Anda di halaman 1dari 10

Tugas Individu

Mata Kuliah : Toksikologi Industri

Dosen : Dr. Lalu Muhammad Saleh, SKM,. M.Kes

TOKSIKOLOGI PADA INDUSTRI ROKOK

OLEH :

ANGGIH TRI CAHYADI (P1800216001)

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya sumberdaya manusia (SDM). Menurut
data BPS, jumlah penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 225 juta orang. Selain itu,
Indonesia adalah negara beriklim tropis yang memiliki sumberdaya alam (SDA) yang banyak
dan subur. Banyaknya SDM dan SDA ini akan lebih baik lagi apabila ada suatu sektor
industri yang bisa memanfaatkan kedua faktor tersebut. Adapun salah satu industri yang
mampu memanfaatkan SDM dan SDA adalah industri rokok karena industri ini
membutuhkan tembakau sebagai bahan baku dan tenaga kerja untuk memproduksinya
(Tanjungsari, 2009).

Menurut Kusuma, dkk (2005) Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana
pekerjanya mengolah atau memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh dan bumbu
bumbu lain menjadi suatu produk yang disebut rokok. Rokok adalah produk yang
mengandung zat-zat yang bersifat adiktif (menimbulkan kecanduan), dan jika dikonsumsi
dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Karena dalam rokok
terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia, antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar
yang bersifat karsinogenik dan dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, penyakit
jantung, impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik, gangguan kehamilan dan
janin serta banyak lagi lainnya (Negoro, 2000). Menurut Cadwell (2001) bahwa dalam
sebatang rokok mengandung sekitar 20,9 mg nikotin, namun ha ya sekitar 2 mg nikotin yang
terikut masuk ke dalam tubuh perokok.

Merokok merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas prematur paling penting


pada populasi dunia yang seharusnya bisa dicegah. Angka kematian dini ini diperkirakan
mencapai 4,8 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia pada tahun 2000 dengan 2,4 juta
orang di antaranya terjadi di negara berkembang dan sisanya terjadi di negara-negara maju
(Burns, 2005; McPhee dan Pignone, 2007). Angka itu kini meningkat menjadi 5,4 juta
kematian setiap tahunnya pada tahun 2006. WHO memperkirakan angka tersebut masih akan
terus naik dan mencapai 10 juta kematian per tahun pada tahun 2030 (Jaya, 2009). Data hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku merokok dapat mengurangi angka harapan
hidup sampai 8,8 tahun (Streppel, et al., 2007). Di Indonesia, menurut data hasil laporan
Lembaga Demografi Universitas Indonesia, jumlah perokok mencapai 57 juta orang (Barber
et al., 2008). Diperkirakan lebih dari separuh dari jumlah itu akan mengalami kematian akibat
berbagai macam penyakit yang ditimbulkannya dalam jangka panjang, dengan rata-rata
427.948 kematian per tahun (Barber et al., 2008).

Rokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja tetapi juga pada para
pekerja di industri rokok. Pada proses pembuatan rokok ini, ada zat yang berbahaya berupa
nikotin, namun banyak pekerja yang tidak mengerti dan tidak menghiraukan bahaya dari zat
tersebut. Bahaya yang dipaparkan zat nikotin berasal dari bahan baku pembuatan rokok yaitu
tembakau. Pada industri rokok ini ada suatu proses yang mengharuskan pekerja kontak
langsung dengan zat nikotin pada tembakau, yaitu pada proses pemotongan dan pengovenan
daun tembakau. Pekerja di pabrik tembakau tersebut berpotensi terkena toksin nikotin
rokok karena intensif berhubungan dengan tembakau hampir setiap hari. Menurut Sari
(2014) menyatakan bahwa ,debu tembakau dalam proses pemilahan dan pemotongan
tembakau dapat menganggu kesehatan. Penyakit Saluran Pernafasan (ISPA), penyakit dalam,
penyakit kulit dan jaringan bawah kulit, gangguan telingan hidung dan tenggorokan (THT),
penyakit mata dan penyakit rongga mulut dan gigi, penyakit-penyakit tersebut adalah
penyakit yang timbul akibat bekerja di pabrik rokok. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
dikethui bahwa kandungan toksin pada tembakau sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja
pada industri rokok.

PEMBAHASAN

A. Indrustri Rokok
Yang dimaksud Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana pekerjanya
mengolah atau memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh dan bumbu bumbu lain
menjadi suatu produk yang disebut rokok, dengan demikian yang dimaksud rokok ialah
silinder dari kertas yang ukuran panjangnya bervariasi berkisar antara 65 mm sampai 125
mm (sesuai Industrinya) yang berisi rajangan daun tembakau dan bunga cengkeh kering
dan bumbu bumbu (sauce) lain dan dikonsumsi dengan cara dibakar pada ujung satu dan
dibiarkan membara agar asapnya dapat diisap melalui mulut pada ujungnya yang lain. Di
Indonesia saat ini, konsumsi rokok oleh masyarakat cukup tinggi, bahkan menurut WHO,
Indonesia dengan jumlah jiwa sebanyak 200 juta lebih, diperkirakan sekitar 141 Juta
jiwanya adalah pengkonsumsi rokok aktif yang menghabiskan sekitar 215 milyar batang
per tahunnya (Norin, dkk, 2006).
Industri rokok memang menjadi salah satu tulang punggung baik penerimaan
negara maupun penyerapan tenaga kerja. Dapat dibayangkan dengan jumlah Industri
rokok yang saat ini telah mencapai 4416 Industri ( golongan I : 6 Industri, golongan II :
27 Industri, golongan III : 106 Industri, golongan IIIA : 282 Industri, dan sisanya adalah
Industri golongan IIIB) tentunya jumlah tenaga kerja yang diserap pun juga telah
mencapai jutaan orang (Anonymous, 2008) dan dari sektor Industri rokok memberikan
sumbangan pendapatan berupa pajak sebesar Rp. 38,5 trilliun tahun 2006 dan tahun 2007
sebesar Rp. 42 trilliun (Anonymous, 2007).

B. Jenis-jenis Rokok
1. Rokok berdasarkan bahan baku dibagi tiga jenis:
a. Rokok Putih : Isi rokok ini hanya daun tembakau yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok putih
mengandung 14 - 15 mg tar dan 5 mg nikotin (Alamsyah, 2009).
b. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Bahan
baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu (Mardjun, 2012). Rokok
kretek mengandung sekitar 20 mg tar dan 44-45 mg nikotin (Alamsyah, 2009)
c. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh dan kemenyan yang diberi saos untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis ( Mardjun, 2012) :
a. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
b. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.

C. Kandungan Toksik pada Rokok


Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan
karbonmonoksida (CO). Selain itu dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan
kimia lain yang tak kalah beracun (Ellizabet,2010).
1. Nikotin
Nikotin merupakan sejenis unsur kimia beracun, mirip dengan alkaline. Salah
satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah. Nikotin
membuat pemakainya kecanduan. Bahayanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa 4 cc
nikotin terbukti cukup membunuh seekor kelinci besar. Nikotin ialah sejenis sebatian
organik yang dijumpai secara semulajadi di dalam pokok tembakau (daun tembakau
mempunyai kandungan nikotina paling tinggi). Sebanyak 5% daripada berat tembakau
ialah nikotin. Nikotin merupakan racun saraf manjur ( potent nerve poison ) dan
digunakan di dalam racun serangga. Pada kepekatan rendah, bahan ini bertindak
sebagai peransang dan adalah salah satu sebab utama mengapa merokok digemari dan
dijadikan tabiat. Selain tembakau. nikotina juga ditemui di dalam tumbuhan famili
Solanaceae termasuk tomato, terung ungu ( eggplant ), ubi kentang, dan lada hijau.
(Basyir, dalam Ramdini 2009)
2. Karbonmonoksida (CO)
Merupakan gas beracun yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa
oksigen. Yaitu gas yang terbentuk ketika pembakaran tembakau dan kertas
pembungkus rokok dalam waktu lama. Unsur ini memiliki kemampuan cepat sekali
bersenyawa dengan hemoglobine. Akibatnya, suplai oksigen ke seluruh organ tubuh
terhambat (Sitepoe, 2000). Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok
dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding
pembuluh darah dapat robek (Suparto, 2000).
3. Tar
Tar merupakan bahan rokok yang mengandung bahan kimia beracun yang
merusak sel paru – paru dan menyebabkan kanker (Basyir, dalam ramdini 2009).
Apabila satu – satunya sumber nikotin adalah tembakau maka sumber tar adalah
tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lainnya yang terbakar. Tar
hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga di
klasifikasikan sebagai tar (Sitepoe, dalam Ramdini 2009).

D. Patofisiologi Keracunan Rokok


Zat-zat kimia pada rokok dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal),
pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Zat-zat kimia pada rokok akan segera diabsorpsi
jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama zat kimia
masih ada pada kulit. Di dalam tembakau yang dibakar saat merokok, terdapat zat-zat
yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Zat tersebut dapat menyerang selaput halus pada
saluran pernafasan dan mengganggu peredaran darah. Zat-zat kimia pada rokok dapat
menyebabkan kanker dan menimbulkan gejala ketagihan pada si perokok. Merokok dapat
menyebabkan kematian, terutama bagi perokok berat (Anonymous, 2013). Keracunan
rokok mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Kepala pusing
2. Mual-mual
3. Keluar keringat dingin
4. Tangan gemetar
5. Badan terasa lemah
Dalam rokok terdapat 4000 lebih senyawa kimia, yang paling berbahaya adalah
tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Menurut Lestari, dkk (2015), berikut adalah senyawa
toksik paling berbahaya:
1. Nikotin
Nikotin yang terdapat dalam asap rokok dapat masuk ke paru-paru, kemudian
masuk ke dalam aliran darah dan selanjutnya dibawa ke otak. Otak manusia memiliki
reseptor penerima nikotin yang disebut Nicotinic Cholinergic Receptors (nicotinic
acetylcholine receptors atau nAChRs). Bentuk reseptor penerima ini seperti struktur
membran sel, yang akan membuka bila ada invasi dari molekul tertentu. Ikatan nikotin
pada permukaan di antara dua subunit reseptor ini membuka jalur, yang memungkinkan
masuknya ion sodium atau kalsium. Masuknya dua kation ini dalam sel langsung
mengaktifkan tegangan saluran kalsium yang mengijinkan masuknya kalsium lebih
banyak. Salah satu efek dari masuknya kalsium di dalam sel saraf adalah dilepasnya
neurotransmiter (Benowitz, 2010). Salah satu neurotransmitter yang dilepas adalah
dopamin. Senyawa kimia ini bekerja menstimulasi perasaan bahagia pada seseorang
dan efek yang lebih kuat sama seperti rangsangan memicu rasa lapar. Sebelum dopamin
dikeluarkan, nikotin terlebih dahulu telah mengaktivasi glutamin, yakni
neurotransmitter yang memfasilitasi pelepasan dopamin dan pelepasan asam γ-
aminobutirik (GABA) yang menghambat aktivasi dari dopamin. Eksperimen yang
pernah dilakukan pada seekor tikus menunjukkan pemberian nikotin akan memberi
pengaruh terhadap pengeluaran dopamin di daerah-daerah tertentu otak, seperti area
mesolimbic dan cortex frontal (Benowitz, 2010). Waktu yang dibutuhkan nikotin untuk
mencapai otak sekitar sepuluh menit setelah seseorang merokok (NIH, 2011). Dengan
paparan nikotin yang berulang pada seorang perokok, kemampuan adaptasi otak
terhadap nikotin mulai meningkat. Saat kemampuan adaptasi meningkat, jumlah unit-
unit reseptor nAChR juga meningkat. Selanjutnya aktivasi VTA dan neuron-neuron di
nucleus accumbens akan meningkat (Benowitz, 2010). Karena perasaan senang terjadi,
manusia cenderung ingin mengulangi kejadian (merokok) itu terus menerus.
Berdasarkan mekanisme aksi toksik, nikotin masuk dalam mekanisme langsung
karena sasaran aksi berbahaya zat nikotin membran sel, DNA,dalam hal ini sel saraf
sehingga menimbulkan efek ketergantungan. Nikotin masuk dalam mekanisme tempat
aksi selektif.
2. Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air
diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar
adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan
adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan
menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas
sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan
kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam
rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan
paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3 mg-40 mg per batang rokok, sementara
kadar dalam rokok berkisar 24 mg-45 mg. sedangkan bagi rokok yang menggunakan
filter dapat mengalami penurunan 5 mg-15 mg. walaupun rokok diberi filter efek
karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru ketika pada saat merokok hirupannya
dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah
banyak.
Berdasarkan mekanisme aksi toksik, tar masuk dalam mekanisme langsung dan
tak langsung karena sasaran aksi berbahaya zat tar pada sel sehingga menimbulkan
kanker. Mekanisme tak langsung pada tar adalah pada pengendapan tar di saluran
pengendapan sehingga membentuk endapan berwarna cokelat. Tar masuk dalam
mekanisme resiko penumpukan.
3. Karbomonoksida (CO)
Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan
keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi
sedikit dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas
karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor
maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat
merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm
(parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam darah
sejumlah 2%–16%.
Berdasarkan mekanisme aksi toksik, karbonmonoksida masuk dalam
mekanisme langsung karena sasaran aksi berbahaya karbonmonoksida adalah energi
respirasi yang dibutuhkan dalam proses metabolime tubuh. Karbondioksida masuk
dalam mekanisme gugus kimia fungsi dari biopolimer.

E. Upaya Penanggulangan Masalah Rokok


Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan adalah meningkatkan harga
rokok dengan menaikkan pajak rokok. Tingginya pajak rokok dapat mempengaruhi
kegiatan merokok dari golongan anak-anak dan remaja serta perokok dari golongan
menengah kebawah (Nururrahmah 2014). Sedangkan upaya dalam melindungi kesehatan
pekerja industri dengan melakukan hirarki of control dalam abidin (2013) yaitu:
1. Subtitusi, yaitu proses mengganti dengan bahan/mesin/peralatan/proses lain yang
memiliki potensi bahaya yang rendah.
2. Rekayasa teknik atau yang biasa disebut Engineering control, yaitu mendesain ulang
suatu proses/peralatan/mesin yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu dengan
cara; kegiatan pemberian batas mendesain ulang menjadi proses semi tertutup atau
tertutup total, pemisahan lokasi proses yang berbahaya dari operator, penyediaan
ventilasi yang memadai dan sebagainya.
3. Tindakan Administrasi atau Admninistrative Control, yaitu merubah metode dengan
cara pembatasan ijin masuk dalam daerah berbahaya, pembatasan paparan kerja,
menjaga kebersihan atau kerapihan (housekeeping), penetapan prosedur kerja
penanganan bahan yang aman, melakukan inspeksi secara teratur, melakukan
pelatihan kerja bagi setiap karyawan dan sebagainya.
4. Alat Pelindung Diri (APD), yaitu merupakan cara terakhir yang efektif dalam
menghadapi bahaya dengan menggunakan alat pelindung diri seperti Ear plug/ear
muff,helmet,safety shoes,safety glasses,safety gloves, dan masker,
Upaya promotif adalah memasang peringatan pada bungkus rokok. Peringatan
untuk tidak merokok diberlakukan pada lingkungan-lingkungan tertentu, seperti
lingkungan sekolah, gedung pemerintah, fasilitas kesehatan, atau dalam penerbangan
tertentu. Mendirikan klinik berhenti merokok, seperti Yayasan Kanker Indonesia,
Yayasan Jantung Indonesia, dan lain-lain (Nururrahmah 2014).
Menurut mangkuprawira (2009), setiap upaya yang terkait dengan keselamatan
dan kesehatan kerja hanya akan berhasil jika kedua pihak yaitu perusahaan dan karyawan
melakukan kerjasama sinergis dan harmonis. Setiap pelaku harus bertekad dan
berdisiplin memperkecil terjadinya kecelakaan kerja. Perusahaan perlu memiliki tujuan
memerkecil kejadian kec` elakaan kerja sampai nol. Manfaat bagi kepentingan karyawan
berupa keselamatan dan kesehatan kerja yang maksimum dan begitu pula bagi
perusahaan berupa keuntungan maksimum. Untuk itu maka perusahaan hendaknya:
1. mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan pemerintah.
2. membuat prosedur dan manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan kerja.
3. memberikan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kerja pada karyawan.
4. menyediakan fasilitas keselamatan kerja yang optimum.
5. bertanggung jawab atas keselamatan kerja para karyawan.

KESIMPULAN

Industri rokok ialah suatu bangunan industri dimana pekerjanya mengolah atau
memproses daun daun tembakau , bunga cengkeh dan bumbu bumbu lain menjadi
suatu produk yang disebut rokok. Berdasarkan jenisnya rokok dibagi menjadi tiga,
yaitu; rokok putih, rokok krektek dan rokok klembak
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin
dan karbonmonoksida (CO).
Di dalam tembakau yang dibakar saat merokok, terdapat zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan. Zat tersebut dapat menyerang selaput halus pada saluran
pernafasan dan mengganggu peredaran darah. Zat-zat kimia pada rokok dapat
menyebabkan kanker dan menimbulkan gejala ketagihan pada si perokok. Merokok
dapat menyebabkan kematian, terutama bagi perokok berat.
Upaya pengendalian dengan melakukan hirarki of control dengan melakukan
subsitusi, rekayasa teknis, pengendalian administarsi dan penggunaan alat pelindung
diri. Upaya promotif lainnya adalah memasang peringatan pada bungkus rokok.
Peringatan untuk tidak merokok diberlakukan pada lingkungan-lingkungan tertentu.

REFERENSI

Alamsyah, R. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok


dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan Tahun 2007.
(Thesis). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Anonymous. (2013). Gejala Keracunan Rokok.
http://berhentimenghisaprokok.blogspot.co.id/2013/03/gejala-keracunan-rokok.html. [ 15
April 2017].
Kusuma, D. A, dkk. (2005). Studi Kadar Nikotin dan Tar Sembilan Merk Rokok
Kretek Filter yang Beredar di Wilayah Kabupaten Nganjuk. Jurnal Teknologi Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian, Unibraw Malang. Vol. 5. No. 3: 151 – 1.
Lestari, P. D, Dkk. (2015). Makalah Toksikologi rokok.
https://www.academia.edu/16271645/makalah_toksikologi_rokok. [14 April 2017]
Mangkuprawira, S. (2009), Pentingnya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
https://ronawajah.wordpress.com/2009/10/26/pentingnya-keselamatan-dan-kesehatan-kerja/.
[15 April 2017]
Mardjun, Y. 2012. Perbandingan Keadaan Tulang Alveolar Antara Perokok dan
Bukan Perokok. (Skripsi). Universitas Hasannudin. Makasar.
Nururrahmah. (2014). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan
Karakter Manusia. Universitas Cokroaminoto Palopo. Vol 01, No 1.
Norin, F. Dkk. (2012). Pengolahan Limbah Pada Industri Rokok. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik; Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon- Banten
Ramdini (2009). Analisa Kadar Nikotin Pada Tembakau Rokok Lintingan Dan
Karakteristik Masyarakat Penggunanya Di Jorong Limo Kampung Nagari Sungai Puar
Kecamatan Sungai Puar Sumatera Barat. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat;
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sari, M. S. (2014). Penyelesaian Dan Pemberian Ganti Kerugian Kepada Pekerja
Terhadap Penyakit Yang Timbul Akibat Kerja Di Pabrik Rokok Pt.Mitra Adi Jaya. (Skripsi).
Fakultas Hukum. Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Tanjungsari, W. (2009). Analisis Pengaruh Penetapan Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2003 Terhadap Permintaan Rokok Kretek Dan Tenaga Kerja Industri Rokok
Kretek Di Indonesia. (Skripsi). Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai