerja
dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin,
status gizi, kadar Hb,
lama kerja dan beban
kerja.
4. (Utami Silvia Analisis Jenis penelitian Variabel Variabel Pada hasil penelitian
Firda., dkk, Kelelahan Kerja ini yakni Independent dependen disimpulkan bahwa
2020). Terhadap penelitian dalam dalam penelitian terdapat 27 orang
Faktor Umur, observasional penelitian ini ini yaitu Dosen Reguler di FT-
Masa Kerja, analitik dengan yaitu Umur, kelelahan. UTS merasakan
Beban Kerja rancangan masa kerja, kelelahan kerja
Dan Indeks cross sectional indeks massa dengan kategori yang
Masa Tubuh study yang tubuh (IMT) dominan adalah
Pada Dosen dilengkapi dan beban tenggorokan haus, 17
Reguler pendekatan kerja. orang sering merasa
Fakultas metode lupa, 17 orang susah
Teknik, kuantitatif. komunikasi, dan 15
Universitas .. orang badan merasa
Teknologi kaku.
38

Sumbawa
Tahun 2019.

5. (Hapis Abul Hubungan penelitian ini Variabel Variabel Hasil penelitian


Ainin, 2019). karakteristik adalah Independent dependen didapatkan beban
individu beban observasional dalam dalam penelitian kerja dengan nilai p
kerja dan shift analitik dengan penelitian ini ini yaitu value = 0,000
kerja terhadap pendekatan yaitu Usia, kelelahan. sehingga ada
kelelahan kerja cross sectional. jenis kelamin, pengaruh hubungan
pada pekerja masa kerja, bermakna antara
dibagian beban kerja, beban kerja terhadap
produksi PT. pendidikan dan kelelahan kerja.
Supravisi Rama shift kerja. beban kerja berat
Optik memiliki kesempatan
Karawang . 8,862 kali mengalami
kelelahan dalam kerja
dibandingkan dengan
variabel karakteristik
individu dan shift
kerja.

6. (Asriyani & Faktor yang Penelitian Variabel Variabel Hasil penelitian


Karimuna, berhubungan yang independen dependen menunjukkan
2017) dengan digunakan (Durasi Kerja, dalam penelitian bahwa ada
terjadinya adalah Beban kerja, ini yaitu hubungan secara
kelelahan kerja penelitian Masa Kerja kelelahan. statistik (ρ < 0,05)
Pada pekerja observasional dan Status variabel durasi
pt. Kalla kakao analitik Gizi) kerja (ρ = 0,000)
39

industri Tahun dengan desain dan masa kerja


2017. studi cross (ρ = 0,01)
sectional
7. (Riyadi Faktor Penelitian ini Variabel Variabel Hasil penelitian
Setyo, Penyebab merupakan Independent dependen menunjukkan bahwa
2021) Terjadinya penelitian dalam dalam penelitian Sebahagian besar
Kelelahan Kerja kuantitatif penelitian ini ini yaitu sebanyak 41 orang
Pada Pekerja dengan jenis yaitu Umur, kelelahhan. (77,4%) menganggap
Pt. Dungo desain analitik masa kerja dan beban pekerjaan
Reksa Di Minas Cross Sectional beban kerja. berat, sisanya
study. sebanyak 12 orang
(22,6%) beban kerja
ringan. Ada
hubungan antara
beban kerja terhadap
kelelahan kerja, p
value 0.026.
8. (Kusgiyanto Analisis Metode Variabel Variabel Hasil dari penlitian
Wahyu., dkk, Hubungan penelitian yang Independent dependen menunjukkan bahwa
2017). Beban Kerja digunakan dalam dalam penelitian hasil pengukuran
Fisik, Masa dalam penelitian ini ini yaitu waktu reaksi, terdapat
Kerja, Usia, penelitian ini yaitu beban kelelahan. 11 pekerja (35,48%)
Dan Jenis adalah jenis kerja fisik, dengan tingkat
Kelamin penelitian masa kerja, kelelahan kerja
Terhadap kuantitatif usia dan jenis ringan, 17 pekerja
Tingkat dengan survei kelamin. (54,84%) dengan
Kelelahan Kerja analitik tingkat kelelahan
Pada Pekerja menggunakan kerja sedang serta 3
40

Bagian pendekatan pekerja (9,68%)


Pembuatan cross sectional. dengan tingkat
Kulit Lumpia Di kelelahan kerja berat.
Kelurahan Ada hubungan antara
Kranggan beban kerja fisik dan
Kecamatan usia dengan
Semarang kelelahan kerja.
Tengah
9. (Ningsih Sari Faktor Yang Penelitian ini Variabel Variabel Berdasarkan Hasil uji
Narulita Berhubungan bersifat Independent dependen statistik menunjukan
Purwati & Dengan observasional dalam dalam penelitian bahwa terdapat
Neffrety Kelelahan dengan metode penelitian ini ini yaitu hubungan antara
Nilamsari, Padapekerja analitik dengan yaitu Usia, kelelahan. masa kerja dan
2018). Dipo Lokomotif desain masa kerja, sift kelelahan karena p
Pt. Kereta Api penelitian cross kerja, beban value (0,03) ≤ 0,05,
Indonesia sectional. kerja, status terdapat hubungan
(Persero). gizi dan yang signifikan antara
kebisingan. . beban kerja dengan
tingkat kelelahan
kerja karena p value
(0,000) ≤ 0,05 dan
terdapat hubungan
yang signifikan antara
intensitas kebisingan
dan tingkat kelelahan
kerja.
10. (Indah Fenita Analisis Penelitian ini Variabel Variabel Hasil penelitian
Purnama Determinan berupa Independent dependen menuunjukkkan
41

Sari., dkk, Kelelahan Kerja penelitian dalam dalam penelitian terdapat hubungan
2021) Pada Pekerja analitik dengan penelitian ini ini yaitu antara umur, shift
Pt. pendekatan yaitu umur, kelelahan. kerja, masa kerja,
Pln Sawangan kuantitatif. masa kerja, waktu istirahat dan
(Bagian Desain studi waktu istirahat, indeks massa tubuh
Pelayanan penelitian shift kerja dan dengan kelelahan
Teknik) adalah cross indeks massa kerja.
sectional. tubuh
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan yang

sering dijumpai pada tenaga kerja. Kelelahan secara nyata dapat

mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan menurunkan produktivitas.

Kelelahan (fatique) dapat memberi kontribusi terhadap kecelakaan

kerja (Mahardika, 2017).

Grandjen, (1991) dalam Tarwaka (2004), menyebut penyebab

kelelahan diantaranya: intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental,

lingkungan kerja yang tidak kondusif seperti Iklim,penerangan,

kebisingan dan getaran, circadian ritme, problem fisik seperti tanggung

jawab, kekhawatiran konflik, kenyerian, kondisi kesehatan, dan nutrisi.

Apabila kelelahan ini berlangsung terus menerus dampaknya akan

sangat buruk terhadap prestasi kerja seorang karyawan, angka

absensitas, akan sangat tinggi dan lambat laun akan menurunkan

produktivitas perusahaan yang pada gilirannya akan menghambat

tercapainya target/tujuan dari perusahaan (Tandibua, 2016).

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, yang merupakan landasan teoritik di dalam penyusunan

kerangka konsep ini, maka telah di identifikasi beberapa variable

independen dan dependen yang dianggap berhubungan dengan

Kelelahan Kerja pada Pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan

42
43

Pelanggan Karebosi Kota Makassar. Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka di susunlah uraian masing-masing variabel yang akan diteliti

adalah sebagai berikut:

1. Beban Kerja

Menurut Hart & Staveland dalam (Hafid, 2019), Beban kerja

merupakan suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-

tugas lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja,

keterampilan dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-

kadang didefinsikan secara operasional pada faktor-faktor seperti

tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan

pekerjaan.

2. Usia

Umumnya pada usia lanjut, kemampuan kerja otot semakin

menurun terutama pada pekerja berat. Kapasitas fisik tenaga kerja

seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi

cenderung menurun setelah umur 30 tahun atau lebih. Kapasitas

aerobic maksimum laki-laki terjadi pada umur 20-30 tahun dan pada

umur 70 tahun nilainya menjadi setengah dari yang berumur 20

tahun. Ini yang menyebabkan semakin tua umur seseorang, maka

kebutuhan energi semakin menurun. Hal ini juga yang menjadi

penyebab terjadinya perbahan pada fungsi alat-alat tubuh, seperti

sistem kardiovaskular dan sistem hormonal tubuh maka akan


44

semakin mudahnya seseorang mengalami kelelahan kerja dan

penurunan produktivitas kerja (Latief, 2017).

3. Waktu Kerja

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada

umumnya 6-8 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan untuk

timbulnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar

kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40

jam kerja seminggu dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung

kepada berbagai faktor (Asriyani & Karimuna, 2017).

4. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja. Semakin

lama ia bekerja, semakin besar pula kemungkinan untuk menderita

penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya tersebut.

Semakin lama seseorang bekerja di suatu tempat, semakin besar

pula kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor lingkungan di

tempat kerja mereka (Mahardika, 2017).

5. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,

sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,

lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit

kepala dan sering menguap atau mengantuk (Wahab, 2017).


45

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Determinan

Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT PLN (Persero) Pekerja PT PLN

(Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota Makassar. Tahun

2021” yaitu sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Beban Kerja

Usia

Waktu Kerja Kelelahan Kerja

Masa Kerja

Kualitas Tidur

Keterangan:

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Variabel yang Diteliti/Arah Hubungan

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

C. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0)

a. Beban kerja bukan merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.
46

b. Usia bukan merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja

PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

c. Waktu kerja bukan merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

d. Masa kerja bukan merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

e. Kualitas tidur bukan merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

f. Variabel yang bukan merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Beban kerja merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja

PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

b. Usia merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja PT PLN

(Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota Makassar.


47

c. Waktu kerja merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja

PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

d. Masa kerja merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja

PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

e. Kualitas tidur merupakan determinan kelelahan kerja pada pekerja

PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

f. Variabel yang merupakan determinan kelelahan kerja pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar.

D. Definisi Operasional dan Kinerja Objektif

1. Kelelahan Kerja

a. Definisi Operasional

Kelelahan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu proses

yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau

kinerja sebagai akibat dari aktivis kerja. Kelelahan juga

merupakan suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah secara

fisik dan mental.

Variabel ini menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan

Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang dikembangkan oleh Setyawati

pada tahun 1994 dan dikembangkan khusus sesuai dengan


48

kondisi pekerja di Indonesia. Kuesioner ini memuat 17 item

pertanyaan yang masing-masing jawaban responden akan diberi

scoring sebagai berikut:

1. Skor 1 = Tidak Pernah

2. Skor 2 = Ya, jarang

3. Skor 3 = Ya, sering

b. Kriteria Objektif

Total skor dari seluruh item pertanyaan kemudian

digunakan untuk menentukan tingkat kelelahan yang

dikategorikan sebagai berikut:

1) Tidak lelah, apabila total skor yang diperoleh <23

2) Lelah, apabila total skor yang diperoleh ≥23

2. Beban Kerja

a. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini beban kerja yang dimaksud adalah

banyak atau sedikitnya jumlah tugas,, serta kemampuan yang

dimiliki oleh pekerja terhadap tugas yang diberikan kepada

pekerja dan harus diselesaikan dalam waktu yang telah

ditetapkan. Variabel ini menggunakan alat ukur kuesioner dengan

skala likert, yaitu sebagai berikut:

1) Skor 1 = Sangat Tidak Setuju

2) Skor 2 = Tidak Setuju

3) Skor 3 = Setuju
49

4) Skor 4 = Sangat Setuju

b. Kriteria Objektif:

1) Beban Kerja pekerja PLN Rendah: jika memperoleh skor < 34

2) Beban Kerja pekerja PLN Sedang: jika memperoleh skor 34-51

3) Beban Kerja pekerja PLN Tinggi: jika memperoleh skor > 51

3. Usia

a. Definisi Operasional

Variabel usia pada penelitian ini adalah lamanya pekerja

PT PLN (Persero) hidup (dalam satuan tahun) mulai sejak lahir

sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian berlangsung.

b. Kriteria Objektif

1) Muda : Umur ≤ 27 tahun

2) Tua : Umur > 27 tahun

4. Waktu Kerja

a. Definisi Operasional

Waktu kerja perhari yang dilakukan oleh para pekerja PT

PLN (Persero) di tempat kerjanya (Undang-undang

Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 mengenai waktu

kerja).

b. Kriteria Objektif

1) Memenuhi syarat : Jika lama pekerja PLN bekerja 8 jam/hari

2) Tidak memenuhi syarat : jika lama pekerja PLN bekerja ≥ 8

jam/hari.
50

5. Masa Kerja

a. Definisi Operasional

Masa kerja dalam penelitian ini adalah lamanya waktu kerja

responden PT PLN (Persero) dihitung sejak awal bekerja sampai

dilakukan penelitian ini. Kategori lama pada variabel ini di

dasarkan pada teori Menurut Handoko (1992:195) yang

mengkategorikan masa kerja lama apabila pekerja berada di

tempat kerja lebih dari 3 tahun.

b. Kriteria Objektif

1) Baru : jika pekerja PLN bekerja selama ≤ 3 tahun

2) Lama : jika pekerja PLN bekerja selama > 3 tahun

6. Kualitas Tidur

a. Definisi Operasional

Kualitas tidur dalam penelitian ini adalah kepuasan

seseorang terhadap tidur sehingga pada saat bangun orang

tersebut tidak merasa lelah, segar, tidak sakit kepala, dan lesu.

Kualitas tidur dapat dinilai dengan kuesioner PSQI (Pittsburgh

Sleep Quality Index) yang terdiri dari 9 pertanyaan dan

dikelompokan menjadi 7 komponen kemudian dijumlahkan.


51

b. Kriteria Objektif

Total dari skor dari seluruh pertanyaan kemudian

digunakan untuk menentukan kualitas tidur yang dikategorikan

sebagai berikut:

1) Kualitas tidur pekerja PLN baik : Jika total skor 1-4

2) Kualitas tidur pekerja PLN buruk: Jika total skor 5-21


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik

dengan dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional Study

dimana variabel independent dan dependent di teliti secara bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT PLN (Persero) Unit

Layanan Pelanggan Karebosi Kota Makassar.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli

sampai Agustus tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja PT PLN

(Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota Makassar yaitu

sebanyak 92 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

total populasi yaitu sebanyak 92 orang pekerja PT PLN (Persero)

Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota Makassar.

52
53

D. Pengambilan Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 92 orang pada

pekerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Karebosi Kota

Makassar dengan menggunakan teknik Total Populasi. Total populasi

adalah teknik pengambilan data dimana jumlah sampel sama dengan

populasi.

E. Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ini merupakan metode pengamatan langsung yang

di lakukan oleh peneliti di lokasi penelitian dengan melihat kondisi

lingkungan perusahaan serta pengamatan langsung tehadap

responden di tempat kerja.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan berfungsi untuk mengumpulkan

data dengan cara peneliti bertanya secara langsung kepada

responden.

3. Kuiseoner

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti

akan memberikan responden seperangkat pertanyaan atau

kuesioner untuk dijawab dalam bentuk checklist.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu

seperti dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya


54

menumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan ,criteria, biografi, pera-

turan, kebijakan, dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

F. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung melalui pertanyaan pada

kuesioner (angket) yang telah disediakan dan di jawab oleh

responden.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data tentang

gambaran umum perusahaan dan data yang diperoleh dari buku-

buku, jurnal dan referensi lain yang berkaitan dengan judul

penelitian.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai

berikut:

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan

harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara

umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isian formulir atau kuesioner tersebut.


55

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Entry Data

Entry Data merupakan kegiatan dimana jawaban-jawaban

yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam table

dengan cara menghitung dan memasukkan data. Boleh dengan cara

manual atau melalui pengolahan computer.

4. Cleaning

Pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode atau ketidaklengkapan data kemudian dilakukan

koreksi agar tidak adanya missing data.

H. Analisis Data

Berdasarkan penelitian Analisis data dilakukan dengan metode

yaitu sebagi berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis data yang dilakukan

untuk mengetahui gambaran umum masalah penelitian dengan cara

mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian

dalam bentuk table distribusi frekuensi dan narasi.


56

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antar variabel dependen dengan independen dengan

melakukan uji statistic yang digunakan adalah chi-square yang

merupakan variable kategori dengan batas kemaknaan a= 0,05

dengan rumus sebagai berikut:

(O-E)2
X2 = ∑ E

Keterangan:

O = Frekuensi Observasi

E = Frekuensi diharapkan

X2 = Ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi

observasi dan frekuensi yang diharapkan.

Dengan interpretasi sebagai berikut:

a. Ho ditolak jika p < 0,05 maka Ha diterima, dengan demikian ada

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

b. Ho diterima jika p > 0,05 maka Ha ditolak, dengan demiikian tidak

ada hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah analisis yang mennghubungkan

beberapa variabel independen dan variabel dependen dalam waktu

bersamaan sehingga dapat di ketahui variabel independen manakah

yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen,


57

apakah variabel independen berhubungan dengan variabel dependen

di pengaruhi variabel lain atau tidak. Analisis multivariate yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah Regresi logistik.

Menurut Dahlan, 2014, langka yang di lakukan dalam analisis

regresi logistik adalah sebagai berikut:

a. Melakukan seleksi bivariat antar masing-masing variabel

independen dengan variabel dependen

b. Bila hasil bivariate menghasilkan p value <0,25 maka variabell

tersebut dapat di masukkan dalam model multivariate

c. Variabel yang memenuhi syarat di masukkan kedalam analisis

multivariate

d. Dari hasil analisis multivariat menghasilkan p value masing-

masing vairabel

e. Variabel yang p value >0,05 di tandai dengan dikeluarkan satu

persatu hingga seluruh variabel yang p value >0,05 hilang

f. Pada langka terakhir akan terlihat nilai exp(B), yang

menunjukkan bahwa semakin besar nilai exp(B) maka makin

besar pengaruh variabel tersebut terhadap variabel dependen.

I. Penyajian Data

Pada penelitian ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

tabel distribusi disertai dengan narasi. Penyajian data tersebut akan di

dukung dengan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan.


58

J. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam melakukan penelitian yaitu,

sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah

2. Menentukan Tujuan Penelitian

3. Observasi

4. Pengambilan Data Awal

5. Penentuan Sampel

6. Pembuatan Kuesioner

7. Pengumpulan Data

8. Pengolahan dan Analisis Data

9. Kesimpulan
59

K. Jadwal Kegiatan

Tabel 1.4

Tabel Penelitian

Juni Juli Agustus


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan
1
Data Awal
Penyusunan
2
Proposal
Konsul
3
Proposal
Seminar
4
Proposal
5 Perbaikan
Pengambilan
6
Sampel
Analisis Hasil
7
Penelitian
Seminar
8
Hasil
Perbaikan
9
Hasil
10 Ujian Skripsi

L. Organisasi Penelitian

Nama : Citra Dewi

Stambuk : 14120170143

Pembimbing I : Dr. Alfina Baharuddin, SKM., M.Kes

Pembimbing II : Rahman SKM., M.Kes


DAFTAR PUSTAKA

Alfajri, O. (2019). Pengaruh Keterlibatan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap


Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
Area Surabaya Utara. Jurnal Ilmu Manajemen, 7(2), 516–523.

Alfandara, S. (2019). Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja


Pada Pegawai Di Lapas Pemuda Kelas III Langkat. Universitas
Medan Area.

Amin, M. D., Kawatu, P. A. T., & Amisi, M. D. (2019). Hubungan Antara


Umur Dan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Lapangan PT Pelabuhan Indonesia IV ( Persero ) Cabang Bitung.
Jurnal E-Biomedik (Ebm), 7(2), 113–117.

Apriyani, M. (2021). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja.


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Arfani, Y. B., & Damayanti, R. (2019). Faktor Kelelahan Kerja Subjektif Pada
Pekerja Pelayanan Dock Gali PT PAL Indonesia ( Persero ). Journal
Of Industrial Hygiene And Occupational Health, 4(1).

Artadana, M. A. W., Sali, I. W., & Sujaya, N. (2019). Hubungan Sikap


Pekerja Dan Lama Kerja Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada
Pekerja Di Industri Batu Bata Press. Journal Of Industrial Hygiene
And Occupational Health, 9(2), 126–135.

Asriyani, N., & Karimuna, S. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan


Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pt. Kalla Kakao Industri
Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Unsyiah, 2(6).

Dhiffa, E. S., Pulungan, R. M., & Arbitera, C. (2020). Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Di Pt . Indonesia Power Unit Pembangkitan Dan Jasa
Pembangkitan ( Upjp ) Priok Work Fatigue Of Workers At PT .
Indonesia Power Unit Pembangkitan Dan Jasa Pembangkitan (
Upjp ) Priok. Jurnal Kesehatan, 11(2), 265–271.

Ervita. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada


Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar Tahun 2018. Jurnal Kesehatan, 151(2).

Hafid, I. (2019). Pengaruh Beban Kerja, Stress Kerja, Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) UP2B Sistem
Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar.

Harahap, L. K. (2018). Pengaruh Stress Kerja Dan Lama Kerja Terhadap


Tingkat Kelelahan Karyawan Di PT. Zaitun Indo Citra Perkasa
Medan. Universitas Medan Area. Medan.

Hastutu, D. D. (2015). Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Kelelahan


Pada Pekerja Konstruksi Di PT . Nusa Raya Cipta Semarang.
Universitas Negeri Semarang.

Herman, R. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan


Kerja Pada Karyawan Pt.Gold Coin Specialities Bekasi. Jurnal
Online Mahasiswa (Jom) Bidang Manajemen, 4(4).

Hijriahni. (2017). Analisis Tingkat Kelelahan Kerja Perawat Di Ruang Ugd


Rsp Unhas Dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal
In Occupational Medicine, 53(4).

Hutahaean, C. (2018). Hubungan Durasi Kerja Dengan Tingkat Kelelahan


Kerja Pada Pekerja Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Kecamatan
Laguboti Tahun 2018. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hystad, S. W., Nielsen, M. B., & Eid, J. (2017). The Impact Of Sleep Quality
, Fatigue And Safety Climate On The Perceptions Of Accident Risk
Among Seafarers. Revue Europeenne De Psychologie Appliquee,
67(5), 259–267.

Indah, F. P. S., Maelaningsih, F. S., & Febriyanti, N. (2021). Analisis


Determinan Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT . PLN Sawangan
(Bagian Pelayanan Teknik). Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat, 5(1), 107–118.

Kusgianto, W., Suroto, & Ekawati. (2017). Analisis Hubungan Beban Kerja
Fisik, Masa Kerja, Usia, Dan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan Kulit Lumpia Di
Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 5(5), 413–423.

Latief, A. W. L. (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kelelahan Kerja Pegawai Pt Pln (Persero) Wilayah Sulawesi
Selatan, Tenggara Dan Barat. Hasanuddin Makassar.

Lee, M. J., Lee, B. S., & Lee, S. K. (2018). Effects Of Labor Intensity And
Fatigue On Sleep Quality Of Clinical Nurses. Korean Acad Nurs
Adm (간호행정학회지), 24(4), 276–287.

Mahardika, P. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja


Pada Pekerja Pengisian Tabung Depot Lpg Pt. Pertamina (Persero)
Mor Vii Makassar Tahun 2017. Universitas Hasanuddin Makassar.
Manik, R. M. R. (2019). Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pembuat Roti Di Pabrik Reza
Pratama Bakery Di Kecamatan Medan Polonia Tahun 2018.
Universitas Sumatera Utara.

Mattola, M. P. (2020). Pengaruh Shift Kerja Terhadap Stres Kerja Dengan


Kelelahan Kerja Pada Pekerja PT. PLN (Persero) Area Pare-Pare.
Universitas Hasananuddin. Makassar.

Medianto, D. (2017). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan


Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (Tkbm) Di Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Narpati, J. R., Ekawati, & Wahyuni, I. (2019). Hubungan Beban Kerja Fisik,
Frekuensi Olahraga, Lama Tidur, Waktu Istirahat Dan Waktu Kerja
Dengan Kelelahan Kerja (Studi Kasus Pada Pekerja Laundry
Bagian Produksi Di Cv.X Tembalang, Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(1).

Nurcahyo, M. (2018). Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Pada


Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Siti Aisyah
Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Pangerang, A. T. (2021). Hubungan Beban Kerja Fisik Terhadap Keluhan


Musculoskeletal Disorders (Msds) Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Pt. Pln (Persero) Area Pare-Pare. Universitas Hasanuddin
Makassar.

Patrisia, Y. (2018). Pengaruh Beban Kerja , Kelelahan Kerja Terhadap


Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ( K3 ). Jurnal Psikoborneo, 6(1),
142–149.

Politon, F. V. M., & Christine. (2021). Gambaran Kelelahan Kerja Karyawan


Pt Paving Meriba Jaya Kelurahan Tavanjuka Kota Palu. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 1(1), 19–25.

Qusyairy. (2020). Determinan Kelelahan Kerja Pada Karyawan Pabrik Tahu


Di Kecamatan Jaya Baru Dan Kecamatan Baiturrahman Kota
Banda Aceh Tahun 2019. In Orphanet Journal Of Rare Diseases,
21(1).

Rahcman, S. B. P. (2017). Faktor Determinan Stres Kerja Pada Pekerja


Bagian Produksi Di Pt. Indogravure Tahun 2017. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Roya, J. N., Sumampouw, O. J., Pingkan, W., & Kaunang, J. (2021).


Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pegawai Perseroan Terbatas Pembangkit Listrik Negara Unit
Layanan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahedong. Jurnal
Kesmas, 10(2), 141–146.

Sabaruddin, E. E., & Abdillah, Z. (2019). Hubungan Asupan Energi, Beban


Kerja Fisik Dan Faktor Lain Dengan Kelelahan Kerja Perawat.
Jurnal Kesehatan, 10(2), 107–117.

Sari. (2020). Analisis Perbedaan Faktor Usia Dan Tempat Tinggal Pada
Penderita Diare Dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Study Ini
Dilakukan Di Wilayah Kerja Unit Pelayanan Teknis Daerah
Puskesmas Sukawati 1 Gianyar). Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar. Bali.

Sari, W. R. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan


Kerja Pada Pekerja Bagian Penyadap Karet Di Pt.Perkebunan
Nusantara V Riau. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan.

Sarkhel, M. S., Celik, S., & Budur, T. (2020). Burnout Determinants And
Consequences Among University Lecturers. Jurnal Amazonia
Investiga, 9(27), 13–24.

Sipahutar, J. (2018). Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan


Kerja Pada Supir Pt Palapa Travel Center Medan-Tarutung Tahun
2018. Fakultas Kesehatan Masyarakat Medan.

Suoth, L. F. (2017). Hubungan Antara Umur , Status Gizi Dan Beban Kerja
Fisik Dengan Kejadian Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Pt .
Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Syamsuri. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja


Pada Pekerja Pengumpul Tol Pt Margautama Nusantara Kota
Makassar Tahun 2018. Jurnal Kesehatan, 151(2).

Syuqinah, B., & Indah, M. F. (2020). Determinant Of Work Fatigue In


Engineering Service Workers Pt . Pln Regency Of Tabalong.
Universitas Islam Kalimantan. Banjarmasin.

Tandibua, J. A. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja


Pada Tenaga Kerja Di Penggilingan Batu Cipping Kelurahan Buntu
Tallunglipu Kabupaten Toraja Utara Tahun 2015. Universitas
Hasanuddin Makassar.

Utami, S. F., Kusumadewi, I., & Suarantalla, R. (2020). Analisis Kelelahan


Kerja Terhadap Faktor Umur, Masa Kerja, Beban Kerja Dan Indeks
Masa Tubuh Pada Dosen Reguler Fakultas Teknik, Universitas
Teknologi Sumbawa Tahun 2019. Jurnal Teknik Dan Sains, 1(1),
58–62.

Wahab, A. (2017). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Migren Pada


Mahasiswa Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin. Universitas Hasanudin.

Wahyuningsih, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Terjadinya Kelelahan Kerja Pada Pekerja Meubel Jepara Fajar
Murni Di Kota Rantauprapat Tahun 2017. Universitas Sumatera
Utara.
L
A
M
P
I
R
A
N
Kuesioner Penelitian
FAKTOR DETERMINAN KELELAHAN KERJA PADA
PEKERJA PT PLN (Persero) UNIT LAYANAN
PELANGGAN KAREBOSI KOTA MAKASSAR

A. Pengantar
Saya mohon Bapak/Ibu membaca dengan teliti dan pahami

maksud dari setiap butir pertanyaan dan seluruh pilihan alternatif

jawaban yang ada. Jawaban diisi menurut keyakinan Bapak/Ibu,

kuesioner ini tidak mempengaruhi posisi atau jabatan Bapak/Ibu dan

kerahasiaan tetap terjaga. Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu yang

telah membantu penelitian untuk menjawab kuesioner ini.

B. Identitas Responden:

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : ◻ Laki-laki ◻ Perempuan

3. Umur : ….. Tahun

4. Pendidikan Terakhir :

5. Lama Bekerja :…….Bulan/Tahun

6. Lama Waktu Bekerja : ……. Jam/Hari

C. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan (KAUPK2)

Petunjuk pengisian kuesioner: beri tanda silang ( √ ) pada option

yang menjadi pilihan anda dan tanyakan kepada peneliti jika terdapat

pertanyaan yang masih kurang jelas atau tidak dimengerti. Atas

kejujuran anda mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima kasih.


Ya, Ya, Tidak
No Pertanyaan
Sering Jarang Pernah
1. Apakah anda merasa sukar berpikir?
Apakah anda merasa lelah
2.
berbicara?
Apakah anda merasa gugup
3.
menghadapi sesuatu?
Apakah anda merasa tidak pernah
4. berkonsentrasi dalam mengerjakan
sesuat pekerjaan?
Apakah anda merasa tidak
5. mempunyai perhatian terhadap
sesuatu?
Apakah anda cenderung lupa
6.
terhadap sesuatu?
Apakah anda merasa kurang
7.
percaya terhadap diri sendiri?
Apakah anda merasa tidak tekun
8. dalam melaksanakan pekerjaan
anda?
Apakah anda merasa enggan
9.
menatap mata orang lain?
Apakah anda merasa enggan
10.
bekerja dengan cekatan?
Apakah anda merasa tidak tenang
11.
dalam bekerja?
Apakah anda merasa lelah seluruh
12.
tubuh?
Apakah anda merasa bertindak
13.
lamban?
Apakah anda merasa tidak kuat lagi
14.
berjalan?
Apakah anda merasa sebelum
15.
bekerja sudah lelah?
Apakah anda merasa daya piker
16.
menurun?
Apakah anda merasa cemas
17.
terhadap sesuatu hal?
D. Kuesioner Beban Kerja
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Alternati Jawaban
No. Pertanyaan
SS S TS STS
Saya sering pusing karena
1
kelelahan bekerja
Pekerjaan yang saya miliki menjadi
2
beban
Saya ragu dapat menyelesaikan
3
semua pekerjaan
Tubuh saya tetap bugar sampai jam
4
kerja selesai
Kondisi kesehatan saya kurang
5
mendukung pekerjaan
Dada saya sering terasa sesak saat
6
bekerja
Saya merasa tegang saat saya
7
mulai bekerja
Saya merasa jantung saya berdebar
8
kencang saat bekerja
Kinerja yang saya hasilkan kurang
9
memuaskan
Saat bekerja leher dan otot
10
punggung saya terasa tegang
Saya merasa jenuh ketika bekerja
11
dalam waktu yang lama
12 Saya memiliki jam kerja yang cukup
Saya memiliki waktu istirahat yang
13
cukup
Saya memiliki rekan kerja yang
14
kurang profesional
15 Jam istirahat saya kurang
16 Sarana yang ada kurang memadai
Saya memiliki ruang kerja yang
17
kurang nyaman

E. Kuesioner Kualitas Tidur Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)


Pertanyaan berikut ini berkaitan dengan kebiasaan tidur yang
biasa anda lakukan selama sebulan lalu. Jawaban dari anda akan
mengindikasikan tanggapan yang paling akurat pada mayoritas sehari-
hari atau malam-malam yang anda lalui sebulan lalu. Mohon anda
menjawab semua pertanyaan.

1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?


Jawaban:

2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?

Jawaban:

3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?

Jawaban:

4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?

Jawaban:
5. Seberapa Tidak 1x 2x ≥ 3x
sering pernah seminggu seminggu Seminggu
masalah- dalam (1) (2) (3)
masalah di sebulan
bawah ini terakhir
mengganggu (0)
tidur anda ?
a. Tidak mampu
tertidur
selama 30
menit sejak
berbaring
b. Terbangun
ditengah
malam atau
dini hari
c. Terbangun
untuk ke
kamar mandi
d. Sulit bernafas
dengan baik
e. Batuk atau
mengorok
f. Kedinginan di
malam hari
g. Kepanasan di
malam hari
h. Mimpi buruk
i. Terasa nyeri
(memiliki
luka)
j. Alasan
lain……
6. Selama
sebulan
terakhir,
seberapa
sering anda
menggunakan
obat tidur
7. Selama
sebulan
terakhir
seberapa
sering anda
mengantuk
ketika
melakukan
aktivitas di
siang hari
8. Selama satu
bulan terakhir,
berapa
banyak
masalah yang
anda
dapatkan dan
anda
selesaikan
permasalahan
tersebut ?
Sangat Cukup Cukup Sangat
baik (0) baik (1) buruk (2) Buruk (3)
9. Selama
sebulan
terakhir,
bagaimana
anda menilai
kepuasan
tidur anda ?

Anda mungkin juga menyukai