Business Word
Business Word
Disusun Oleh
Brian Sagara
NPM. 2306288654
1
2023
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur saya hadiratkan kepada Allah Subhana wa Ta’ala, Tuhan semesta alam,
atas rahmat dan barokahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah business plan
yang berjudul “Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam menurunkan risiko
bahaya kebakaran di Rumah Sakit Ridogalih Sukabumi”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat dari mata kuliah Manajemen K3 pada program studi Magister
Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, saya sampaikan juga terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam memberikan dukungan terhadap saya dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini, termasuk:
1. Ibu Prof. Dr. dr. Dewi Sumaryani Soemarko, MS, Sp.Ok, SubSp PsiKO (K), selaku
Kepala Program Studi Magister Kedokteran Kerja dan dosen mata kuliah Manajemen
K3.
2. Bpk Ir. Eka Satya Putra, selaku dosen mata kuliah Manajemen K3 yang telah
membimbing kami selama pembuatan makalah ini.
3. Bpk. Dr. Ahmad Fuady, M.Sc, PhD dan Ibu dr. Levina Chandra, MPH, selaku dosen
mata kuliah yang telah membantu dalam memberikan teori dan wawasan dalam bidang
Manajemen K3.
Kesempurnaan hanyalah miliki Allah. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna sehingga segala bentuk saran serta masukan dan kritik dari berbagai pihak
sangat saya harapkan. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan menginspirasi.
Penulis,
Brian Sagara
2
DAFTAR ISI
3
3.4 Causal Loop Diagram.....................................................................................................30
3.5 Program Kerja.................................................................................................................31
3.6 Peta Jalan.........................................................................................................................32
3.7 Prevention Balance Sheet................................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................34
4.1. Dasar Pemilihan dan Pembuatan.....................................................................................34
4.2. Analisis SWOT...............................................................................................................35
4.3. Pengembangan Program Kerja K3 dan Pengaruhnya terhadap Absenteisme.................35
4.4. Analisis Biaya untuk Peningkatan Fasilitas Pencegahan Kebakaran..............................36
4.5. Program Sosialisasi dengan Tim Pemadam Kebakaran dan Anggarannya....................37
4.6. Kelayakan Biaya Program Pencegahan Kebakaran dalam Prevention Balance Sheet...38
4.7. Peningkatan Fasilitas Pencegahan Kebakaran dan Analisis Biaya Terkait....................38
4.8. Hasil Penelitian...............................................................................................................39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................40
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................40
5.2. Saran................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................41
LAMPIRAN.................................................................................................................................42
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I PENDAHULUAN
7
risiko bahaya kebakaran dan bagaimana cara-cara yang dapat dilakukan untuk
mencegahnya. Kesadaran kolektif ini menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun
lingkungan yang aman dari ancaman kebakaran.
Selain edukasi, penanggulangan kebakaran juga harus diperkuat dengan pengadaan
sarana dan prasarana yang memadai. Pemenuhan peralatan seperti alat pemadam kebakaran
yang berkualitas dan mudah diakses menjadi salah satu kunci dalam menanggulangi potensi
kebakaran di RS Ridogalih. Keberadaan peralatan ini harus disertai dengan pelatihan
penggunaan yang benar kepada seluruh staf rumah sakit.
Studi yang dilakukan di RS Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo di Provinsi Jawa
Tengah menunjukkan bahwa pengetahuan perawat ruang inap sudah baik terkait sistem
evakuasi bencana kebakaran. Pendidikan dan pelatihan diberikan setahun sekali oleh Tim
Damkar Kota Semarang dan BPBD Provinsi Jawa Tengah. Namun, penyebaran informasi
melalui media massa dan elektronik jarang diakses oleh perawat, sehingga mungkin ada
kebutuhan untuk meningkatkan akses informasi ini.
Di sisi lain, sebuah penelitian di RSJD Surakarta menemukan bahwa sekitar 63,1%
pegawai memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya kebakaran, dan kesiapsiagaan
bahaya kebakaran pegawai mencapai 86,8%. Penelitian ini juga menunjukkan adanya
korelasi positif antara pengetahuan bahaya kebakaran dan kesiapsiagaan bahaya kebakaran.
Penelitian lain di RSUD Haji Surabaya menemukan bahwa meskipun kebijakan
tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran telah ditetapkan, penerapannya masih
belum maksimal. Sebanyak 89,4% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang
prosedur tetap penanggulangan kebakaran, dan kondisi fasilitas tanggap darurat seperti
APAR dan tangga darurat juga masih kurang memadai. Studi ini menyarankan sosialisasi
kebijakan tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran kepada karyawan dan
pengunjung rumah sakit.
Hasil survey pengetahuan pegawai yang dilakukan di Rumah Sakit Ridogalih serta
data dari Fire Risk Safety Assessment (FRSA) yang diperoleh menunjukkan bahwa masih
terdapat kelemahan dalam aspek kesadaran pegawai RS Ridogalih terkait bahaya kebakaran.
Kesadaran yang rendah ini berpotensi meningkatkan risiko kebakaran jika tidak segera
ditangani dengan langkah-langkah strategis.
8
Minimnya alat pemadam kebakaran yang tercatat dalam hasil survey tersebut
menandakan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan jumlah dan kualitas
peralatan proteksi kebakaran di RS Ridogalih. Ketersediaan alat pemadam yang cukup,
ditempatkan pada lokasi strategis, dan terawat dengan baik merupakan aspek penting dalam
strategi respons kebakaran yang efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan meningkatkan implementasi sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Rumah Sakit Ridogalih Sukabumi,
khususnya dalam menurunkan risiko bahaya kebakaran. Kebijakan yang menjadi acuan
termasuk Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, yang mengamanatkan penerapan sistem
manajemen K3 yang efektif di tempat kerja, termasuk di fasilitas-fasilitas kesehatan.
Kepatuhan terhadap peraturan ini tidak hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga
bagian integral dari tanggung jawab etis rumah sakit untuk memastikan keselamatan pasien
dan stafnya.
Melihat kondisi tersebut, penting bagi manajemen RS Ridogalih untuk
mengimplementasikan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang komprehensif.
Program K3 ini tidak hanya akan menekankan pada aspek teknis seperti pembaruan sistem
proteksi kebakaran tetapi juga pada pengembangan budaya keselamatan yang kuat di antara
staf rumah sakit. Melalui implementasi yang efektif dari program K3, diharapkan dapat
secara signifikan menurunkan risiko bahaya kebakaran di RS Ridogalih Sukabumi.
1.2. Permasalahan
Dalam upaya menurunkan risiko bahaya kebakaran melalui implementasi Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Ridogalih Sukabumi, terdapat berbagai
permasalahan yang mempengaruhi efektivitas program ini. Permasalahan ini mencakup
kurangnya kesadaran dan pelatihan staf mengenai keselamatan kebakaran, pemeliharaan
yang tidak memadai terhadap peralatan kebakaran dan medis, serta desain bangunan yang
tidak memenuhi standar keselamatan kebakaran.
Koordinasi yang kurang efektif dengan pemadam kebakaran, kepatuhan terhadap
regulasi yang tidak konsisten, dan keterbatasan anggaran juga menambah kompleksitas
tantangan yang dihadapi. Selain itu, kurangnya keterlibatan dan komitmen manajemen, serta
motivasi staf dalam program K3, menimbulkan hambatan tambahan.
9
Perubahan teknologi medis yang cepat dan budaya keselamatan yang lemah di rumah
sakit juga berkontribusi terhadap kesulitan dalam mengimplementasikan K3 secara efektif.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan
terkoordinasi, melibatkan semua aspek dan tingkatan di rumah sakit.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Ridogalih
Sukabumi bertujuan secara umum untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan sehat bagi semua staf, pasien, dan pengunjung. Ini termasuk pengurangan risiko
bahaya kebakaran melalui penerapan praktik keselamatan yang efektif dan efisien,
mengurangi potensi cedera atau kerusakan akibat kebakaran, dan memastikan
kepatuhan terhadap semua regulasi keselamatan dan kesehatan kerja yang relevan.
10
g. Meningkatkan keterlibatan dan komitmen manajemen dan staf dalam
implementasi dan pemeliharaan program K3.
h. Menyesuaikan program K3 untuk mengakomodasi perubahan dan kemajuan
teknologi medis yang dapat mempengaruhi risiko kebakaran.
i. Menciptakan dan memelihara budaya keselamatan yang kuat di seluruh rumah
sakit, di mana setiap anggota memahami pentingnya praktik keselamatan dan
berkontribusi aktif dalam pencegahan kebakaran.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
12
posisi pasar perusahaan. Selain itu, menyajikan detail profit, neraca, dan proyeksi arus kas
untuk dua tahun ke depan, serta strategi dan tujuan yang diinginkan oleh tim manajemen.
Business Plan adalah dokumen tertulis yang merinci rencana untuk memanfaatkan peluang
bisnis, menjelaskan keunggulan kompetitif, dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk
merealisasikan peluang tersebut menjadi usaha yang konkret.
Manfaat dari Business Plan adalah sebagai penghubung antara konsep dan realitas,
memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang akan dilakukan oleh pengusaha, dan
menyajikan tujuan serta strategi yang terformulasi dengan baik untuk digunakan secara
internal. Dokumen ini juga berperan sebagai materi promosi untuk pihak luar. Business
Plan mendukung pengembangan jiwa kewirausahaan dan dapat menjadi alat penting dalam
merencanakan bisnis, mengasah karakter kewirausahaan dan mempengaruhi cara berpikir
dalam bersaing di dunia bisnis.
13
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sebelum dan setelah diterapkannya.
Instrumen ini mengevaluasi perubahan dalam tiga aspek tersebut: perilaku kerja yang
terkait dengan praktik K3, keyakinan yang dipegang oleh pekerja dan perusahaan
yang berakar pada pengalaman-pengalaman terdahulu tentang K3, serta persepsi
pekerja mengenai implementasi K3 di tempat kerja. Pemahaman tentang transisi yang
terjadi karena penerapan K3 ini dicapai melalui pengamatan langsung terhadap proses
kerja dan dialog interaktif dengan pekerja menggunakan serangkaian pertanyaan yang
dirancang untuk tujuan tersebut.
14
akibat, mengilustrasikan alur lengkap dari strategi organisasi. Peta ini memfasilitasi
organisasi dalam mengkomunikasikan strategi secara keseluruhan kepada anggota
organisasi, guna memastikan pemahaman bersama yang diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi dengan sukses. Unit organisasi yang bertanggung jawab atas
pembuatan Peta Strategi adalah mereka yang memiliki visi dan misi yang terdefinisi
dengan baik serta proses manajemen yang terstruktur meliputi input, proses internal,
dan output.
15
Gambar 3. Casual Loop Diagram (CLD)
16
jangka panjang yang baik bergantung pada kemampuan perusahaan dalam
menciptakan dan menyediakan produk atau layanan baru yang menawarkan nilai
lebih untuk pelanggan. Indikator kinerja pelanggan dibagi menjadi dua, yaitu
pengukuran inti dan proposisi nilai pelanggan. Faktor kunci di sini meliputi kepuasan
pelanggan, retensi, akuisisi, manfaat nilai, dan pangsa pasar.
c. Aspek Proses Bisnis Internal
Aspek ini menggambarkan proses-proses penting yang memungkinkan bisnis
untuk memberikan proposisi nilai yang menarik dan mempertahankan pelanggan
dalam segmen pasar yang dituju, serta memuaskan pemegang saham. Setiap bisnis
memiliki proses yang memberikan nilai unik kepada pelanggannya.
d. Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan
Aspek terakhir dari Balanced Score Card berfokus pada pembangunan
infrastruktur yang memungkinkan pencapaian tujuan-tujuan dari tiga aspek lainnya,
serta menyokong pertumbuhan dan peningkatan berkelanjutan. Sangat penting bagi
entitas bisnis untuk berinvestasi tidak hanya pada peralatan produksi, tetapi juga pada
pengembangan sumber daya manusia, sistem, dan prosedur yang ada.
Peranan BSC adalah untuk menyampaikan dan menghubungkan sasaran-sasaran
strategis dengan parameter kinerja, merencanakan, menentukan sasaran-sasaran
khusus, menyinkronkan inisiatif-inisiatif strategis, serta mengembangkan sistem
umpan balik dan pembelajaran strategis untuk peningkatan yang berkelanjutan.
17
Gambar 4. Model Penghubung Perspektif BSC
Program Kerja, yang juga dikenal sebagai Matriks Strategi, merupakan metode
untuk mengoperasionalkan Balanced Score Card (BSC) menjadi serangkaian
aktivitas program konkret. Jika BSC menetapkan indikator utama dan indikator hasil
serta target-target yang diharapkan, maka Program Kerja akan mendetailkan berbagai
program yang merupakan turunan dari BSC tersebut, termasuk jadwal pelaksanaan
(timeline) mulai dari awal hingga akhir program, serta proyeksi anggaran yang
diperlukan.
18
Peta jalan yang ditampilkan dalam gambar menguraikan rencana aksi yang
komprehensif yang diambil oleh RS Ridogalih untuk meningkatkan kesadaran dan
respons terhadap risiko kebakaran, yang merupakan bagian dari inisiatif Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) mereka. Proses ini dimulai dengan "Starting State", yang
mengakui bahwa tingkat kesadaran dan edukasi pegawai RS tentang risiko kebakaran
rendah dan terdapat kekurangan alat pemadam kebakaran.
Dalam fase pertama, yaitu "Persiapan", yang mencapai 25% dari keseluruhan
progres, RS Ridogalih melaksanakan survei untuk menilai tingkat kesadaran pegawai,
melakukan analisis awal Fire Risk Safety Assessment (FRSA) per lantai, dan
memetakan area yang berisiko terhadap bahaya kebakaran. Ini diikuti oleh fase
kedua, "Pelaksanaan", yang mencapai 50% dari progres, di mana RS Ridogalih
memasang poster larangan merokok, menyelenggarakan program senam dan
motivasi, mengadakan alat pendeteksi kebakaran, membuat denah jalur evakuasi, dan
melakukan simulasi kebakaran dengan bantuan tim pemadam kebakaran kota untuk
sosialisasi.
Fase ketiga, "Evaluasi", menandakan penyelesaian penuh dari inisiatif dengan
100% progres, mencakup analisis ulang FRSA setelah alat pemadam kebakaran
diperoleh, survei ulang untuk mengevaluasi peningkatan kesadaran dan pengetahuan
pegawai tentang risiko kebakaran dan larangan merokok, serta pemantauan dan
monitoring kegiatan harian di RS.
Secara keseluruhan, peta jalan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap
tindakan strategis yang dilakukan dijalankan secara bertahap, terorganisir, dan
terukur, untuk memperkuat praktik K3 dan memastikan lingkungan kerja yang aman
di RS Ridogalih.
19
melalui penambahan nilai. Manfaat yang diperoleh melalui penghematan biaya sering
kali signifikan namun mungkin tidak permanen; peningkatan keselamatan
mengurangi kecelakaan sehingga biaya penanganan pasca-kecelakaan dapat
diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Sebaliknya, manfaat melalui penambahan
nilai dianggap sebagai solusi jangka panjang yang berkelanjutan.
20
produktivitas, kualitas, dan profitabilitas. Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970,
disebutkan tiga tujuan utama dari K3, yaitu: melindungi dan menjamin keselamatan semua
pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja, memastikan bahwa semua alat produksi
dapat dioperasikan dengan aman dan efisien, serta berkontribusi pada peningkatan
kesejahteraan dan produktivitas nasional.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, yang mendefinisikan kerangka kerja dan
persyaratan untuk sistem manajemen K3. Peraturan ini menggarisbawahi pentingnya
identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan kontrol risiko, serta persyaratan untuk pelatihan
dan kepatuhan terhadap prosedur darurat, termasuk dalam konteks bahaya kebakaran.
Kajian literatur ini akan membahas praktik terbaik dalam manajemen risiko kebakaran, serta
membandingkan standar yang ada dengan praktik yang diobservasi di Rumah Sakit
Ridogalih Sukabumi.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS) di Indonesia memberikan kerangka kerja yang komprehensif
untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dan sehat di rumah sakit. Permenkes ini
mengatur keselamatan kerja, kesehatan kerja, serta keselamatan dan kesehatan kerja khusus
di rumah sakit, termasuk definisi dan tujuan dari masing-masing konsep. Tujuan pengaturan
K3RS adalah untuk mencapai keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit secara
optimal, efektif, efisien, dan berkelanjutan. Setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan
K3RS, termasuk pembentukan dan pengembangan Sistem Manajemen K3RS (SMK3) dan
penerapan standar K3RS. SMK3 Rumah Sakit mencakup penetapan kebijakan K3RS,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta peninjauan dan peningkatan
kinerja K3RS. Kebijakan K3RS meliputi penetapan kebijakan dan tujuan dari program
K3RS, organisasi K3RS, serta dukungan pendanaan, sarana, dan prasarana. Perencanaan
K3RS dibuat berdasarkan manajemen risiko K3RS, peraturan perundang-undangan, dan
persyaratan lainnya, serta dilakukan setiap tahun dan ditinjau jika terdapat perubahan di
rumah sakit. Pelaksanaan rencana K3RS meliputi manajemen risiko K3RS, keselamatan dan
keamanan, pelayanan kesehatan kerja, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3),
pencegahan dan pengendalian kebakaran, pengelolaan prasarana dan peralatan medis, serta
kesiapsiagaan menghadapi darurat atau bencana.
21
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian,
pengukuran, dan audit internal, serta digunakan untuk tindakan perbaikan. Peninjauan dan
peningkatan kinerja K3RS dilakukan untuk memastikan kesesuaian dan efektivitas
penerapan SMK3 Rumah Sakit, dengan indikator kinerja yang dicapai setiap tahun.
22
yang komprehensif. Kerjasama ini melibatkan pertukaran pengetahuan dan sumber daya,
yang memperkuat kemampuan rumah sakit dalam menangani situasi darurat.
Implementasi K3 juga memperhitungkan aspek psikologis para staf dan pasien.
Inisiatif seperti program senam dan kegiatan peningkatan kesejahteraan diadakan untuk
tidak hanya menjaga kesehatan fisik tetapi juga meningkatkan moral dan motivasi tim.
Keadaan psikologis yang positif diakui sebagai faktor penting dalam mempromosikan
budaya keselamatan kerja yang efektif.
Namun, implementasi K3 tidak berhenti pada pencegahan dan persiapan. RS
Ridogalih juga menempatkan sistem evaluasi dan pemantauan yang kuat untuk mengawasi
efektivitas inisiatif K3 secara berkala. Melalui evaluasi ini, rumah sakit dapat
mengidentifikasi kelemahan dalam protokol keselamatan yang ada dan mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan standar keselamatan.
Pada akhirnya, upaya RS Ridogalih dalam mengimplementasikan K3 dan manajemen
risiko kebakaran mencerminkan sebuah komitmen yang tidak hanya memenuhi standar
regulasi tetapi juga memprioritaskan kesejahteraan setiap individu yang berada di dalam
rumah sakit. Langkah-langkah yang diambil RS Ridogalih menegaskan posisinya sebagai
institusi yang bertanggung jawab dan peduli, yang terus berupaya untuk menciptakan
lingkungan yang aman bagi semua orang.
23
BAB III BUSINESS PLAN
24
Komitmen mereka untuk berfungsi sebagai mitra kesehatan yang andal bagi
pemerintah dan masyarakat menunjukkan bahwa RS Ridogalih adalah lebih dari
sekadar tempat perawatan; itu adalah pusat komunitas yang berkontribusi pada
kesejahteraan kolektif dan pengembangan sosial.
25
SWAB PCR, tes narkoba, dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan untuk
memastikan kesehatan pasien.
26
3.2 Tabel Hasil Budaya (THB)
SEBELUM K3 SESUDAH K3
Inventarisasi alat pemadam Pembelian dan pemasangan
kebakaran yang tidak lengkap alat pemadam kebakaran
dan usang. modern dan mudah diakses di
seluruh rumah sakit.
Penilaian risiko kebakaran Implementasi penilaian risiko
yang tidak teratur atau tidak kebakaran secara berkala dan
TINDAKAN (Action)
ada. pembuatan rencana evakuasi
terperinci.
Tidak ada rencana evakuasi Pelabelan dan penandaan
yang jelas atau jalur evakuasi jalur evakuasi serta zona
yang ditandai. aman secara jelas di semua
area rumah sakit.
Kesadaran rendah tentang Peningkatan kesadaran dan
pentingnya keselamatan komitmen terhadap
kebakaran. keselamatan kebakaran di
semua level staf.
Persepsi bahwa kebakaran Keyakinan bahwa
adalah kejadian yang jarang pencegahan dan
KEPERCAYAAN (Belief) terjadi dan kurangnya urgensi kesiapsiagaan dapat
untuk persiapan. mengurangi risiko dan
dampak kebakaran.
Ketergantungan pada respons Perubahan mindset dari
eksternal darurat tanpa reaktif menjadi proaktif
inisiatif proaktif internal. dalam mengelola keselamatan
kebakaran.
PENGALAMAN Staf tidak terlatih dalam Pelatihan reguler untuk staf
27
penggunaan alat pemadam tentang penggunaan alat
kebakaran. pemadam dan protokol
keselamatan.
Kurangnya simulasi atau Penyelenggaraan simulasi
latihan darurat kebakaran. kebakaran secara rutin untuk
(Experience) meningkatkan kesiapsiagaan
dan respons.
Tidak adanya dokumentasi Pencatatan dan analisis
atau pelaporan insiden terkait insiden kebakaran untuk
kebakaran. pembelajaran dan
peningkatan berkelanjutan.
28
3.3 Peta Strategi
29
3.4 Causal Loop Diagram
30
3.5 Program Kerja
31
3.6 Peta Jalan
32
3.7 Prevention Balance Sheet
33
BAB IV PEMBAHASAN
34
4.2. Analisis SWOT
Berikut penjabaran tinjauan pembuatan business plan ini dengan menggunakan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat):
Tabel SWOT yang ditampilkan menjabarkan evaluasi internal dan eksternal terkait dengan
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di sebuah rumah sakit.
Untuk Strength (Kekuatan), terdapat dua poin utama: pertama, program ini dianggap
memiliki biaya yang masih terjangkau, khususnya jika dibandingkan dengan pendapatan bulanan
rumah sakit dan potensi kerugian yang bisa terjadi jika ada kebakaran. Kedua, program ini dapat
meningkatkan pengetahuan pegawai tentang cara mencegah dan menanggulangi risiko kebakaran
di rumah sakit, yang merupakan pengetahuan penting.
Pada bagian Weakness (Kelemahan), diidentifikasi bahwa pihak rumah sakit mungkin
merasa tidak perlu mengadakan alat pendeteksi kebakaran dan alat pemadam karena belum
pernah terjadi kebakaran sebelumnya. Kelemahan kedua adalah perlunya peningkatan kesadaran
baik dari atasan maupun pegawai bahwa pencegahan dan penanganan risiko kebakaran adalah
krusial untuk kelangsungan aktivitas rumah sakit.
Dalam Opportunity (Peluang), motivasi dari rekan kerja dapat meningkatkan kesadaran dan
kebutuhan akan larangan merokok. Selain itu, dukungan dari atasan atau direktur rumah sakit
yang peduli dan mendukung terhadap peningkatan mutu K3 juga merupakan peluang yang baik.
Akhirnya, untuk Threat (Ancaman), diidentifikasi bahwa keterbatasan dana yang ada bisa
menghambat peningkatan mutu K3. Ancaman lain adalah potensi kebakaran yang selama ini tidak
35
pernah terbayangkan atau dipikirkan oleh rumah sakit, yang bisa menjadi masalah besar jika
terjadi.
Secara keseluruhan, tabel ini menyoroti pentingnya memahami dan mengatasi kelemahan
internal dan eksternal dalam konteks K3, serta memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada
untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dan efisien.
37
diharapkan akan berkontribusi pada peningkatan kesadaran keselamatan kebakaran dan, pada
gilirannya, menurunkan risiko yang dapat menyebabkan kerugian jauh lebih besar bagi rumah sakit
baik secara finansial maupun reputasi.
4.6. Kelayakan Biaya Program Pencegahan Kebakaran dalam Prevention Balance Sheet
Analisis finansial mendalam dilakukan untuk mengevaluasi apakah total biaya yang
dikeluarkan oleh Rumah Sakit Ridogalih Sukabumi untuk program K3, khususnya pencegahan
kebakaran, adalah investasi yang layak. Total anggaran yang diinvestasikan untuk program ini,
yang mencakup kegiatan motivasi pagi, program senam, dan pengadaan alat kebakaran seperti
smoke detectors dan alarm kebakaran, mencapai jumlah signifikan. Namun, ketika dibandingkan
dengan potensi penghematan dan manfaat yang diperoleh dari penerapan program ini, biaya
tersebut tampaknya merupakan langkah strategis dan proaktif.
Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa walaupun rumah sakit menghadapi kendala
keuangan dan tidak dapat menyediakan data laba secara terperinci, cara alternatif untuk membiayai
program ini adalah melalui kontribusi sukarela pegawai. Dengan asumsi bahwa setengah dari
pegawai bersedia untuk menyisihkan 15 ribu rupiah per bulan, dana yang terkumpul mencapai
5,850.000 rupiah, yang dapat digunakan untuk mendukung program K3. Pendekatan ini tidak hanya
menunjukkan kepedulian kolektif terhadap keselamatan di tempat kerja, tetapi juga membantu
mengurangi beban finansial langsung dari rumah sakit.
Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat tantangan dalam
pembiayaan program K3, khususnya dalam aspek pencegahan kebakaran, solusi kreatif seperti
potongan gaji sukarela dari pegawai dapat menjadi alternatif yang layak untuk mendukung inisiatif
ini. Hal ini membuktikan bahwa dengan komitmen dan kerjasama dari seluruh staf, peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat dicapai, bahkan dalam kondisi keuangan yang ketat.
38
bagi pegawai dengan anggaran 100 ribu rupiah, sehingga total biaya untuk program ini mencapai
1,2 juta rupiah.
Selain itu, peningkatan fasilitas pencegahan kebakaran juga menjadi prioritas, dengan
pengadaan smoke detectors, alarm kebakaran, dan sprinkler. Mengingat keterbatasan anggaran,
hydrant tidak dimasukkan dalam program kerja saat ini. Total biaya untuk pengadaan peralatan ini
adalah 3 juta rupiah. Program ini juga melibatkan sosialisasi bersama tim pemadam kebakaran
setiap dua bulan dengan anggaran 300 ribu rupiah per sesi, yang digunakan untuk konsumsi tim
pemadam kebakaran.
Meskipun rumah sakit menghadapi kendala keuangan dan belum bisa membuka data laba
secara terperinci, salah satu solusi yang diajukan adalah kontribusi sukarela pegawai. Dengan
asumsi bahwa separuh dari pegawai, yaitu sekitar 65 orang, bersedia menyisihkan 15 ribu rupiah
per bulan, akan terkumpul dana sebesar 5,850.000 rupiah yang bisa digunakan untuk mendukung
program K3. Pendekatan ini menunjukkan cara kreatif untuk mengatasi tantangan pembiayaan,
memungkinkan rumah sakit untuk melaksanakan program ini tanpa mengalami kerugian finansial
yang signifikan.
39
demikian, diharapkan setelah 6 bulan pelaksanaan, akan ada perubahan budaya keselamatan yang
berkelanjutan di mana setiap anggota staf tidak hanya memiliki pengetahuan yang lebih baik,
tetapi juga memiliki kepercayaan yang lebih besar pada kemampuan mereka untuk berkontribusi
pada lingkungan kerja yang aman dari bahaya kebakaran.
40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
1. KURNIAWAN, R., Asril, A. and Rahayu, E.P. (2021) ‘Evaluasi Sistem tanggap Darurat
kebakaran Dan Preparedness (kesiapan) Sebagai Langkah Penanggulangan Kondisi darurat
Kebakaran di Rumah Sakit 3M plus tembilahan’, Media Kesmas (Public Health Media),
1(2), pp. 225–240. doi:10.25311/kesmas.vol1.iss2.53.
2. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
3. R. Gabriel, D. (2022). Pemanfaatan SIG dalam Menganalisis Keterkaitan Wilayah
Kebakaran dengan Hidrant, Rumah Sakit dan Pos Pemadam Kebakaran yang terdapat di
Wilayah Jakarta. Jurnal Komunikasi, Sains Dan Teknologi, 1(1), 19–26. Retrieved from
https://journal.proletargroup.org/index.php/JKST/article/view/4
4. Widyantara, B. O., Denny, H. M., and Kurniawan, B., 2020. Upaya Tanggap Darurat
Kebakaran di Instalasi Gizi Sebuah Rumah Sakit Swasta Kota Semarang. MEDIA
KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA, [Online] Volume 19(2), pp. 90-93.
5. Musyafak, A. (2020). Sistem Manajemen Kebakaran di Rumah Sakit. HIGEIA (Journal of
Public Health Research and Development), 4(Special 1), 158-169.
https://doi.org/10.15294/higeia.v4iSpecial 1.39387
6. Pritami, R.F., et al. (2023) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Diedit
oleh Wijaya, M.P., et al. Jakarta: Eureka Media Aksara.
7. Hutagalung, A.O. (2018) 'Pengaruh K3 dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Cleaning Service PT X di Jakarta', Jurnal Inkofar, 1(1).
8. Asih, E.N. (2019) Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit
dan Disiplin Kerja Karyawan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Omni Hospital
Pulomas. Tesis, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wiyatamandala.
9. Ismara, K.I. (2019) 'Hospital Safety Performance (Case Study of Dr. Sardjito Hospital
YOGYAKARTA)', Berita Kedokteran Masyarakat, 35(4), doi:10.22146/bkm.44763.
10. Hrp, N.A. dan Mudayana, A.A. (2019) 'Analisis Penerapan Housekeeping sebagai Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah', Kes
Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 13(1), hal. 21-29,
doi:10.12928/kesmas.v13i1.8240.
42
LAMPIRAN
Nama :
Jabatan :
43
10. Apakah Anda memiliki pemahaman yang cukup tentang peran
dan tanggung jawab Anda dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran di RS Ridogalih Sukabumi?
44
45
46