OLEH :
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya sumberdaya manusia (SDM). Menurut
data BPS, jumlah penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 225 juta orang. Selain itu,
Indonesia adalah negara beriklim tropis yang memiliki sumberdaya alam (SDA) yang banyak
dan subur. Banyaknya SDM dan SDA ini akan lebih baik lagi apabila ada suatu sektor
industri yang bisa memanfaatkan kedua faktor tersebut. Adapun salah satu industri yang
mampu memanfaatkan SDM dan SDA adalah industri rokok karena industri ini
membutuhkan tembakau sebagai bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksinya
(Tanjungsari, 2009).
Menurut Kusuma, dkk (2005) Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana
pekerjanya mengolah atau memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh dan bumbu
bumbu lain menjadi suatu produk yang disebut rokok. Rokok adalah produk yang
mengandung zat-zat yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan), dan jika dikonsumsi
dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Karena dalam rokok
terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia, antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar
yang bersifat karsinogenik dan dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, penyakit
jantung, impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik, gangguan kehamilan dan
janin serta banyak lagi lainnya (Negoro, 2000). Menurut Cadwell (2001) bahwa dalam
sebatang rokok mengandung sekitar 20,9 mg nikotin, namun ha ya sekitar 2 mg nikotin yang
terikut masuk ke dalam tubuh perokok.
Rokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja tetapi juga pada para
pekerja di industri rokok. Pada proses pembuatan rokok ini, ada zat yang berbahaya berupa
nikotin, namun banyak pekerja yang tidak mengerti dan tidak menghiraukan bahaya dari zat
tersebut. Bahaya yang dipaparkan zat nikotin berasal dari bahan baku pembuatan rokok yaitu
tembakau. Pada industri rokok ini ada suatu proses yang mengharuskan pekerja kontak
langsung dengan zat nikotin pada tembakau, yaitu pada proses pemotongan dan pengovenan
daun tembakau. Pekerja di pabrik tembakau tersebut berpotensi terkena toksin nikotin
rokok karena intensif berhubungan dengan tembakau hampir setiap hari. Menurut Sari
(2014) menyatakan bahwa ,debu tembakau dalam proses pemilahan dan pemotongan
tembakau dapat menganggu kesehatan. Penyakit Saluran Pernafasan (ISPA), penyakit dalam,
penyakit kulit dan jaringan bawah kulit, gangguan telingan hidung dan tenggorokan (THT),
penyakit mata dan penyakit rongga mulut dan gigi, penyakit-penyakit tersebut adalah
penyakit yang timbul akibat bekerja di pabrik rokok. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
dikethui bahwa kandungan toksin pada tembakau sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja
pada industri rokok.
PEMBAHASAN
A. Indrustri Rokok
Yang dimaksud Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana pekerjanya
mengolah atau memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh dan bumbu bumbu lain
menjadi suatu produk yang disebut rokok, dengan demikian yang dimaksud rokok ialah
silinder dari kertas yang ukuran panjangnya bervariasi berkisar antara 65 mm sampai 125
mm (sesuai Industrinya) yang berisi rajangan daun tembakau dan bunga cengkeh kering
dan bumbu bumbu (sauce) lain dan dikonsumsi dengan cara dibakar pada ujung satu dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat diisap melalui mulut pada ujungnya yang lain. Di
Indonesia saat ini, konsumsi rokok oleh masyarakat cukup tinggi, bahkan menurut WHO,
Indonesia dengan jumlah jiwa sebanyak 200 juta lebih, diperkirakan sekitar 141 Juta
jiwanya adalah pengkonsumsi rokok aktif yang menghabiskan sekitar 215 milyar batang
per tahunnya (Norin, dkk, 2006).
Industri rokok memang menjadi salah satu tulang punggung baik penerimaan
negara maupun penyerapan tenaga kerja. Dapat dibayangkan dengan jumlah Industri
rokok yang saat ini telah mencapai 4416 Industri ( golongan I : 6 Industri, golongan II :
27 Industri, golongan III : 106 Industri, golongan IIIA : 282 Industri, dan sisanya adalah
Industri golongan IIIB) tentunya jumlah tenaga kerja yang diserap pun juga telah
mencapai jutaan orang (Anonymous, 2008) dan dari sektor Industri rokok memberikan
sumbangan pendapatan berupa pajak sebesar Rp. 38,5 trilliun tahun 2006 dan tahun 2007
sebesar Rp. 42 trilliun (Anonymous, 2007).
B. Jenis-jenis Rokok
1. Rokok berdasarkan bahan baku dibagi tiga jenis:
a. Rokok Putih : Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok putih
mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
b. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Bahan
baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok
kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-45 mg nikotin (Alamsyah, 2009)
c. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh dan kemenyan yang diberi saos untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis ( Mardjun, 2012) :
a. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
b. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
KESIMPULAN
Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana pekerjanya mengolah atau
memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh dan bumbu bumbu lain menjadi
suatu produk yang disebut rokok. Berdasarkan jenisnya rokok dibagi menjadi tiga,
yaitu; rokok putih, rokok krektek dan rokok klembak
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin
dan karbonmonoksida (CO).
Di dalam tembakau yang dibakar saat merokok, terdapat zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan. Zat tersebut dapat menyerang selaput halus pada saluran
pernafasan dan mengganggu peredaran darah. Zat-zat kimia pada rokok dapat
menyebabkan kanker dan menimbulkan gejala ketagihan pada si perokok. Merokok
dapat menyebabkan kematian, terutama bagi perokok berat.
Upaya pengendalian dengan melakukan hirarki of control dengan melakukan
subsitusi, rekayasa teknis, pengendalian administarsi dan penggunaan alat pelindung
diri. Upaya promotif lainnya adalah memasang peringatan pada bungkus rokok.
Peringatan untuk tidak merokok diberlakukan pada lingkungan-lingkungan tertentu.
REFERENSI