perjalanan Sri Rama mencari Sinta yang diculik oleh Raja
Raksasa bernama Rahwana telah sampailah di Kerajaan Gua Kiskenda. Sugriwa Raja Wanara dari Kerajaan Gua Kiskenda menyatakan kesediaannya untuk membantu Sri Rama. Sri Rama mengutus senopati andalannya yaitu Anoman Si Kera Putih, untuk melaksanakan misi membantu pencarian keberadaan Sinta.
Dengan gagah berani Anoman pergi menjelajah menembusi hutan dan
menapaki gunung-gunung mencari jejak serta petunjuk dimanakah Sinta berada. Ketika sampai di tepian Samudera, Anoman bertemu dengan Garuda Sempati seekor raksasa yang berwujud burung tanpa bersayap, kakak dari Garuda Jatayu yang telah tewas ketika berusaha menolong Sinta saat diculik Rahwana. Garuda Sempati memberikan petunjuk bahwa Sinta tengah ditawan di Kerajaan Alengka. Anoman pun langsung bergegas menyeberangi samudera menuju ke Alengka.
Di sebuah taman di Kerajaan Alengka, tampaklah sesosok perempuan
nan cantik jelita. Pancaran indah dari paras ayunya telah membuat semua bunga-bunga yang tumbuh di taman Argasoka, tertunduk malu kehilangan pamornya. Perempuan itu adalah Sinta, yang kini sedang larut termenung dalam kesedihannya, terpisah dari sang kekasih hati dan menjadi tawanan dari seorang raja raksasa. Dayang-dayang keputren berusaha menghibur kebekuan hatinya dengan menyuguhkan tari-tarian dan tetembangan, namun seolah senyum begitu mahal untuk dapat tertoreh di bibir indahnya.
Dari balik pohon-pohon besar yang tumbuh di taman Argasoka, tiba-tiba
muncullah seekor kera putih yang berloncatan lincah menuju ke arah Sinta. Sinta dan para dayangnya ketakutan. Ketika Anoman menunjukan sebuah cincin yang sengaja dititipkan oleh Rama, maka Sinta pun paham bahwa kera putih tersebut adalah utusan dari Sri Rama. Pertemuan antara Anoman dan Sinta ternyata diketahui oleh Rahwana. Rahwana pun terbakar angkara murka, amarahnya meledak-ledak tak terkendali, tak ingin begitu saja melepaskan Sinta dari cengkeramannya. Rahwana segera memerintahkan Indrajit untuk menangkap dan membunuh Anoman.
Pertempuran pun tak terelakkan antara sepasukan raksasa yang
dipimpin Indrajit melawan Anoman. Berbagai senjata diarahkan ke tubuh Anoman, namun ia begitu lincah berkelit berloncatan kesana-kemari. Indrajit melepas senjata pamungkasnya yaitu panah Nagapasa. Ketika Panah Nagapasa terlepas dari busurnya, maka menjelmalah anak panah itu menjadi ribuan ular yang membelit tubuh anoman. Anoman bersiasat untuk pura-pura tak mampu melepaskan diri dari belitan panah sakti tersebut.
Anoman dibawa ke tengah Alun-alun Kerajaan Alengka untuk dihukum
mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Para Raksasa bersorak liar dan menari-nari kegirangan sambil menumpukkan kayu-kayu kering di sekitar tubuh Anoman. Upacara kematian segera dilaksanakan, namun Anoman tetap tenang menghadapi semua itu. Sorak-sorak buto-buto tersebut makin membahana ketika api sudah mulai dinyalakan. Tubuh Anoman seolah menghilang ditelan kepulan asap dan kobaran api. Kegirangan bala tentara Indrajit menjadi kepanikan dan huru hara ketika Anoman melesat dari kobaran api yang ternyata tak mampu membakar dirinya. Anoman mengamuk mengerahkan seluruh tenaga, ber- tiwikrama menerjang semua pasukan Indrajit serta membumihanguskan Kerajaan Alengka. Kemegahan Alengka musnah ditangan Anoman. Alengka terbakar hebat dan semuanya bangunannya porak-poranda. Bala tentara raksasa Alengka kocar-kacir diserang oleh sepasukan kera-kera sakti dari Kiskenda.
Setelah berhasil meluluh-lantakkan Alengka, Anoman kembali
menghadap Sri Rama untuk menyampaikan kabar gembira tentang keselamatan Sinta. Bersama Anoman, Sri Rama segera menuju ke Alengka hendak menjemput Sinta. Rahwana tentunya tak tinggal diam begitu saja. Maka terjadilah pertempuran hebat antara Rama dan Rahwana yang berakhir dengan kematian Rahwana.