Anda di halaman 1dari 9

TUGAS BAHASA JAWA

SENDRATARI RAMAYANA

Disusun dening :
Nama : Nur Annisaa’ M.F
Kelas : X MIPA 4
No. : 27

SMA NEGERI 13 SEMARANG


TAHUN AJARAN 2018/2019
Pada suatu kisah, ada seorang puteri cantik jelita dari negeri Mantili yang bernama
Shinta, putera Prabu Janaka. Untuk mencari jodoh bagi sang puteri tercinta, sang Prabu
mengadakan sayembara. Seorang putera mahkota dari Ayodya yang bernama Rama
Wijaya akhirnya memenangkan sayembara dan berhak mempersunting Dewi Shinta.

Rama Wijaya memenangkan sayembara, berhak mempensunting Dewi Shinta


Rahwana, raja dari kerajaan Alengka, menyimpan hasrat yang sama untuk
mempersunting Shinta menjadi permaisurinya. Maka ketika Shinta, Rama dan adiknya
Laksmana dalam perjalanannya telah memasuki hutan belantara Dandaka, kesempatan ini
tidak disia-siakan oleh Rahwana untuk segera melaksanakan niatnya merebut Shinta dari
tangan sang Rama.
Rahwana segera mengatur siasat, dia perintahkan seorang raksasa bawahannya yang
bernama Marica untuk menyamar sebagai Kijang Kencana yang sangat lincah dan cantik.
Siasat Rahwana berjalan mulus, Shinta segera tertarik dengan dengan gerak-gerik dan
kecantikan sang Kijang Kencana ini, sehingga meminta Rama untuk menangkapnya.
Rama segera mengejar sang kijang, sementara itu keselamatan Shinta di serahkan pada
Laksmana.
Ternyata si Kijang lincah ini sangat sulit untuk ditangkap, bahkan selalu menggoda Rama
dengan tidak benar-benar menjauh dari Rama. Lama kelamaan Rama menjadi kesal dan
dipanahlah si Kijang Kencana. Begitu anak panah tertancap, si kijang menjerit keras dan
berubah kembali menjadi sosok raksasa Marica. Ternyata teriakan ini terdengar oleh
Shinta, dan mengira yang berteriak adalah Rama. Karena sangat kuatir terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan terhadap Rama, Shinta meminta Laksmana untuk segera menyusul
Rama.
Kijang Kencana sangat lincah, sehingga sulit ditangkap

Awalnya Laksmana tidak mau, karena merasa bahwa keselamatan Shinta telah menjadi
tanggung jawabnya. Namun karena Shinta terus mendesak akhirnya berangkatlah
Laksmana menyusul Rama. Sebelum pergi dia membuat rajah berupa garis melingkar di
sekeliling Shinta sebagai perlindungan. Tidak ada seorangpun yang mampu menembus
garis tersebut.

Mengetahui bahwa Shinta sekarang tinggal sendirian di hutan tanpa penjaga, Rahwana
segera beraksi mencoba menculik Shinta. Namun ternyata dia tidak mempu menembus
garis rajah sakti yang dibuat Laksmana. Tidak kurang akal, kemudian Rahwana
menyamar menjadi seorang tua yang terlihat lemah dan pantas dikasihani. Melihat orang
tua ini hati Shinta terketuk iba sehingga tergerak untuk menghampiri, tanpa disadari
ternyata Shinta telah berada diluar garis perlindungan. Tak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini, pak tua segera berubah kembali menjadi Rahwana dan segera
menyambar Shinta, membawa terbang ke negeri Alengka Diraja.
Di tengah perjalanan membawa Shinta, Rahwana dihadang oleh Jatayu, seekor burung
raksasa sahabat Janaka ayah dari Shinta. Jatayu mencoba menyelamatkan Shinta, segera
terjadilah perang tanding antara Rahwana dan Jatayu. Namun ternyata Rahwana dengan
mudah mengalahkan Jatayu. Dalam keadaan terluka parah, burung garuda itu berusaha
mencari Rama untuk mengabarkan tentang penculikan Shinta yang dilakukan oleh
Rahwana ini. Jatayu berhasil menemukan Rama, setelah selesai bercerita gugurlah Jatayu
sebagai seorang pahlawan pembela kebenaran.

Pertempuran Jatayu melawan Rahwana

Rama dan Laksmana segera menuju ke Kerajaan Alengka untuk menyelamatkan Shinta.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor kera putih yang bernama Hanuman.
Mereka saling bercerita keperluannya masing masing. Sang kera putih ini sedang
menjalankan tugas sang paman yaitu Sugriwa untuk mencari bantuan agar bisa
mengalahkan Subali kakaknya sendiri. Subali yang sakti berniat tidak baik dengan
merebut Dewi Tara yang merupakan kakasih adiknya Sugriwa. Rama Wijaya dengan
sukarela bersedia membantu mengalahkan Subali. Dengan mudah Rama mengalahkan
Subali, sehingga Dewi Tara kembali kepada Sugriwa dan menjadi isterinya.

Merasa hutang budi kepada Rama, Sugriwa menawarkan bantuan untuk mencari Shinta.
Lantas disusunlah strategi untuk menyelamatkan Shinta. Sugriwa memerintahkan
Hanuman untuk segera pergi ke Alengka. Selain memastikan bahwa Shinta masih
selamat, juga menjajagi kekuatan angkatan perang Kerajaan Alengka.

Shinta ditawan Taman Kerajaan Alengka yang disebut Taman Argasoka. Rahwana terus
membujuk Shinta untuk bersedia menjadi isterinya. Segala cara diupayakan. Termasuk
dengan mengutus kemenakannya yaitu Trijata untuk terus mendampingi dan membantu
membujuk Shinta. Namun semua bujuk rayu Rahwana tidak pernah berhasil
menggoyahkan pendirian Shinta. Sampai kemudian datanglah Hanuman yang berhasil
menyusup masuk ke Taman Argaloka. Dia segera menghadap Shinta dan menyampaikan
bahwa dirinya adalah utusan Sang Rama. Kesedihan Shinta mendadak hilang, berganti
dengan harapan bahwa sang suami tercinta akan segera datang menyelamatkan dirinya.

Hanuman menjajal kekuatan angkatan perang Alengka, bertempur dengan Indrajid

Setelah selesai dengan urusannya menemui Shinta, Hanuman tidak segera pergi untuk
melapor kepada Rama, namun sengaja membuat huru hara di kerajaan Alengka dengan
merusak keasrian Taman. Dia pengin menjajagi sejauh mana kekuatan angkatan perang
Alengka. Rahwana sangat marah mendengar huru-hara ini dan Hanuman-pun akhirnya
tertangkap oleh Indrajid putera Rahwana.
Rahwana bermaksud membunuh Hanuman, namun dicegah oleh Kumbakarna. Rahwana
tampaknya tidak suka dengan tingkah Kumbakarna, sehingga diusirlah sang adik dari
Kerajaan Alengka. Hanuman tetap dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar hidup-
hidup.

Membakar hidup-hidup Hanuman ternyata bukan tindakan yang tepat, karena ternyata
malahan menjadi malapetaka bagi Alengka. Sang kera putih bukannya mati terbakar,
namun merajalela menggunakan api yang berkobar pada tubuhnya untuk membakar
kerajaan Alengka. Bahkan dia berhasil melarikan diri dan melaporkan peta kekuatan
angkatan perang Alengka kepada Rama Wijaya.

Singkat cerita, terjadilah perang besar di Alengka. Rama dengan bala tentara pasukan
para kera menyerbu Alengka. Sedangkan para raksasa bala tentara Alengka menahan
serbuan para kera sakti dengan gagah berani pula.

Pada pementasan Sendratari Ramayana, adegan peperangan ini diramu dengan koreografi
sangat apik. Dimainkan oleh para penari profesional yang tahu benar bagaimana
menampilkan olah tari yang enak ditonton.

Gerak tubuh adalah bahasa universal. Mereka tampaknya berhasil mengeksploitasi


keunggulan itu menjadi tontonan yang mudah dicerna oleh siapapun. Baik orang dewasa
maupun anak-anak. Bahasa verbal tak lagi menjadi halangan untuk menikmati
pertunjukan. Banyak wisatawan asing yang terkagum-kagum menyaksikan gerakan
tari yang lincah dan padu. Bahkan juga memantik syaraf tawa saat adegan tari lucu para
denawa dan bala tentara kera yang dimainkan para penari anak-anak.
Di tengah medan perang yang dahsyat, tersebutlah kehebatan Kumbakarna yang turut
berperang membela negara Alengka. Karakter sang adik Rahwana ini sangat menarik
untuk disimak. Meskipun berwujud raksasa jelek, kasar dan posturnya tinggi besar,
namun sesungguhnya Kumbakarna adalah pribadi yang jujur, bijaksana dan memiliki
jiwa nasionalisme yang mengagumkan.

Dia tahu benar bahwa tindakan Rahwana sang kakak tidak benar. Bahkan dia berusaha
selalu mengingatkan, meskipun tidak pernah digubris Rahwana.

Karena negeri Alengka tanah tumpah darah-nya diserang musuh, jiwa nasionalisme
Kumbakarna terketuk. Dia berdiri di barisan terdepan untuk membela tanah tumpah darah
sampai titik darah penghabisan.

Kisah perang tanding antara Rama dengan Kumbakarna ini sungguh unik. Keduanya
mati-matian mempertahankan keyakinan akan kebenaran masing masing, namun dibalik
itu keduanya saling menaruh simpati dan rasa hormat pada sang lawan. Kumbakarna
menyadari bahwa Rama benar karena berjuang menyelamatkan isterinya, dilain pihak
Rama juga mengagumi keteguhan Kumbakarna yang membela tanah airnya mati-matian,
bukan membela Rahwana sang angkara murka.

Dikisahkan betapa Rama harus bertarung sangat keras untuk mengalahkan Kumbakarna.
Saat kedua tangannya telah terpotong, Kumbakarka masih mampu berperang dengan
kakinya yang berukuran raksasa menginjak-injat baletentara kera. Kemudian Rama
memotong kedua kali Kumbakarna, namun dia maih tetap berperang dengan
menggelindingkan tubuhnya yang luar biasa besar. Namun akhirnya Kumbakarna gugur
sebagai pahlawan bangsa setelah terkena panah sakti Rama.
Di Taman Argasoka yang belum tersentuh kedahsyatan peperangan yang ada di
sekitarnya, Shinta terus menolak bujuk rayu Rahwana. Namun ketika Rahwana
menunjukkan potongan kepala Rama dan Laksmana, dia jatuh pingsan. Mengetahui
kejadian ini, Trijata marah kepada Rahwana, dia tahu itu semua hanyalah siasat licik
Rahwana, karena sesungguhnya Rama dan Laksmana masih berperang di luar taman.

“Jika engkau laki-laki jantan, bukan pengecut, bawalah kepala Rama dan Laksmana
yang asli, bukan membuat tipu muslihat licik seperti itu!”, hardik Trijata kepada
Rahwana.
Dengan rasa malu dan marah yang ditahan, Rahwana segera pergi menuju medan perang.
Suasana peperangan sudah berat sebelah. Kekalahan Alengka sudah diujung tanduk.
Kumbakarna telah gugur, demikian pula sebagian balatentanya sudah terluka dan
kepayahan.

Rahwana akhirnya berhadapan langsung dengan Rama. Rahwana sendiri adalah seorang
yang sangat sakti sehingga tidak mudah bagi Rama untuk mengalahkannya. Bahkan dia
juga dijuluki Dasamuka, yang artinya bermuka sepuluh, dan sering diinterpretasikan
dengan bernyawa rangkap 10, sehingga sangat sulit untuk dibinasakan. Namun dengan
bantuan Hanuman akhirnya Rahwana binasa, tubuhnya tetancap anak panah sakti Rama
dan Hanuman menghimpitnya dengan gunung Sumawana.
Dengan kematian Rahwana berakhir pula perlawanan balatentara Alengka. Rama dapat
bertemu kembali dengan sang isteri tercinta. Namun ternyata kisah kehidupan belum lagi
berakhir, menyisakan ganjalan di hati Sang Rama. Timbul perasaan ragu akan kesucian
sang isteri setelah tinggal cukup lama ditawan di negeri Alengka.

Ini adalah episode ujian ketegaran diri seorang wanita. Yang diragukan kesucian dan
sesetiaannya oleh sang suami tercinta. Untuk membuktikan itu semua, Shinta rela masuk
ke dalam api yang membara. Mirip seperti kisah Ibrahim dalam risalah kenabian, Shinta-
pun tidak terbakar oleh api yang berkobar. Sekaligus membuktikan akan kesuciannya
sebagai seorang wanita mulia.

Anda mungkin juga menyukai