Anda di halaman 1dari 42

USULAN PENELITAN

NEGOSIASI LURING & DARING

Strategi Negosiasi Kementerian Ketenagakerjaan Dengan Asosiasi


Pengusaha Tentang Implementasi Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

DOSEN PEMBIMBING :

Gadis Octory, SIKom, MIKom NIDN : 0314108803

ANGGOTA MAHASISWA :
Kelompok 6:
Ginanjar Dwi Nugroho NIM (44522010056)
Chantika Azzahra Ananda NIM (44522010054)
Luthfi Rakha Putra NIM (44522010047)
Nazira Humaida NIM (44522010049)
Paras Nillya Shiyami NIM (44522010053)

BIDANG ILMU DIGITAL KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
2023
ABSTRAK/RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendalami strategi negosiasi yang diterapkan oleh
Kementerian Ketenagakerjaan dalam kerangka implementasi kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dengan mengadopsi paradigma
konstruktivis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi interpretatif atau grounded theory. Fokus utama adalah memahami
makna bersama dan interpretasi individu terkait kebijakan K3 dan strategi negosiasi
di antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha. Melalui
pendekatan ini, penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam
tentang dinamika proses negosiasi, memperoleh wawasan konstruktif tentang
interpretasi berbagai pihak, dan memberikan kontribusi pada pengembangan
kebijakan K3 yang lebih efektif. Luaran penelitian melibatkan rekomendasi untuk
meningkatkan efektivitas strategi negosiasi, kontribusi pada literatur akademis,
perubahan positif dalam hubungan antara Kementerian Ketenagakerjaan dan
Asosiasi Pengusaha, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang kebijakan K3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi pemahaman yang
lebih baik tentang implementasi kebijakan K3 dan strategi negosiasi di tingkat
nasional, regional, dan organisasional.

Kata Kunci : Strategi Negosiasi, Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK/RINGKASAN ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................iii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................................iv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 4
2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 9
2.2.1 Paradigma Konstruktivis ..................................................................... 9
2.2.2 Strategi Negosiasi ................................................................................ 11
2.2.3 Kementerian Ketenagakerjaan ......................................................... 12
2.2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .......................................... 13
2.2.5 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ....................... 14
2.2.6 Strategi Negosiasi Terkait Kebijakan K3 ......................................... 15
2.3 Kerangka Teoritis ............................................................................................ 16
2.4 Rencana Target Luaran .................................................................................. 17
BAB III............................................................................................................................. 19
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 19
3.1 Paradigma Penelitian ...................................................................................... 19
3.2 Metode Penelitian ............................................................................................ 19
3.3 Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 20
3.4 Luaran Penelitian ............................................................................................ 21
3.5 Indikator Capaian Penelitian ......................................................................... 22
BAB IV ............................................................................................................................. 25
JADWAL PENELITIAN & HASIL WAWANCARA ................................................... 25

ii
4.1 Waktu dan Tempat .......................................................................................... 25
4.2 Hasil Wawancara ............................................................................................. 25
4.3 Dokumentasi Wawancara ............................................................................... 31
BAB V .............................................................................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 32
5.2 Saran ................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 33

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 4


Tabel 4.1 Tabel Rencana Kegiatan Penelitian ...................................................... 22

iii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teoritis ............................................................................... 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) telah menjadi perhatian
utama di lingkup dunia kerja sebagai tanggung jawab bersama antara
pemerintah, perusahaan, dan pekerja. Perubahan dinamis dalam lingkungan
kerja, teknologi, dan tuntutan pasar memerlukan adopsi kebijakan K3 yang
adaptif dan efektif. Implementasi kebijakan ini tidak hanya melibatkan
penerapan standar dan prosedur, tetapi juga melibatkan proses negosiasi
yang rumit antara regulator, seperti Kementerian Ketenagakerjaan, dan
perusahaan yang diwakili oleh Asosiasi Pengusaha.
Proyek konstruksi tidak lepas dari keselamatan dan kesehatan kerja
yang bisa menunjang suatu pekerja bisa menyelesaikan pekerjaan. Serta
lingkungan kerja yang mendukung suatu pekerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan kerja bisa mempengaruhi produktivitas
kerja di suatu proyek konstruksi. (Arifin, A. Z., & Harianto, D. F, 2020)
Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian terhadap faktor-faktor
keselamatan dan kesehatan kerja telah meningkat secara signifikan sebagai
respons terhadap meningkatnya kompleksitas pekerjaan dan risiko-risiko
terkait. Penerapan kebijakan K3 tidak hanya berdampak pada keberlanjutan
operasional perusahaan, tetapi juga pada kesejahteraan dan produktivitas
tenaga kerja. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam
bagaimana negosiasi antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi
Pengusaha memainkan peran kunci dalam mengarahkan arah kebijakan ini.
Kementerian Ketenagakerjaan, sebagai badan pemerintah yang
bertanggung jawab atas regulasi ketenagakerjaan, memiliki tanggung jawab
untuk memastikan kepatuhan perusahaan terhadap standar K3 yang
ditetapkan. Sebagai kontrast, Asosiasi Pengusaha bertindak sebagai suara
kolektif perusahaan-perusahaan untuk memastikan bahwa kebijakan yang
dihasilkan tidak hanya mematuhi persyaratan hukum, tetapi juga
mempertimbangkan faktor-faktor seperti efisiensi operasional dan
keberlanjutan bisnis.

1
Dalam kerangka ini, negosiasi antara Kementerian Ketenagakerjaan
dan Asosiasi Pengusaha menjadi esensial untuk mencapai keseimbangan
yang tepat antara kebutuhan regulasi dan kepentingan bisnis. Diperlukan
pemahaman mendalam tentang strategi negosiasi yang diterapkan oleh
Kementerian Ketenagakerjaan, termasuk pendekatan mereka terhadap
penegakan kebijakan dan penyelesaian pelanggaran. Sebaliknya,
melibatkan perspektif Asosiasi Pengusaha dalam konteks ini dapat
membuka wawasan terkait tuntutan bisnis, kekhawatiran praktis, dan
kemungkinan penyesuaian yang diperlukan.
Penelitian ini bermaksud untuk menggali lebih dalam dinamika
negosiasi antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha
dalam konteks implementasi kebijakan K3. Dengan menganalisis strategi
negosiasi yang diterapkan oleh masing-masing pihak, diharapkan dapat
diidentifikasi titik kesepakatan dan potensi konflik. Hasil penelitian ini
dapat memberikan panduan yang berharga bagi penyempurnaan kebijakan
K3, yang sejalan dengan kepentingan semua pihak yang terlibat. Selain itu,
penelitian ini dapat menyumbang pemahaman lebih lanjut terkait cara
meningkatkan efektivitas negosiasi dalam konteks regulasi ketenagakerjaan
yang selalu berubah dan kompleks.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian
ini adalah bagaimana strategi negosiasi yang diterapkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan dalam konteks implementasi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
strategi negosiasi yang diterapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan
dalam konteks implementasi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

2
Hasil penelitian dapat membantu mengidentifikasi keberhasilan
dan tantangan dalam strategi negosiasi yang diterapkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk memperkuat
aspek-aspek yang efektif dan mengatasi hambatan-hambatan yang
mungkin muncul dalam proses negosiasi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang berhubunga dengan keselamatan dan kesehatan
kerja terhadap kinerja karyawan, banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
lain, antara lain :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama dan Tahun Judul Hasil
1 Analisis Penerapan Putu Indra 1. Keselamatan dan
Keselamatan dan Sanjaya, dkk kesehatan kerja
Kesehatan Kerja (K3) (2021) (K3) pada proyek
pada Proyek Kontruksi kontruksi gedung
Gedung di Kabupaten di kabupaten
Klungkung dan Karangasem akan
Karangasem naik bila faktor
http://ojs.unud.ac.id/ind pengawasan (X3)
ex.php/jieits/article/dow bertambah karena
nload/4393/3327 bertanda positif.
2. Keselamatan dan
kesehatan kerja
(K3) pada proyek
kontruksi gedung
di kabupaten
klungkung dan
karangasem akan
turun bila faktor
sistem manajemen
(X1) dan faktor
pelaksanaan (X2)
bertambah karena
bertanda negatif.

4
3. Hubungan yang
kuat antara faktor-
faktor yang
mempengaruhi
keselamatan dan
kesehatan kerja
(K3) terhadap
keselamatan dan
kesehatan kerja
(K3) pada proyek
kontruksi.
2 Studi Pelaksanaan Roby Yulianto, Simpulan penelitian
Program Keselamatan 2010 ini adalah tingkat
dan Kesehatan Kerja pelaksanaan Program
(K3)Pada Proyek Keselamatan dan
Konstruksi Kesehatan Kerja (K3)
http://e- pada proyek
journal.uajy.ac.id/1773/ konstruksi resiko
tinggi termasuk pada
kategori sedang, dan
tingkat pelaksanaan
K3 pada proyek
konstruksi resiko
sedang termasuk pada
kategori buruk. Untuk
kelengkapan fasilitas
K3 pada proyek resiko
tinggi termasuk pada
kategori sedang.
Untuk kelengkapan
fasilitas pada proyek
resiko sedang

5
termasuk dalam
kategori buruk.
3 Pengaruh beban kerja Melinia Ajeng Simpulan penelitian
dan K3 terhadap kinerja Sasanti, 2022 ini adalah beban kerja
karyawan pada bagian yang berlebih dapat
produksi menurunkan kinerja
https://journal.feb.unmu karyawan di bagian
l.ac.id/index.php/FORU produksi CV. 99
MEKONOMI/article/vi Gresik, sementara
ew/11307 penerapan
keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
yang baik dapat
meningkatkan kinerja
karyawan. Oleh
karena itu, perusahaan
perlu memperhatikan
penyesuaian beban
kerja dengan kondisi
pekerjaan dan
kemampuan
karyawan, serta
meningkatkan
penerapan K3.
Pemberian reward dan
sanksi tegas, serta
pelatihan rutin
mengenai K3 juga
diperlukan untuk
memotivasi karyawan
dan meningkatkan
kinerja serta

6
produktivitas
karyawan.
4 Pengaruh keselamatan Vega Adi Berdasarkan
dan kesehatan kerja Maulana, 2020 penelitian yang
(k3) terhadap kinerja dilakukan, dapat
petugas disimpulkan bahwa
https://journal.feb.unmu implementasi program
l.ac.id/index.php/KINE Keselamatan dan
RJA/article/view/7406 Kesehatan Kerja (K3)
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
petugas di Rumah
Tahanan Negara Kelas
II B Banjarnegara.
Analisis regresi linier
sederhana
menunjukkan bahwa
kinerja petugas
dipengaruhi sebesar
86,5% oleh
keselamatan dan
kesehatan kerja. Hasil
ini sesuai dengan
hipotesis awal yang
diajukan, menegaskan
pentingnya
perlindungan terhadap
keselamatan dan
kesehatan petugas
untuk meningkatkan
kinerja mereka.

7
5 Pengaruh k3 Ibnu Azmi K3 (Keselamatan dan
(keselamatan dan Daffa, 2022 Kesehatan Kerja)
kesehatan tidak berpengaruh
Kerja) dan disiplin terhadap kinerja
kerja terhadap kinerja pekerja sub kontraktor
Pekerja sub kontraktor proyek PT. Adhi
https://jki.ub.ac.id/inde Karya (Persero) Tbk.
x.php/jki/article/view/8 Departemen Gedung
proyek pembangunan
Gedung Kanwil BRI
Malang. Disiplin kerja
berpengaruh terhadap
kinerja pekerja sub
kontraktor hankan
penerapan dan
pengawasan K3
(Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)
dalam lingkungan
proyek serta perlu
dilakukan bersama
dengan peningkatan
disiplin kerja agar
tercipta keseimbangan
lingkungan kerja yang
selamat, aman, dan
sehat bagi seluruh
pekerja sehingga
kinerja yang
dihasilkan dapat
maksimal.

8
Dapat dilihat pada tabel 2.1 bahwa terdapat sangat signifikan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, karena memang belum
ada penelitian yang membahas tentang Strategi Negosiasi Kementerian
Ketenagakerjaan dengan Asosiasi Pengusaha Tentang Implementasi
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dapat dilihat pada penelitian
terdahulu memfokuskan penelitian ini hanya dengan implementasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Perusahaan saja, tetapi pada
penelitian ini fokus penelitian ke Strategi Negosiasi Depnaker tentang
Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Paradigma Konstruktivis
Paradigma konstruktivis adalah pandangan dalam ilmu
sosial yang menganggap bahwa kebenaran suatu realitas sosial
merupakan hasil dari konstruksi sosial, dan kebenaran tersebut
bersifat relatif. Paradigma ini menekankan bahwa realitas sosial
tidak dapat diobservasi secara obyektif, melainkan direkonstruksi
melalui pengalaman, interpretasi, dan interaksi sosial. Dalam
paradigma konstruktivis, setiap individu memiliki konstruksi
realitas yang unik berdasarkan pengalaman dan interaksi sosialnya.
Paradigma ini juga menekankan pentingnya memahami multi
realitas, di mana setiap individu dapat memiliki pemahaman yang
berbeda terhadap suatu realitas sosial.
Paradigma konstruktivis adalah pandangan bahwa
kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial,
dan kebenaran suatu realitas sosial itu bersifat relatif. Paradigma ini
memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially
meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci
terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan
memelihara atau mengelola dunia sosial mereka. Paradigma
konstruktivis juga menganggap bahwa dasar untuk menjelaskan

9
kehidupan, peristiwa sosial, dan manusia bukan ilmu dalam
kerangka positivis tik, tetapi justru dalam arti common sense.
Paradigma konstruktivis dalam ilmu sosial merupakan kritik
terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivis,
realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat seperti yang
biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai
konstruksionis dalam paradigma konstruktivis juga menekankan
bahwa setiap individu memiliki pengalaman yang unik, sehingga
setiap cara yang diambil individu dalam memahami realitas sosial
harus dihargai. Paradigma konstruktivis dapat diterapkan dalam
berbagai bidang, termasuk dalam konteks negosiasi terkait
kebijakan K3 di tempat kerja.
Paradigma konstruktivis dapat diterapkan dalam penelitian
strategi negosiasi Kementerian Ketenagakerjaan dengan melihat
bahwa kebenaran suatu realitas sosial merupakan hasil dari
konstruksi sosial, dan kebenaran tersebut bersifat relatif. Dalam
konteks penelitian strategi negosiasi Kementerian Ketenagakerjaan,
paradigma konstruktivis dapat membantu dalam memahami
bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi membangun
pemahaman dan konstruksi realitas sosial mereka terkait dengan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Paradigma
konstruktivis juga dapat membantu dalam memahami bagaimana
pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi membangun pemahaman
dan konstruksi realitas sosial mereka terkait dengan strategi
negosiasi yang digunakan.
Dalam penelitian strategi negosiasi Kementerian
Ketenagakerjaan, paradigma konstruktivis dapat diterapkan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan teknik
pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumen
untuk memahami konstruksi realitas sosial dan strategi negosiasi
yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi.

10
2.2.2 Strategi Negosiasi
Strategi negosiasi adalah cara atau teknik yang digunakan
oleh pihak untuk mencapai tujuan negosiasi dengan efektif dan
efisien. Strategi negosiasi melibatkan pendekatan dan perilaku yang
tepat dalam berbagai tahap negosiasi, seperti penetapan kompensasi,
penyesuaian koordinat, dan penghargaan budaya pihak lawan.
Beberapa strategi negosiasi yang umum digunakan meliputi :
1. Strategi Unilateral
Digunakan oleh negosiator secara terpisah dan fokus pada
kepentingan itu sendiri. Meskipun ini strategi menghormati
keinginan pihak lawan, penggunaannya bisa menyebabkan
kegagalan negosiasi.
2. Strategi Bersama
Melibatkan negosiator dan pihak lawan dalam menemukan
solusi yang menuntung untuk kedua belah. Strategi bersama
dapat mencakup kompromis, penyesuaian koordinat, atau jurnal
administrasi bisnis.
3. Win-Win Strategy
Strategi negosiasi yang bertujuan untuk mencapai
kesepakatan yang memaksimalkan keuntungan dan kebahagiaan
kedua belah pihak.
4. Mempertimbangkan Budaya
Strategi negosiasi yang berfungsi memperhatikan perbedaan
budaya dan cara komunikasi antara pihak-pihak yang berbeda.
5. Penggunaan Informasi
Mengumpulkan informasi mengenai permintaan konsumen,
market, dan persaingan pihak lawan untuk mendukung
keputusan strategis negosiasi.
6. Pengembangan Hubungan
Membangun hubungan yang baik dengan pihak lawan,
seperti agen, konsumen, dan pemasok, untuk membantu
mencapai tujuan negosiasi.

11
Dalam berbagai situasi, strategi negosiasi yang paling efektif akan
bergantung pada konteks dan partai pihak yang terlibat dalam
negosiasi. Oleh karena itu, penting untuk memilih strategi negosiasi
yang sesuai dengan situasi dan memastikan bahwa kedua belah
pihak memahami dan mengadopsi strategi

2.2.3 Kementerian Ketenagakerjaan


Kementerian Ketenagakerjaan adalah lembaga pemerintah
yang bertanggung jawab atas pengelolaan kebijakan
ketenagakerjaan, termasuk pengawasan dan pengembangan sumber
daya manusia. Depnaker memiliki peran dalam menyusun kebijakan
ketenagakerjaan, melaksanakan program penempatan tenaga kerja,
memantau dan mengevaluasi kondisi ketenagakerjaan, serta
mengawasi penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja.
Selain itu, Kemnaker juga terlibat dalam proses negosiasi terkait
dengan ketenagakerjaan.
Kementerian Ketenagakerjaan memiliki tugas dan tanggung
jawab dalam pengelolaan kebijakan ketenagakerjaan, termasuk
pengawasan dan pengembangan sumber daya manusia. Beberapa
tugas dan tanggung jawab Depnaker antara lain :
1. Perumusan kebijakan di bidang tenaga kerja dan Perindustrian
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang tenaga kerja dan Perindustrian
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang tenaga kerja dan
Perindustrian
4. Pelaksanaan administrasi dinas di bidang tenaga kerja dan
Perindustrian
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.
Selain itu, Depnaker juga memiliki tugas dan tanggung
jawab dalam bidang penempatan tenaga kerja, perluasan lapangan
kerja, dan transmigrasi. Beberapa tugas dan tanggung jawab
Depnaker dalam bidang ini antara lain :

12
1. Perumusan kebijakan di bidang penempatan tenaga kerja,
perluasan kerja, dan transmigrasi
2. Pelaksanaan kebijakan, fasilitasi, dan koordinasi di bidang
penempatan tenaga kerja, perluasan kerja, dan transmigrasi
3. Pelaksanaan sosialisasi informasi pasar kerja
4. Pelaksanaan pengembangan informasi pasar kerja, penempatan
kerja, perluasan kerja, dan transmigrasi
5. Pelayanan penempatan tenaga kerja, dan perluasan lapangan
kerja Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah
(AKAD), Antar kerja Antar Negara (AKAN)
6. Pelaksanaan pembinaan dan verifikasi Lembaga Penempatan
Tenaga Kerja Swasta (LPTKS), Bursa Kerja Khusus (BKK)
serta Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
(PPTKIS)/cabang PPTKIS
7. Pelaksanaan pembinaan dan verifikasi penerbitan perpanjangan
Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) di perusahaan
yang lokasi kerja hanya di Kabupaten Bogor
8. Pelaksanaan penyuluhan dan bimbingan jabatan dalam
pelayanan antar kerja serta perluasan kesempatan kerja kepada
Masyarakat
9. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan penyusunan pelaporan
Tugas dan tanggung jawab Depnaker dapat bervariasi pada
setiap daerah dan negara, tergantung pada kebijakan dan peraturan
yang berlaku.

2.2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bidang yang
terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia
yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3
adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan
kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen,
dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan

13
kerja. K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua
organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat dalam lingkungan kerja aman dan sehat.
Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan
kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja
dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait
dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri,
kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri,
ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja. Bahaya di tempat kerja
meliputi bahaya fisik dan mekanik, bahaya kimia, bahaya biologis,
bahaya radiasi, bahaya psikologis dan sosial, dan bahaya ergonomi.
K3 yang spesifik dapat bervariasi pada sektor dan industri tertentu.
Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Risiko keselamatan merupakan aspekaspek dari lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian lat tubuh,
penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan
dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan
mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan
latuhan.

2.2.5 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Permasalahan yang menjadi alasan sehingga ditetapkannya
kebijakan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) oleh
Perusahaan adalah :
a. Kebutuhan terhadap pentingnya Kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bagi perusahaan belum menjadi
prioritas.
b. Keterlibatan pimpinan perusahaan terhadap Kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada umumnya masih
kurang.

14
c. Penerapan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada umumnya masih pada perusahaanperusahaan yang
berpotensi bahaya tinggi seperti pada sector migas, petrokimia,
dan pada perusahaan asing.
d. Keterbatasan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan
kerka di Kabupaten/Kota baik secara kuantitas maupun kualitas
merupakan kendala pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah.
e. Penegakan hukum terhadap pelanggaran norma/peraturan
perundangan di bidang ketenaga kerjaan masih belum optimal.
Kebijakan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
merupakan perwujudan dari komitmen pucuk pimpinan yang
mamuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan
program kerja

2.2.6 Strategi Negosiasi Terkait Kebijakan K3


Strategi negosiasi yang terkait dengan Kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melibatkan pendekatan dan
perilaku yang tepat untuk memastikan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan pekerja di tempat kerja. Berikut adalah beberapa
strategi negosiasi yang dapat digunakan dalam konteks K3 :
1. Pengembangan kebijakan K3
Strategi negosiasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa
perusahaan dan pihak lawan mencapai kesepakatan tentang
kebijakan K3 yang akan meningkatkan kesejahteraan dan
keselamatan pekerja.
2. Pencegahan dan pemberian sanksi
Strategi negosiasi ini melibatkan pencegahan terjadinya
pelanggaran dan pemberian sanksi terhadap pihak lawan yang
melanggar, serta pemberian sanksi terhadap pihak lawan yang
membantu dalam mengimplementasikan kebijakan K3.

15
3. Pengembangan program kesehatan dan keselamatan kerja
Strategi negosiasi ini bertujuan untuk mengembangkan
program yang efektif untuk mengatasi masalah kesehatan dan
keselamatan kerja, seperti stres akibat jam kerja terlalu tinggi
atau tidak sesuai waktunya, kekerasan di dalam organisasi, dan
penindasan.
4. Pengembangan sosialisasi praktek manajemen sumber daya
manusia
Strategi negosiasi ini melibatkan peningkatan kesadaran dan
pemahaman pihak lawan tentang pentingnya mengelola sumber
daya manusia dan keunggulan bersaing, serta mengembangkan
keterampilan sosialisasi praktek manajemen sumber daya
manusia.
5. Pengembangan strategi manajemen sumber daya manusia
Strategi negosiasi ini bertujuan untuk mengembangkan
strategi yang efektif untuk mengelola sumber daya manusia dan
keunggulan bersaing, seperti mengadopsi model dan konsep
strategi manajemen sumber daya manusia.
6. Koordinasi dengan pihak lawan lainnya
Strategi negosiasi ini melibatkan koordinasi yang baik
dengan pihak lawan lainnya, seperti pemerintah, tenaga kerja,
dan pihak-pihak lainnya, untuk mencapai tujuan negosiasi yang
bersama dalam meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan
pekerja.
Dalam berbagai situasi, strategi negosiasi yang paling efektif
akan bergantung pada konteks dan partai pihak yang terlibat dalam
negosiasi. Oleh karena itu, penting untuk memilih strategi negosiasi
yang sesuai dengan situasi dan memastikan bahwa kedua belah
pihak memahami dan mengadopsi strategi tersebut.

2.3 Kerangka Teoritis

16
Kerangka teoritis merupakan landasan konseptual yang mendukung
penelitian Anda. Dalam konteks penelitian tentang "Strategi negosiasi
Kementerian Ketenagakerjaan dengan Asosiasi Pengusaha tentang
implementasi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja," berikut
kerangka teoritisnya :

Bagan 2.1 Kerangka Teoritis

2.4 Rencana Target Luaran


1. Pemahaman Mendalam tentang Strategi Negosiasi
Target : Menyajikan temuan yang mendalam tentang strategi
negosiasi Kementerian Ketenagakerjaan, termasuk analisis strategis,
alur proses, dan dampaknya pada implementasi kebijakan K3.
2. Rekomendasi untuk Peningkatan Efektivitas
Target : Menghasilkan rekomendasi yang konkret dan aplikatif
untuk meningkatkan efektivitas strategi negosiasi Kementerian
Ketenagakerjaan, dengan fokus pada perubahan taktik, peningkatan
komunikasi, atau pendekatan baru yang dapat diadopsi.
3. Kontribusi Terhadap Kebijakan K3
Target : Memberikan kontribusi positif pada pengembangan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyusun

17
rekomendasi atau panduan praktis yang dapat diintegrasikan ke dalam
kebijakan yang ada.
4. Peningkatan Hubungan antara Kementerian Ketenagakerjaan dan
Asosiasi Pengusaha
Target : Menciptakan perubahan positif dalam hubungan antara
Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha, dengan
mengidentifikasi langkah-langkah konkreto untuk meningkatkan
kerjasama, membangun kepercayaan, atau menangani potensi konflik.
5. Kontribusi Terhadap Literatur Akademis
Target : Menciptakan kontribusi berkelanjutan terhadap literatur
akademis melalui publikasi artikel ilmiah, presentasi konferensi, atau
berbagai cara penyampaian hasil penelitian.
6. Pemahaman Publik dan Kesadaran Masyarakat
Target : Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
tentang kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui kampanye
penyuluhan, workshop, atau media sosial.
7. Perubahan Praktik Bisnis
Target : Mendorong perubahan atau peningkatan dalam praktik
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan atau organisasi, dengan
menyusun pedoman atau program pelatihan yang dapat diadopsi.
8. Pemahaman Lebih Baik tentang Dinamika Negosiasi
Target : Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika
negosiasi dalam konteks implementasi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang dapat digunakan sebagai landasan bagi
penelitian lebih lanjut atau pembahasan kebijakan.
Setiap target luaran di atas sebaiknya disusun dengan sifat yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terbatas waktu (SMART)
untuk memastikan kesuksesan pencapaiannya. Selain itu, pengukuran
indikator yang terkait dengan masing-masing target luaran dapat
membantu dalam memonitor dan mengevaluasi pencapaian tujuan
penelitian.

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian


Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma konstruktivis.
Paradigma konstruktivis menekankan pada pemahaman tentang realitas
yang dibangun oleh partisipan, serta pengaruh konteks dan interpretasi
individu terhadap fenomena yang diamati. Dalam penelitian ini, fokus pada
strategi negosiasi antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi
Pengusaha dalam konteks implementasi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja menunjukkan adanya dinamika sosial yang kompleks.
Paradigma konstruktivis cenderung menilai bahwa realitas sosial dibentuk
oleh konstruksi bersama dan tafsir masing-masing pihak yang terlibat.
Pendekatan konstruktivis dapat memungkinkan penelitian untuk
memahami bagaimana interpretasi dan persepsi masing-masing pihak
terhadap kebijakan K3 dan strategi negosiasi memainkan peran dalam
proses implementasi. Selain itu, pendekatan ini dapat menyoroti konstruksi
makna dan bagaimana partisipan dalam negosiasi menciptakan pemahaman
bersama mengenai kebijakan K3.

3.2 Metode Penelitian


Berdasarkan pada paradigma konstruktivis dan tema penelitian yang
menitikberatkan pada pemahaman makna bersama dan interpretasi individu
terkait implementasi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta
strategi negosiasi, metode penelitian yang sesuai mungkin adalah studi
kualitatif. Beberapa metode kualitatif yang digunakan antara lain:
1. Observasi
Melakukan observasi langsung atau partisipatif terhadap proses
negosiasi atau implementasi kebijakan K3, jika memungkinkan, untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih kontekstual.
2. Wawancara

19
Melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak kunci yang
terlibat, seperti perwakilan dari Kementerian Ketenagakerjaan, anggota
Asosiasi Pengusaha, dan mungkin juga perwakilan pekerja.
3. Dokumentasi
Mengumpulkan dan menganalisis dokumen terkait kebijakan,
catatan negosiasi, dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat
memberikan wawasan terhadap implementasi dan strategi negosiasi.
Metode-metode di atas memberikan fleksibilitas untuk menjelajahi
kompleksitas dinamika sosial dan interpretatif dalam konteks implementasi
kebijakan K3 dan negosiasi. Kombinasi beberapa metode tersebut dapat
memberikan gambaran holistik dan mendalam tentang bagaimana pihak
terlibat memahami, berinteraksi, dan merespons kebijakan K3 serta strategi
negosiasi yang diimplementasikan.

3.3 Pendekatan Penelitian


Berdasarkan paradigma konstruktivis dan metode kualitatif yang
diusulkan, pendekatan penelitian yang dapat digunakan adalah pendekatan
fenomenologi interpretatif atau grounded theory. Keduanya sesuai dengan
tujuan penelitian untuk mendalami pemahaman makna bersama dan
interpretasi individu terkait implementasi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja serta strategi negosiasi.
1. Pendekatan Fenomenologi Interpretatif
Pendekatan ini memfokuskan pada pemahaman mendalam tentang
pengalaman dan makna dari perspektif individu yang terlibat. Penelitian
ini akan mencoba mengungkap bagaimana Kementerian
Ketenagakerjaan, Asosiasi Pengusaha, dan mungkin juga pekerja
merasakan, memahami, dan memberi makna terhadap implementasi
kebijakan K3 dan proses negosiasi.
2. Grounded Theory
Pendekatan ini berfokus pada pengembangan teori yang "tertanam"
atau muncul dari data, tanpa adanya teori awal yang dominan.
Penelitian ini dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam

20
tentang pola-pola dan konsep-konsep yang muncul dari data mengenai
strategi negosiasi dan implementasi kebijakan K3.
Dengan kedua pendekatan ini, penelitian dapat memberikan
pemahaman holistik tentang bagaimana pihak terlibat membangun makna
terkait kebijakan K3 dan bagaimana strategi negosiasi dipahami dan
diimplementasikan. Keduanya memberikan ruang untuk eksplorasi dan
interpretasi, sejalan dengan paradigma konstruktivis yang menekankan pada
konstruksi bersama makna dan interpretasi sosial.

3.4 Luaran Penelitian


Luaran dari penelitian ini dapat mencakup berbagai aspek yang
memberikan kontribusi baik pada level akademis maupun praktis. Beberapa
luaran yang mungkin dapat diharapkan :
1. Pemahaman Mendalam tentang Strategi Negosiasi
Penelitian ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang
strategi negosiasi yang diterapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan
dalam konteks implementasi kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja
2. Rekomendasi untuk Peningkatan Efektivitas
Berdasarkan temuan penelitian, rekomendasi konkret dapat diajukan
untuk meningkatkan efektivitas strategi negosiasi Kementerian
Ketenagakerjaan. Ini dapat mencakup saran tentang perubahan taktik,
komunikasi, atau pendekatan yang lebih efektif.
3. Kontribusi Terhadap Kebijakan K3
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi penting pada
pengembangan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Temuan
penelitian dapat membantu penyusunan kebijakan yang lebih efektif
dan dapat diterima oleh semua pihak terkait.
4. Peningkatan Hubungan antara Kementerian Ketenagakerjaan dan
Asosiasi Pengusaha
Melalui pemahaman lebih dalam tentang dinamika hubungan,
penelitian ini dapat memberikan wawasan untuk meningkatkan

21
kolaborasi antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi
Pengusaha, menciptakan lingkungan yang lebih produktif untuk
negosiasi kebijakan K3.
5. Perkembangan Teori dan Pemahaman Akademis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada literatur akademis,
terutama di bidang manajemen, ketenagakerjaan, dan negosiasi.
Temuan penelitian dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian
lanjutan.
6. Peningkatan Kesadaran dan Pemahaman Publik
Hasil penelitian dapat disosialisasikan untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta peran negosiasi dalam
implementasinya.
7. Peluang untuk Peningkatan Praktik Bisnis
Perusahaan dan organisasi dapat menggunakan temuan penelitian
untuk meningkatkan praktik keselamatan dan kesehatan kerja mereka,
seiring dengan pemahaman lebih baik tentang dinamika negosiasi di
sektor tersebut.
Dengan merinci luaran ini, penelitian diharapkan dapat memberikan
dampak positif dan berkelanjutan, tidak hanya bagi peneliti sendiri tetapi
juga untuk pihak-pihak yang terlibat dan masyarakat pada umumnya.

3.5 Indikator Capaian Penelitian


Indikator capaian merupakan kriteria yang dapat diukur atau diamati
untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan penelitian telah tercapai. Dalam
konteks penelitian Anda tentang "Strategi negosiasi Kementerian
Ketenagakerjaan dengan Asosiasi Pengusaha tentang implementasi
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja," beberapa indikator capaiannya
dapat meliputi :
1. Kemampuan Memahami Strategi Negosiasi

22
Peningkatan pemahaman terhadap strategi negosiasi yang
diterapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan melalui analisis data dan
interpretasi hasil penelitian.
2. Rekomendasi yang Dapat Diterapkan
Adanya rekomendasi konkret untuk meningkatkan efektivitas
strategi negosiasi, yang dapat diimplementasikan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan atau pihak terkait.
3. Dampak pada Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Identifikasi dampak kontribusi penelitian pada pengembangan atau
penyempurnaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, yang dapat
diukur melalui perubahan atau perbaikan pada kebijakan yang ada.
4. Perubahan atau Peningkatan Hubungan Antar Pihak
Evaluasi perubahan atau peningkatan dalam hubungan antara
Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha, yang dapat
diukur melalui indikator seperti tingkat kerjasama, transparansi, atau
resolusi konflik.
5. Kontribusi Terhadap Literatur Akademis
Dalam konteks kontribusi pada literatur akademis, indikator
capaiannya dapat termasuk jumlah kutipan atau referensi pada temuan
penelitian dalam publikasi ilmiah lainnya.
6. Pemahaman Publik dan Kesadaran Masyarakat
Pengukuran tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, yang dapat diukur melalui
survei atau evaluasi pengetahuan masyarakat.
7. Perubahan Praktik Bisnis
Peningkatan atau perubahan dalam praktik keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan atau organisasi, yang dapat diukur
melalui indikator seperti tingkat kepatuhan, peningkatan program
pelatihan, atau penurunan kecelakaan kerja.
8. Pemahaman Lebih Baik tentang Dinamika Negosiasi

23
Evaluasi sejauh mana penelitian memberikan pemahaman lebih baik
tentang dinamika negosiasi dalam konteks implementasi kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Indikator-indikator ini dapat membantu dalam mengukur dan
mengevaluasi pencapaian tujuan penelitian, serta memberikan gambaran
tentang dampak yang diharapkan dari penelitian Anda. Pastikan untuk
merinci indikator capaiannya agar lebih spesifik dan dapat diukur dengan
jelas.

24
BAB IV

JADWAL PENELITIAN & HASIL WAWANCARA


4.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan November-Desember
2023 di Kementrian Ketenagakerjaan. Berikut ini merupakan tabel rencana
penelitian yang akan dilaksanakan:
Tabel 4.1 Tabel Rencana Kegiatan Penelitian
No Nama Kegiatan Minggu
1. Tahap persiapan 1 2 3 4 5
a. Penyusunan dan Pengajuan
Judul
b. Pengajuan Proposal
c. Perizinan Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Penyusunan

4.2 Hasil Wawancara


1. Pewawancara : Apa tujuan dan misi kementerian
ketenagakerjaan dalam mendukung tenaga kerja disabilitas?

Narasumber : Tujuan Kementerian Ketenagakerjaan


mencakup pemastian akses penuh bagi tenaga kerja disabilitas
dengan menyusun program pendidikan dan pelatihan yang khusus
disesuaikan dengan berbagai jenis disabilitas. Misi melibatkan
pemberian dukungan finansial untuk aksesibilitas transportasi,
akomodasi, dan fasilitas kerja yang memadai.

Analisa : Menurut kelompok kami, tujuan


Kementerian Ketenagakerjaan adalah memastikan akses penuh bagi
tenaga kerja disabilitas melalui program pendidikan dan pelatihan
yang disesuaikan. Misi mereka mencakup dukungan finansial untuk

25
aksesibilitas transportasi, akomodasi, dan fasilitas kerja yang
memadai.

2. Pewawancara : Bagaimana kementerian ketenagakerjaan


mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi yang beragam dari tenaga
kerja disabilitas dan stakeholder lainnya dalam negosiasi tenaga
kerja disabilitas?

Narasumber : Dalam menanggapi kebutuhan dan aspirasi


yang beragam, Kementerian menyelenggarakan forum konsultasi
reguler yang melibatkan pihak berkepentingan, termasuk perwakilan
kelompok disabilitas, dalam proses perumusan kebijakan. Strategi
inklusi juga diterapkan dalam penempatan mereka di lingkungan
kerja yang sesuai dengan keterampilan dan minat.

Analisa : Kementerian Ketenagakerjaan


mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi yang beragam dengan
mengadakan forum konsultasi reguler melibatkan berbagai pihak,
termasuk kelompok disabilitas. Mereka juga menerapkan strategi
inklusi dalam penempatan di lingkungan kerja sesuai dengan
keterampilan dan minat. Pendekatan ini memastikan partisipasi aktif
dari semua stakeholder dalam proses kebijakan.

3. Pewawancara : Bagaimana kementerian ketenagakerjaan


berkolaborasi dan berkoordinasi dengan lembaga dan organisasi lain
yang terkait dengan isu-isu tenaga kerja disabilitas dalam negosiasi
tenaga kerja disabilitas?

Narasumber : Kolaborasi dengan lembaga terkait tidak


hanya sebatas pertemuan, tetapi juga melibatkan pembentukan
kelompok kerja bersama untuk menanggapi isu-isu segera dan

26
merumuskan solusi berkelanjutan. Kemitraan ini mencakup
penerapan standar aksesibilitas universal di tempat kerja.

Analisa : Kementerian Ketenagakerjaan tidak hanya


berkolaborasi melalui pertemuan, tetapi juga membentuk kelompok
kerja bersama lembaga terkait untuk merespons isu-isu segera dan
merumuskan solusi berkelanjutan. Kemitraan ini mencakup
penerapan standar aksesibilitas universal di tempat kerja,
menunjukkan komitmen terhadap langkah konkret untuk
meningkatkan kondisi tenaga kerja disabilitas.

4. Pewawancara : Bagaimana kementerian ketenagakerjaan


menilai kebutuhan dan potensi tenaga kerja disabilitas di berbagai
sektor industri?

Narasumber : Evaluasi kebutuhan tenaga kerja disabilitas


dilakukan dengan melibatkan penelitian pasar kerja yang mendalam,
mengidentifikasi peluang di berbagai sektor, dan menyesuaikan
pelatihan dengan kebutuhan spesifik pekerjaan. Kementerian
menggunakan pendekatan yang holistik untuk memastikan
keberlanjutan dan kesesuaian.

Analisa : Kementerian Ketenagakerjaan menilai


kebutuhan dan potensi tenaga kerja disabilitas dengan pendekatan
holistik, melibatkan penelitian pasar kerja mendalam dan
identifikasi peluang di berbagai sektor industri. Strategi ini
memungkinkan penyesuaian pelatihan dengan kebutuhan spesifik
pekerjaan, mencerminkan komitmen untuk memastikan
keberlanjutan dan kesesuaian dalam memperkuat peran tenaga kerja
disabilitas di berbagai sektor.

27
5. Pewawancara : Bagaimana kementerian ketenagakerjaan
berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti perusahaan,
organisasi sosial, dan komunitas disabilitas dalam mengembangkan
program dan kebijakan yang mendukung tenaga kerja disabilitas?

Narasumber : Keterlibatan dengan perusahaan mencakup


workshop bersama dan program pelatihan bagi manajer sumber daya
manusia untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
kebutuhan tenaga kerja disabilitas. Kementerian juga mendorong
program magang dan kolaborasi riset dengan perusahaan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.

Analisa : Kementerian Ketenagakerjaan terlibat


dalam kolaborasi yang erat dengan pihak-pihak terkait seperti
perusahaan, organisasi sosial, dan komunitas disabilitas. Mereka
mengadakan workshop dan program pelatihan bagi manajer sumber
daya manusia untuk meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan
tenaga kerja disabilitas. Selain itu, kementerian mendorong program
magang dan kolaborasi riset dengan perusahaan, menunjukkan
komitmen mereka dalam menciptakan lingkungan kerja yang
inklusif melalui pendekatan kolaboratif.

6. Pewawancara : Apa saja manfaat dan insentif yang


ditawarkan oleh kementerian ketenagakerjaan kepada perusahaan
yang merekrut dan mempekerjakan tenaga kerja disabilitas?

Narasumber : Manfaat dan insentif bagi perusahaan yang


merekrut tenaga kerja disabilitas mencakup pemberian insentif
keuangan yang signifikan, serta dukungan konsultasi untuk
membangun kebijakan inklusif dan program kesejahteraan
karyawan.

28
Analisa : Kementerian Ketenagakerjaan memberikan
manfaat dan insentif yang mencakup insentif keuangan signifikan
kepada perusahaan yang merekrut tenaga kerja disabilitas. Selain
itu, mereka juga menyediakan dukungan konsultasi untuk
membantu perusahaan dalam membangun kebijakan inklusif dan
program kesejahteraan karyawan, menunjukkan upaya nyata dalam
mendorong inklusi dan kesejahteraan tenaga kerja disabilitas.

7. Pewawancara : Bagaimana kementerian ketenagakerjaan


memastikan bahwa tenaga kerja disabilitas mendapatkan perlakuan
yang adil, setara, dan inklusif di tempat kerja?

Narasumber : Kementerian mengamati perlakuan yang


adil melalui mekanisme pengaduan dan inspeksi rutin, dengan
sanksi yang signifikan untuk pelanggaran kebijakan inklusi.
Program pelatihan kesadaran dan kebijakan inklusif di tempat kerja
dijalankan secara teratur untuk memastikan perubahan budaya yang
positif.

Analisa : Kementerian Ketenagakerjaan memastikan


perlakuan yang adil, setara, dan inklusif bagi tenaga kerja disabilitas
melalui mekanisme pengaduan, inspeksi rutin, dan sanksi yang
signifikan untuk pelanggaran kebijakan inklusi. Program pelatihan
kesadaran dan kebijakan inklusif di tempat kerja dijalankan secara
teratur, menunjukkan komitmen dalam mendorong perubahan
budaya yang positif untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih
inklusif.

Kesimpulan yang dapat diambil dari percakapan tersebut


adalah bahwa Kementerian Ketenagakerjaan menetapkan tujuan
yang komprehensif, termasuk meningkatkan akses, menyediakan
pelatihan khusus, dan memastikan perlindungan hak-hak bagi

29
tenaga kerja disabilitas. Melalui misi inklusif, kementerian berusaha
merespons kebutuhan yang beragam dengan menggelar dialog
terbuka dan melibatkan stakeholder utama, seperti kelompok
disabilitas dan perusahaan.
Kolaborasi intensif dengan lembaga terkait mencakup forum
konsultasi reguler, kelompok kerja bersama, dan penerapan standar
aksesibilitas universal. Dalam mengevaluasi kebutuhan tenaga kerja
disabilitas, kementerian mengadopsi pendekatan yang mendalam,
mengidentifikasi peluang sektor-specific, dan merancang program
pelatihan yang tepat sasaran.

Keterlibatan dengan perusahaan dan organisasi lain melibatkan


workshop, program pelatihan, dan dukungan konsultasi untuk
menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas. Manfaat dan
insentif yang diberikan kepada perusahaan mencakup insentif fiskal,
dukungan finansial, serta fasilitasi pelatihan staf.
Dalam memastikan perlakuan adil, kementerian melibatkan
mekanisme pengaduan, inspeksi rutin, dan sanksi yang signifikan
untuk pelanggaran kebijakan inklusi. Program pelatihan kesadaran
dan kebijakan inklusif di tempat kerja diterapkan secara teratur
untuk mencapai perubahan budaya yang berkelanjutan.
Kesimpulannya, Kementerian Ketenagakerjaan menghadirkan
pendekatan komprehensif, kolaboratif, dan proaktif dalam
mendukung tenaga kerja disabilitas.

30
4.3 Dokumentasi Wawancara

Source : Kelompok 6

31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Penelitian ini membahas strategi negosiasi Kementerian
Ketenagakerjaan dengan Asosiasi Pengusaha dalam implementasi kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretatif. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika
proses negosiasi dan memberikan kontribusi pada pengembangan kebijakan
K3 yang lebih efektif. Penelitian ini juga menunjukkan komitmen
Kementerian Ketenagakerjaan dalam mendukung tenaga kerja disabilitas
melalui berbagai program dan kebijakan inklusif.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk terus meningkatkan
hubungan antara Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha
agar implementasi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
berjalan lebih efektif. Selain itu, rekomendasi untuk peningkatan efektivitas
kebijakan K3 juga perlu terus dipertimbangkan. Diharapkan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori dan pemahaman
akademis, serta meningkatkan kesadaran dan pemahaman publik tentang
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

32
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. Z., & Harianto, D. F. (2020). Pengaruh Penerapan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Di Surabaya. In Jurnal Rekayasa Tenik Sipil Universitas Madura (Vol. 5, Issue
Juni).

Ilmu Sosial, J., Dan Humaniora, P., Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Dinas Lingkungan Hidup Kota Sukabumi, I., Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Dinas Lingkungan
Hidup Kota Sukabumi Rafly Trisesya, I., Nur, T., & Meigawati, D. (2021).
IMPLEMENTASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA
SUKABUMI (STUDI KASUS PADA BIDANG PELAYANAN
KEBERSIHAN). Jurnal Ilmiah Muqoddimah : Jurnal Ilmu Sosial, Politik,
DanHumaniora, 5(2), 255–263. https://doi.org/10.31604/JIM.V5I2.2021.255-
263

Jurnal, P. :, Masyarakat, K., Ayunda, A., Tahapan, G. I., Keselamatan, P., Kesehatan,
D., Di, K., Anji, P. P., Ayunda Gaviota, A., & Mandagi, A. M. (2020).
Implementasi Tahapan Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT.
Puninar Anji Nyk Logistic Indonesia. Promotif : Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2), 105–115. https://doi.org/10.56338/PJKM.V10I2.1128

Kadek, N., Murtiasih, A., & Wiryawan, W. G. (2022). Implementasi Peraturan


Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DI PT PLN (PERSERO) UID BALI. Jurnal
Hukum Mahasiswa, 2(02), 258–269. https://doi.org/10.36733/jhm.v1i2

Karmeli, E., Suprianto, S., Muis, A., & Pamungkas, B. D. (2021). PENGARUH
IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
TERHADAP KINERJA KARYAWAN. Samalewa: Jurnal Riset & Kajian
Manajemen, 1(1), 11–23. https://doi.org/10.58406/SAMALEWA.V1I1.368

33
Keselamatan, P., Kesehatan Kerja (k3, D., Kerja, L., Beban, D., Terhadap, K.,
Karyawa, K., Ryani, ), Parashakti, D., & Putriawati, ). (2020). PENGARUH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3), LINGKUNGAN
KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN. Jurnal
Ilmu Manajemen Terapan, 1(3), 290–304.
https://doi.org/10.31933/JIMT.V1I3.113

Proses dan Strategi Negosiasi Dalam Industri Manufaktur Edvan Suwandi, A., Le
Xuan, T., Nelson, A., & Suwandi, E. (2023). Analisis Proses dan Strategi
Negosiasi Dalam Industri Manufaktur. Jurnal Sains Dan Teknologi, 4(3), 72–
75. https://doi.org/10.55338/saintek.v4i3.1119

Rachmawati, M., Ani, N., Studi, P. S., Masyarakat, K., & Kesehatan Masyarakat, F.
(2021). IMPLEMENTASI STANDAR KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA PERKANTORAN BERDASARKAN PERATURAN
MENTERI KESEHATAN RI NO. 48 TAHUN 2016 (Studi Kasus di Poltekkes
Kemenkes Surakarta Jurusan Jamu). IAKMI Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 2(1), 35–52. https://doi.org/10.46366/IJKMI.2.1.35-52

Rouddah, K. N., Safaatul Barkah, C., Jamil, N., & Novel, A. (2021). ANALISIS
NEGOSIASI BISNIS PERUSAHAAN TRADING DENGAN PENGEPUL
KOPI TORAJA (Studi Pada PT. Danapati Prakasa Sentosa). In Jurnal Bisnis
STRATEGI • (Vol. 30, Issue 1).

Swatika, B., Wibowo, P. A., & Abidin, Z. (2022). Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 11(02), 197–204.
https://doi.org/10.33221/jikm.v11i02.1220

34
NO FOTO BIODATA
1. Nama: Ginanjar Dwi Nugroho
NIM: 44522010056
No.HP: 081296999214

2. Nama: Luthfi Raka Putra


NIM: 44522010047
No.HP: 08998838319

3. Nama: ChantikamAzzahra Ananda


NIM: 44522010054
No.HP: 081806211480

4. Nama: Nazira Humaida


NIM: 44522010049
No.HP: 085714336816

5. Nama: Faras Nillya Siyami


NIM: 44522010053
No.HP: 085811629442

35
36

Anda mungkin juga menyukai