Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Media biakan adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien)
yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media
dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan sejumlah
mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut
harus memenuhi syarat-syarat, antara lain :
a) Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba.
b) Harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan tumbuh.
c) Tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
d) Harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan
dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo,1991).
Agar-agar, gelatin, atau gel silica merupakan bahan untuk membuat medium menjadi
padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-
agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstrasi dari algae marine
genus Gelidium, namun sebagian besar mikroorganisme tidak dapat menggunakannya
sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat
(Hadioetomo,1993).
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba dapat diklasifikasikan
berdasarkan pada komposisi (medium sintetis, medium semi sintetis, dan medium non
sintetis), konsentrasi (solid medium, semi solid medium, dan broth medium), dan
selektivitas (medium umum, medium diferensial, medium uji, dan medium diperkaya)
(Waluyo,2005).
Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana
yang hanya mengandung garam anorganik di tambah sumber karbon organik seperti gula.
Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu
berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya. Akan tetapi yang
terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat
molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan
molekul kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk
hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Volk, dan Wheeler,
1993).
Di RSUP Dr.Kariadi, khususnya di laboratorium Mikrobiologi Klinik, Media
merupakan diagnostik rutin yang bermanfaat khususnya bagi klinisi dalam menentukan agen
etiologi penyebab infeksi pada pasien serta panduan dalam pemilihan terapi antibiotik.

I.2. Tujuan stase media di RSUP Dr. Kariadi Semarang adalah sebagai berikut :
 Tujuan Umum :
1. Mengetahui macam-macam media yang dibuat dan digunakan di Laboratorium
Mikrobiologi RSUP Dr.Kariadi Semarang.
2. Mengetahui proses pembuatan media di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
3. Mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pembuatan media di
Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang.

 Tujuan Khusus:
1. Mengetahui jenis media pertumbuhan mikroba.
2. Mengetahui fungsi dari setiap jenis media.
3. Mengetahui cara pembuatan media.
4. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menunjang pertumbuhan mikroba.
5. Mampu menilai kualitas media yang dibuat
6. Mampu mengidentifikasi kemungkinan masalah-masalah yang menyebabkan kurang
optimalnya kualitas media

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarrnya bahan-bahan untuk pertumbuhan medium dikelompokkan menjadi 3
kelompok yaitu bahan dasar yang meliputi air, agar yang bersifat tidak diuraikan oleh
mikroba, gelatin yang merupakan protein yang dapat diuraikan oleh mikroba, dan silika gel
yaitu bahan yang mengandung natrium silikat khusus untuk menumbuhkan mikroba yang
bersifat obligat autotrof, unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari bahan alam meliputi
karbohodrat, lemak, dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup pepton dan
protein, garam-garam kimia (K, Na, Fe dan Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan
susu serta bahan-bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu seperti indikator maupun antibiotik (Schlegel, 1993).
Adapun macam-macam media pertumbuhan antara lain (Hadioetomo, 1993) :
1. Medium berdasarkan konsistensi
a. Medium padat, yaitu medium yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin
media menjadi padat.
b. Medium setengah padat, yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat
dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri
tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan
membentuk cincin hijau kebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair
maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk
mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi
anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini
juga diharuskan tumbuh merata ke seluruh media.
c. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).

2. Medium berdasarkan komposisi


a. Medium sintesis, yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b. Medium semi sintesis, yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara
pasti, misalnya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrose dan
ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang , kita tidak dapat mengetahui secara
detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
c. Medium non sintetis, yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat
diketahui secara pasti dan biasanya langsung di ekstrak dari bahan dasarnya,
misalnya Tomato Juice agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan fungsi


a. Media umum, media ini mengandung nutrisi yang penting untuk pertumbuhan, di
laboratorium media yang paling umum adalah agar darah dan Chocolate agar sering
digunakan dalam identifikasi kuman fastidius. Pada beberapa bakteri, Medium
dibuat dari komposisi yang sudah pasti, tetapi sebagian besar bakteri, Memerlukan
komposisi medium khusus seperti serum, Blood, Haemin dan vitamin K. Media ini
dapat ditumbuhi hampir semua bakteri, baik yang gram positif maupun bakteri
gram negatif. Misalnya Blood agar Plate, Nutrient agar, BHI agar , dll.
b. Media selektif/penghambat, media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah
suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapan menekan pertumbuhan mikroba
lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah
Luria Bertani medium yang ditambah Ampicillin untuk merangsang E.coli resiten
antibiotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampicillin. Salt Broth yang
ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran
terhadap garam. Misalnya juga pada media Mc conkey untuk isolasi gram negatif,
karena media tersebut ditambahkan kristal violet dan garam empedu (bile) yang
pada kadar tertentu dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif , Media
Eosin Methylene Blue agar untuk bakteri Esherichia Coli, Media TCBS untuk
isolasi bakteri Vibrio Cholerae. Hal ini karena media TCBS mengandung sukrosa
yang hanya digunakan oleh Vibrio cholrae yaitu berubahnya warna media dari hijau
menjadi kuning jika ada pertumbuhan kuman Vibrio Cholerae.
c. Media diperkaya (enrichment), media diperkaya adalah media yang mengandung
komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks
seperti darah, serum, kuning telur,. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk
mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya
membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan
komponen kompleks, misalnya Nutrient agar, Nutrient Broth, Brain Heart Infusion
Agar, Blood agar plate, dsb. Sedangkan yang bersifat khusus misalnya Cooked
meat medium agar, air pepton water.
d. Media untuk peremajaan kultur, media umum atau spesifik untuk peremajaan
kultur.
e. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik, media ini digunakan untuk
mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah
Koser's Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan
asam sitrat sebagai karbon.
f. Media untuk karakterisasi bakteri, media ini digunakan untuk mengetahui
kemampuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk
menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya Nitrate Broth, Lactose Broth,
arginine Agar.
g. Media diferensial, media ini betujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasarkan karakter spesifik yang ditunjukkan pada media
diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih
Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna
media di sekeliling koloni. Pada Mac Conkey agar, fermentasi laktosa oleh
organisme menampakkan koloni berwarna magenta-merah muda cerah yang berarti
organisme menggunakan laktosa. Misal: Mac Conkey agar, Eosin Methylene Blue
(EMB) agar.
h. Media transport, yaitu spesimen klinis harus dibawa ke laboratorium segera setelah
pengumpulan sampel untuk mencegah pertumbuhan berlebih dari organisme
kontaminan. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan media transportasi. Media-
media tersebut mencegah dan menghambat pertumbuhan berlebih dari bakteri yang
tidak diinginkan. Beberapa media ini (Stuart & Amie ,s) adalah semi-solid.
Penambahan arang berfungsi untuk menetralkan faktor penghambat. Cary Blair
media yang digunakan untuk transport feses untuk pasien yang dicurigai kolera.
Buffer saline gliserol digunakan untuk transport feses dari pasien yang dicurigai
bacilus disentri.
i. Media anaerob, bakteri anaerob membutuhkan media untuk pertumbuhan karena
membutuhkan rendahnya kandungan oksigen, berkurangnya oksidasi dan
kurangnya potensial dan nutrisi tambahan.Media untuk anaerob dilengkapi dengan
nutrisi seperti hemin dan vitamin K. Robertson ,s Cooked Meat, umumnya
digunakan untuk media Clostridium yamg mengandung 2,5 cm potongan daging
jantung lembu dan 15 ml media cair nutrient.
Bahan-bahan yang umum dipakai dalam pembuatan media pertumbuhan (Atlas,
2010:1-8) :
1. Agar
Agar adalah bahan yang paling umum digunakan sebagai gelling agent pada media yang
terbuat dari ekstrak alga. Agar bukan sumber nutrisi bagi mikrorganisme namun
fungsinya lebih bersifat mekanis yaitu memadatkan media cair sehingga sel tidak larut
dalam cairan. Struktur agar terdiri dari D-galactosa, 3-6 anhydro-L-galactose, dan D-
glucoronic acid. Umumnya agar terbuat dari ganggang merah. Agar cocok menjadi agen
pemadat karena setelah dilarutkan pada suhu mendidih dapat didinginkan sampai 40-42
derajat celcius sebelum memadat dan tidak akan mencair lagi sebelum suhu mencapai
80-90 derajat celcius. Pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu
lama dapat menurunkan kekutan agar, terutama pada pH yang asam.
2. Peptone
Peptone adalah hasil hidrolisis protein yang dibentuk dari proses enzimatik atau digesti
asam. Casein banyak digunakan sebagai substrat pembentuk peptone, tetapi bahan lain
seperti soybean meal juga sering digunakan. Peptone menyediakan nitrogen untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Protein dari tanaman seperti soya peptone juga
menyediakan karbohidrat, dan sebagian besar peptone berisi fraksi asam nukleat,
mineral dan vitamin. Bubuk peptone seharusnya kering, dan mempunyai pH yang
netral. Konsentrasi dan bentuk dari pepton yang digunakan tergantung dari keperluan
media kultur, misalnya peptone yang mempunyai konsentrasi tryptophan yang tinggi
digunakan untuk media tes indole, protease pepton digunakan dalam media untuk
bakteri penghasil toxin, tryptose dalam media enriched, dan trytone yang kaya akan
asam amino ditambahkan pada beberapa media termasuk media kultur darah.
3. Meat/plant extract
Ekstrak daging dan tumbuhan mengandung asam amino, peptida dengan berat molekul
rendah, karbohidrat, vitamin, mineral dan trace metals. Ekstrak jaringan hewan
mengandung lebih banyak bahan protein larut air dan glikogen sedangkan ekstrak
tumbuhan lebih banyak terdapat karbohidrat di dalamnya.
4. Yeast extract
Terbuat dari “bakers atau brewers yeast”, merupakan sumber yang kaya akan asam
amino dan vitamin B-complex. Meat extract (1%) dapat diganti dengan Yeast extract
(0,3%) pada Nutrient Broth. Yeast extract pada banyak media kultur digunakan untuk
menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme, misalnya medium Xylose lysine
deoxycholate (XLD), medium Modified New York City, dan medium Thiosuphate
citrate bile salt sucrose (TCBS).
5. Mineral salts
Untuk pertumbuhan mikroorganisme memerlukan sulphate sebagai sumber sulfur dan
phosphate sebagai sumber phosporus. Media kultur seharusnya berisi sedikit
magnesium, potassium, iron, kalsium dan zat lain yang diperlukan untuk aktivitas
enzim bakteri. Sodium chloride juga bahan essensial pada sebagian besar media kultur.
6. Darah
Darah yang sering digunakan adalah darah kuda, tetapi bisa juga dari spesies lain
(manusia, sapi, kambing, kelinci, domba) mungkin diperlukan untuk tujuan yang
khusus. persyaratan yang harus dipenuhi adalah darah tersebut bebas dari agen
antimikrobial. Darah domba digunakan untuk mendeteksi perbedaan ada tidaknya
hemolisis pada Staphylococcus dan Streptococcus. Darah harus disimpan di kulkas
tetapi tidak boleh disimpan di frezzer. Semua darah yang digunakan harus diperiksa
sterilitasnya termasuk citrat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
7. Plasma
Plasma digunakan untuk menunjukkan aktivitas koagulase. Dalam medis laboratorium
bakteriologi, biasanya menggunakan plasma manusia tetapi plasma kelinci dapat
digunakan.. Sampel darah yang diperoleh tidak boleh mengandung sodium floride atau
EDTA. Cairan plasma akan menyebabkan terjadinya koagulasi dan membentuk partikel
yang menyebabkan kekeruhan dan endapan. Cairan ini tidak seharusnya di filtrasi.
Plasma harus disimpan dalam kulkas tetapi tidak boleh di dalam freezer.
8. Serum
Serum yang disediakan dari darah, dikumpulkan tanpa penambahan antikoagulan.
Serum harus disterilkan dengan filtrasi.
9. Bile
Beberapa asam empedu sebagai senyawa yang terkonjugasi dengan asam amino.
Empedu juga mengandung pigmen bilirubin dan biliverdin.
10. Bile salts
Garam empedu dapat menghambat pertumbuhan gram positif.
11. Water
Merupakan bahan yang diperlukan semua organisme untuk tumbuh. Air yang digunakan
harus bebas dari bahan kimia yang nantinya akan menghambat pertumbuhan bakteri.
Air deionisasi atau destilata dapat digunakan untuk bahan pembuatan media kultur.
12. pH Buffer
pH buffer digunakan untuk menjaga pH media selama digunakan untuk tumbuh karena
beberapa mikroorganisme akan tumbuh optimal pada kisaran pH yang spesifik.

Hal-hal penting dalam pembuatan media :


1) Bahan baku air
Air yang digunakan sebagai bahan baku dapat memakai air destilasi. Konduktivitas air
yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 25µS/cm pada 25°C dan mengandung
kontaminasi mikroba tidak lebih dari 1000 CFU/ml dan akan lebih baik jika
menggunakan air berkonsentrasi mikroba dibawah 100 CFU/ml.
2) Penimbangan media pertumbuhan
Penimbangan dilakukan pada timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 g dengan
kapasitas ≥ 2000 g. Sebaiknya kesalahan penimbangan adalah 1% atau lebih baik (lebih
kecil) dari berat media yang ditimbang. Semakin ringan berat media yang ditimbang
maka semakin membutuhkan kehati-hatian dalam penimbangan mengingat selisih
beberapa ratus mg akan mempengaruhi konsentrasi media. Penimbangan tidak perlu
dilakukan secara aseptis namun tetap dilakukan dalam keadaan bersih.
3) Konsentrasi agar dan proses pelarutan agar
Konsentrasi agar 15.0 g/L umunya digunakan untuk membuat media padat. Konsentrasi
yang lebih rendah (7,5-10 g/L) dipakai untuk membuat soft agars atau media semisolid.
Agar larut pada suhu 84° C dan memadat pada suhu 38°C (Atlas, 2010:1). Konsentrasi
agar yang lebih dari ketentuan mengakibatkan proses pemadatan lebih cepat pada saat
penuangan. Proses pelarutan agar dapat menggunakan hot plate atau magnetic stirerr.
Indikasi larutnya agar umumnya ditujukkan dengan beningnya media atau mencairnya
serbuk agar yang tertempel pada dinding erlenmeyer. Sebaiknya pada saat pelarutan
hindari panas berlebihan. Overheating mengakibatkan sebagian media menjadi buih dan
akan mendesak keluar dari mulut wadah dan juga membuat kerak pada dasarnya.
4) Ketebalan agar dan luas cawan yang digunakan
Media agar yang sangat tipis ketebalannya masih memungkinkan mikroorganisme
untuk tumbuh (yang mungkin akan berpengaruh kepada ukuran koloni) dan nutrisi
media yang tipis masih cukup memenuhi kebutuhan. Namun ketebalan media lebih
mempengaruhi faktor tehnis dalam penanaman seperti ketahanan agar saat menerima
tekanan spreader atau saat di gores loop dan kehilangan air karena menguap. Namun
sebaliknya media padat yang terlalu tebal tentu sangat memboroskan. Penuangan media
yang mencukupi kebutuhan kultivasi adalah media yang menghasilkan ketebalan 3 mm
untuk cawan diameter 90 mm atau dalam kisaran 18-20 ml media. Jika media akan
digunakan untuk inkubasi lebih dari 48 jam atau dengan suhu lebih dari 40°C maka
lebih banyak media yang dibutuhkan untuk dituang.
5) Pengaturan pH
pH sebaiknya diukur sebelum sterilisasi pada suhu 25°C sesuai ketentuan pH
menggunakan pH meter.Sehingga setelah setelah proses sterilisasi media akan memiliki
pH sesuai persyaratan (+ 0,2 pH unit). Jika pengaturan pH diperlukan maka dapat
diatur dengan larutan steril sodium hydroxide (NaOH) 40g/L atau hydrochloric acid
(HCl) 36,5 g/L.
6) Proses sterilisasi
Media yang telah siap disterilisasi (15 Psi/1atm,121°C selama 15 menit) harus dibuka
sedikit tutupnya (jika menggunakan wadah tutup berulir), atau harus dilubangi
plastiknya supaya tekanan yang dihasilkan autoklaf dapat masuk ke dalam media. Jika
hal ini tidak dilakukan maka tekanan dalam wadah lebih rendah dari chamber autoklaf
dan menyebabkan sterilisasi menjadi tidak efisien. Menurut Barker (1998:156) jika
media yang disterilisasi dengan autoklaf sebanyak 1 L pada erlenmeyer 2 L maka
sebaiknya waktu sterilisasi diperpanjang menjadi 30 menit. Menurut Barker (1998:157)
untuk mencegah prepitasi, pencoklatan dan pecahnya substrat pada sterilisasi
menggunakan autoklaf dapat dilakukan beberapa cara pencegahan yaitu :
 sterilisasi glukosa terpisah dengan pepton (asam amino) atau senyawa fosfat
 sterilisasi fosfat terpisah dengan pepton atau komponen garam mineral
 sterilisasi garam mineral terpisah dengan agar
 tidak melakukan sterilisasi media dengan pH > 7,5 (untuk mengatasainya, sterilisasi
pada pH netral kemudian diatur menjadi pH basa dengan larutan basa steril)
 tidak melakukan sterilisasi larutan agar dengan pH< 6
Dampak pemanasan terhadap komposisi media mulai sejak suhu 60°C yang berdampak
pada dekomposisi growth factor, karamelisasi gula (reaksi Maillard antara gula dan
asam amino) dan perubahan pH (Barrow dan Feltham, 1993:13).
Media yang telah selesai di sterilisasi tetap harus dicek mengenai pH, warna konsintensi
fisik dan sterilisasinya. Pengecekan pH dan konsistensi fisik (seperti kepadatan agar)
media steril dapat dilakukan dengan mengambil sedikit sampel sehingga tidak
mengkontaminasi keseluruhan batch media.
7) Penuangan media kedalam cawan atau tabung
Keseragaman volum sangat dibutuhkan dalam pendistribusian media untuk memenuhi
spesifikasi metode yang dipakai. Untuk media cair yang dituang ke tabung-tabung maka
sebaiknya volume yang dipindahkan lebih besar dari volume yang dipersyaratkan.
Menurut andrews et al (2004), proses sterilisasi dapat mengurangi volume media
sebesar 0,1-0,3 ml sehingga diperlukan penakaran lebih dari yang dipersyaratkan.
Penuangan media sebaiknya tidak dilakukan dalam keadaan panas >50°C supaya tidak
terjadi kondensasi berlebihan pada tutup cawan. Untuk mencegah kondensasi maka
media siap tuang didinginkan pada suhu 50°C selama 30 menit kemudian dituang.
Pembakaran mulut tabung atau erlenmeyer sebaiknya dilakukan untuk mencegah
kontaminasi. Selanjutnya cawan yang telah berisi media padat didinginkan di tempat
yang datar dan dingin dengan tutup cawan ditempatnya. Pengeringan media cawan yang
telah dituang dapat dilakukan dengan membuka tutup cawan pada LAF dan bagian
permukaan mengahadap ke bawah supaya kondensasi air yang berada pada cawan petri
hilang. Atau keringkan pada oven dengan suhu 25-59° C. Pengeringan sebaiknya
dilakukan jangan terlalu lama, overdrying mengakibatkan media menjadi retak-retak.
Selain itu jangan mengeringkan agar jika akan disimpan dalam pendingin.
8) Penyimpanan media jadi
Media jadi pada cawan yang telah siap pakai sebaiknya disimpan dengan posisi terbalik
dan ditumpuk tidak lebih dari tiga cawan atau dapat menggunakan petri plate storage
holder. Media pertumbuhan sebaiknya digunakan fresh setelah dibuat, tetapi adakalanya
dibutuhkan persiapan yang membuat media pertumbuhan yang sudah jadi harus
disimpan.
Waktu penyimpanan media sangat beragam. Media jadi disimpan pada suhu 5+3 ° C
dan disarankan untuk disimpan tidak melebihi 2-4 minggu untuk media cawan dan 3-6
bulan untuk media cair. Media yang ditambah suplemen sebaiknya dipakai pada hari
yang sama pada saat pembuatan.
Point penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa kelembaban harus dipertahankan.
Untuk mencegah penguapan dan konsentrasi konstituen selama penyimpanan, media
harus disimpan dalam tabung screw-capped daripada tabung yang ditutup kapas.
Penguapan yang cukup dapat terjadi dalam kulkas tapi hal ini dapat dicegah dengan
menempatkan tabung media dan petri dalam kantong plastik. Cahaya yang kuat dapat
merugikan sebagian besar media sehingga penyimpanan dalam gelap lebih baik,
terutama untuk media yang mengandung pewarna atau indikator. Tabung yang tertutup
kapas potesial menimbulkan kontaminasi. Media yang telah disimpan dalam kulkas
tidak boleh digunakan sebelum mencapai suhu kamar.

Pengecekan sterilitas
Pengecekan sterilitas media dapat mengacu kepada tabel sterility testing yang disarankan
oleh Andrews et al (2004) untuk menguji kualitas media berikut.
Suhu uji/penyimpanan inkubasi Waktu minimum uji sterilitas
4-8°C 10 - 14 hari
20 - 25 ° C 2 - 5 hari
35 - 37 ° C 48 - 72 jam

Volume media :
Volume media cocok untuk pengisian cawan petri dengan ukuran yang bervariasi. Volume
Media 15 - 20 ml yang direkomendasikan untuk cawan petri ini yang memiliki diameter
internal 90 mm (3,5 in).

Volume media (ml) pada berbagai ukuran tabung


Ukuran Tabung
Media 75 x 12 mm 100 x 12 mm 125 x 12 mm 150 x 16 mm
(3 x ½ in) (4 x ½ in) (5 x ½ in) (6 x 5/8 in)
Liquid 1–2 2 – 2,5 3 4–5
Slope (Slants) 1 1,5 – 2 2,5 - 3 5
Slopes with butts 2,5 2,5 3,5 - 4 7
Stabs 2,5 2,5 4 7

Pemecahan masalah saat terjadi kesalahan dalam pembuatan media


Berikut berbagai kemungkinan kesalahan jika terjadi kesalahan dalam pembuatan media.
Masalah Kemungkinan kesalahan
Agar tidak memadat Overheating selama preparasi
pH rendah yang menyebabkan terjadinya hidrolisis
Kesalahan penimbangan agar
Komposisi tidak diaduk dengan rata
pH tidak sesuai Overheating selama preparasi
Kualitas air yang rendah
Kontaminasi larutan kimia yang lain
Pengukuran pH tidak pada suhu yang disarankan
Kesalahan pada pH meter
Buruknya kualitas media
Warna tidak normal Overheating selama preparasi
Kualitas air yang rendah
Kesalahan pengukuran pH
Kontaminasi larutan kimia lain
Buruknya kualitas media
Terbentuknya Overheating selama preparasi
presipitat/endapan Kualitas air yang rendah
Kesalahan pengukuran pH
Kontaminasi larutan kimia lain
Buruknya kualitas media
Produktivitas yang rendah Kesalahan pada penimbangan atau penambahan suplemen
Residu senyawa toksik pada alat gelas atau air
Overheating selama preparasi
Buruknya kualitas media
Kualitas air yang rendah
Selektivitas yang rendah Kesalahan penambahan suplemen
Suplemen terkontaminasi
Kesalahan penimbangan
Buruknya kualitas media
Overheating selama preparasi
kontaminasi Kesalahan streilisasi
Kesalahan teknik aseptis
Suplemen terkontaminasi
BAB III
HASIL PENGAMATAN

Kegiatan selama stase media di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr Kariadi, meliputi :

I. Pembuatan media rutin antara lain:


a) MEDIA KULTUR PADAT
i. Mac Concey Agar (Oxoid)
1 Timbang bahan
Formula g/L
Peptone 20
Lactose 10
Bile Salt 31,5
Sodium chloride 5
Neutral red 0,03
Crystal violet 0,001
Agar 15
pH 7,1+0,2 at 25°C

2 Campurkan semua bahan 52 gram


dengan 1000ml Aquadest dalam
bekker glass,panaskan di atas api
sambil terus diaduk sampai homogen

3 Ukur pH = 7,tutup beker glass


dengan penutup (kassa atau kapas),
sterilkan dengan autoclave 121°C
selama 15-20 menit.

4 Tuang dalam cawan patri steril


begitu dikeluarkan dari autoclave dan
dinginkan, lalu bungkus dengan
kertas secara terbalik dan simpan
dalam refrigerator.

Quality control
 Positif control :
 E. Coli (Lactose Fermented)
 Pseudomonas (Non lactose
Fermented)
 Negatif Control : tidak ada E. Coli (Lactose Pseudomonas
pertumbuhan kuman Fermented) (Non lactose
Fermented)
Catatan :
Media Mac.Conkey merupakan media selektif, yaitu untuk kultur/pembenihan
bakteri gram negatif saja.Media ini dilengkapi dengan neutral red dan garam
empedu/bile sebagai bahan penghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Mac
Conkey ini juga merupakan media differensial, yaitu digunakan untuk
membedakan sifat bakteri dalam hal kemampuannya memfermentasi laktosa, oleh
sebab itu media ini juga dilengkapi dengan laktosa.

ii. Blood Agar Plate (BAP)


1 Timbang bahan
Formula g/L
Lab-Lemco powder 10
Sodium chloride 5
Agar 15
pH 7,3± 0,2

2 Serbuk Blood Agar Base 52 gram dicampur dengan 1000 ml Aquades,


panaskan diatas api sambil terus diaduk sampai homogeny
3 Ukur pH = 7, tutup dengan kasa atau kapas. Sterilkan dengan autoclave
121°C selama 15-20 menit.
4 Dinginkan sampai suhu 40-50°C,
tuang 7% darah domba kedalam
media, kocok pelan-pelan sampai
merata lalu tuang dalam cawan petri
steril dan dinginkan sampai beku.

5 Bungkus dengan kertas secara terbalik dan simpan dalam lemari es 2-8°C atau
suhu ruangan 25°C
Quality control
 Positif control :
 Staphylococcus aureus ATCC
 Streptococcus pneumoniae
 Negatif Control : Tidak ada
pertumbuhan kuman

Staphylococcus
Streptococcus
aureus
pneumoniae (Hemolisis -)
(Hemolisis +)
Catatan :
Media Blood Agar Plate (BAP)
merupakan media universal, yaitu semua
bakteri baik yang gram positif dan gram
negatif dapat tumbuh, media ini diperkaya
dengan darah, sehingga semua bakteri
akan lebih subur tumbuh. Penambahan
darah pada media ini juga berfungsi (Streptococcus pneumoniae)
sebagai media differensial yaitu untuk Sheep Blood& Human Blood
membedakan tipe hemolisa/hemolisis dari
bakteri.

iii. Chocolate Agar


1 Bahan yang akan digunakan pada pembuatan choclate agar sama dengan
bahan dan formula pada Blood Agar Plate
2 Melarutkan 38 gr agar base dengan 1000 ml aquades dalam erlenmeyer.
Panasakan dan aduk sampai homogen.
3 Ukur PH=7,Tutup erlenmeyer dengan bundel.Sterilkan media pada autoclave
dengan suhu 121°C selama 15-20 menit.
4 Angkat media dari autoclave ,tambahkan secara aseptic 5% darah domba .
Panaskan kembali media pada waterbath dengan suhu 45-50°C sampai
berwarna coklat dengan menggoyang-goyangkan erlenmeyer sekitar 15 menit.
5 Dinginkan sampai suhu 45-50°C
pada suhu ruang, kemudian
tuangkan kedalam cawan petri
yang telah disterilkan.
Catatan :
Chocolate Agar adalah media
pertumbuhan non selektif diperkaya,
agar coklat sama seperti agar darah
tetapi pada agar coklat darah yang
digunakan di lisiskan terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke larutan agar.
Nisseria Gonorre (oksidase positif)
Darah yang lisis memberikan warna
coklat pada media sehingga disebut
dengan agar coklat.

iv. Nutrient Agar


1 Timbang bahan
Formula g/L
Lab-Lemco powder 1
Yeast Extract 2
Pepton 5
Agar 15
pH 7,4 ± 0,2
2 Semua bahan 28 gram dicampur dengan 1000 ml aquades, dipanaskan diatas
api sambil terus diaduk sampai homogen.
3 Ukur PH=7, tutup dengan bundel masukkan ke dalam autoclave disterilkan
dengan autoclave dalam suhu 121 oC selama 15 menit
Catatan :
Sumber Carbon (C) sebagai sumber energi yang didapatkan dari pepton selain
sumber nitrogen (N) ebagai sumber bahan pembangun. Media ini merupakan
media universal, yaitu semua bakteri baik gram positif dan gram negatif dapat
tumbuh
Quality control
 Positif Kontrol:
 Staphylococcus aureus ATCC
 Negatif kontrol : Tidak ada
pertumbuhan
v. Thiosulphate Citrate Bile Sukrose Agar (TCBS)
1 Timbang 88 gram TCBS (oxoid) ,
campurkan dengan 1000 ml aquades
aduk sampai homogen

2 Ukur PH + 8,6, tutup dengan


alumunium foil ,kemudian sterilkan
dengan cara direbus sampai mendidih
di magnetic stirrer selama + 15 menit
dan tidak menggunakan autoclave
3 Setelah mendidih tuang ke cawan
petri steril dan diamkan sampai
membeku, simpan dalam refrigerator
dengan posisi terbalik.

Catatan :
Dalam media TCBS sumber karbon selain dari pepton juga dari sukrosa, hal ini
karena kebanyakan bakteri yang tumbuh pada media ini (vibrio sp) menggunakan
sumber karbon berupa sukrosa. Media ini dilengkapi dengan indikator Bromo
Thymol Blue sebagai petunjuk jika terjadi fermentasi terhadap sukrosa menjadi
asam organic maka indikator BTB yg semula berwarna hijau menjadi kuning
setelah fermentasi selama 24-48 jam pada suhu 37 oC .

b) MEDIA UJI PADAT


i. Muller Hinton Agar (MH)
1 Timbang bahan
Formula g/L
Beef dehidrated infusion 300
Casein Hydrolysate 17
Starch 1,5
Agar 17
pH 7,4 ± 0,2
2 Semua bahan 38 gram dicampur dengan
1000 ml aquades, dipanaskan diatas api
sambil terus diaduk sampai homogen.
3 Ukur pH=7, tutup dengan bundel
masukklan ke dalam autoclave disterilkan
dengan autoclave dalam suhu 121 oC
selama 15 menit
Catatan :
Media ini digunakana untuk uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, dengan
metoda diffusion (rembesan) suatu disk antibiotik yang diletakkan pada koloni
bakteri uji pada media tersebut. Jika terjadi sensitivitas bakteri terhadap antibiotik,
maka disk akan merembes kesekitarnya. Sebagai akibat nya bakteri yang tumbuh
pada sekitar disk antibiotik akan mati. Dengan demikian terjadi zone
penghambatan Ttidak terjadi pertumbuhan koloni) pada daerah disk sekitar.

ii. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)


1 Timbang bahan
Formula g/L
Lab Lemco powder 3
Yeast extract 3
Pepton 20
Sodium chloride 5
Laktosa 10
Sukrosa 10
Glucosa 1
Ferric Citrate 0,3
Sodium thiosulphate 0,3
Phenol red qs
Agar 12
pH 7,4 ± 0,2

2 Campur 65 gram dengan 1000 ml aquades, aduk sampai homogen kemudian


ukur pH=7,4.
3 Sterilkan pada suhu 110°C selama 10 menit,
setelah keluar dari autoclave kemudian
tuang dalam tabung steril tutup dan
miringkan hingga membentuk lereng ,
kedalaman + 2,5-3 cm.

Organisme Slunt Butt Gas H2S


E.Coli A A + -
Proteus A A - +
Pseudo Alk A - -
monas
Klebsiela A A + -

Catatan :
Media TSIA mengandung 3 macam gula yaitu sukrosa dan laktosa pada bagian
lereng dan glukosa pada bagian dasar. Hal ini karena berat molekul glukosa lebih
rendah daripada sukrosa dan laktosa, sehingga berada di dasar media. Gula -gula
tersebut digunakan untuk pengujian kemampuan bakteri memfermentasikan
karbohidrat (gula) menjadi asam organic, dengan disertai pembentukan gas CO2
atau tidak. Media TSIA juga mengandung logam berat Fe (besi) yang dapat
digunakan untuk uji kemampuan memproduksi H2S pada bakteri uji.

iii. Cook Meat Medium Anaerob


1 Masukkan 1 gram cook meat
kedalam tabung (kurang lebih
seujung sendok/sepertiga tabung)

2 Campurkan 5 CC aquades dan


parafin sekitar 1-1,5 CC,kemudian
tutup tabung dengan kapas
3 Bungkus dengan kertas , kemudian
sterilkan di dalam autoclave dengan
suhu 121 oC selama 15 menit

iv. Urea Agar


1 Timbang bahan
Formula g/L
Pepton 1
Glucose 1
Sodium Chloride 5
Disodium phosphate 1,2
Potassium dihydrogen phosphate 0,8
Phenol agar 0,012
Agar 15
pH 6, ± 0,2

2 Larutan I : Aquades 90 ml + 1,8 gram agar base disterilkan dengan autoclave


dengan suhu 121 C selama 15 menit
3 Kemudian 10 ml aquades disterilkan dengan autoclave dengan suhu 121 C
selama 15 menit.
4 Setelah 10 ml aquades disteril
dicampurkan dengan urea (Larutan II),
lalu di campurkan dengan agar base +
aquades 90 ml, kemudian dituangkan
pada tabung steril

 Urea Positif :
 Proteus Mirabilis
 Klebsiella Pneumonia

 Urea Negatif :
 Pseudomonas
 E.Coli
v. Sabaroud Dextrose Agar
1 Timbang 65 gram medium Sabaroud
Dextrose Agar, larutkan dengan 1
liter aquabidest, panasakan sambil
diaduk aduk sampai homogen

2 Ukur pH ± 5,6, tutup dengan bundel


dan sterilkan di dalam autoklave pada
suhu 121 0C selama 15 menit.

3 Tunggu sampai dingin kemudian


tuang dalam tabung membentuk
sehingga membentuk lereng.

vi. Brain Heart Infusion (BHI)


1 Timbang Brain Heart Infusion 33
gram, campurkan dengan 1000 ml
aquades aduk sampai homogen

2 Ukur PH 7,4 ± 0,2, kemudian


sterilkan dengan autoclave suhu 121
C selama 15 menit

3 Tuang ke tabung sekitar 3ml, tutup


dengan kapas atau penutup tabung

 Quality Control :
 Positif kontrol : keruh (+)
Staphylococcus aureus ATCC
 Negatif kontrol : Bening = Tidak
ada pertumbuhan.

(tidak ada pertumbuhan),


(Staphylococcus aureus )

vii. Simon Citrate


1 Timbang Simon Citrat Agar 22,5 gram, larutkan dengan 1000 ml aquabidest.
Aduk sampai homogen.
2 Ukur PH=7, kemudian sterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121 oC
selama 15 menit .
3 Dinginkan, tuang kedalam tabung
sumbat dengan kapas. Posisi kan
miring sampai membentuk lereng.
Setelah beku simpan di refrigerator

Catatan :
Media ini digunakan untuk pengujian penggunaan sitrat sebagai sumber
karbon utama bagi bakteri. Jika sitrat digunakan /difermentasikan akan
mengubah indikator Bromo Thymol Blue semula hijau menjadi biru. Hal ini
biasanya digunakan oleh bakteri yang tidak mampu menggunakan laktosa atau
sukrosa sebagai sumber karbonnya.
Citrate positif :
Pseudomonas Aurogenosa
Klebsiella Pneumonia
Citrate negatif :
-E. Coli

viii. Semi Solid Agar


1 Timbang bahan

Formula g/L
Pepton 2,5
NaCl 2,5
Agar 2
pH 7 ± 0,2
2 Campur bahan dengan 500 ml Aquadest, kemudian diaduk sampai homogeny
3 Ukur pH=7, tutup dengan bundel
masukklan ke dalam autoclave disterilkan
dengan autoclave dalam suhu 121 oC
selama 15 menit
Catatan :
Media ini setengah padat, dan digunakan untuk melihat pergerakan bakteri.
Bakteri yang mempunyai flagella sebagai alat gerak, akan bergerak menuju
makanan atau oksigen, yang gerakannya dapat dilihat membekas pada media yang
setengah padat, berupa tanda guratan/gambaran putih sekitar tusukaan.
 Motil positif :
- Pseudomonas Auregenosa
- Proteus Mirabillis
 Motil Negatif :
- Klebsiella Pneumonia
- E.Coli

xi. Lowenstein-Jensen
1 Larutan 1 : Bahan dasar Medium
Lowenstein-Jensen dengan komposisi:
Formula g/L
Potassium dihydrogen phosphate 2,5
Magnesium sulfate heptahydrate 0,24
Trimagnesium dicitrate 14- 0,6
hydrate
L- asparagin 3,6
Potato meal 30
2 larutkan Bahan dasar Medium Lowenstein – Jensen 37,5 gram dalam 600 ml
aquades , aduk sampai homogen dan ukur PH 6,8-7,0.
3 Tambahkan 12 ml glyserol dan 20 ml larutan malachite green 2%
4 Setelah tercampur sempurna, sterilkan dengan autoclave selama 15 menit
padansuhu 121 ̊ C, setelah itu dinginkan sampai suhu ± 50 ̊ C
Larutan II :
Rendam telur dalam alkohol 70% selama 15
menit, kemudian masukkan telur kedalam
tabung steril
Aduk telur sampai homogen dengan magnetic
stirerr.
Setelah Larutan I tidak terlalu panas,
campurkan Larutan II dengan menggunakan
kertas saring/kassa steril.

Aduk - aduk Larutan sampai tercampur


homogen dengan magnetic stirrer, tutup
secara rapat dan letakkan dengan kemiringan
30 ̊ C dalam inspisator yang telah dipanaskan
sampai 85 ̊ C dan koagulasikan selama 45
menit.

Keluarkan inspirator dan diamkan sampai


suhu kamar

c). Media Uji Cair


Media Gula-gula (Glukosa-Maltosa-Laktosa-Sukrosa)
1. Timbang bahan-bahan ;
Formula g/L
Pepton 1
Glukosa 1
Laktosa 1
Maltosa 1
Sukrosa 1
Phenol red 0,0001
pH = 9

2 Semua bahan dicampur di dalam


masing2 gelas (ada 4 gelas),dengan
aquadest masing2 100 ml.
3 Diaduk dan dipanaskan sampai
homogen, ukur pH = 9. Sterilkan di
dalam autoclave dengan suhu 110°C
selama 5-10 menit.

4 Masukkan ke dalam tabung steril


masing2 + 2-3ml. Tunggu sampai dingin
dan masukkan ke dalam tempat
penyimpanan.

Catatan :
Media gula - gula ini dilengkapi dengan indikator phenol red sebagai petunjuk
kalau terjadi fermentasi gula akan terbentuk asam yang mengubah indikator phenol
red yang berwarna merah menjadi kuning.

II. Sistem Manajemen Media di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr Kariadi

1 Sterilisasi Media/Autoclave
2 Tempat penuangan media

3 Hot Air Oven

4 Tempat Penyimpanan
Bahan Media

5 Tempat penyimpanan media jadi

6 Inkubator uji media uji


Grafik 1. Jumlah Pembuatan Media Selama Stase
(Periode 2 September s/d 2 Oktober 2014)

BAB IV
PERMASALAHAN

Kegiataan stase media selama 1 bulan pada periode 2 September s/d 2 Oktober 2014
di laboratorium mikrobiologi RSUP Dr Kariadi Semarang ada beberapa permasalahan stase :

Permasalahan :
 Saat akan mensterilkan media yang sudah jadi,tidak tersedia nya inkubator
khusus, sehingga jarang dilakukan
 Sulit untuk mendapatkan ketebalan media yang sama pada cawan petri
 Terkadang masih terbentuk gelembung atau lubang pada media yang sudah
jadi
 Pengecekan pH terkadang tidak rutin dilakukan saat pembuatan media
 Kesulitan saat penuangan media karena belum tersedia Laminary Flow,
sehingga alternatif dengan memanaskan mulut tabung saat akan menuang
media jadi, untuk mengurangi kontaminasi.

Usulan & saran :


Jurnal "Quality Control of culture media in a microbiology laboratory" oleh
Basu S, Pal A, Desai PK. Indian Journal of Medical Microbiology, 2005.
Menurut Jurnal diatas, terdapat beberapa parameter dalam mempersiapkan
pembuatan media, dimana setiap tahap harus dipersiapkan sebaik mungkin,
dicek satu persatu dan seterusnya. parameter tersebut antara lain :

 Parameter bahan mentah


1. Air, parameter yang harus dicek untuk menentukan kualitas air sebagai
bahan mentah antara lain :
- ada tidaknya ion tembaga
- konduktivitasnya
- (keasaman), Ph air yg digunakan sebaiknya sedikit asam,tapi
tidak kurang dari 5,5

2. Selain air, kualitas cawan petri juga merupakan faktor yang penting,
normalnya cawan petri dibuat dari ethylene oxide (ETO) yang telah
disterilisasi atau telah di "gamma-irradiasi"

3. Darah adalah yang paling penting diantara zat aditif tersebut, jadi sangat
penting menjaga kualitas darah yang digunakan, mencakup
sterilitas,homogenitas, viskositas/kekentalan dan warna dari darah tersebut

 Parameter Sterilitas
dalam hal ini penggunaan autoclave serta banyaknya media yang di sterilisasi
dalam satu autoclave harus diatur dengan benar.

1. Pengaturan suhu autoclave


jangan sampai suhu yang digunakan menyebabkan kerusakan
nutrient media, baik karena paparan panas langsung maupun karena
reaksi kimia antar komponen
2. Voluma media dalam sekali pensterilan idealnya jangan terlalu
banyak cukup 2L. Pengecekan suhu dan tekanan autoclave harus
dilakukan dengan cermat.

 Parameter Fisik
secara fisik media kultur dikatakan baik jika;
- gelembung atau lubang tidak boleh ada atau harus
seminimal mungkin
- harus rata ketebalan dan permukaannya
- tidak boleh retak
- tidak boleh membeku atau mengkristal
ketebalan media pada cawan petri idealnya 4+ 2 mm
pH dari media kultur setelah di sterilisasi penting untuk diukur, saat
mempersiapkan media sebelum atau setelah autoclaving menggunakan pH
meter yang telah di kalibrasi dengan buffer standar

 Parameter Mikrobiologi
karakteristik kemampuan menumbuhkan kuman adalah parameter terpenting
ketika melakukan QC media. Prosedur inokulasi standar harus dilakukan untuk
mengetahui karakteristik tersebut.
National Commitee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) telah membuat
guideline organisme kontrol yang digunakan untuk setiap media kultur, dimana
konsentrasi inokulum dan perkiraan kualitas dan kuantitas pertumbuhan kuman
telah ditentukan. Tetapi cara ini sulit dilakukan karena mmbutuhkan waktu
yang lama dan peralatan yang canggih.
Sebagai alternatif, dapat digunakan ukuran koloni sebagai indikator
kemampuan media menumbuhkan kuman. Tetapi cara ini tidak sensitif karena
penilaian karakteristik koloni menjadi subjektif.
 Parameter Kontaminan
Parameter ini sangat krusial umtuk menentukan media kultur sudah baik atau
tidak. Dalam satu angkatan harus dicek apakah ada kontaminan atau tidak
sebelum digunakan
Semua media kultur dalam 3 hari harus diperiksa dalam suhu ruang. Atau
alternatif lain ambil 2 media dari setiap angkatan, masukkan ke inkubator suhu
37°C selama 24 jam, kemudian dilihat ada atau tidak pertumbuhan kuman.
Jika ada, maka ambil 2 lagi dari angkatan yang sama dan diulang dengan
proses yang sama. Jika kedua proses ini ada kontaminasi maka seluruhnya
gagal. Rekomendasi jika > 10% angkatan yang dibuat terkontaminasi maka
dianggap gagal semua

 Kekuatan Gel/agar
Untuk mementukan kekenyalan agar dalam suatu pembuatan media, dapat
diukur dengan "tripod stand" dengan cara meletakkan diatas gel untuk
memberikan tekanan di atas agar tersebut. Sehingga bisa menilai tingkat
kekenyalan agar.

Kesimpulan :
1. QC media dalam mikrobiologi klinik masih merupakan usaha yang penting
untuk menjaga akurasi dalam mengisolasi kuman patogen

2. Pengecekan media yang sudah jadi menggunakan protokol standar dapat


menghemat waktu dan sumber daya

3. Usaha untuk menjaga media tersebut berada dalam kualitas yang baik dan
mampu memberi hasil yang memuasakan, maka Quality Management
System sangat diperlukan
BAB V
PENUTUP

Media sangat penting karena dengan menggunakan bermacam-macam media dapat


dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan sejumlah
mikroba. Selama menjalankan Stase Media di Laboratorium Mikrobiologi RS Dr,Kariadi,
penulis melakukan pengamatan dan pembuatan media langsung. Pembuatan media
merupakan kegiatan yang rutin dijalankan di Laboratorium Mikrobiologi RS Dr Kariadi.
Pembuatan media di Laboratorium Mikrobiologi RS Dr Kariadi terkadang masih ada yang
tidak sesuai standar pembuatan media, dan mungkin masih ada peralatan dan perlengkapan
yang kurang mendukung dalam pembuatan media.
Penulis banyak mendapatkan ilmu dan manfaat selama menjalankan stase media
selama 1 bulan di Laboratorium Mikrobiologi RS Dr Kariadi, terutama cara pembuatan
media, jenis-jenis media, apa saja yang menjadi permasalahan selama pembuatan media dan
pemecahannya. Sehingga di kemudian hari diharapkan mampu lebih memahami dan
menjalankan apa yang sudah didapat selama selama stase media di Laboratorium
Mikrobiologi RS DR Kariadi.

Daftar Pustaka

1. Atlas, Ronald M. 2010. Handbook of Microbiology Media, Ed ke-4, New York:CRC


Press.
2. Andrews, S, P Taynor, A Scholtes, J Anderson, N Sepherd dan A Tan. 2004. Guidelines
for assuring quality of food and water microbiological culture media, cuture media
special interset group australian society for microbiology. Australian society for
Microbiology.
3. Barrow, GI dan RKA Feltham, 1993. Cowan and Steel's, Manual for the Identification
of Medical Bacteria. New York : Cambridge University Press.
4. Haribi R, Dra, Msi. Media dan reagen. UNIMUS.
Beberapa hasil pengamatan kasus salame stase Media
1. Nama : An. R ( umur 6 tahun)
Bangsal : Anak Lantai 1
Dx : Bronkiektasis
Spesimen : Bilasan Paru
Media yang digunakan : Blood Agar Plate darah domba dan darah manusia dan
Mc Conkey
Hasil Kultur : Streptococcus Pneumonia

Pengecatan (Agar Plate sheep (Optochin sensitif


cocus gram positif Agar Plate Human) Bacitracin resisten)

2. Nama : Ny. S (umur 77 tahun)


Bangsal : Geriatri
Dx : DM dan ISK
Spesimen : Urin Kateter
Media yang digunakan : Mc Conkey dan Muller Hinton
Hasil Kultur : Proteus Mirabillis
(citrate -), (urea +), (Alkali,Asam-H2S+,Gas-)

3. Nama : Ny.S (umur 70 thn )


Bangsal : Rajawali 2B
Spesimen dari : Sraping Kornea
Dx : OS Ulkus kornea e.c Bakterial dd/jamur
Media yang digunakan : BHI, BAP, Choclate Agar darah domba, SDA
Hasil Kultur : Pseudomonas Aeruginosa
(citrate+), (urea-), (Alkali,Asam,H2S-,Gas-),(motil+)

4. Nama : Tn. Kasdi ( umur 61 tahun)


Bangsal : ICU/ICCU
Dx : Tetanus
Spesimen : Darah vena kanan dan darah vena kiri
Media yang digunakan ; BAP dan Mc Conkey

Basil gram -

(Citrat+), Urea (+), (Asam,Asam, H2S-,Gas+)


5. Nama : Ny.E (umur 77 tahun)
Bangsal : Geriatri
Dx : DM + Susp ISK
Spesimen : Urin kateter
Media yang digunakan : Mc Conkey dan Muller Hinton
Hasil Kultur ; Escherichia Coli

(citrat-),(urea-),
(Asam,Asam,H2S-,Gas+)

6. Nama : Ny. S ( Umur 49 tahun)


Bangsal : Rajawali 6A
Dx : Ulkus Kornea e.c bacteria dd/jamur
Spesimen : Scraping Kornea
Media yang digunakan : BAP, Choclate Agar, SDA
Hasil Kultur : Aspergillus Flavus

LAPORAN STASE
STASE MEDIA
PERIODE 2 SEPTEMBER 2014 - 2 OKTOBER 2014
Oleh:

DEWI PREPTI ANGGRIYANI

Pembimbing :
dr.Subakir Sp.MK(K), Sp.KK (K)

BAGIAN/SMF MIKROBIOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

2014

Anda mungkin juga menyukai