TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
atas asung kertha wara nugraha-Nya kami dapat menyelesaikan “ Program
Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Tahun
2022” ini tepat pada waktunya. Program ini bertujuan untuk memberikan acuan
dalam pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien agar dapat
berjalan secara sistematis dan berkesinambungan demi terciptanya mutu
pelayanan yang sesuai dengan standar profesi, menjamin keselamatan pasien dan
sejalan dengan permintaan masyarakat.
Program ini disusun berdasarkan Pedoman Peningkatan Mutu, Keselamatan
Pasien dan Manajemen Risiko serta Panduan Keselamatan Pasien Pada Rumah
Sakit Umum Bali Royal, dimana Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah
Sakit merupakan keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan
integratif yang menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif,
sistematik dan berkelanjutan dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran
pelayanan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan
pasien dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap sehingga pelayanan
yang diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna serta menjamin
keselamatan pasien.
Demikian dapat kami sampaikan semoga dengan tersusunnya Program
Peningkatan Mutu , Keselamatan pasien dan Manajemen Risiko tahun 2022 ini
dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu, Keselamatan
pasien dan Manajemen Risiko di Rumah Sakit Umum Bali Royal Tahun 2022.
Tim Penyusun
Komite Mutu Rumah Sakit
1. Ketua Komite Mutu
2. Sub Komite Peningkatan Mutu
3. Sub Komite Keselamatan
Pasien
4. Sub Komite Manajemen Risiko
i
DAFTAR ISI
ii
O. Manajemen Risiko ................................................................................................ 27
VI. SASARAN ............................................................................................................ 33
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN .......................................................... 34
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA ............ 35
A. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................. 35
B. Pelaporan............................................................................................................... 36
IX. PENUTUP............................................................................................................. 37
iii
I. PENDAHULUAN
1
II. LATAR BELAKANG
2
Intalasi, Kepala SMF, Komite, Kepala Unit, Koordinator unit untuk menentukan
rencana kegiatan PMKP dan Manajemen Risiko.
3
III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
A. Tujuan Umum
Terlaksananya kegiatan Peningkatan mutu pelayanan, Keselamatan
pasien dan Manajemen Risiko Rumah Sakit secara berkelanjutan dan
berkesinambungan.
B. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengukuran mutu Indikator termasuk Indikator Mutu
Nasional (INM), Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit (IMP-RS) dan
indikator mutu prioritas unit (IMP-Unit).
2. Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan
berkelanjutan
3. Mengurangi varian dalam praktek klinik dengan menerapkan
PPK/Algoritma/Protokol dan melakukan pengukuran dengan Clinical
Pathway
4. Mengukur dampak efisiensi dan efektifitas prioritas perbaikan terhadap
keuangan dan suber dayaPelaporan dan analisis insiden keselamatan
pasien
5. Penerapan Sasaran Keselamatan pasien
6. Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen
7. Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
8. Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu
dan capaian data kepada staf
9. Melaksanakan pengukuran budaya keselamatan, pelaporan insiden
terkait dengan prilaku yang tidak pantas
10. Melaksanakan manajemen risiko Rumah Sakit
4
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok dalam Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan
Manajemen Risiko adalah:
1. Melaksanakan pengukuran mutu Indikator, mencakup:
a. Pengukuran Indikator Nasional Mutu (INM)
b. Pengukuran Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit (IMP-RS)
c. Pengukuran Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit)
2. Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan
berkelanjutan
3. Mengurangi varian dalam praktek klinik dengan menerapkan
PPK/Algoritma/Protokol dan melakukan pengukuran dengan Clinical
Pathway
4. Mengukur dampak efisiensi dan efektifitas prioritas perbaikan terhadap
keuangan dan sumber daya
5. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien
6. Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien
7. Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen
8. Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien
9. Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan
capaian data kepada staf
10. Budaya Keselamatan
11. Manajemen Risiko
B. Rincian Kegiatan
1. Melaksanakan pengukuran mutu Indikator
a. Pengukuran Indikator Mutu Nasional
1) Pengumpulan data
2) Analisa dan interpretasi data
5
3) Validasi data
4) Analisis perbandingan dengan rumah sakit dengan pelayanan
sejenis
6
3. Mengurangi varian dalam praktek klinik dengan menerapkan
PPK/Algoritma/Protokol dan melakukan pengukuran dengan Clinical
Pathway pada 5 PPK Prioritas
a. Analisa Kepatuhan terhadap PPK Prioritas
b. Laporan audit medis dan rekomendasi
c. Pelaksanaan perbaikan
d. Monitoring mutu
4. Mengukur dampak efisiensi dan efektifitas prioritas perbaikan terhadap
keuangan dan sumber daya
Dilaksanakan dengan mengukur dampak efisiensi yang dihasilkan
setelah implementasi PPK pada pelayanan prioritas atau penerapan
Clinical Pathway
5. Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien
Laporan Insiden keselamatan pasien dianalisis dan dilaksanakan tindakan
korektif melalui pelaksanaan investigasi sederhana (untuk insiden
keselamatan pasien kategori biru/hijau) dan Root Cause Analysis (untuk
insiden keselamatan pasien kategori kuning/merah atau insiden
keselamatan pasien yang terjadi berulang)
6. Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien
a. Pemilihan indikator
b. Penetapan indikator
c. Pengumpulan dan analisa data
d. Pelaporan indikator
e. Rencana perbaikan dan pelaksanaan perbaikan
f. Monitoring
7. Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen
Seluruh kontrak pelayanan klinis dan kontrak manajemen dilaksanakan
evaluasi dengan indikator mutu sesuai dengan bunyi kesepakatan
kerjasama.
8. Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien
7
a. Pelatihan Eksternal untuk Direktur, Staf di Komite Mutu, Komite
Medis dan Komite Keperawatan tentang Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
b. Pelatihan Internal
1) Pelatihan Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan manajemen
Risiko untuk seluruh staf
2) Workshop Assesmen Risiko dan Indikator Mutu untuk
penanggung jawab data dan Staf Pengumpul Data
9. Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan
capaian data kepada staf
1. Rapat Monitoring Mutu Triwulan
2. Rapat Bulanan Unit
10. Monitoring mutu Pengadaan alat/obat, pelayanan anestesi bedah
a. Identifikasi proses pengadaan alat/obat dan pelayanan anestesi dan
bedah
b. Pemilihan indikator
c. Pengumpulan dan analisa data
d. Evaluasi hasil analisa data dan tindak lanjut
11. Penilaian kinerja profesional pemberi asuhan, staf klinis dan non klinis
a. Pemilihan indikator
b. Penetapan indikator
c. Pengumpulan dan analisa data
d. Pelaporan Indikator
e. Rencana perbaikan dan pelaksanaan perbaikan
f. Monitoring mutu
12. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Penelitian Klinis
a. Pelaksanaan orientasi peserta didik
b. Keterlibatan peserta didik dalam peningkatan mutu, keselamatan
pasien dan manajemen risiko
c. Analisis aktivitas peserta didik tidak menurunkan mutu Rumah Sakit
d. Survei Kepuasan Pasien terhadap peserta didik
8
13. Evaluasi Kepuasan pasien
14. Budaya Keselamatan
a. Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk
mencegah terjadinya kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi.
b. Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan
insiden tanpa takut dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakuan
secara adil (just culture)
c. Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah
keselamatan pasien.
d. Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu
kerja para staf, pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan
masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan masalah keselamatan.
e. Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang
tidak diinginkan (perilaku sembrono).
f. Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok
fokus diskusi (FGD), wawancara dengan staf, dan analisis data.
g. Mendorong kerja sama dan membangun sistem, dalam
mengembangkan budaya perilaku yang aman.
h. Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf
pada semua jenjang di rumah sakit, termasuk manajemen, staf
administrasi, staf klinis dan nonklinis, dokter praktisi mandiri,
representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.
15. Manajemen Risiko
a. Melaksanakan proses manajemen risiko:
1) Komunikasi dan konsultasi.
2) Menetapkan konteks.
6) Penanganan risiko.
9
7) Pemantauan risiko.
10
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
A. Melaksanakan pengukuran mutu Indikator
1. Pengukuran Indkator Mutu Nasional (INM)
a. Pengumpulan data
Indikator Mutu Nasional adalah indikator mutu yang wajib dipantau
oleh Rumah Sakit dan fasilias kesehatan dan ditetapkan oleh
Kemenkes. Indikator yang ditetapkan sebagai indikator mutu
nasional adalah:
1) Kepatuhan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
2) Kepatuhan Penggunaan APD
3) Kepatuhan Identifikasi Pasien
4) Waktu tanggap Operasi Seksio sesarea emergensi
5) Waktu tunggu rawat jalan
6) Penundaan Operasi elektif
7) Kepatuhan waktu visite Dokter
8) Pelaporan Hasil Kritis Laboratorium
9) Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
10) Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
11) Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Jatuh
12) Kepuasan Pasien dan Keluarga
13) Kecepatan Waktu Tanggap Komplain
b. Analisa dan interpretasi data
Analisa data dilaksanakan dengan menggunakan grafik line untuk
mengetahui trend capaian dari waktu ke waktu.
Analisa data dilaksanakan dengan menggunakan grafik batang untuk
mengetahui trend dari waktu ke waktu dari beberapa unit atau
beberapa objek data
c. Validasi data
Validasi data dilaksanakan pada indikator baru, yang mengalami
perubahan baik dari segi profil maupun pengumpul datanya atau
indikator yang dilaksanakan publikasi data. Penentuan sampel
11
validasi mengacu pada pemilihan sampel berdasarkan kertjie-
morgan (1970). Data dinyatakan valid apabila tingkat validitas >
90%
d. Analisis perbandingan dengan rumah sakit dengan pelayanan sejenis
Analisis perbandingan dilaksanakan dengan
1) Membandingkan data dari waktu ke waktu setiap 3 bulan sekali,
data atau titik yang ada di gambar grafik minimal 5-6 titik, bila
di gambar grafik baru ada 3 titik maka dapat diartikan analisa
tren belum dilakukan
2) Membandingkan dengan Rumah Sakit lain dengan pelayanan
sejenis 2 kali dalam setahun atau setiap 6 bulan sekali
3) Membandingkan dengan standar-standar, seperti yang
ditentukan oleh badan akreditasi atau organisasi profesional
ataupun standar-standar yang ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan
4) Membandingkan dengan praktik praktik yang diinginkan yang
dalam literatur digolongkan sebagai best practice (praktik
terbaik) atau better practice (praktik yang lebih baik) atau
practice guidelines (panduan praktik klinik)
12
5) Ketidakpuasan pasien dan staf
6) Kemudahan dalam pengukuran
7) Memberikan pengalaman pasien lebih baik (Patient Experience)
b. Pemilihan indikator mutu prioritas
Direktur rumah sakit bersama-sama dengan para pimpinan/manajer
pelayanan dan manajemen memilih dan menetapkan pengukuran
mutu pelayanan klinis prioritas untuk dilakukan evaluasi, dengan
kriteria:
1) Indikator Mutu Rumah Sakit dipilih berdasarkan keseluruhan
daftar indikator unit yang dianggap memilki high risk, high
volume dan high costdan sesuai dengan topik pelayanan
prioritas yang ditetapkan
2) Indikator dipilih berdasarkan standar yang diminta sesuai
dengan Akreditasi Rumah Sakit
Pengukuran mutu pelayanan klinis tersebut dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator mutu sesuai kebutuhan, sebagai
berikut:
1) Indikator Sasaran Keselamatan Pasien minimal 1 indikator
2) Indikator pelayanan klinis prioritas minimal 1 indikator
3) Indikator sesuai tujuan strategis rumah sakit (KPI) minimal 1
indikator
4) Indikator terkait perbaikan sistem minimal 1 indikator
5) Indikator terkait manajemen risiko minimal 1 indikator
Indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus
selama setahun, tidak bermanfaat untuk melakukan perbaikan,
karena sudah tidak ada lagi yang perlu diperbaiki, maka sebaiknya
diganti dengan indikator mutu baru.
c. Pemilihan 5 PPK Prioritas
Fokus perbaikan praktik klinis melibatkan komite medis dan
kelompok staf medis terkait. Setiap tahun Kelompok staf medis
memilih 5 Panduan Praktik Klinis Prioritas atau alur klinis/Cilinical
13
Pathway (CP) atau protokol, algoritme, prosedur atau standing order
yang dimonitor implementasinya oleh Komite Medik dan atau Sub
Komite Mutu Profesi.
Pemilihan berdasarkan:
1) Penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi
2) Penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi
3) Penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi
4) Sesuai dengan populasi pasien yang ada di Rumah Sakit
Tujuan dari monitoring pelaksanaan evaluasi prioritas standar
pelayanan kedokteran sebagai berikut:
1) Mendorong tercapainya standarisasi proses asuhan klinik
2) Mengurangi risiko dalam proses asuhan, terutama yang
berkaitan asuhan kritis
3) Memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien dlam
memberikan asuhan klinik tepat waktu dan efektif
4) Memanfaatkan indikator prioritas sebagai indikator dalam
penilaian kepatuhan penerapan alur klinis di area yang akan
diperbaiki di tingkat rumah sakit
5) Secara konsisten menggunakan praktik berbasis bukti (evidence
based practices) dalam memberikan asuhan bermutu tinggi
d. Audit Medik/Audit Klinis pada Prioritas Pelayanan
Audit medis/Audit Klinis dilaksanakan pada 5 PPK Prioritas yang
dievaluasi dengan tingkat kepatuhan di bawah standar, penurunan
trend atau pelaksanaan pelayanan dengan tingkat variasi yang tinggi.
Pelaksanaan evaluasi implementasi PPK-CP
1) Koordinasi Komite Mutu-Keselamatan Pasien, komite medis,
bidang pelayanan dan bidang lainnya
2) Tentukan indikator yang akan diaudit: indikator proses,
outcome, varians
3) Evaluasi : kepatuhan PPA, kendala dan hambatan
4) Waktu pelaksanaan audit setiap 3 bulan sekali
14
5) Penerapan rencana perbaikan
e. Pengumpulan data, analisa interpretasi data, feedback data
Pengumpulan data dilaksanakan oleh staf pengumpul data melalui
lembar pengumpulan data harian dan dilaporkan ke Komite Mutu
setiap bulannya. Komite Mutu melaksanakan Interpretasi data dan
analisa data setiap 3 bulan sekali untuk mengevaluasi trend dan
capaian yang dilapokan kepada Direktur untuk ditindaklanjuti.
f. Pelaporan
Hasil Analisa Data dan tindak lanjut yang telah dilaksanakan
dilaporkan kepada representasi pemilik setiap 3 bulan sekali untuk
diberikan rekomendasi dan feedback dalam perbaikan di rumah
sakit.
15
prioritas pengukuran mutu rumah sakit, sumber data pasti dari
unit dan menjadi indikator mutu unit
3) Fokus mengukur hal-hal yang ingin diperbaiki
4) Melakukan koordinasi dengan komite medis, bila evaluasi
penerapan panduan praktik klinis dan evaluasi kinerja dokter
menggunakan indikator mutu
5) Indikator mutu yang digunakan untuk melakukan evaluausi
kontrak pelayanan klinis atau non klinis, bila sumber data di
unit tersebut.
b. Penetapan indikator
Pimpinan unit kerja terlibat langsung dalam pemilihan dan
penetapan yang ingin diukur di unit kerja. Indikator mutu unit kerja
dapat menggunakan indikator mutu yang tercantum di dalam standar
pelayanan minimal. Indikator mutu di unit pelayanan dapat meliputi
indikator mutu area klinis, indikator area manajemen dan indikator
mutu penerapan sasaran keselamatan pasien. Indikator di unit kerja
(non pelayanan) minimal meliputi indikator area manajemen.
c. Pengumpulan dan analisa data
Pengumpulan data merupakan bagian penting dari penilaian kinerja
mendukung asuhan pasien dan manajemen yang lebih baik.
Pengumpulan data dilaksanakan di masing-masing unit kerja terkait
dalam periode waktu tertentu
Untuk mencapai kesimpulan dan membuat keputusan, data harus
dikumpulkan, dianalisis dan diubah menjadi informasi yang
berguna. Analisis data melibatkan indvidu di dalam Komite Mutu
d. Pelaporan indikator
Pelaporan data indikator mutu unit dilaksanakan oleh Penanggung
Jawab Mutu Unit setiap bulannya melalui formulir laporan
terintegrasi
16
e. Rencana perbaikan dan pelaksanaan perbaikan
Laporan data indikator dilaksanakan analisa data oleh Penanggung
jawab Mutu unit dan dilaksanakan rapat unit untuk membahas
rencana perbaikan. Pelaksanaan tindak lanjut yang dilaksanakan
didokumentasikan di unit kerja
f. Monitoring mutu
Monitoring mutu dilaksanakan setelah dilaksanakan tindak lanjut
untuk mengetahui trend perbaikan yang dicapai melalui grafik line
yang diinformasikan kepada seluruh staf di unit kerjanya.
17
Hasil audit medis dilaporkan kepada Direktur dan ditembuskan ke
Komite Mutu dengan mengajukan rekomendasi-rekomendasi dalam
upaya perbaikan yang direncanakan
3. Pelaksanaan perbaikan
Direktur memberikan feedback dan penetapan tindak lanjut yang harus
dilaksanakan kepada bidang/bagian yang terkait
4. Monitoring mutu
Monitoring mutu dilaksanakan setelah tindak lanjut dilaksanakan dengan
melihat hasil analisa kepatuhan terhadap PPK setelah perbaikan.
18
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada Atasan langsung
pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen :
Supervisor/ Kepala Bagian/Instalasi/Departemen/ Unit, Ketua Komite
Medis /Ketua K.SMF).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan.
5. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
6. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan Regrading.
7. Untuk grade Kuning/Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis
akar masalah / Root Cause Analysis (RCA).
8. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa :
Petunjuk/”Safety alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali.
9. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
10. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan
balik kepada unit kerja terkait.
11. Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya
masing-masing.
12. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
19
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan
identifikasi dan kajian hal yang potensial bermasalah
4. Bakukan sistem pelaporan insiden:
Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden
5. Pemberdayaan dan komunikasi dengan pasien:
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien:
Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan sistem pelayanan
20
ditindaklanjuti melalui mekanisme investigasi sederhana atau Root
Cause Analysis.
3. Pelaporan
Hasil Analisa Data dan tindak lanjut yang telah dilaksanakan dilaporkan
kepada representasi pemilik setiap 3 bulan sekali untuk diberikan
rekomendasi dan feedback dalam perbaikan di rumah sakit.
21
H. Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
1. Pelatihan Eksternal untuk Direktur, Staf di Komite Mutu, Komite Medis
dan Komite Keperawatan tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien
2. Pelatihan Internal
a. Pelatihan Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan manajemen
Risiko untuk seluruh staf
b. Workshop Assesmen Risiko dan Indikator Mutu untuk penanggung
jawab data dan Staf Pengumpul Data.
22
2. Rumah Sakit mengidentifikasi seluruh alat/obat yang diadakan dan
pelayanan anestesi dan bedah.
3. Pemilihan indikator
4. Pemilihan indikator evaluasi pengadaan alat/obat dilaksanakan dengan
memastikan adanya alat baru/alat lama dan obat dengan biaya tinggi,
risiko tinggi terhadap keselamatan pasien.
5. Pengumpulan dan analisa data
6. Indikator pengadaan alat/obat dinilai mutunya oleh Kepala
Bidang/Bagian yang terkait dengan alat/obat yang diadakan. Data
dikumpulkan oleh unit kerja dan dilaksanakan analisa oleh masing
bidang/bagian. Hasil analisa dilaporkan ke Komite Mutu
7. Evaluasi hasil analisa data dan tindak lanjut
8. Hasil penilaian ini sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan
pembelian kembali atau pengadaan alat/obat baru yang lebih aman. Hasil
ini dilaporkan kepada direksi untuk dilaksanakan tindak lanjut dan
pengambilan keputusan.
23
Hasil analisa data dievaluasi dan disampaikan dalam bentuk laporan dan
rekomendasi kepada Direktur untuk dilaksanakan tindak lanjuit
perbaikan.
N. Budaya Keselamatan
Budaya keselamatan di rumah sakit merupakan suatu lingkungan
kolaboratif di mana para dokter saling menghargai satu sama lain, para
pimpinan mendorong kerja sama tim yang efektif dan menciptakan rasa
aman secara psikologis serta anggota tim dapat belajar dari insiden
keselamatan pasien, para pemberi layanan menyadari bahwa ada
24
keterbatasan manusia yang bekerja dalam suatu sistem yang kompleks dan
terdapat suatu proses pembelajaran serta upaya untuk mendorong perbaikan.
Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku individu maupun kelompok yang
menentukan komitmen terhadap, serta kemampuan mengelola pelayanan
kesehatan maupun keselamatan.
Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang
membutuhkan kerja sama dan rasa hormat satu sama lain, tanpa memandang
jabatannya. Pimpinan rumah sakit menunjukkan komitmennya mendorong
terciptanya budaya keselamatan, tidak mengintimidasi dan atau
mempengaruhi staf dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga
Rumah Sakit Mata Bali Mandara melaksanakan monitoring dan evaluasi
terhadap:
1. Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk
mencegah terjadinya kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi.
a) Rumah sakit menyediakan Standar Prosedur Operasional (SPO) pada
tindakan pada pelayanan berisiko tinggi di seluruh unit kerja
mencakup sasaran keselamatan pasien
b) Pelaksanaan review berkala Standar Operasional
c) Melaksanakan supervisi berjenjang kepatuhan terhadap SPO oleh
atasan langsung
d) Melaksanakan monitoring kepatuhan melalui indikator mutu sasaran
keselamatan pasien
2. Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan
insiden tanpa takut dikenakan sanksi atau teguran dan diperlakuan
secara adil (just culture)
a) Menyediakan mekanisme dan alur pelaporan insiden keselamatan
pasien dan disosialisasikan ke seluruh unit layanan
b) Menyediakan mekanisme pelaporan insiden budaya keselamatan yang
menjamin kerahasiaan informasi
25
c) Setiap laporan yang diterima, dilaksanakan analisis akar masalah
untuk memastikan penyebab utama insiden
3. Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah
keselamatan pasien.
a) Segala bentuk laporan insiden keselamatan pasien ditindaklanjuti,
dengan melaksanakan rapat koordinasi melibatkan pimpinan, kepala
unit dan staf terkait (membentuk tim) saat terjadi insiden dan
dianalisa setiap 3 bulan sekali dalam rapat monitoring mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko.
4. Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu
kerja para staf, pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan
masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan masalah keselamatan.
a) Pelaporan insiden dilaksanakan oleh staf yang mendengar terjadinya
prilaku yang tidak pantas baik secara fisik maupun psikis melalui
SIPRIMA dengan tidak menyertakan identitas diri/anonim. Pelaporan
juga dapat dilaksanakan secara langsung ke WA Direktur Rumah
Sakit Mata Bali Mandara, dengan identitas hanya diketahui oleh
Direktur dan dirahasiakan pada saat merumuskan tindak lanjut
b) Rumah sakit melaksanakan analisa beban kerja setiap tahun sekali
untuk memastikan kesesuaian jumlah staf dan beban kerja yang
tersedia
5. Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang tidak
diinginkan (perilaku sembrono).
Investigasi dan perbaikan prilaku dilaksanakan dengan melaksanakan
survey prilaku budaya keselamatan setiap bulan sekali, melalui checlist
evaluasi prilaku budaya keselamatan
6. Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok fokus
diskusi (FGD), wawancara dengan staf, dan analisis data.
Evaluasi Budaya Keselamatan dilaksanakan melalui pengukuran budaya
keselamatan. Pengukuran Budaya Keselamatan dilaksanakan setiap tahun
sekali dengan menggunakan kuisioner Budaya Keselamatan, dimana
26
seluruh staf di Rumah Sakit Umum Bali Royal ikut serta dalam
pengisian kuisioner Budaya Keselamatan Rumah sakit.
7. Mendorong kerja sama dan membangun sistem, dalam
mengembangkan budaya perilaku yang aman.
Laporan insiden keselamatan yang teridentifikasi digunakan sebagai
media pembelajaran dalam mengembangkan dan memperbaiki sistem di
Rumah Sakit dengan melibatkan seluruh staf.
8. Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf pada
semua jenjang di rumah sakit, termasuk manajemen, staf
administrasi, staf klinis dan nonklinis, dokter praktisi mandiri,
representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.
O. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah proses yang proaktif dan berkesinambungan
meliputi identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan risiko, termasuk berbagai strategi yang
27
dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya. Tujuan penerapan
manajemen risiko untuk mencegah terjadinya cedera dan kerugian di rumah
sakit. Rumah sakit perlu menerapkan manajemen risiko dan rencana
penanganan risiko untuk memitigasi dan mengurangi risiko bahaya yang ada
atau mungkin terjadi.
Tujuan:
Tujuan Program Manajemen Risiko Prioritas ini adalah sebagai acuan
dalam upaya pengelolaan risiko-risiko prioritas Rumah Sakit Umum Bali
Royal yang ditetapkan sebagai profil risiko RSU Bali Royal sesuai dengan
selera risiko organisasi dan kemampuan organisasi sehingga risiko-risiko
tidak menjadi aktual dan dapat mencegah RS BROS mencapai tujuannya.
Program Manajemen Risiko
1. Melaksanakan proses manajemen risiko:
a. Komunikasi dan konsultasi.
b. Menetapkan konteks.
c. Identifikasi risiko sesuai kategori risiko, dengan
1) Melaksanakan ronde untuk mengidentifikasi risiko di masing-
masing unit Rumah Sakit
2) Mengumpulkan laporan bulanan assesmen risiko dari seluruh
unit rumah sakit
Risiko yang diidentifikasi mencakup:
1) Operasional adalah risiko yang terjadi saat rumah sakit
memberikan pelayanan kepada pasien baik klinis maupun non
klinis.
2) Risiko klinis yaitu risiko operasional yang terkait dengan
pelayanan kepada pasien (keselamatan pasien) meliputi
risiko yang berhubungan dengan perawatan klinis dan
pelayanan penunjang seperti kesalahan diagnostik, bedah atau
pengobatan.
3) Risiko non klinis yang juga termasuk risiko operasional adalah
risiko PPI (terkait pengendalian dan pencegahan infeksi
28
misalnya sterilisasi, laundry, gizi, ruang penitipan jenazah dan
lain-lainnya), risiko MFK (terkait dengan fasilitas dan
lingkungan, seperti kondisi bangunan yang membahayakan,
risiko yang terkait dengan ketersediaan sumber air dan listrik,
dan lain lain. Unit klinis maupun non klinis dapat memiliki
risiko yang lain sesuai dengan proses bisnis / kegiatan yang
dilakukan di unitnya. Misalnya unit humas dapat
mengidentifikasi risiko reputasi dan risiko keuangan.
4) Risiko Keuangan; risiko kepatuhan (terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku);
5) Risiko Reputasi (citra rumah sakit yang dirasakan oleh
masyarakat),
6) Risiko Strategis (terkait dengan rencana strategis termasuk
tujuan strategis rumah sakit);
7) Risiko Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi
d. Analisa risiko.
Melaksanakan analisa risiko dengan melaksanakan grading
risiko berdasarkan penilaian occurence (sering tidaknya terjadi),
severity (keparahan dampak yang ditimbulkan), Detectable (mudah
tidaknya terdeteksi).
Penerapan manajemen resiko bertujuan untuk meminimalisir
resiko yang dapat terjadi di masa datang. Dengan adanya tindakan
yang antisipatif, bila terjadi insiden maka sudah tersedianya
alternatif keputusan yang dilengkap analisis dampak dan
konsekuensi. Secara singkat proses manajemen resiko dimulai
dengan identifikasi resiko, analisa resiko mana yang perlu tindakan
segera, pengelolaan resiko, dan follow up.
1) Menyusun RCA tahun 2022, RCA disusun berdasarkan insiden
keselamatan pasien dengan grading kuning atau merah selama
tahun 2022. Bila tidak ditemukan adanya insiden dengan
grading kuning atau merah, maka RCA dibuat berdasarkan
29
insiden dengan grading hijau atau biru namun terjadi secara
berulang lebih dari 1 kali.
2) Menyusun FMEA tahun 2022. FMEA disusun berdasarkan
risiko dengan grading tertinggi di tahun 2021. FMEA disusun
setiap 1 tahun sekali
e. Evaluasi risiko.
Evaluasi risiko dilakukan dengan menghitung kembali nilai Risiko
(frekuensi dan dampak) setelah dilaksanakan tindak lanjut.
f. Penanganan risiko.
Pengelolaan Risiko dilakukan dengan pelaksanaan rencana tindak
lanjut yang telah ditetapkan.
g. Pemantauan risiko.
1) Menyusun Risk Register setiap 3 bulan sekali
2. Integrasi manajemen risiko di rumah sakit.
Integrasi manajemen risiko di rumah sakit dilaksanakan melalui rapat
rutin dengan unit kerja setiap bulan. Setiap risiko yang teridentifikasi
dikelola dengan rencana tindak lanjut yang dimasukkan sebagai program
kerja unit, sehingga dapat dikelola dan dievaluasi secara berkala.
3. Pelaporan kegiatan program manajemen risiko.
Pelaporan Program manajemen risiko dilaksanakan setiap 6 bulan sekali
kepada Direktur dan direktur PT PHJ
4. Pengelolaan klaim tuntunan yang dapat menyebabkan tuntutan pada
rumah sakit.
30
2. Risiko kegagalan komunikasi efektif (SBAR)
3. Risiko kesalahan peresepan obat
4. Risiko kesalahan pemberian obat
5. Risiko kematian di meja operasi
6. Risiko terjadinya IDO
7. Risiko kegagalan merespon Emergency Respon Time (Waktu
Tanggap Pelayanan Gawat Darurat ≤ 5 menit)
8. Risiko kegagalan memenuhi target Waktu Lapor Hasil Kritis
Laboratorium < 30 menit
9. Risiko kegagalan Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko cidera Akibat
Pasien Jatuh
10. Risiko salah operasi (salah sisi/ area, salah orang, salah prosedur)
11. Risiko kegagalan tersedianya pelayanan akibat tidak tersedianya
sarana prasarana
12. Risiko tidak tercapainya target hasil Survey Kepuasan Masyarakat
13. Risiko listrik mati
14. Risiko kegagalan kinerja genset
15. Risiko tidak tersedianya air bersih
16. Risiko kegagalan kerja elevator/ lift
17. Risiko terputusnya jaringan internet
18. Risiko kebakaran
19. Risiko kegagalan kinerja alarm
20. Risiko kegagalan kinerja sprinkler
21. Risiko benturan kepentingan
22. Risiko terjadinya tuntutan hukum
23. Risiko terjadinya klaim akibat proses hukum
24. Risiko kecelakaan kerja
31
2. Penetapan Rencana Pengelolaan risiko prioritas RSU Bali Royal /
profil risiko RSU Bali Royal
3. Integrasi pengelolaan risiko risiko prioritas RSU Bali Royal / profil
risiko RSU Bali Royal dengan program unit-unit terkait
4. Pengelolaan risiko risiko prioritas RSU Bali Royal / profil risiko RSU
Bali Royal
5. Pengawasan pengelolaan risiko risiko prioritas RSU Bali Royal /
profil risiko RSU Bali Royal
6. Evaluasi pengawasan risiko prioritas/ profil risiko RSU Bali Royal
32
VI. SASARAN
Sasaran Program Peningkatan Mutu adalah target per tahun yang spesifik dan
terukur untuk mencapai tujuan-tujuan program, antara Lain:
1. Tercapainya Indikator Mutu Nasional 100%
2. Tercapainya Indikator Mutu di Prioritas Pelayanan Rumah Sakit 95%
3. Tercapainya Indikator Mutu Unit 95%
4. Tercapainya Kepatuhan terhadap Clinical Pathway 85%
5. Tercapainya indikator pelayanan kontrak/kerjasama 100%
6. Tercapainya indikator Budaya Keselamatan 100%
7. Hasil survey Budaya Keselamatan ≥ 70%
8. Persentase rencana tindak lanjut perbaikan indikator mutu yang
dilaksanakan 100%
9. Persentase Laporan Insiden Keselamatan Pasien yang ditindaklanjuti
100%
10. Tercapainya Kepuasan Pelanggan 80.00
11. Pengelolaan Manajemen Risiko 100%
33
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
34
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
35
B. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Hasil analisa data dari PIC dilaporkan kepada Komite Mutu untuk
divalidasi.
2. Sajikan data yang telah dilakukan analisis dan validasi data ke dalam
format laporan resmi rumah sakit
3. Sampaikan hasil kepada Direktur setiap bulan, 3 bulan, semester dan
tahunan dalam laporan kinerja.
4. Mohon rekomendasi dari Direksi dan unit terkait setelah penyampaian
hasil dalam rapat monitoring triwulan
5. Feedback hasil monitoring mutu triwulan kepada unit kerja masing-
masing
6. Evaluasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien dilaksanakan setiap
tahun sekali dengan pembuatan laporan tahunan dan disampaikan
kepada direktur PTPHJ pada rapat evaluasi tahunan.
7. Direktur bertanggung jawab melaporkan hasil evaluasi peningkatan
mutu dan keselamatan pasien rumah sakit kepada pemilik rumah sakit
setiap 1 tahun sekali
36
IX. PENUTUP
Disetujui Oleh,
Direkur PT. Putra Husada Jaya
37