Anda di halaman 1dari 2

Legenda Sangkuriang

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Sangkuriang adalah cerita legenda mengenai terjadinya Gunung Tangkuban Perahu serta
kawasan Bandung dan sekitarnya.

Perhatian: Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita atau akhir
kisahnya.

Cerita ini bermula pada zaman dahulu kala, dikala tanah Sunda kuno dikuasai oleh
seorang Raja dan Ratu yang mempunyai putri cantik dan pintar bernama Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi adalah putri yang manja tetapi pemarah. Alkisah dilain cerita, dinegeri
khayangan seorang Dewa mendapat kutukan menjadi seekor anjing dan dibuang ke bumi.

Suatu pagi yang cerah Dayang Sumbi sedang asyik menenun, namun pada satu saat
pintalan benangnya jatuh, Dayang Sumbi kesal akan ketelodaranya kemudian dia berucap
bahwa siapa saja yang dapat mengambilkan pintalan benang itu, apa bila dia wanita maka
dia akan dijadikan adiknya, sedangkan apabila dia laki - laki maka dia akan dijadikan
suaminya. Begitu terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat yang membawakan pintalan
benangnya adalah seekor anjing jantan hitam. Dia harus menepati janjinya, akhirnya
Dayang Sumbi pun menikah dengan anjing hitam bernama si Tumang yang merupakan
jelmaan dari Dewa yang terkena kutukan.

Mereka hidup bahagia dan dikarunai seorang putra bernama Sangkuriang. Karena putra
seorang dewa maka Sangkuriang pun mewarisi kesaktian seperti Dewa. Sangkuriang
tumbuh ditemani oleh anjing kesayangan si tumang yang tidak lain adalah ayahnya.

Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang untuk mencarikannya hati sekor
kijang untuk sebuah perayaan kecil. Sangkuriang pun berangkat mencari hewan buruan
ditemani si tumang anjing kesayangannya. Setelah seharian penuh Sangkuriang belum
menemukan hewan buruannya, dia mulai bingung dan takut untuk pulang karena belum
membawa hasil. Dalam keputusasaannya Sangkuriang mengambil panah dan memanah si
tumang, dalam keadaan menyesal Sangkuriang mengambil hati si tumang dan segera
pulang kerumah.

Dayang Sumbi merasa heran karena Sangkuriang tidak ditemani oleh si tumang dan dia
bertanya kemana si tumang, Sangkuriang berkata bohong kalau si tumang telah mati
diterkam oleh macan. Namun ibunya tidak percaya, setelah didesak akhirnya
Sangkuriang pun menceritakan hal yang sebenarnya. Begitu marahnya Dayang Sumbi
mendengar cerita dari Sangkuriang hingga tanpa sadar gayung yang sedang dipegangnya
dipukulkan kepada Sangkuriang dan mengenai kepalanya. Dayang Sumbi hanya bisa
menangis dan menyesali nasibnya sementara Sangkuriang melarikan diri dan tidak
pernah kembali.
Waktu terus berlalu, Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pria tampan dan sakti. Dalam
petualangannya dia bertemu seorang wanita yang sangat cantik dan mereka pun saling
jatuh cinta. Sangkuriang tidak tahu bahwa wanita itu adalah Dayang Sumbi yang tidak
lain adalah ibu kandungnya sendiri. Pada akhirnya Sangkuriang melamar Dayang Sumbi.
Sehari sebelum pernikahan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, dia sangat
terkejut ketika melihat bekas luka dikepala Sangkuriang. Ternyata Sangkuriang adalah
anaknya yang tengah ditunggu - tunggu selama ini. Dayang Sumbi pun bermaksud
membatalkan pernikahan ini dan memberitahu bahwa Sangkuriang adalah anaknya,
namun Sangkuriang tetap pada pendiriannya dan tidak mempercayai apa yang diceritakan
oleh ibunya.

Dayang Sumbi akhirnya mengajukan beberapa syarat yang tidak mungkin dapat dipenuhi
oleh Sangkuriang dalam satu hari. Dia meminta Sangkuriang untuk membuatkannya
danau dan sebuah perahu yang harus diselesaikan pada saat fajar tiba sebagai hadiah
perkawinan. Sangkuriang menyanggupi permintaan ini.

Dengan kesaktian dan bantuan dari siluman dan mahluk halus dimulailah pekerjaan besar
ini. Sungai mulai dibendung dengan menggunakan kayu, batu dan lumpur. Air mulai
terbendung dan membentuk sebuah danau yang besar, Sangkuriang mulai menebang
sebuah pohon besar dan membentuknya menjadi sebuah perahu.

Sementara itu Dayang Sumbi sedang berdoa memohon agar matahari diterbitkan lebih
awal dari biasanya, Dewa mendengar permohonan Dayang Sumbi dan mengabulkannya.
Para siluman dan mahluk halus lainnya berlari meninggalkan pekerjaanya karena fajar
telah tiba. Sangkuriang telah gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi, dia marah
bukan kepalang lalu ditendangnya perahu setengah jadi itu kehutan hingga perahu itu
jatuh terbalik. Sangkuriang mengumbar amarahnya membuat Dewa murka hingga
menurunkan bencana, bumi menelan Sangkuriang. Pada saat itulah Sangkuriang
menyadari kesalahannya, sebelum ajal menjemput, Sangkuriang menjerit memohon maaf
kepada ibunda tercinta.

Waktu berlalu, konon perahu Sangkuriang lambat laun berubah menjadi sebuah gunung.
Gunung yang terletak di bagian utara kota Bandung itu kini terkenal dengan nama
Tangkuban Parahu ("perahu terbalik"), hutan yang ditebangi Sangkuriang dianamakan
Bukit Tunggul.

Diambil dari Folklore Hotel Permata Bidakara

Anda mungkin juga menyukai