OLEH :
Makassar,………2017
Mahasiswa Residensi,
( ) ( )
NIP.
Mengetahui
Penanggung jawab Mata kuliah,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
B. Bahaya............................................................................................................ 5
C. Risiko ............................................................................................................. 6
B. Kegiatan Residensi......................................................................................... 8
iii
BAB IV HASIL KEGIATAN RESIDENSI ..................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................... 36
B. Saran............................................................................................................... 36
Daftar Pustaka
Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Tabel 4.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SUL-SEL ..................... 14
Tabel 4.2 Struktur Organisasi P2K3 PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SUL-SEL.. ......... 19
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Timbulya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan
masalah yang besar bagi proses produksi sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita
tidak hanya berupa kerugian materi, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa.
Hilangannya sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena
manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
apapun. Kerugian yang berlangsung dari timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja adalah biaya pengobatan dan kompensansi. Biaya tidak langsung adalah kerusakan
alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik,
penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja (Helliyanti, 2009).
1
terjatuh dari produk, 1 kasus jari terjepit, tahun 2015 terdapat 2 kasus pergelangan
tangan terjepit, 2 kasus kaki terjepit, dan 1 kasus tangan terbentur pengarah stresing.
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali
seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. (Tarwaka dalam Sitepu,
dkk 2014). Teknik analisisa bahaya yang populer salah satunya adalah JSA. Teknik ini
adalah sebuah teknik analisis bahaya yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya
yang ada pada pekerjaan seseorang dan untuk mengembangkan pengendalian yang
tepat untuk mengurangi resiko. JSA umumnya tidak digunakan untuk melakukan
peninjauan desain atau memahami bahaya dari suatu proses kompleks. JSA merupakan
suatu analisis yang menghasilkan sebuah rekomendasi dari tinjauan proses hazard yang
lebih detail. Hasil dari JSA ini harus dituliskan dalam bentuk formal, yaitu berupa
prosedur untuk setiap pekerjaan (Sitepu, dkk 2014).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan dan menganilisis kegiatan dalam menjalankan peran
sebagai mahasiswa universitas hasanuddin, fakultas kesehatan masayarakat jurusan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam praktik residensi
2. Tujuan Khusus
1. Mempelajari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Mempelajari dan mengikuti aktivitas program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3. Mempelajari dan melakukan identifikasi hazard dan resiko kerja
4. Mempelajari dan Membuat stategi pengendalian hazard dan resiko kerja
5. Merumuskan skala perioritas pengendalian hazard dan risk berdasarkan
efektifitas dan efesiensi.
C. Manfaat Penulisan
Kegiatan Residensi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang terkait didalamnya.
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman dan pembelajaran praktis kepada
mahasiswa sebagai aspek implementasi teori yang dipelajari di institusi pendidikan
khususnya mengenai penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di industri
2
jasa kontruksi. Serta meningkatkan kompetensi, keterampilan dan pengetahuan
dalam bidang kesehatan kerja (Occupational Health).
2. Manfaat bagi Prodi S2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja - Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Sebagai salah satu upaya link and match antara dunia pendidikan dan
dunia kerja dalam menjalin kerjasama antara PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB
SUL-SEL dengan S2 Keselamatan dan kesehatan Kerja - Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
3. Manfaat bagi PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SUL-SEL
Turut memberikan kontribusi berupa pembangunan konstruktif terkait
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam meningkatkan derajat
kesehatan tenaga kerja melalui inspeksi dan rekomendasi selama proses Residensi
berlangsung.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Akibat kecelakaan kerja paling tidak terdapat dua subsitusi yang dirugikan,
pertama kerugian tenaga kerja berupa sakit mungkin cacat tubuh dan tidak masuk kerja
untuk berupa hari, sehingga berpengaruh pada absentisme. Kedua kerusakan material
atau komponen sumber produksi sehingga sementara waktu tidak dapat operasional dan
perlu waktu mengganti suhu cadang. Apa yang disebutkan diatas adalah kerugian bagi
anggaran perusahaan, oleh sebab itu kerugian finansial akibat kecelakaan kerja
memberikan jawaban berbagai kecelakaan akibat kerja, analisis dituntut agar dapat
diungkapkan sebab sesungguhnya dari kecelakaan, sebab sesungguhnya dari
kecelakaan, analisis harus didukung laporan kecelakaan (formulir disesuaikan keputusan
manajemen) (Sitepu, 2014).
4
yang dapat menimbulkan kerugian waktu, harta, benda, atau properti maupun korban
jiwa dalam suatu proses kerja yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2012).
B. Bahaya
5
b. Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat
yang mempunyai sifat toksik, beracun, iritan, dan patologik
c. Biological Hazard, bahaya dari mikroorganisme, khususnya yang patogen yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
d. Ergonomi, merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
sebagai akibat ketidaksesuaian desain kerja dengan pekerja.
C. Risiko
6
D. Identifikasi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis
Menurut OSHA 3071 revisi tahun 2002, JSA adalah Sebuah analisis bahaya
pekerjaan adalah teknik yang berfokus padatugas pekerjaan sebagai cara untuk
mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi sebuah incident atau kecelakaan kerja.
Berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat , dan lingkungan kerja. Idealnya,
setelah dilakukan identifikasi bahaya yang tidak terkendali, tentunya akan diambil
tindakan atau langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi mereka ke
tingkat risiko yang dapat diterima pekerja.
7
BAB III
A. Lokasi Residensi
Residensi ini dilaksanakan di PT. Wiajaya Karya Beton, Tbk. PPB SU-SEL, jl.
Kima Raya II, Daya, Biring Kanaya, Kota Makassar.
B. Kegiatan Residensi
Pelaksanaan residensi berlangsung pada tanggal 26 Oktober 2017 – 27 November
2017. Adapun kegiatan residensi yang dilakukan adalah:
Tabel 3.1 kegiatan residensi
Kegiatan Minggu ke
I II III IV
Persiapan
Pembuatan Laporan
8
C. Metode Pelakasanaan Kegiatan
Kegiatan residensi dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan
untuk memberikan gambaran secara jelas untuk mengungkapkan suatu masalah yang ada di
lapangan sehingga dapat diidentifikasi dan dicari penyelesaiannya. Ruang lingkupnya
meliputi penilaian risiko kesehatan dan keselamatan kerja dengan menggunakan JSA (Job
Safety Analysis).
JSA (Job Safety Analysis) merupakan kegiatan pemeriksaan sistematis pekerjaan,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat risiko, dan
mengevaluasi langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengendalikan risiko.
9
mempelajari permasalahan tertentu antara lain tidak dapat diobservasi lagi dan tidak dapat
diingat lagi.
10
BAB IV
HASIL KEGIATAN RESISENDSI
11
3) Menjalankan sistem manajemen dan teknologi yang tepat guna untuk
meningkatkan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang
berwawasan lingkungan;
4) Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan
berkesinambungan;
5) Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan Pegawai.
c. Nilai
1) Commitment;
2) Innovation;
3) Balance;
4) Excellence;
5) Relationship;
6) Teamwork;
7) Integrity
d. Paradigma
1) Perubahan adalah tuntutan;
2) Pasar mendasari pengembangan bisnis Perusahaan;
3) Pelanggan adalah penentu keberhasilan Perusahaan;
4) Kepemimpinan mendorong kinerja ekselen;
5) Kompetensi adalah aset andalan Perusahaan;
6) Setiap aktivitas wajib memberikan nilai tambah;
7) Kecepatan sangat esensial;
8) Teknologi menjadi pendorong pertumbuhan usaha
12
c. Pabrik Produk Beton Bogor
Jl. Raya Narogong Km. 26, Cileungsi, Bogor 16820.
d. Pabrik Produk Beton Majalengka
Jl. Raya Brujui Kulon, Jatiwangi, Majalengka 45454.
e. Pabrik Produk Beton Boyolali
Jl. Raya Boyolali-Solo Km. 4,5, Mojosongo, Boyolali 57300.
f. Pabrik Produk Beton Pasuruan
Jl. Raya Kajapanan No. 323, Gempol, Pasuruan 67155.
g. Pabrik Produk Beton Sulawesi Selatan
Jl. Kima Raya II Kav. S/4-5-6, Kawasan Industri Makasar 90241.
Dengan pengalaman lebih kurang 27 tahun dalam bidang industri, telah
membuat kemampuan Wika untuk dapat membuat pabrik tiang beton lainnya, mulai dari
perekayasaan, proses produksi sampai pengeporesian dan pengawasan produk pertama.
13
Adapun bagan organisasi pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SU-SEL.
STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton PPB SUL-SEL
MANAGER
SEKSI UNIT
TEKNIK DAN PRODUKSI
MUTU
SEKSI
PERENCANAAN
DAN EVALUASI
PRODUKSI
SEKSI
PERALATAN
SEKSI
KEUANGAN
DAN
PERSONAL
Sumber: Data Sekunder 2017
14
PT. Wijaya Karya Beton, Tbk PPB SUL-SEL dipimpin oleh seorang
Manajer Pabrik yang diangkat direksi atau pejabat yang berwenang, untuk
itu dan bertanggung jawab kepada Manajer Produksi yang diberi tugas.
2) Tugas dan Tanggung Jawab Manajer Pabrik
Tercapainya produksi sesuai dengan rencana produksi dan penjualan yang
ditetapkan oleh perusahaan.
Terlaksananya proses produksi untuk menghasilkan produk bermutu
dengan metode yang efisien dan efektif, serta sesuai dengan standar produk
dan proses yang telah ditetapkan perusahaan.
Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang
menjadi tanggung jawabnya secara efisien dan efektif.
Terlaksananya upaya peningkatan efisiensi produksi secara
berkesinambung dan merekomendasi perannya kepada unit kerja terkait.
Terlaksananya peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam
bidang manajemen dan teknis yang meliputi keahlian dan keterampilan
yang sesuai dengan lingkup tugasnya.
Terlaksananya kegiatan administrasi dan keuangan serta personalis.
Terlaksananya pembinaan hubungan baik antara pabrik dengan
lingkungan sekitarnya.
Terlaksananya penerapan Sistem Manajemen ISO 9000 dan Sistem
Manajemen Mutu lainnya yang dikembangkan perusahaan.
b. Seksi Teknik dan Mutu
1) Fungsi Seksi Teknik dan Mutu
Seksi Teknik dan Mutu mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab
langsung pelaksaan pengendalian aspek teknik dan terjaminnya mutu
produk dalam rangka pencapaian tingkat efisien dan efektifitas produk di
pabrik.
Seksi Teknik dan Mutu dipimpin oleh Kepala Seksi yang diangkat
Direksi dan bertanggung jawab kepada Manajer Pabrik.
2) Tugas dan Tanggung Jawab Seksi Teknik dan Mutu
Tersusunnya rencana Teknik untuk tercapainya sasaran mutu produk sesuai
dengan persyaratan teknis di dalam dokumen yang telah disepakati oleh
pelanggan dan perusahaan.
15
Tercapainya tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya di pabrik melalui
optimalisasi desain metode produksi.
Terlaksananya dukungan pelayanan jasa rekayasa diperlukan dan
wilayah penjualan dalam rangka pengupayaan percepatan penyelesaian
proses produksi dan distribusi.
Tersusunya rencana pengawasan dan pengujian berupa produser, sistem dan
pedoman lingkungan pabrik antara lain meliputi: menetapkan kendali
mutu, merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada saat
pengendalian, merumuskan kinerja kendali mutu, merumuskan sistem
dokumentasi/sistem informasi, merumuskan alat kendali mutu.
Terlaksananya penerapan sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dan
Sistem Manajemen lainnya yang dikembangkan perusahaan.
Terlaksananya penelitian terhadap metode produksi serta rekomendasi
peningkatan sistem produksi agar dicapai standar kualitas yang diinginkan.
Terlaksananya pembinaan bawahan yang meliputi tanggung jawab
sesuai dengan arahan perkembangan perusahaan.
c. Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi
1) Fungsi Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi
Sebagai penanggung jawab penyusunan rencana dan evaluasi produksi serta
terjaminnya ketetapan penyelesaian produksi sesuai dengan jadwal produksi
dalam rangka menjaga standar.
Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi yang diangkat oleh Direksi
dan bertanggung jawab kepada Manajer Pabrik.
2) Tugas dan Tanggung Jawab Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi.
Tersusunya rrencana produksi dan kebutuhan sumber daya yang
dibutuhkan untuk proses serta anggaran biaya.
Terselenggaranya pemampuan dan evaluasi produksi dalam rangka menjaga
tingkat produktifitas yang optimal dan jadwal penyerahan produksi yang
ditetapkan.
Terlaksananya pengolahan tertib administrasi produk di pabrik.
Tersusunya laporan produksi yang akurat serta berkala beserta evaluasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terlaksannya tertib administrasi.
16
Terlaksananya penerapan Sistem Manajemen ISO 9000 dan Sistem
Manajemen lainnya yang dikembangkan perusahaan.
Terlaksananya pembinaan bawahan yang menjadi tanggung jawab
sesuai dengan arahan perkembangan perusahaan.
d. Seksi Peralatan
1) Fungsi Seksi Peralatan
Sebagai penanggung jawab langsung pelaksanaan dan evaluasi
penyediaan suku cadang dan peralatan beserta pengoperasian dan
pemeliharaan pencapaian tingkat efisiensi dan efektifitas produksi.
Seksi Peralatan dipimpin oleh Kepala Seksi Peralatan yang diangkat
oleh Direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Manajer.
2) Tugas dan Tanggung Jawab Seksi Peralatan
Tersedianya peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam proses
produksi.
Tersedianya suku cadang.
Terselenggaranya penggantian komponen sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
e. Seksi Keuangan dan Personalia
1) Fungsi Seksi Keuangan dan Personalia
Sebagai penanggung jawab langsung pengolahan aspek keuangan
akuntansi, personalia dalam rangka pencapaian tingkat efisiensi dan
efektifitas produksi.
Seksi Keuangan dan Personalia dipimpin oleh Kepala Seksi Keuangan dan
Personalia yang diangkat oleh Direksi dan bertanggung jawab kepada
Manajer Pabrik.
2) Tugas dan Tanggung Jawab Seksi Keuangan dan Personalia
Tersusunya anggaran secara terpadu guna tercapainya sasaran produksi.
Tercapainya efisiensi dan efektifitas pemanfaatan di pabrik.
3) Tersedianya informasi keuangan, akuntansi, personalia bagi
kepentingan pabrik.
Terlaksananya pengupayaan penerapan fungsi keuangan, akuntansi
perpajakan, personalia dan sistem informasi secara tertib.
Tersajinya laporan keuangan pabrik secara berkala sesuai dengan
ketentuan perusahaan.
17
Terlaksananya penerapan Sistem Manajemen ISO 9000 dan Sistem
Manajemen lainnya yang dikembangkan perusahaan.
Terlaksananya pembinaan bawahan yang menjadi tanggung jawab sesuai
dengan arahan perkembangan perusahaan.
f. Seksi Unit Produksi
1) Fungsi Seksi Unit Produksi
Sebagai penanggung jawab langsung pelaksanaan dan penyediaan
proses produksi dalam rangka pencapaian tingkat efisiensi dan efektifitas
produksi pabrik.
Unit produksi dipimpin oleh Kepala Unit Produksi yang di angkat oleh
Direksi bertanggung jawab kepada Manajer Pabrik.
2) Tugas dan Tanggung jawab Unit Produksi.
Tersusunya perencanaan jadwal produksi detail dan kebutuhan sumber daya
untuk keperluan jalur produksi guna tercapainya sasaran produksi.
Terkelolanya jalur produksi dalam melaksanakan produksi sesuai
dengan jadwal dan mutu yang ditetapkan.
Tercapainya tingkat efisiensi dan efektifitas pengolahan sumber daya.
Terkendalinya proses produksi.
Terlaksananya penerapan ISO 9000 dan Sistem Manajemen lainnya
yang dikembangkan perusahaan.
Terlaksananya pembinaan bawahan yang menjadi tanggung jawab sesuai
dengan arah perkembangan perusahaan.
Pada tahun 1999, dibentuklah Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan operasional dan pengendalian
keseluruhan SMK3 yang ada di perusahaan. Adapun struktur organisasi P2K3 berdasarkan
SK direksi No.SK.01.01./WB-A./15/5/99 tanggal 1 Mei 1999 adalah sebagai berikut :
18
Gambar 4.2 Struktur Organisasi P2K3 PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SUL-SEL
KETUA
Eko Sumantri
PKD
Heri Pamungkas, ST (Ketua)
Saharuddin (Wakil 1)
Priyo Sugondo, ST (Wakil 2)
KIMA 2 KIMA 20
Djunaedi (P.J. Ev. 1) Sanjaya (P.J. Ev. 1)
Nasmal, ST Firman
Burhanuddin Triyono
Satria A.P (P.J. Ev. 2) Daniel B.T (P.J. Ev. 2)
M. Yusuf M. Rusdi
Irsanto Ilyas. HS
Anggota Security Anggota Security
PPP
Aris Susanto (Ketua) Syarifuddin
Yusron (Wakil) Halim Muhammad
Marjan Darmawan
Syahrir Ruli H. Isac
Kasbir Burhanuddin R
Junaedi Didi Wijaya
19
Adapun fungsi utama P2K3 adalah :
a. Menghimpun dan mengolah data di tempat kerja.
b. Mengidentifikasi dan menjelaskan kepada setiap karyawan dan tenaga kerja :
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3,
termasuk bahaya kebakaran, peledakan serta cara penanggulangannya.
2) Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
3) Alat pelindung diri yang sesuai dengan tenaga kerja yang bersangkutan
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
c. Melaksanakan tanggung jawab dan wewenang K3
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
2) Melakukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian dibidang keselamatan
kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi
6) Melakukan pemantauan terhadap gizi kerja dan makanan tenaga kerja
7) Memeriksa kelengkapan K3
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
d. Menghentikan proses pekerjaan yang sedang berlangsung bila ternyata persyaratan
K3 belum terpenuhi dan atau terdapat kondisi yang membahayakan K3 dan
mengizinkan dimulainya kembali proses produksi bila telah memenuhi persyaratan.
20
1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup pekerja dan meningkatakan pendapatan perusahaan.
2. Melindungi tenaga kerja dan masyarakat sekitar dari hal–hal yang tidak diinginkan.
Misal : pengadaan dokter jaga dan poliklinik selama proses produksi berlangsung,
mewajibkan tenaga kerja untuk menggunakan perangkat keselamatan kerja ( helm,
sepatu, masker, tutup telinga ), menempatkan slogan–slogan keselamatan kerja
di sekitar pabrik di tempat yang mudah terlihat.
3. Memperbaiki lingkungan kerja, sarana kerja, dan ketrampilan tenaga kerja dalam
mengoperasikan alat–alat mesin.
4. Kesejahteraan dan keselamatan kerja sangat mutlak dan harus dilaksanakan
oleh perusahaan, karena dapat menekan bahkan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
Tabel 4.1 Jumlah tenaga kerja dan jam kerja di PT Wijaya Karya Beton,
Tbk. PPB SUL-SEL periode september 2017
PT.Wijaya Karya Beton. Tbk, PPB SUL-SEL memiliki 2 (dua) tempat produksi
yaitu pada jl. kima 2 dan jl. kima 20, untuk melindungi pekerja dari bencana atau keadaan
darurat PT.Wijaya Karya Beton. Tbk, PPB SUL-SEL memiliki jalur evakuasi dimana para
pekerja dapat melakukan penyelamatan diri ke tempat yang aman saat terjadi hal -
hal darurat yang tidak diinginkan. Dengan adanya penunjuk arah yang jelas menuju
21
titik kumpul yang aman, dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pekerja
saat melakukan evakuasi. Adapun jalur evakuasi yang dimiliki PT.Wijaya Karya
Beton. Tbk, PPB SUL-SEL ditunjukan pada gambar 4.3 dan 4.4.
22
Gambar 4.4. Jalur Evakuasi Kima 20
Dari gamabar 4.3 dan 4.4. PT.Wijaya Karya Beton. Tbk, PPB SUL-SEL masing-
masing memiliki 2 (dua) jalur evakuasi untuk menyelamatkan diri dari bencana atau
keadaan darurat yang dapat terjadi sewaktu-waktu pada area produksi kima 2 dan area
produksi kima 20.
23
D. Bentuk Hasil Produksi dan Bahan Baku
1. Hasil Produksi
a. Tiang Listrik (TL)
b. Tiang Pancang (TP): kotak, segitiga, bulat.
c. Batalan Jalan Rel (BJR).
d. Balok Jembatan.
e. Sheat Steel
f. Coor Cated Sheet Pile (CCSP)
2. Bahan Baku
Untuk memenuhi syarat standart beton dan untuk mencapai
kepuasaan para konsumen PT.Wijaya Karya Beton. Tbk memanfaatkan beberapa bahan
baku yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Adminixture/adiktive
b. Air
c. Besi
d. Fly As
e. Pasir
f. Semen
g. Split
Namun dari banyaknya bahan baku tersebut tidak biasa
menghasilkan beton yang sempurna tanpa didukung oleh sumber daya manusia(
SDM ) yang baik khususnya para operator yang handal dan profesional serta alat–alat
yang digunakan yang serba otomatis dan modern.
24
E. Proses Produksi
Langkah-langkah untuk proses produksi (tiang pancang 400 cm diameter 40
cm) dapat dilihat pada diagram flowchart dibawah ini :
START
CONCRETE FILLING
(PENGECORAN BETON)
PRESTRESSING
(PEREGANGAN TULANGAN)
MOULD SPINNING
(PEMBUATAN BETON)
STEAM CURING
(PERAWATAN UAP)
DE – MOULDING
(PEMBUKAAN CETAKAN)
PRODUKSI
BETON SELESAI
END
Gambar 4.3. Diagram Flowchart Proses Produksi PT. Wijaya Karya Beton,
Tbk. PPB SUL-SEL
25
Dari diagram 4.3 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perakitan Tulangan dan Pengadukan Bahan Baku
Operator tulangan atau rakitan harus merancang rakitan sesuai dengan rencana
produksi, proses ini dinamakan preparation work (perakitan tulangan), pada saat
bersamaan operator batching plant harus memasukan bahan baku ke dalam mixer untuk
diaduk. Sebelumnya operator harus melakukan penimbangan bahan baku satu persatu
sebelum dimasukkan ke dalam mixer. Mixer ini membutuhkanwaktu 5 menit untuk satu
kali diadukan.
b. Pengecoran Beton
Setelah dari mixer bahan yang sudah diaduk dibawa ke hopper mobil melalui
hoper supply. Di hopper mobil inilah adukan siap dimasukkan ke dalam cetakan yang
sudah terisi rakitan/tulangan sehingga operator hopper mobil memulai menimbang
adukan untuk dimasukkan ke dalam cetakan untuk melakukan pengecoran beton
(concrete filling).
c. Peregangan Tulangan (prestressing)
Setelah proses pengecoran beton selesai maka langkah berikutnya adalah
peregangan tulangan (prestressing). Tujuan dari proses ini adalah agar tulangan menjadi
regang. Proses ini dilakukan oleh mesin stressing.
d. Pemutaran Beton (mould spinning)
Pemutaran beton dilakukan agar beton menjadi menjadi berongga dan padat,
proses ini dilakukan oleh mesin spinning. Sistem ini disebut sistem sentrifugal.
e. Perawatan Uap
Setelah proses pemutaran beton selesai operator portal hoist uap harus membuka
bak uap dan mengangkatnya ke dalam bak uap untuk melakukan proses steam curing
(perawatan uap) dan operator harus menutupnya kembali. Untuk melakukan proses ini
memerlukan waktu 270 menit atau 4,5 jam.
f. Pembukaan Cetakan (de-moulding)
Langkah yang terakhir adalah de-moulding (pembukaan cetakan), setelah
pembukaan cetakan selesai, maka jadilah beton pracetak.
26
F. Job Safety Analysis (JSA)
Analisa keselamatan kerja (job safety analysis) adalah kegiatan
pemeriksaan sistematis pekerjaan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengevaluasi langkah-langkah yang telah
dilakukan untuk mengendalikan risiko.
Kegiatan residensi didampingi oleh petugas bagian Safety pada saat
observasi sehingga pekerja sudah terbiasa dan tidak menimbulkan kecurigaan
sehingga sikap pekerja akan tetap alami. Observasi dilakukan dengan mengamati
proses dan keadaan secara langsung di tempat kerja untuk melakukan identifikasi
bahaya dan risiko pada kegiatan produksi Beton.
Setiap risiko murni akan dinilai dengan menggunakan teknik analisis semi
kuantitatif, yaitu penilaian risiko menggunakan nilai numerik, namun hasilnya
sebagian besar bersifat kualitatif. Risiko dinilai dengan cara perkalian antara nilai
kemungkinan kejadian (likelihood) dan tingkat keparahan dampak (severity).
Perkalian antara nilai likelihood dan nilai severity akan menunjukkan
total nilai risiko. Risiko murni diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat
risikonya, antara lain yaitu risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi. Nilai
risiko dievaluasi berdasarkan tingkatanya.
27
Tabel 4.3 Tingkat Keparahan (severity)
Tingkat Kriteria Penjelasan
1 Insigni ficant a. Non-cidera
b. Kerugian fi nansial dan material sangat kecil
2 Minor a. P3K
b. Kerugian fi nansial dan material sedang
3 Moderate a. Penanganan medis
b. Kerugian fi nansial dan materialcukup besar
4 Major a. Cacat atau hilangnya fungsi anggota tubuh total
b. Kerugian material besar
5 Catastrophic a. Kematian
b. Kerugian material sangat besar
Sumber: AS/NZS 4360
(2)
2 4 6 8 10
Unlikely
(3) 3 6 9 12 15
Possible
(4)
4 8 12 16 20
Likely
(5)
Almost 5 10 15 20 25
certain
Sumber: AS/NZS 4360:1999
28
Tabel 4.5 Evaluasi Nilai Risiko
Hasil Job Safety Analysis pada Pekerjaan membuat Beton, di PT. Wijaya
Karya Beton, Tbk PPB SUL-SEL pada Bulan November 2017 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Proses Penulangan
Proses Penulangan
No. Jenis Bahaya Risiko Risk Matrix Tingkat Control
Kegiatan Likelihood Severity Risiko
1. Memindahkan - Kaki terjepit Cedera otot, 3 2 6 - Menggunakan
Gulungan PC oleh kaki terluka APD seperti
Wire Gulungan PC sepatu
Wire - Memasang tanda
bahaya “Awas
Kaki Terjepit
- Konsentrasi
2. Memotong - Terkena Jari atau 2 4 8 - Menggunakan
Besi PC Wire mesin tangan APD seperti
29
pemotong terpotong, sarung tagan,
- Terkena tuli, kacamata safety,
serbuk besi kebutaan ear plug dan
- Bising (cacat) masker
- Memasang tanda
bahaya
- Konsentrasi
3. Membuat - Tangan Tangan 2 2 4 - Menggunakan
Cincin Terjepit tergores atau APD seperti
Tulangan Cincin terluka sarung tagan
Tulangan - Memasang tanda
bahaya
- Konsentrasi
4. Membuat - Terkena Besi Tangan 2 2 4 - Menggunakan
spiral Tulangan tergores atau APD seperti
Spiral teluka sarung tagan
- Memasang tanda
bahaya
- Konsentrasi
30
- Memasang
pengaman listrik
dan V-Belt
- Konsentrasi
31
Tabel 4.8 Pemutaran Cetakan Spinning
32
bahaya
- Pemeriksaan alat
secara berkala
- Konsentrasi
2. Memindahkan - Tertimpa Cidera otot, 2 4 8 - Menggunakan
Cetakan yang cetakan terluka cacat APD
berisi Produk - Memasang tanda
dari Bak Uap bahaya
ke atas Trolly - Perhatikan
Kapasitas Trolly
- Konsentrasi
33
4. Melepas - Produk Cidera, luka, 2 4 6 - Menggunakan
Produk dari terguling saat cacat APD seperti
Cetakan pengeluaran sarung tagan
produk - Memasang tanda
- Tertimpa bahaya
Produk - Konsentrasi
34
2. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko yang dilakukan yaitu dengan menentukan prioritas risiko
berdasarkan ALARP (As Low As Reasonably Practicable) standar Australia, pada
analisa dan evaluasi risiko dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat 7 (tujuh) tingakat risiko dengan score 1–6 artinya risiko rendah
(low risk), dari proses pekerjaan pembuatan beton di PT. Wijaya Karya Beton, Tbk
PPB SUL-SEL pada Bulan November 2017, secara umum risiko dapat diterima
(generally acceptable), namun tetap meninjau kembali apakah risiko dapat
dikurangi.
Terdapat 11 (sebelas) tingkat risiko dari proses pekerjaan pembuatan beton
di PT. Wijaya Karya Beton, Tbk PPB SUL-SEL pada Bulan November 2017 dengan
score 7–14 artinya risiko sedang (medium risk). Risiko dapat ditolerir (tolerable) dan
pekerjaan hanya boleh diteruskan dengan keputusan manajemen dan telah
dikonsultasikan dengan tenaga ahli dan tim penilai. Sedangkan risko tinggi (high
risk), tidak ditemukan pada proses pekerjaan pembuatan beton di PT. Wijaya Karya
Beton, Tbk PPB SUL-SEL pada Bulan November 2017.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SUL-SEL adalah satu dari anak perusahaan yang
telah berdiri sejak tahun 1995, merupakan perluasan Wika di bidang industri beton
pracetak. PT. Wijaya Karya, Tbk telah memulai konsentrasi pada industri beton pracetak
di tahun 1977 dengan mengembangkan produk beton pracetak untuk teras perumahan.
Sejak saat itu, Wika bertekat mempertahankan pengembangan perencanaan dan
datangnya proyek-proyek intfastruktur lain.
2. Proses pembuatan beton dimulai dengan perakitan tulangan dan pengadukan bahan baku,
pengecoran beton, peregangan tulangan (prestressing), pemutaran beton (mould
spinning), perawatan uap, pembukaan cetakan (de-moulding)
3. Pembentukan P2K3 bukan hanya menjamin kesalamatan dan kesejahteraan pekerja tetapi
juga berfungsi sebagai pendorong kerjasama manajemen dan pekerja, mengenali masalah
k3 dan mencari penyelesaiannya, menyediakan suatu forum dialog yang konstruktif dan
reguler antara manajemen dan pekerja tentang kepedulian mereka terhadap k3,
memainkan peranan yang penting dalam pengembangan, program pengendalian bahaya di
tempat kerja, mengkomunikasikan dan menyebarluaskan informasi k3, menyampaikan
rekomendasi k3 kepada manajemen.
4. Hasil observasi menunjukan tidak ada kecelakaan yang serius yang dialami pekerja di PT.
Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB SUL-SEL. Hal ini menunjukan bahwa program
keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan di PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. PPB
SUL-SEL berjalan dengan baik.
B. Saran
1. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap kegiatan, hubungan komunitatif
yang baik akan mengurangi keselahan pekerjaan dan membuat pekerja paham dengan
bahaya atau risko yang ada ditempat kerja.
2. Memberikan pelatihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja pada tenaga
kerja.
36
3. Menambah atau mengembangkan sumber daya, fasilitas (sarana dan prasarana) yang
berkaitan dengan peningkatan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja.
4. Pemantauan secara rutin dan melakukan pengendalian dengan cepat, tepat dan efektif
terhadap tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman di tempat kerja. Hal ini bisa
dipelajari dengan mendalami job safety analysis dan pengecekan alat-alat yang digunakan
untuk produksi secara berkala.
37
DAFTAR PUSTAKA
Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang : Badan
Penerbit UNDIP.
Sandro, M. J (2012). Pt. Wijaya Karya Beton – PPB Pasuruan “Batching Plant”.
38
Industri Universitas Sumatera Utara). Jurnal Teknik Industri. Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara
ONLINE
Burhanuddin.(2013).https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/pengumpulan
-data-dan-instrumen-penelitian/. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. di Akses 22
November 2017.
39
LAMPIRAN 1
………………,…..............2017
( ) ( )
NIP. NIM
40
LAMPIRAN 2
LEMBARAN PENILAIAN
MAHASISWA RESIDENSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan residensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja oleh mahasiswa di
bawah ini :
Nama : Anggih Tri Cahyadi
NIM : P1800216001
Alamat : BTN Asal Mula Blok F3/11
Menurut pengamatan selama residensi di Indutri, maka diberikan nilai sebagai berikut :
1. Kehadiran (1-10) : ………………………………………
2. Kondite dan Kerjasama (1-10) : ………………………………………
3. Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan (1-10) : ………………………………………
4. Kerja sama kelompok (1-10) : ………………………………………
5. Jurnal/Catatan harian (1-10) : ………………………………………
Jumlah : ………………………………………
Demikian nilai ini diberikan kepada yang bersangkutan dan selanjutnya diberikan kepada
penanggung jawab matakuliah.
Makasar,…………………2017
Pembimbing Perusahaan,
(……………………………….)
41
LAMPIRAN 3
NILAI AKHIR
Setelah menerima nilai pelaksanaan kegiatan dan laporan Residensi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dari masing-masing Pembimbing, maka yang bersangkutan dinyatakan
LULUS/TIDAK LULUS dengan nilai :
A A- B+ B B- C C- D E
42
43