SKRIPSI
OLEH:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
2
OLEH:
(SUTIARNOTO SH,M.HUM)
NIP. 131 616 321
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
3
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
telah melimpahkan begitu banyak rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Salawat teriring salam atas Junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang kehidupannya menjadi suri tauladan bagi umat manusia
Batas Akibat Kebakaran Hutan : Suatu Perspektif dari Ekologi dan Hukum
persyaratan bagi penulis untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Penulis menyadari bahwa skiripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik
ditinjau dari rangkaian kalimat, nilai ilmiah serta pengungkapan pendapat Penulis.
pengetahuan Penulis. Karena itu Penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan
saran yang bersifat konstruktif guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., selaku Dekan Fakultas Hukum
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
4
2. Pembantu Dekan I, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.,M.H., Pembantu Dekan II,
yang telah memberikan perhatian, bimbingan dan saran kepada Penulis dalam
5. Bapak Dr. Jelly Leviza SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis,
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan telah sabar memberikan bimbingan,
saran dan motivasi serta nasehat kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
bangku perkuliahan.
memberikan bantuan dan pelayanan yang besar sekali artinya bagi penulis.
8. Secara khusus Penulis persembahkan untuk Ayahanda tercinta Asnil Anas dan
Ibunda tercinta Juita, yang telah dengan penuh kesabaran dan susah payah
9. Buat Kakanda yang tercinta Asvia Welly dan Ayeci Asnil SE, makasih ya kak
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
5
10. Buat Adinda tersayang, Ririt Foriantati, makasih ya Chink atas do’anya,
(cepat tamat ya jangan maen-maen kuliahnya biar jadi dokter gigi pribadi
ambo, hehehe).
11. Ucapan terima kasih teristimewa Penulis sampaikan untuk yang terkasih,
Andri Utama Siregar SH, yang telah dengan penuh kesetiaan menemani
Penulis dan memberikan kasih sayang yang luar biasa, dukungan penuh,
kapan kita kumpul berlapan lagi bez seeh klen pada sibuk semua. Buat sahabat
ku Sabtia SH, makasih ya wak atas pinjaman bukunya dan jalan-jalannya jadi
ga terlalu stress kali negerjain skripsinya hehehe dan teman-teman lain yang
tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis sangat berterima kasih dan kiranya
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan juga bagi perkembangan hukum dan perhatian terhadap lingkungan di tanah
air.
Hormat Penulis,
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
6
DAFTAR SKEMA
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
7
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar......................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 75
B. Saran ...................................................................................... 76
Daftar Pustaka 78
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu
hutan dan perlindungannya telah diatur dalam, UU No. 5 tahun 1990 tentang
keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup
merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro
mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Gangguan
1
“ Kebakaran hutan”, http://tumoutou.net/702_07134/71034_9.htm
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
10
asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas
negara.
Kebakaran hutan bukan lagi menjadi suatu kejadian yang asing bagi
negara kita. Hampir setiap musim kemarau di Indonesia pada beberapa dekade
terakhir ini sering mengalami kebakaran. Tentunya hal ini menimbulkan dampak
yang merugikan bukan hanya bagi warga setempat melainkan warga negara lain
beberapa wilayah di sumatera yaitu Jambi, Riau, dan Sumatera Barat banyak
kebakaran hutan yang cukup besar pernah terjadi di Kalimantan Timur pada
1982/1983, yang menghanguskan 3,5 juta hektar hutan yang merupakan rekor
terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang mencapai 2
juta hektar pada tahun 1963. Rekor kemudian dipecahkan kembali oleh kebakaran
di beberapa wilayah Indonesia pada 1997/1998 yang melalap 11,7 juta hektar
menunjukan bahwa kebakaran hutan yang terjadi tiap tahun sejak 1998 hingga
2002 tercatat sekitar antara 3000 hektar dan 515 ribu hektar. 2
Kebakaran lahan dan hutan yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia,
sekitarnya, namun juga sering kali menyebabkan pencemaran asap lintas batas
2
“Stop Ulangi Kesalahan dan Selesaikan Permasalahan Kebakaran Hutan”, Riau terkini, 2 Juli
2004.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
11
dan Singapura.
Asap dari kebakaran hutan dan lahan itu ternyata telah menurunkan
kualitas udara dan jarak pandang di region Sumatera dan Kalimantan, termasuk
konversi lahan, di mana penyiapan atau pembersihan atau pembukaan lahan oleh
karena dinilai sebagai paling murah. Kemudian, juga disebabkan penerapan teknik
babat bakar oleh petani tradisional ketika membuka atau membersihkan lahan
peladangan.
sengaja dan rambatan api di kawasan/lahan gambut dengan total luas hutan dan
lahan yang terbakar dalam kurun waktu 6 tahun terakhir mencapai 27,612 juta
Sumatera dan Kalimantan dipicu oleh: pembakaran lahan untuk perkebunan sawit
dan HTI oleh perusahaan dan proyek lahan sejuta hektar yang berbuntut ekspor
Dampak yang ditimbulkan dari kabut asap ini sangat besar dan meliputi
berbagai aspek kehidupan. Mulai dari sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Untuk itu perlu dilakukan penanganan yang lebih optimal agar bencana ini tidak
3
“Kasus Kebakaran Hutan, Kebutuhan akan Kebijakan yang Mengatur Tanggung Jawab
Perusahaan”, http://www.walhi.or.id/kampanye/bencana/bakarhutan.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
12
hutan saat sekarang ini sudah sampai pada tingkat pencemaran yang bersifat lintas
batas telah menjadi bagian utama dalam masalah lingkungan yang mampu
segala konsekuensinya pada prakteknya telah mulai disikapi secara serius oleh
semua komunitas dunia dalam setiap tingkatan baik itu bersifat lokal, nasional,
Hal ini disebabkan, asap yang ditimbulkan juga menyebar ke kawasan Asia
Tenggara. Paling parah adalah sepuluh tahun lalu sekitar tahun 1997-1998, dan
tahun 2006 lalu. Indonesia pun dianggap tidak mampu untuk berbuat apa-apa.
Memang untuk menjawab tantangan kebakaran hutan dan lahan yang berdampak
pada pencemaran asap lintas batas, yang juga mengakibatkan perubahan iklim
global serta keanekaragaman hayati, diperlukan usaha nyata dan bersama. Usaha
tersebut tidak dapat dilakukan oleh Indonesia sendiri, namun juga bersama
4
Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan: Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian
Pencemaran Udara Di Indonesia, Surabaya, Airlangga University Press, 2004, hlm.3
5
Ibid, hlm.1
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
13
pencemaran asap lintas batas sebagai topik bahasan dalam kerja sama ASEAN
(Association of South East Asian Nations) yaitu sejak tahun 1990 negara-negara
masalah kabut asap. Mulai dari pembentukan ASEAN Haze Technical Taks Force;
oleh negara-negara ASEAN pada bulan Juni 2002, dan telah berlaku sejak tanggal
25 November 2003.
Salah satu konsekuensi dari berlakunya AATHP adalah akan segera dibentuk
pemantauan, dan penanggulangan serta mitigasi kebakaran lahan dan hutan yang
6
Rencana Indonesia Menangani Kebakaran Hutan Dan Lahan., http://www.rsi.sg/
indonesian/wacanaindonesia/view/20070223211000/1/.html
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
14
B. Perumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang timbul sebagai batasan dalam penelitian ini,
yaitu :
2. Dalam konteks global, upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh
lintas batas ?
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
15
Indonesia.
2. Manfaat Praktis, yaitu sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak
D. Keaslian Penelitian
E. Metode Penelitian
metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
penelitian yuridis normatif ini dikenal juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal
is written in the books, maupun law as it is decided by the judge through judicial
process. 7
7
Lihat Jelly Leviza, Tanggung Jawab Hukum Bank Dunia dan IMF Atas Dampak Negatif
Kondisionalitas Pinjamannya di Negara-negara Berkembang, Disertasi Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, 2006, hlm. 11
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
16
adalah yang merujuk pada sumber yang telah disebutkan, yakni penelitian yang
pendekatannya tidak hanya dari segi hukum internasional namun juga dari segi
hukum nasional.
penggambaran fakta-fakta ini dianggap penting sebab ini merupakan bagian dari
terjadinya pencemaran udara yang bersifat lintas batas akibat kebakaran hutan di
Indonesia
Jika ditelaah lebih lanjut, maka dilihat dari ruang lingkup pembahasannya
bentuk yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian hukum positif.
Penelitian hukum positif, sesuai dengan ciri dari penelitian hukum normatif,
adalah penelitian yang memfokuskan diri pada norma hukumnya semata atau
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
17
dan informasi dari mana sumber data atau informasi itu diperoleh. Bahan-bahan
hukum primer diperoleh dari instansi atau badan yang berwenang untuk
F. Sistematika Penulisan
ini, maka penelitian ini dibagi ke dalam lima bab yang berhubungan erat satu
BAB I: Pendahuluan;
Sistematika Penulisan.
Hidup;
lintas batas.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
18
lintas batas.
BAB V: Penutup;
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
19
BAB II
LINGKUNGAN HIDUP
A. Pengertian Ekologi
Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain, antara
manusia dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan
sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan, antara hewan dengan
lain komponen ini bermacam-macam bentuk dan sifatnya. Begitu pula reaksi
Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli biologi
Jerman pada tahun 1869. Arti kata oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal,
dan logos bersifat telaah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah atau
8
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi Kedelapan Cetakan kedelapan
belas, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2005, hlm.1
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
20
”study of the total impact of man and other animals on the balance of nature”,
dan menurut Otto Soemarwoto defenisi ekologi adalah “ilmu tentang hubungan
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan, ilmu yang
hidup. 10 Ekologi atau ilmu yang mempelajari tata hubungan jasad-jasad hidup
terhubungan satu sama lain dalam posisi dan kondisi saling mempengaruhi.
1. Studi ekologi sosial, sebagai suatu ilmu terhadap relasi sosial yang berada di
tempat tertentu dan dalam waktu tertentu dan yang terjadinya oleh tenaga-
2. Studi ekologi manusia sebagai suatu studi tentang interaksi antara aktivitas
4. Studi ekologi fisis sebagai suatu studi tentang lingkungan hidup dan sumber
daya alamnya;
9
Syamsul Arifin, Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, Medan, Universitas
Sumatera Utara Press, 1993, hlm.52
10
Ibid, hlm.53
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
21
5. Studi ekologi biologis sebagai suatu studi tentang hubungan timbal balik
lingkungannya.
Hal yang paling penting dari ekologi ini ialah konsep ekosistem.
Ekosistem ialah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam sistem ini, semua komponen
bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen
hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi
arus materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen
komponen sistem. Setiap komponen sistem hanya dapat berfungsi dengan baik,
jika keseimbangan itu tidak terjadi secara drastis. Perubahan keseimbangan yang
bersifat mendadak, drastis dan tidak menentu akan mengacaukan fungsi setiap
komponen sistem. Hal ini juga berlaku bagi ekosistem. Makhluk hidup terutama
manusia hanya dapat hidup atau menjalankan fungsi dengan sebaik-baiknya jika
Ada dua bentuk ekosistem yang penting. Yang pertama adalah ekosistem
alamiah (natural ecosystem) dan yang kedua adalah ekosistem buatan (artificial
alamiah akan terdapat heterogenitas yang tinggi dari organisme hidup disana
11
Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,
Bandung, Penerbit Alumni, 1992, Hlm.3
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
22
tetap stabil, perlu diberikan bantuan energi dari luar yang juga harus diusahakan
kadang perubahan itu besar, kadang-kadang kecil. Perubahan itu dapat terjadi
proses alamiah seperti; letusan gunung, kebakaran hutan, dan lain-lain. Masalah
lingkungan yang kini dihadapi manusia adalah masalah yang timbul dari akibat
Manusia pada mulanya (yang masih primitif seperti pada zaman batu)
hidup dalam lingkungan yang alamiah, tidak banyak yang merombak alam atau
Makin banyak manusia merombak lingkungan atau sistem ekologis, makin timbul
12
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan,
Bandung, 1991, hlm. 20
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
23
konferensi sesudahnya.
merupakan bola raksasa yang disatukan oleh atsmosfer di udara, biosfer di daratan
dan hidrosfer di lautan. Dengan kondisi fisik bumi yang demikian telah
menyebabkan suatu peristiwa lingkungan yang terjadi pada satu negara akan
berdampak ke negara lain, bahkan juga pencemaran dapat terjadi melintasi batas-
batas benua.
membawa pengaruh terhadap kondisi lingkungan, akan tetapi lebih dari sekedar
dahulu akan diberikan pengertian dan batasan secara umum tentang pencemaran
13
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta, Sinar Grafika, 2005, hlm. 6
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
24
sedikitnya terdapat empat faktor kunci yang harus dibicarakan yang satu sama lain
dikatakan bahwa adanya “effects” ini merupakan inti atau sentral dari
Dengan timbulnya suatu dampak, maka baru diketahui bahwa suatu media
atau objek hayati maupun hayati lainnya telah mengalami pencemaran. Dampak
ini pulalah yang dapat dijadikan ukuran atas timbulnya berbagai kerusakan dan
kerugian yang dialami baik oleh manusia maupun terhadap harta kekayaan yang
dimilikinya. 15
terdapatnya “agent” yang terdiri dari berbagai bentuk zat dan senyawa,
14
Komponen “sources” sebagai mata rantai terjadinya pencemeran terhadap lingkungan sangat
terkait dengan ruang lingkup kegiatan manusia yang dapat meningkatkan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap lingkungan (detrimental of environment).
15
Lihat Arif, Pencemaran Transnasional Akibat Kebakaran Hutan Di Indonesia Dalam
Hubungannya Dengan Penerapan Prinsip Tanggung Jawab Negara (Studi Pada Kebakaran
Hutan di Sumatera dan Kalimantan. Tesis Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 2000,
hlm.35
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
25
pencemaran tersebut.
pencemaran jadi cemar (kotor, buruk), karena barang/sesuatu ini menjadi cemar
maka mutunya menjadi turun dan otomatis nilainya pun menjadi merosot. Apabila
proses ini berlangsung terus menerus akhirnya barang/sesuatu itu menjadi rusak
dan/atau hancur.
satu atau lebih pencemar yang masuk ke dalam udara atsmosfer yang terbuka,
yang dapat berbentuk sebagai debu, uap, gas, kabut, bau, asap, atau embun yang
berikut :
peruntukkannya.”
Pencemaran ini juga disebabkan zat pencemar berada pada tempat yang
salah, waktunya tidak tepat dan jumlahnya salah. Udara, air dan makanan dapat
mengandung benda asing sehingga pencemaran dalam arti ini dapat pula dianggap
sebagai upaya mengadakan value jugement tentang kualitas atau kuantitas dari
benda asing tersebut. Dalam pada itu, value judgement benda asing ini pun masih
biologi, zat kimia, panas yang berlebihan, suara yang melebihi ukuran
3. Dilihat dari sudut hubungan suatu zat pencemaran dengan salah satu
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
27
“ Haze pollution means smoke resulting from land and/or forest fire which
harm living resources and ecosystems and material property and impair
energi telah masuk ke dalam lingkungan dengan membawa akibat berbahaya bagi
menerangkan bahwa suatu pencemaran yang terjadi dalam suatu wilayah negara
akan tetapi dampak yang ditimbulkannya oleh karena faktor media atsmosfer atau
Atas dasar pengertian diatas, pencemaran lintas batas atau lazim pula
territory of one State and which has deleterious effects in the territory of
another State”.
18
Daud Silalahi, Hukum Lingkungan…,Op.Cit. , hlm. 156
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
28
or in part within the area under the national jurisdiction of one Member
State and which is transported into the area under the jurisdiction of
batas tersebut adalah pencemaran udara yang berasal baik seluruhnya atau
sebagian dari suatu negara yang menimbulkan dampak dalam suatu wilayah yang
Pengertian pencemaran lintas batas yang telah diuraikan diatas dapat juga
disimpulkan bahwa dalam pencemaran ini terdapat dua wilayah yang pada satu
disebut sebagai situated within the territory dan pada sisi yang lain terdapat
defenisi disebut sebagai which has deleterious effects in the territory of another
state. 19
19
Arif , Pencemaran Transnasional…, Op.Cit., hlm. 43
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
29
deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat
kebakaran hutan tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan
dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya
sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak
negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang
telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut juga
hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari
20
”Kebakaran Hutan”, dalam http://tumoutou.net/702_07134/71034_9.htm
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
30
dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak
yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap banyak aktivitas yang menuntut
manusia untuk berada di luar ruangan. Adanya gangguan asap akan mengurangi
intensitas dirinya untuk berada di luar ruangan. Ketebalan asap juga memaksa
hari.
manusia maka ia akan tetap menjadi spesies sebagaimana spesies yang lain.
Spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini berada di
ekosistem tersebut, dan dalam beberapa kasus spesies tersebut masuk dalam
komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama dengan merusak proses
21
“Kasus Kebakaran Hutan, Kebutuhan Akan Kebijakan yang Mengatur Tanggung Jawab
Perusahaan”, http://www.walhi.or.id/kampanye/bencana/bakarhutan/kebkr_hut_riau_mak_230403
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
31
d. Terganggunya kesehatan
terdiri dari gas maupun partikel-partikel. Komponen gas yang besar peranannya
mengganggu kesehatan adalah Karbon monoksida dan Aldehid. Selain itu, tercatat
akibat merugikan dari ozon, Nitrogen oksida, Karbon dioksida, dan Hidrokarbon.
Dalam kebakaran hutan, berbagai jenis zat dapat terbang jauh, dan dalam
transportasi ini dikonversikan menjadi gas lain seperti ozon, atau berubah menjadi
Pollution, komponen polutan utama biomassa adalah jenis bahan gas Inorganik
Partikel (contoh partikel “inhalable” (PM 10), partikel respirabel, partikel halus
Benzo(a)pyrene).
oksidasi dalam temperatur tinggi dari nitrogen udara, produk sekunder nitrogen
fregmentasi asap. Partikulat dalam asap kebakaran hutan punya peranan penting
2,5, PM 1,0 atau Total Suspended Particulate (TSP). Mengingat kebakaran hutan
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
32
ini berlangsung lama, maka dapat diperkirakan, betapa banyak komponen polutan
udaranya tinggi. Sebagai gambaran di Kalimantan dan Sumatera nilai ISPU rata-
rata melebihi 300 padahal batas normalnya di bawah 100 sehingga dampak
kesehatanya begitu terasa, terutama mereka yang rentan seperti anak-anak, para
Pontianak meningkat dari 1.286 kasus pada akhir Agustus 2006 menjadi 1.928
kasus mingguan ISPA antara 1.500 kasus hingga 2.000 kasus, lebih tinggi dari
kisaran normal yang banyaknya antara 1.000 kasus hingga 1.500 kasus. Beberapa
mata.
e. Produktivitas menurun
menerus dapat mengganggu produktivitas tanaman padi dan jagung. Dua jenis
tanaman ini paling rentan. Kalau cuaca sampai tertutup asap sehingga tanaman
22
“Bencana Kabut Asap”, dalam http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-
asap.html
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
33
tidak mendapat sinar matahari dalam jangka waktu lama, produksinya dapat
menurun. Pada saat tanaman akan berfotosintesis tentu memerlukan sinar mathari
yang cukup. Karena kabut yang tebak menyebabkan sinar matahari terhambat
juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang
ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api
telah mengepung dari segala penjuru. Belum ada penelitian yang mendalam
seberapa banyak spesies yang ikut terbakar dalam kebakaran hutan di Indonesia.
b. Ancaman erosi
hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena
menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi
menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir
pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat
tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju
tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika
23
Walhi….,Log.Cit.,.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
34
run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat terbakar sebagai pengikat akan
menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang pada akhirnya
catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu
ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Ketika
hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang dan
ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena
perkebunan dan kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang yang akan
perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi
yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang
dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di
atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada. Akibatnya adalah sungai
menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila ada hujan di atas
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
35
Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa spesies lainnya
h. Pemanasan global
sebuah malapetaka yang tidak hanya bersifat nasional saja akan tetapi sudah
bersifat regional bahkan global karena asap yang berasal dari kebakaran hutan
yaitu meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca secara global yang berakibat
pada peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan
Pemanasan global sangat erat kaitannya dengan iklim yang menjadi panas
secara perlahan tapi pasti dalam jangka waktu yang cukup panjang yang akan
merubah dunia umat manusia menjadi suatu daerah yang terlalu panas untuk
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
36
didiami atau untuk suatu kehidupan. Dalam kaitan tersebut, terkaitlah peran serta
dari suatu fenomena alam yang disebut dengan efek rumah kaca.
yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atsmosfer yang menyelimuti
bumi, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal
24
dengan Efek Rumah Kaca dan gas-gas yang berfungsi menyerap energi panas
matahari itu disebut dengan Gas Rumah Kaca. Peristiwa alam ini menyebabkan
bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada efek
rumah kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin 25.
Gas rumah kaca yang berfungsi sebagai perangkap energi panas matahari
tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi juga dapat timbul
akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang
mencapai atsmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai.
Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua yang timbul dari berbagai proses
alami seperti letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup
(seperti tumbuhan).
uap air dan karbondioksida, gas rumah kaca lainnya yaitu CH4 (metana), N2O
SF6 (sulfurheksaflourida).
Sedangkan gas rumah kaca akibat aktivitas manusia antara lain kegiatan
manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas,
perindustrian, Air Conditioner, komputer, memasak. Selain itu gas rumah kaca
juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian
dan peternakan.
disebabkan oleh aktivitas manusia salah satu contohnya pembakaran hutan secara
luas sehingga meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca secara global yang
global.
Perubahan iklim yang terjadi akibat dari pemanasan global akan membawa
model komputer dari temperatur, pola presipitasi dan sirkulasi atsmosfer untuk
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan dan tumbuhan serta
kesehatan manusia.
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
38
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah sub tropis,
bagian yang di tutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air laut. Tinggi muka laut di
seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm (4-10 inchi) selama abad ke-20, dan para
Lapisan ozon merupakan tameng yang melindungi bumi dari radiasi sinar
penyakit infeksi seperti menurunnya kekebalan tubuh, kanker kulit, katarak mata
dan juga kerusakan pada lingkungan hidup. Kerusakan itu, mulai dari putusnya
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
26
Josua P.Sibarani, “Selamatkan Lapisan Ozon Mulai dari Diri Sendiri”, Kompas, 27
Sepetember 2002, hlm.9.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
39
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian afrika
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global hewan cenderung untuk berimigrasi kearah kutub atau keatas
Dunia yang hangat ini, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak
orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit
yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk
dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat
penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, demam, dengue,
pemanasan global dan meningkatnya suhu bumi merupakan ancaman yang sangat
serius bagi keselamatan lingkungan hidup dan kehidupan manusia. Salah satu
dampak dari pemanasan global ini adalah penipisan lapisan ozon. Dimana lapisan
ozon ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam melindungi bumi dari radiasi
sinar ultra violet yang dipancarkan oleh matahari. Rusaknya lapisan ozon ini
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
40
udara disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran
hutan yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau
dibatalkan. Sering sekali terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat
karena tebalnya asap yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan
yang dipenuhi asap. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut
tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar
berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama Singapura, Brunai
pengetahuan tentang ekosistem yang rumit belum berkembang dengan baik dan
negara tetangga.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
41
Terganggunya kesehatan
Produktivitas menurun
Pemanasan global
DAMPAK TERHADAP
PERHUBUNGAN DAN
PARIWISATA
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
42
BAB III
bersifat timbal balik, yaitu dalam arti, bahwa dalam suatu peristiwa sebuah negara
batas. 27
kepentingan bersama yang dapat diwujudkan jika terdapat kerjasama antar negara
dalam lingkup global maupun regional. Pentingnya kerjasama antar negara dalam
sustainable development”.
dimaksud dari sudut pandang hukum yang lebih ditujukan kepada wujud-wujud
27
“Aspek-aspek Hukum Internasional Kebakaran Hutan” Jurnal Hukum Lingkungan Tahun V
No. 1 Agustus 1999, hlm. 84
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
43
konvensi, deklarasi, protokol, dan masih banyak lagi yang dapat dikelompokkan
wilayah tetapi didalam hal pengelolaan dari lingkungan suatu wilayah negara
28
Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Lingkungan Internasional Perspektif Bisnis Internasional,
Bandung, Refika Aditama, 2002, hal 71
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
44
Deklarasi Stockholm 1972 mengakui hak dasar manusia sebagai hak setiap
orang untuk dapat hidup dalam suatu lingkungan yang baik dan sehat. Dengan
manusia sedemikian rupa sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan
antara lain kewajiban suatu negara untuk mengambil tindakan guna mencegah
kebakaran hutan.
lingkungan, baik itu lingkungn laut, udara maupun darat, maka negara-negara
bersifat lintas batas maka selain negara tersebut bertanggung jawab akan tetapi
hutan dikarenakan isu masalah ini bersifat global dengan sendirinya untuk
menaggulangi masalah ini harus ditangani secara global juga atau dibutuhkan
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
45
atau ekosistem dari hutan itu sendiri padahal dari Deklarasi Stokcholm sudah jelas
kerusakan tersebut merugikan negara lain atau yang telah bersifat lintas batas
Humankind).
Concern of Humankind).
Equity).
Differentiated Responsibilities)
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
46
Environmental Impacts).
12. Prinsip bertetangga yang baik dan kewajiban untuk kerjasama (Good
Harms).
15. Prinsip hak yang sama atas akses keadilan (Equal Right of Access to
Justice).
16. Prinsip pencemar dan penggunaan yang membayar (The Polluter and
dikawasan Eropa Barat dan Timur, serta Amerika Utara untuk mengatasi masalah
pencemaran udara lintas batas dan hujan asam (acid rain) 29, yaitu dengan
menyepakati dan mengikatkan diri pada The Geneva Convention on the Long-
29
Acid rain atau hujan asam merupakan raksi antara gas SO dengan uap air yang terdapat di
udara akan membentuk asam sulfite dan asam sulfat turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya
hujan. Hujan asam sangat merugikan karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah.
Pada beberapa negra industri, hujan asam sudah menjadi peersoalan yang sangat serius karena
sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan mengakibatkan
lingkungan menjadi semakin parah. Dapat dilihat dalam Wisnu Arya Wardhana, Dampak
Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta, 2001, hlm. 49
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
47
” The Contracting Parties, taking due account of the facts and problems
involved, are determined to protect man and his environment against air
pollution”
pencemar udara, sebagai program pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan
pengendalian udara.
pada masalah pencemaran udara lintas batas yang bersumber dari kegiatan
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
48
Pada tahun 1985, kebakaran hutan sudah mendapat perhatian dari ASEAN
ASEAN dalam bidang konservasi alam dan sumber daya alam pada umumnya,
mencegah kebakaran hutan, sebagaimana tercermin dalam Artikel 6 ayat (1) dan
(2).
kampanye anti kayu tropis. Resolusi Singapore 1992 juga secara tegas membahas
pelaksanaan program khusus, yaitu antara lain, berkaitan dengan masalah asap
pertemuan lagi pada tanggal 26 April 1994 yang menghasilkan Resolusi Bandar
Seri Begawan tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Resolusi ini, antara
30
Walhi., “Kasus Kebakaran Hutan, Kebutuhan Akan Kebijakan yang Mengatur Tanggung
Jawab Perusahaan”, http://www.walhi.or.id/kampanye/bencana/bakarhutan/ kebkr_hut_riau_mak_
230403
31
Pada waktu Asean Cooperation Plan on Transboundary Pollution disepakati pada Juni 1995
di kuala lumpur, Vietnam, Myanmar dan Laos belum menjadi anggota ASEAN.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
49
ganda, yakni dapat digunakan dalam arti luas dan dalam arti sempit. 33 Organisasi
batas negara, baik yang bersifat publik maupun privat. Sedangkan organisasi
32
Lihat Asean Cooperation Plan on Transboundary Pollution, ASEAN Secretariat, November
1995.
33
Hasnil Basri Siregar, 1998, Perkembangan Hukum Organisasi Internasional, Kelompok
Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, hlm. 4
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
50
dalam hubungan internasional. Isu lingkungan telah bergeser dari isu pinggiran
persoalan ini merupakan faktor yang memiliki dampak luas di berbagai segi
kehidupan. Dewasa ini orang tidak ragu lagi menjadikan lingkungan sebagai salah
ASEAN. 35
34
Lihat Arif, Pencemaran Transnasional Akibat Kebakaran Hutan Di Indonesia Dalam
Hubungannya Dengan Penerapan Prinsip Tanggung Jawab Negara (Studi Pada Kebakaran
Hutan di Sumatera dan Kalimantan. Tesis Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, 2000,
hlm. 58
35
Bambang Cipto, 2006, Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta, hlm.243
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
51
lingkungan hidup ASEAN ini, disebutkan dasar dari pentingnya arti lingkungan
of its natural resources so that it can continued development with the aim
of eradicating poverty and attaining the highest possible quality of life for
pada tahun 1985, yaitu melalui ASEAN ACNN yang tercermin dalam pasal 6 ayat
(1) dan (2). Kemudian keteguhan sikap dan keinginan yang kuat dari negara-
Resolusi Bandar Seri Begawan tahun 1994 dan ASEAN CPTP tahun 1995.
Dalam Bandar Sri Begawan ini juga ditetapkan bahwa pada tahun 1995
dan sungai dengan pencapaian hasil yang dikehendaki pada tahun 2010.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
52
yaitu strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. 36 Strategi jangka pendek
masyarakat lokal ;
panas ;
36
Jurnal hukum lingkungan, Log.Cit.,
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
53
sebagai berikut :
teknik-teknik sampling ;
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
54
kebakaran hutan ;
Subcommitte on forest.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
55
kebakaran yang terbilang jauh, juga masih ditambah lagi dengan masalah-masalah
lintas batas dan berbagai prosedur lintas jurisdiksi yang terkadang membutuhkan
dengan Indonesia, sehingga dalam masalah ini Malaysia dan Singapura menerima
secara langsung dan merasa dirugikan oleh bencana kabut asap yang berdampak
karena itu fenomena kabut asap dapat dikategorikan sebagai bentuk ancaman yang
bersifat subjektif, lain halnya jika negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak
diuraikan pada bagian terdahulu telah begitu memberikan tekanan yang berat bagi
masyarakat yang wilayahnya dapat dijangkau oleh terpaan asap kabut kebakaran
Asia Tenggara telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk, namun upaya
akumulasi asap semakin hari semakin pekat dan benar-benar merusak berbagai
ada.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
56
ini lebih disebabkan oleh faktor alam, ekonomi dan budaya masyarakat serta
tersebut. Tetapi bagi Malaysia dan Singapura, hal ini dianggap sebagai sesuatu
yang serius, dimana masyarakat Malaysia dan Singapura merasa dirugikan karena
Indonesia.
udara yang mereka hirup tercemari oleh kabut asap dan bahkan mengakibatkan
kematian bagi masyarakat Malaysia. Dalam beberapa kasus Indeks Polusi Udara
(air pollution index/API) Kamis, 11 Agustus 2005 mencapai 529 di Port Klang,
pusat perkapalan penting di Malaysia, dan 531 di Kuala Selangor. Tingkat API
berada di atas 300 dapat dikategorikan berbahaya sementara 500 dapat memicu
keadaan darurat. Jumat, 12 Agustus 2005 kabut asap agak bersih di pantai barat,
akibat kabut asap yang terjadi pada tahun 2006 lebih buruk untuk kesehatan
manusia dibandingkan akibat kabut asap pada tahun 1997. Kualitas udara yang
37
”Dampak Kebakaran Hutan”, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/13/0102.htm
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
57
daerah sekitar Kuala Lumpur, setelah kabut asap tebal menyelimuti kawasan itu.
kerugian 1,4 milyar dolar AS, khususnya biaya terhadap kesehatan jangka pendek.
Lebih dari 40.000 orang dirawat karena penyakit pernafasan. Dampak kesehatan
jangka panjang terhadap anak-anak dan orang dewasa sedang dihitung. ADB
memperkirakan 757 juta ton CO2 dihasilkan oleh pembakaran hutan antara 1997-
1998. jumlah biaya atas kandungan karbon di atmosfer (berdasarkan 7 US$ per
yang terancam oleh kabut asap. Aktivitas individu dan masyarakat Malaysia tidak
bagaimana besarnya dampak dari kabut asap yang mengancam aktivitas ekonomi
pelabuhan dan banda udara di Malaysia , Indonesia dan Singapura terganggu dan
Centre, kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997-
Kabut asap juga mengakibatkan banyaknya para investor asing takut untuk
asap mengakibatkan banyaknya biaya dan resiko yang harus mereka tanggung.
dari degradasi dan deforestasi hutan di Indonesia berkisar antara 1,62-2,7 miliar
dollar AS. 41 Dan jumlah ini bisa lebih tinggi jika dihitung hilangnya flasma
antara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Hubungan yang terjadi akibat kabut
asap bisa saja menghasilkan sebuah bentuk kerjasama dan bahkan terjadinya
perselisihan di antara negara-negara yang menderita akibat kabut asap. Kabut asap
yang melanda Malaysia dan kawasan Asia Tenggara lainnya telah mengakibatkan
kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur. Partai itu mengatakan kabut asap ini
40
“Dampak Bakar Hutan”, http://app.mfa.gov.sg/2006/press/view_press.asp?post_id=1887
41
”Kebakaran Hutan dan Pengaruhnya”, dalam http://www.haze-onlineor.id/news.php/ID=
0030702100607 . htm
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
59
merupakan ancaman bagi ekonomi dan kesehatan jutaan warga Malaysia. Mereka
Tindakan yang dilakukan oleh Partai oposisi Malaysia diatas secara tidak
mendesak Indonesia untuk segera mengatasi kebakaran hutan agar kabut asap agar
Malaysia tidak menerima dampak dari kabut asap. Untuk menyelesaikan masalah
tingkat dunia. Singapura mengangkat isu kabut asap Indonesia dalam Sidang
Umum PBB pada tanggal 20 Oktober 2006. Hal ini mendapat protes dari
dibawanya kasus asap ke meja dewan PBB berarti telah mendatangkan preseden
negara yang mersa dirugikan terhadap Indonesia mendapat tanggapan yang serius
terutama oleh pejabat yang berkaitan dengan bidang tugasnya. Tidak saja hanya
sebatas itu, di Indonesia juga beredar berita-berita yang menyatakan bahwa pihak
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
60
Malaysia dan Singapura akan menuntut Indonesia secara hukum atas semua
kerugian yang mereka derita sebagai akibat dari asap yang terjadi dari kebakaran
Protes yang diajukan oleh negara Malaysia dan Singapura sangat beralasan
karena akibat pencemaran lintas batas akibat kebakaran hutan sangat merugikan
negara-negara yang menjadi korban kabut asap tersebut baik itu dari segi materi
42
Arif, Pencemaran Transnasional….,Op.Cit. hlm.13
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
61
BAB IV
Internasional
dalam hubungan antar negara sudah dilarang dan oleh karena itu sengketa-
menyelesaikan sengketa secara damai ini pada mulanya dicantumkan dalam Pasal
lingkungan internasional adalah sengketa antara dua negara, atau antara suatu
negara (atau pemerintahnya) dan suatu ‘entitas bukan negara’ seperti perusahaan
43
Boer Mauna, Hukum Internasional Perngertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Bandung, Alumni, 2001, hlm.186
44
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 2004,
hlm.15-18
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
62
pokok sengketa;
prosedur penyelesaian tertentu. Hal ini juga ditegaskan oleh pasal 33 Piagam PBB
bisa dilakukan dilakukan dengan cara litigasi atau dengan cara non litigasi.
1. Negosiasi (Negotiation)
duta-duta besar atau wakil-wakil yang ditugaskan khusus untuk berunding dalam
45
Boer Mauna, Op.Cit., hlm. 221
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
63
ataupun multilateral. Tujuan perundingan tidak harus selalu dan secara khusus
dapat menghasilkan suatu pengaturan baru akan dapat mencegah atau meredakan
kasus jatuhnya satelit bertenaga nuklir, Cosmos-954 milik Uni Soviet, di Kanada.
Cosmos-954 merupakan salah satu satelit bertenaga nuklir milik Uni Soviet, yang
diluncurkan pada tanggal 18 September 1957. Satelit ini dilengkapi reaktor nuklir
Persoalan lain yang juga sangat rumit adalah masalah penanganan radiasi.
Pemerintah Kanada, dengan bantuan tenaga ahli dari Uni Soviet dan Amerika
Serikat, membutuhkan waktu tidak kurang dari delapan bulan, dengan faktor
kesulitan yang sangat tinggi. Musim dingin yang telah berlangsung, dengan suhu
udara -40 sampai -100 derajat Celcius, mengakibatkan pembekuan danau dan
sebagian besar lahan tertutupi salju, sehingga menimbulkan hambatan besar dalam
46
Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Lingkungan Internasional Perspektif Bisnis Internasional,
Bandung, Refika Aditama, 2002, hlm.50
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
64
sengketa. Prinsip yang digunakan dari kasus ini adalah Liability principle.
Jasa-jasa baik berarti suatu intervensi suatu negara ketiga yang merasa
dirinya wajar untuk membantu penyelesaian sengketa yang terjadi antara dua
negara. Dalam hal ini, negara ketiga menawarkan jasa-jasa baiknya. Prosedur
jasa-jasa baik ini dapat diminta oleh salah satu dari kedua negara yang
bersengketa atau oleh kedua-duanya. Intervensi dalam bentuk jasa-jasa baik ini
adalah campur tangan yang sangat sederhana dari negara ketiga karena negara
lain atau mengadakan hubungan kembali bila hubungan tersebut telah terputus.
bertemu satu sama lain dan merundingkan sengketanya. Bila pihak-pihak yang
bersengketa telah setuju untuk saling bertemu, berakhir pulalah misi negara yang
3. Mediasi (Mediation)
bantuan pihak ketiga netral guna mencari bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat
disepakati oleh para pihak. Mediasi merupakan campur tangan yang lebih nyata.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
65
prosedural kepada para pihak yang bersengketa. Seperti halnya dengan prosedur
jasa-jasa baik, mediasi dapat ditawarkan atau diminta oleh negara-negara yang
bersengketa.
Angket juga merupakan cara penyelesaian sengketa antar negara yang non
penyebab dari suatu sengketa, keadaan diwaktu terjadinya sengketa dan jenis dari
sengketa yang terjadi. Seperti prosedur jasa-jasa baik dan mediasi, angket juga
keputusannya.
Sistem angket ini juga bertujuan untuk memberikan dasar yang kuat bagi
jalannya suatu perundingan. Agar perundingan mempunyai dasar yang kuat tentu
Data-data ini bisa saja diperoleh langsung dari negara-negara yang bersengketa
tetapi versinya tentu saling berbeda. Oleh karena itu pengumpulan dan analisa
fakta-fakta yang menjadi penyebab sengketa lebih tepat diberikan kepada suatu
komisi internasional yang akan berusaha mencapai suatu versi tunggal dari
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
66
sengketa yang terjadi. Selanjutnya laporan dari komisi angket tidak mempunyai
membatasi diri pada pembuatan fakta-fakta dan sama sekali tidak membuat
konklusi walaupun dari fakta-fakta yang diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan.
5. Konsiliasi (Konsiliation)
internasional oleh suatu organ yang telah dibentuk sebelumnya atau dibentuk
masalah yang dipersengketakan. Dalam hal ini organ tersebut mengajukan usul-
saja bertugas mempelajari fakta-fakta akan tetapi juga harus mempelajari sengketa
6. Arbitrase
internasional yang dirumuskan dalam suatu keputusan oleh arbitrators yang dipilih
sifat mengikat keputusan yang akan diambil. Arbitrase dapat dikatakan bentuk
mengikat.
negosiasi, mediasi dan arbitrase adalah kasus Trail Smelter (Trail Smelter Case)
pada tahun 1938 yaitu antara Amerika Serikat dengan Kanada yang bermula dari
kasus pencemaran udara yang diakibatkan oleh sebuah perusahaan pupuk milik
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
67
warga negara Kanada yang dioperasikan di dalam wilayah Kanada, dekat sungai
sulfur dioksida, menyebarkan bau logam dan seng yang sangat menyegat. Emisi
tersebut, karena terbawa angin, bergerak kearah wilayah Amerika Serikat melalui
tanah, air dan udara, kesehatan serta berbagai kepentingan penduduk Washington
lainnya.
kasus itu melalui International Joint Commision, suatu badan administratif yang
rugi sebesar 78.000 dolar Amerika Serikat dan mewajibkan Kanada untuk
mencegah kerugian yang mungkin timbul pada masa-masa selanjutnya (to prevent
the future damage), menurunkan emisi sampai tingkat tidak melampui ambang
arbitrase adalah Kasus Lake Lanoux (Lake Lanoux Case) pada tahun 1957 antara
Prancis dan Spanyol. Arbitrase yang dibbentuk untuk menyelesaikan sengketa itu
menggunakan asas good faith (itikad baik). Dalam prespektif good faith, setiap
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
68
bagi dirinya. Apa yang bermanfaat dan baik bagi dirinya, hendaknya juga
dirasakan sama oleh negara lain, dan apa yang dirasakan merugikan oleh negara
lain hendaknya juga dirasa merugikan oleh pelaku kegiatan. 47 Dengan demikian ,
dirinya dan merugikan negara lain. Atau, setiap negara hendaknya hanya
ini. Kasus Gut Dam (Gut Dam Case) 1969 merupakan kasus meluapnya air Dam
Gut, milik Kanada, yang terletak pada bagian dari di sepanjang sungai St.
merugikan warga negara Amerika Serikat yang tinggal di sekitar sungai St.
47
Ibid., hlm. 48
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
69
bersengketa.
Internasional adalah kasus Corfu Channel. Kasus Terusan Korfu (Corfu Channel
Case) 1949 antara Inggris dengan Albania sesungguhnya bukan merupakan kasus
internasional.
Negosiasi
Jasa-jasa baik
Mediasi
BENTUK-BENTUK Angket
PENYELESAIAN
SENGKETA
INTERNASIONAL Konsiliasi
Arbitrase
Pengadilan
Internasional
bersifat lintas batas negara (transboundary pollution). Disamping itu terdapat juga
beberapa kasus yang memiliki sifat yang sangat berbeda, yaitu bersifat di luar
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
70
pencemaran yang bersumber pada kegiatan yang dilakukan di luar wilayah negara
tertentu dan kedua, dilakukan diluar wilayah negara dengan dampak langsung
payung untuk lingkungan baru tercipta setelah lewat sepuluh tahun, yaitu tahun
Lingkungan Hidup. 48
pengaruhi lingkungan global maka dalam pengelolaan lingkungan hidup pun tidak
bahkan dalam penyelesaian sengketa lingkungan pun tidak jauh berbeda dari
48
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
hlm.30
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
71
sengketa menurut pasal 30 ayat (1) ini sesuai dengan pasal 33 Piagam PBB
Sebagaimana diatur dalam pasal 31, 32 dan 33 UUPLH. Dalam hal ini
dapat dipergunakan jasa baik pihak ketiga, baik yang tidak memiliki kewenangan
hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.
oleh pengadilan yang dapat memakan waktu yang cukup lama. Kemudian dengan
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
72
bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan tertentu guna menjamin tidak
gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya tersebut dinyatakan
Pihak ketiga netral ini berfungsi sebagai pihak yang memfasilitasi para para
netral ini harus disetujui oleh para pihak yang bersengketa, tidak memiliki
hubungan keluarga dan/atau hubungan kerja dengan salah satu pihak yang
hasilnya.
berfungsi sebagai arbiter dan semua putusan arbitrase ini bersifat tetap dan
49
Penjelasan dari Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
73
profesionalisme.
melalui jalur pengadilan menurut UUPLH. Dalam bidang keperdataan akan terkait
50
Kosnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta , 2002 , Hal. 403
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
74
dengan masalah ganti kerugian dan tanggung jawab perdata. Sedangkan dalam
Dari pasal ini merupakan realisasi asas yang ada dalam hukum lingkungan
hidup yang disebut asas pencemar membayar. Selain diharuskan membayar ganti
rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula dibebani oleh hakim
1). Memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai
lingkungan hidup. Dengan adanya ketentuan ini, maka penanggung jawab usaha
51
Suhaidi, Perlindungan TerhadapLlingkungan Laut dari Pencemaran yang Bersumber dari
Kapal: Konsekwensi Penerapan Hak Pelayaran Internasional Melalui Peraiaran Indonesia.
Jakarta, Pustaka Bangsa Press, 2004, hlm. 262
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
75
(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawab secara mutlak
atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi
secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud dari ayat (1) jika
yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan di bawah ini :
a. adanya bencana alam atau peperangan; atau
b. adannya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau
c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
(3) Dalam hal terjadi yang disebabkan oleh pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, pihak ketiga bertanggung jawab
membayar ganti rugi
jawab secara mutlak atau strict liability, yakni unsur kesalahan tidak perlu
melanggar hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat
dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini
Dengan adanya ketentuan tentang gugatan perwakilan ini, maka yang dapat
mewakili masyarakat dalam jumlah besar ( class members) adalah kelompok kecil
(class representatives ) di dalam kelompok besar itu, bukan pihak luar. Gugatan
perwakilan ini dimana suatu kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
76
Manfaat ekonomis ini juga ada pada diri tergugat, sebab dengan gugatan
masyarakat korban.
Terlebih lagi apabila biaya gugatan yang kelak akan dikeluarkan tidak sebanding
kendala yang bersifat ekonomis ini dapat teratasi dengan cara para korban
menggabungkan diri bersama dengan class members lainnya dalam satu gugatan.
akses yang lebih luas pada pencari keadilan ntuk mengajukan gugatan dengan cara
52
Ibid, hlm. 428
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
77
masyarakat luas.
berupa tuntutan membayar ganti rugi, melainkan hanya terbatas gugatan lain yang
lingkungan hidup;
tersebut harus berbentuk badan hukum atau yayasan, dalam anggaran dasar
fungsi lingkungan hidup dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran
hidup diakui memiliki ius standi untuk mengajukan gugatan atas nama lingkungan
hidup ke pengadilan, baik peradilan umum ataupun peradilan tata usaha negara,
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
78
LSM lingkungan.
adalah kasus pencemaran sungai belumai. Dari kasus ini masyarakat menuntut
berbau, keruh dan warnanya berubah menjadi antara coklat, hitam kekuning-
gatal), dan ikan-ikan biasanya terdapat disungai banyak yang mati. Hal ini sangat
tetapi putusan dari pengadilan bahwa pabrik-pabrik tersebut tidak bersalah karena
perusahaan tersebut telah memiliki UPL, alat bukti yang diajukan penelitiannya
tidak dilakukan secara seksama, teliti, dan tidak dilakukan oleh yang berwenang
dan air sungai belumai belum tercemar, masih dapat dipergunakan sesuai
peruntukkannya.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
79
hutan dengan negara yang menderita akibat dampak dari kebakaran hutan dan
belum ada dasar hukum internasional yang kuat dan khusus mengatur tentang
tetap bertanggung jawab terhadap kebakaran hutan yang terjadi di dalam wilayah
tanggung jawab negara dapat dilihat dari di kawasan lain seperti Eropa dan
kehidupan seperti sungai, danau dan lain sebagainya selalu di wujudkan dalam
Dengan demikian apabila salah satu tidak memenuhi apa yang tertuang dalam
kesepakatan, maka pihak lainnya dapat meminta pertanggung jawab hukum atas
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
80
hubungannya dengan pencemaran lintas batas sebagai akibat dari aktivitas negara
diwilayahnya yang berdampak terhadap negara lain yaitu terdapat dalam ASEAN
1985.
meletakkan dasar bagi diterapkannya prinsip tanggung jawab negara dalam upaya
eksploitasi sumber daya alam dalam wilayah nasional suatu negara tetapi
prinsip tanggung jawab negara itu pada saat mengatur masalah dampak
berkaitan dengan dengan kebakaran hutan yang trjadi di suatu negara yang berasal
dari negara lain maka negara korban berhak meminta agar hal-hal yang
dihentikan dan atau ditanggulangi dalam waktu yang wajar sesuai dengan kondisi
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
81
korban dapat juga menuntut kembali jika upaya-upaya yang dilakukan oleh negara
termuat dalam the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) yang
langsung.
apabila sengketa tetap lahir dan tidak mungkin di cegah maka para pihak wajib
sengketa masih dimungkinkan dilakukan oleh the High Council (pasala 14 TAC).
The Council terdiri dari setiap negara anggota ASEAN. Apabila sengketa timbul
sengketanya. The High Council juga diberi wewenang untuk memberikan jasa
53
Huala Adolf, Op.Cit, hlm1.29-131
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
82
untuk menempuh cara atau metode penyelesaian sengketa lainnya yang para pihak
sepakati sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB (Pasal 17
TAC). Dalam praktek, para pihak yang bersengketa lebih cenderung untuk
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
83
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kegiatan manusia itu sendiri. Dalam hal ini, bukan berarti manusia harus
yang dapat diwujudkan jika terdapat kerjasama antar negara dalam lingkup
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
84
lintas batas. Hal ini sesuai dengan artikel 33 Piagam Perserikatan Bangsa-
B. SARAN
dari saya untuk mengemukakan beberapa saran yang terkait dengan permasalahan
undangan.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
85
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
86
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Grafika, 2004.
Yogyakarta, 2006.
Bandung, 1985.
2005
Leviza, Jelly, Tanggung Jawab Hukum Bank Dunia dan IMF Atas Dampak
Mauna, Boer, Hukum Internasional, Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
87
1998.
Jakarta, 1995
2004.
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
88
Yogyakarta, 2001.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Kehutanan.
ARTIKEL/WEBSITE :
http://app.mfa.gov.sg/2006/press/view_press.asp?post_id=1887
http://www.adb.org/Documents/Books/AEO/2001/aeo2010.asp
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/13/0102.htm
lagi.htm
http://www.cdm.or.id/id?q=kyoto
http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009
89
http://www.walhi.or.id/kampanye/bencana/bakarhutan/kebkr_hut_riau_mak_2304
03
http://www.rsi.sg/ indonesian/wacanaindonesia/view/20070223211000/1/.html
http://tumoutou.net/702_07134/71034_9.htm
Sri Azora Kumala Sari : Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan
Hukum Lingkungan Internasional, 2008.
USU Repository © 2009