Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEUANGAN PUBLIK

RESUME APBN 2018 TRANSFER KE DAERAH


DAN DANA DESA

Disusun oleh :
Erfina Dita Nirmala
2301170232
3-06 / 10

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


2018
Transfer ke Daerah dan Dana Desa Terus Meningkat, Bagaimana
Realisasinya?

Desentralisasi Fiskal adalah penyerahan kewenangan fiskal dari pemerintah


pusat kepada pemerintahan daerah. Pada sistem pemerintahan yang desentralisasi
diwujudkan dengan sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang
yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat diputuskan di tingkat
pemerintahan daerah. Sejalan dengan desentralisasi tersebut, aspek pembiayaannya
juga ikut terdesentralisasi. Jadi, Daerah dituntut untuk dapat membiayai sendiri biaya
pembangunannya. Akan tetapi, banyak daerah yang tidak cukup atau tidak dapat
membiayai seluruh pengeluaran Daerah. Maka dari itu diperlukan transfer dana dari
Pemerintah Pusat ke Daerah yang tertuang dalam APBN.
Jenis Transfer ke Daerah dan Dana Desa ini termasuk ke dalam jenis transfer
tanpa syarat (unconditional grant) yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
fiscal yang bersifat horizontal dan menjamin adanya pemerataan kemampuan fiscal
antar daerah. Karena ciri utamanya adalah daerah diberikan keleluasaan (diskresi)
penuh dalam memanfaatkannya sesuai dengan pertimbangan dan aturan yang menjadi
prioritas.
Apa itu Kebijakan Transfer ke Daerah & Dana Desa?
Bersumber dari dokumen resmi pemerintah yang dirilis oleh Kementerian
Keuangan yang berjudul Budget in Brief APBN-P 2015. Transfer ke Daerah & Dana
Desa adalah anggaran yang dialokasikan dalam APBN dengan tujuan untuk
meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah, mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
pemerintahan antara pusat dan daerah dan mengurangi kesenjangan pendanaan
pemerintahan antardaerah, meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di
daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah, memprioritaskan
penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan
pascabencana, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur
dasar, meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetap
memperhatikan akuntabilitas dan transparansi, meningkatkan kualitas pemantauan dan
evaluasi dana Transfer ke Daerah, menetapkan alokasi Dana Desa sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan yang terakhir adalah
untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan transfer dari pusat ke daerah yang antara lain
untuk pemerataan vertical (vertical equalization) yang bertujuan untuk mengoreksi
kesenjangan pendapatan yang diperoleh setiap level pemerintahan, antara pemerintah
pusat dan daerah yang disebabkan perbedaan atas penguasaan sumber-sumber
penerimaan (pajak). Kebijakan yang dilakukan adalah dengan melakukan GRS
(general revenue sharing) yaitu bagi hasil penerimaan umum.
Yang kedua pemerataan horizontal (horizontal equalization), bertujuan untuk
menutup celah fiscal yang dimiliki oleh daerah yang terjadi karena adanya perbedaan
antara kapasitas fiscal, yaitu kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dan
kebutuhan belanja/pengeluaran suatu daerah.
Yang ketiga adalah untuk mengatasi efek pelayanan public (correcting spatial
externalities), maksudnya pemerintah pusat memberikan subsidi kepada pemerintah
daerah untuk penyediaan barang public yang memiliki efek menyebar ke wilayah-
wilayah lainnya. Hal ini dilakukan karena dengan adanya externalities (penyebaran),
permintaan meningkat, dan sulit bagi daerah untuk mengadakannya karena biayanya
terlalu mahal. Subsidi dibutuhkan sebesar selisih akibat peningkatan permintaan
sehingga biayanya berada dalam jangkauan daerah.
Selanjutnya, untuk mengarahkan prioritas (redirecting proprieties), bertujuan
agar keinginan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat berjalan secara parallel
walaupun memiliki perbedaan prioritas. Perbedaan ini diatasi dengan memberi
transfer/insentif ke daerah sehingga membantu mengarahkan kembali prioritas daerah
dan pusat sesuai harapan.
Tujuan selanjutnya yaitu melakukan ekperimen dengan ide-ide baru
(Eperimenting with New Ideas), berarti membutuhkan tempat uji coba. Bantuan
(grants) ke daerah diperlukan sebagai kompensasi atas daerah yang menjadi ajang uji
coba suatu program baru dari pusat karena daerah tidak mau menanggung kerugian dan
risiko sendiri.
Stabilisasi, yaitu menstabilkan kondisi perekonomian yang lesu dengan
memberikan transfer maupun mengurangi transfer ketika perekonomian sedang
booming. Instrumennya berupa transfer untuk dana-dana pembangunan (capital
grants). Yang terakhir adalah untuk memenuhi standar pelayanan minimum, bertujuan
memberikan subsidi ke daerah dengan sumber daya sedikit agar dapat mencapai
standar pelayanan umum.
Setiap tahunnya, alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa semakin lama
semakin meningkat. Dalam APBN 2018, Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa
dialokasikan sebesar Rp763,6 triliun. Alokasi ini diarahkan untuk meningkatkan
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah, meningkatkan kualitas dan
mengurangi ketimpangan layanan publik antardaerah, serta mendukung upaya
percepatan pengentasan kemiskinan di daerah.
Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ini naik 5,1 T dari RAPBN 2018
dikarenakan meningkatnya pendapatan negara yang dibagihasilkan. Peningkatan
tersebut di fokuskan untuk meningkatkan kualitas layanan public di Daerah,
menciptakan kesempatan kerja, dan mengurangi ketimpangan antar Daerah. Naiknya
anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa ini juga bertujuan untuk mewujudkan
Nawacita ketiga yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo, yakni membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun kebijakan dan output yang menjadi sasaran alokasi transfer ke daerah
dan dana desa adalah untuk DAU diarahkan untuk mengurangi ketimpangan
kemampuan antar daerah dengan sasaran membaiknya indeks pemerataan menjadi
0,5947. DAK Fisik diarahkan untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur layanan
publik dengan sasaran antara lain sarana dan prasarana puskesmas 15,7 Ribu unit,
irigasi 51 Ribu ha, rehabilitasi jaringan irigasi 771,9 Ribu ha, stimulan pembangunan
perumahan baru 225,8 Ribu rumah tangga. DAK non fisik diarahkan untuk mengurangi
beban masyarakat terhadap layanan publik dengan sasaran BOS 47,4 Juta siswa,
tunjangan profesi guru (TPG) 1,2 Juta guru, dan bantuan operasional kesehatan (BOK)
9.785 puskesmas. Sedangkan Dana Desa diarahkan untuk pengentasan kemiskinan
melalui penurunan porsi alokasi yang dibagi merata dan peningkatan alokasi formula,
pemberian bobot yang lebih besar kepada jumlah penduduk miskin dan afirmasi kepada
daerah tertinggal dan sangat tertinggal dengan jumlah penduduk miskin tinggi, dengan
alokasi per desa rata rata Rp1,15 Miliar untuk 74.958 desa.
Lalu bagaimana realisasinya sejauh ini bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya?
Kementerian Keuangan mencatat realisasi Transfer ke Daerah serta Dana Desa
selaku bagian dari belanja negara pada akhir Agustus 2018 stagnan. Jika dibandingkan
dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan Transfer ke
Daerah serta Dana Desa justru negatif. Transfer ke Daerah pertumbuhannya negatif 0,2
persen dan pertumbuhan Dana Desa juga negatif 0,8 persen dibanding Agustus 2017,
berdasarkan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan
Kementerian Keuangan. Realisasi Transfer ke Daerah per 31 Agustus 2018 tercatat
sebesar Rp 465,1 triliun atau sudah mencapai 65,9 persen dari target dalam APBN
sebesar Rp 706,2 triliun. Sedangkan realisasi penyaluran Dana Desa sebesar Rp 36,2
triliun atau mencapai 60,4 persen dari target APBN untuk tahun ini sebesar Rp 60
triliun.
Adapun realisasi penyaluran Transfer ke Daerah serta Dana Desa tahun ini yang
sebesar Rp 501,3 triliun atau lebih rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun
lalu sebesar Rp 502,6 triliun. Dengan kata lain, lebih rendah Rp 1,29 triliun. Lebih
rendahnya realisasi secara umum dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi Dana Bagi
Hasil (DBH) dan Dana Insentif Daerah. Meskipun pada komponen lain, seperti Dana
Alokasi Khusus Fisik dan Dana Alokasi Khusus Nonfisik meningkat dari sisi realisasi
bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Jika merujuk realisasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa akhir Agustus 2017, tercatat Transfer ke Daerah
sebesar Rp 466,1 triliun atau tumbuh 1,3 persen. Sedangkan realisasi penyaluran Dana
Desa sebesar Rp 36,5 triliun atau tumbuh 20,2 persen.
Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi atas pelaksanaan transfer ke daerah
dan dana desa tersebut agar ke depannya bisa direalisasikan seluruhnya dan bisa
meningkat baik dari Dana Bagi Hasil, Dana Insentif Daerah, Dana Alokasi Khusus
Fisik maupun Non Fisik, sehingga tujuan dan kebijakan output yang ditetapkan bisa
berhasil dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun BPPK. 2005. Pengantar Keuangan Publik. Jakarta. LKPAP PRESS
Yayasan Astha Bhakti
Wesbite Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Website Ekonomi Kompas
Website Keuangan Desa

Anda mungkin juga menyukai