Masyarakat Jawa pada saat melihat suatu hal yang baik atau indah biasanya akan meresponnya
dengan menggambaran hal tersebut seolah-olah seperti keadaan yang begitu indah. Dengan kata
lain keadaan tersebut akan digambarkan menggunakan pembanding yang lebih baik atau mirip.
Dalam bahasa Jawa hal ini disebut dengan tembung panyandra atau kata gambaran.
Sebagai contoh, yaitu
1. Panyandra awak "drijine mucuk eri", yaitu untuk menggambarkan keadaan jari-jari
manusia yang lentik dan indah bagaikan "mucuk eri" atau ujung duri.
2. Panyandra awak “Alise nanggal sepisan”, yaitu untuk menggambarkan alis wanita yang
indah mirip dengan bulan saat tanggal 1 (njlarit).
3. Panyandra solah bawa (tingkah laku / tandang gawe) “Tindake nusup ngayam alas”,
yaitu menggambarkan sikap seseorang yang rajin / tidak bermalas-malasan dalam bekerja
maupun melakukan sesuatu dan dengan segera menyelesaikan pekerjaannya.