Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan book report tentang kepolisian.

    Book report ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan book report ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan book
report ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki book report ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga book report tentang kepolisian ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    Bandung,  20 Oktober 2015


    
                                                                                             

Argi Cahyadi Hendayana

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
1.1. Pendahuluan............................................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah....................................................................................................................4
1.3. Tujuan penulisan......................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
ISI.............................................................................................................................................................5
2.1. Tugas kepolisian............................................................................................................................5
2.2. Wewenang Kepolisian..................................................................................................................6
2.3. Fungsi Kepolisan...........................................................................................................................8
2.4. Kedudukan dan Peran Polisi.........................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................10
Kasus-Kasus..........................................................................................................................................10
A. Balap liar........................................................................................................................................10
B. Tawuran.........................................................................................................................................11
C. Pemabukan....................................................................................................................................12
D. Seks bebas.....................................................................................................................................13
II. Sejauh mana pihak kepolisian menanggapi penyakit pelajar di Indonesia ?..............................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

ii
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Pendahuluan
         Hidup bermasyarakat dan bersosialisasi antara sesama manusia sangatlah membutuhkan
keseimbangan dalam aktivitasnya. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan dan
kebutuhan pada ketertiban dan keadilan dan rasa aman. Oleh karena itu, dinamika kehidupan
masyarakat telah memunculkan hukum, berupa berbagai perangkat aturan hukum yang tertata
secara sistematik, sebagai ungkapan rasa keadilan masyarakat dan sarana untuk mewujudkan
ketertiban berkeadilan. Dengan demikian, hukum itu mempunyai banyak aspek dan dimensi.

         Hukum ini berakar dan terbentuk dalam proses interaksi berbagai aspek kemasyarakatan
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, keagamaan, ideologi dan sebagainya. Dalam
dinamikanya, hukum itu dibentuk dan ikut membentuk tatanan masyarakat, namun sekaligus ikut
menentukan bentuk dan sifat-sifat masyarakat itu sendiri. Jadi hukum itu dikondisi dan
mengkondisi masyarakat. Karena bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan secara
konkret dalam masyarakat, maka hukum di satu pihak memperlihatkan kecenderungan
konservatif yang berupaya memelihara dan mempertahankan apa yang sudah tercapai, namun di
lain pihak juga memperlihatkan kecenderungan modernisme dengan tujuan berupaya
mendorong, mengkanalisasi dan mengarahkan perubahan masyarakat. Dalam implementasinya,
hukum memerlukan kekuasaan dan sekaligus menentukan batas-batas serta cara-cara
penggunaan kekuasaan itu.

         Hukum dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang (karena kemajemukannya) telah
menghadirkan sejumlah disiplin hukum, yang masing-masing dengan masalah inti, metoda dan
sifat khasnya yang membedakan yang satu dari yang lainnya, yang muncul berturut-turut dalam
ruang waktu sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat yang ditimbulkan oleh masalah
kemasyarakatan. Pada beberapa abad sebelum masehi, pertama-tama muncul di Yunani
(Socrates, Plato, Aristoteles) telaah kefilsafatan tentang hukum sehubungan dengan kebutuhan
masyarakat pada kekuasaan yang menghendaki pertanggungjawaban rasional tentang landasan
keberadaan dan penggunaan kekuasaan di dalam masyarakat. Telaah tentang hukum yang
berawal dari Filsafat Hukum kemudian dalam perkembangannya ke depan dengan terjadinya
proses diferensiasi dan spesialisasi, memunculkan disiplin hukum baru yang disebut dengan
Hukum Kepolisian, yang menelaah hubungan hukum, moral dan penggunaan wewenang serta
kekuasaan yang dimiliki oleh alat negara pengemban fungsi keamanan yang disebut dengan
Polisi.

3
         Bermula dari aspek kemajemukan hukum dan kebutuhan manusia akan ketertiban dan
keadilan, proses penegakan hukum nampaknya akan menjadi suatu hal yang sangat signifikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana hukum adalah menjadi alat  kontrol

4
5

sosial (social control) dan alat bagi rekayasa sosial (social enginering) dalam rangka


menciptakan adanya suatu keseimbangan. Dalam perkembangannya hukum ke arah sistem
hukum yang memungkinkan terciptanya rule of law, diperlukan adanya Hukum Kepolisian yang
mengatur tentang tindakan-tindakan Polisi selaku salah satu aparat  penegak hukum dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa tugas kepolisian ?
2. Apa wewenang kepolisan ?
3. Apa fungsi kepolisan ?

1.3. Tujuan penulisan


1) Agar masyarakat tau tentang polisi yang sebenarnya.
2) Agar masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata pada polisi.
BAB II
ISI

2.1. Tugas kepolisian


Tugas pokok Kepolisin Negara Republik Indonesia adalah: 
1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. menegakan hukum, dan
3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Polri melakukan:


1. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat
dan pemerintah sesuai kebutuhan;
2. menyelenggaran segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban dan kelancaran lalu
lintas di jalan;
3. membina masyarakat untuk meningkatkan parsipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat
serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
4. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus,
penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk pengamanan swakarsa;
7. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum
acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
8. menyelenggarakan indentifiksi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan
psikologi kepolisian untuk kepentingn tugas kepolisian;
9. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia;
10. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi
dan/atau pihak yang berwenang;
11. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkungan
tugas kepolisian; serta
12. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang dalam
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

6
2.2. Wewenang Kepolisian
Agar dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian sebagaimana tersebut di atas dapat
berjalan dengan baik, pelaksanaan tugasnya itu dapat dipatuhi, ditaati, dan dihormati oleh

7
8

masyarakat dipatuhi dalam rangka penegakan hukum, maka oleh Undang-undang Polri diberi
kewenangan secara umum yang cukup besar antara lain;
1. menerima laporan dan/atau pengaduan;
2. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu ketertiban
umum;
3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyekit msyarakat;
4. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa;
5. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;
6. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka
pencegahan;
7. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
9. mencari keterangan dan barang bukti;
10. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
11. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan
masyarakat;
12. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan msyarakat;
14. menerima dan menyimpa barang temuan untuk sementara waktu.

Selain kewenangan umum yang diberikan oleh Undang-Undang sebagaimana terebut di


atas, maka diberbagai Undang-Undang yang telah mengatur kehidupn masyarakat, bangsa dan
negara ini dalam Undng-Undang itu juga telah memberikan Kewennagan kepada Polri untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan perundangan yang mengaturnya ttresbut antara lain;
1.memberikan izin dan mengawqasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;
2. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
3. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
4. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
5. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa
pengamanan;
6. memberikan izin dan malakukan pengawasan  senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;
7. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengaman
swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
8. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas
kejahatan internasional;
9. melakukan pengawasan  fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah
Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
9

10. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;


11. melaksanakan kewenangan laian yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Dalam bidang penegakan hukum publik khususnya yang berkaitan dengan penanganan
tindak pidanan sebagaimana yang di atur dalam KUHAP, Polri sebagai penyidik utama yang
menangani setiap kejahatan secara umum dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri,
maka dalam proses penannganan perkara pidana Pasal 16 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Polri, telah menetapkan kewenangan sebagai berikut;
1. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
2. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan;
3. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
4. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal
diri;
5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. memanggil orang untuk didengan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
7. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
8. mengadakan penghentian penyidikan;
9. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
10. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat
pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal
orang yng disangka melakukan tindak pidana;
11. memnberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai neri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut
umum; dan
12. mengadakan tindakan lain menurut hukum yng bertanggung jawab, yaitu tindakan penyelidik
dan penyidik yang dilaksankan dengan syarat sebagai berikut;
a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa, dan
e. menghormati hak azasi manusia.

2.3. Fungsi Kepolisan


  Bahwa Kepolisian adalah salah satu  organ pemerintahan yang dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan negara karena itu keberadaanya tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan atau
negara tersebut . Dalam pasal 2 UU no 2 tahun 2002 bahwa : Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi
10

pemerintahan negara dibidang pemeliharaan kamtibmas ,    penegakan hukum ,     perlindungan,   
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Kepolisian dalam suatu negara tidak sama dengan
negara lain karena kepolisian pada suatu negara  sangat terkait dengan tujuan negara, falsafah negara ,
sistem pemerintahan, bentuk negara , sejarah negara, dan aspirasi pemerintah terhadap keamanan dan
ketertiban, tidak terkecuali kepolisian Indonesia. Dimana falsafah akan sangat menentukan tujuan
negara yang dituangkan dalam tujuan nasional , tujuan nasional inilah yang menentukan tujuan
kepolisian, demikian pula untuk falsafah negara yang memberikan warna terhadap perilaku dan budaya
kepolisian baik tingkah laku pribadi maupun organisasi serta karakter kepolisian, hal inilah yang sangat
mempengaruhi terbentuknya konsepsi kepolisian.

Dalam pasal 4 UU No. 2 tahun 2002  bahwa : Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujauan
untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat , tertib dan tegaknya hukum, terselengaranya perlindungan , pengayoman dan pelayanan
masyarakat , serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia.

Bahwa  dilihat dari  dimensi yuridik , fungsi kepolisian terdiri atas Fungsi Kepolisian Umum dan Fungsi
kepolisian Khusus.

            Fungsi  Kepolisian Umum berkait dengan kewenangan kepolisian yang berlandaskan undang-
undang dan atau peraturan perundang-undangan meliputi semua lingkungan kuasa hukum yaitu  : 1.
lingkungan kuasa soal-soal ( Zaken gebied )  yang termasuk dalam kompetensi hukum publik , 2.
lingkungan kuasa orang ( personen gebied ) , 3 . lingkungan kuasa tempat ( ruimte gebied ), 4 .
lingkungan kuasa waktu ( tjids gebied ).

            Fungsi Kepolisian umum diemban oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia , sehingga tugas dan
wewenangnya akan menyangkut ke empat lingkungan kuasa tersebut . Kewenangan  Kepolisian Negara
Republik Indonesia akan mencakup tataran represif, preventif dan preemtif. Tataran represif adalah  
dimana pada waktu melaksanakan tugas dan kewenanganya   selalu mengutamakan azas legalitas , hal
ini dilakukan dalam rangka penegakan hukum, sedangkan tataran preventif dan preemtif adalah dimana 
dalam melaksanakan tugas dan kewenanganya selalu mengutamakan azas preventif, azas partisipatif
(memberikan kesempatan terhadap peran serta masyarakat dalam  pelaksanaan tugasnya) , dan azas
subsidiaritas (azas yang mewajibkan Polri melakukan tindakan yang perlu sebelum instansi tekhnis yang
berwenang hadir di tempat kejadian dan selanjutnya menyerahkan keapda istansi yang berwenang ).

         Dari penjelasan tersebut diatas, secara substantif dimaksudkan bahwa dalam setiap kehadiran Polri
dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya harus dirasakan adanya nuansa dan karakter Polri selaku 
Pelindung , pengayom, dan pelayan masyarakat.

Sumber :

2.4. Kedudukan dan Peran Polisi


Kedudukan dan peran Polri dalam Era Reformasi, setelah diundangkannya Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai pengganti Undang-Undang No. 28 Tahun
1997 membawa perubahan fungsi Polri berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dimana pelaksanaan
11

tugasnya secara tegas telah dipisahkan dari tentara. Ini ditetapkan berdasarkan TAP MPR No.
VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
serta TAP MPR No. VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

Perubahan peraturan ini membuat peran dan kedudukan Polri yang setara dengan TNI. Diharapkan juga
dengan peraturan ini membuat peran yang setara dengan Kejaksaan Agung dan departemen-
departemen lainnya, termasuk lembaga pemerintah   non-departemen   atau   setara   dengan   menteri  
negara. Keluarnya

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara  Republik Indonesia merupakan
pengaturan kedudukan dan peran Polri pasca Undang- Undang No. 28 Tahun 1997.
BAB III
Kasus-Kasus

A. Balap liar
Balapan liar dijalanan sudah ada pada pasal 297 yaitu dikenai pidana kurungan paling lama 1
tahun atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.

Dan ada juga faktor yang mempengaruhi remaja itu sendiri untuk mengikuti atau melakukan
balap liar, yaitu:

Faktor internal:

1. Krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.

Faktor eksternal:

1. Keluarga Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan
agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

B. Tawuran
Tawuran, pada pasal 170 KUHP (Pengeroyokan dan Pengerusakan) ancaman hukuman
maksimum menyebabkan luka ringan & berat di jerat 7 tahun kurungan dan jika ada kematian
akan di jerat 12 tahun kurungan

12
13

Dan unsur yang di persyarat kan terkena pasal 170 KUHP, yaitu :

a. Bersama sama melakukan kekerasan .


b. Terhadap orang atau barang.
c. Dimuka umum.

Ada juga pasal 187 KUHP (mendetangkan bahaya bagi keamanan umum/membakar peledakan)
ancaman hukumannya adalah :

a. Bahaya bagi orang maksimum 12 tahun penjara.


b. Bahaya maut bagi orang maksimum 13 tahun penjara.
c. Bahaya maut dan orang mati maksimum seumur hidup 20 tahun penjarara.

Dan unsur yang di persyaratkan terkena pasal 187 KUHP, yaitu :

a. Mendatangkan bahaya umum maut atau ada orang yang mati.

Terdpat dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan
factor eksternal. Factor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri
yang keliru oleh remaja dalam menanggapi milieu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar.
Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan
sekitar. Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut.

a. Faktor keluarga
Faktor keluarga terdiri dari sebagai berikut :
1) Baik buruknya rumah tangga atau berantakan.
2) Perlindungan lebih yang di berikan orang tua.
3) Penolan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu.
4) Pengaruh buruk dari keluarga, seperti tindakan asusila.
b. faktor lingkungan sekolah
lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak
memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olahraga,
minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat,
ventilasi dan sanitasi yang buruk, dan sebagainya.

c. Faktor milieu/lingkungan
14

Lingkungan sekitar yang tidak baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembanganremaja.
Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G. Summer membagi kelompok sosial
menjadi dua yaitu in-group dan out-group. Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang
terdiri dari kelompok – kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis
kelompok yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok dalam
(in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya
dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar (out-group) merupakan merupakan kelompok di
luar kelompok in-group.

Di kalangan kelompok dalam di jumpai persahabatan, kerja sama, keteraturan, dan


kedamaian. Apabila kelompok dalam berhubungan dengan kelompok luar maka munculah rasa
kebencian, permusuhan, atau perang. Rasa kebencian itu di wariskan dari satu generasi ke
genarasi yang lain dan menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok (in-group feeling).
Anggota kelompok menganggap kelompo mereka sendiri sebagai pusat gejala-gejalanya
(etnosentrisme).

C. Pemabukan
Ketentuan yang mengatur tentang gangguan yang diakibatkan oleh orang yang mabuk
diatur dalamPasal 492 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”):

Pasal 492

a. Barang siapa dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu lintas, atau
mengganggu ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain, atau melakukan sesuatu
yang harus dilakukan dengan hati-hati atau dengan mengadakan tindakan penjagaan
tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan orang lain,
diancam dengan pidana kurungan paling lama enam hari, atau pidana denda paling
banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.
b.  Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama, atau karena hal yang dirumuskan
dalam pasal 536, dijatuhkan pidana kurungan paling lama dua minggu
R. Soesilo dalam buku KUHP serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 322)
untuk dapat mengenakan Pasal 492 KUHP harus dibuktikan bahwa:

Beberapa faktor pelajar melakukan pemabukan ialah :

a. Ajakan dari teman.


b. Lingkungan yang mendukung pelajar tersebut malakukan pemabukan.
c. Paksaan dari orang terdekat (keluarga, teman , sabat, pacar).
15

d. Kurang nya iman pelajar tersebut.

D. Seks bebas
Seks bebas, norma hukum di Indonesia yang mengatur tentang pelarangan tentang pelarangan
seks bebas adalah UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografidan KUHP pasal 284. Walaupun pada
kenyataannya perangkat hukum tersebut masih rapuh karena belum bisa menindak tegas para pelaku
seks bebas. Pelaku seks bebas tidak bisa disebut melanggar UU Pornografi bila perbuatan itu tidak
dimaksudkan untuk konsumsi masyarakat. Juga tidak bisa dikategorikan zina menurut KUHP, karena zina
menurut KUHP merupakan delik aduan, jadi mereka baru bisa dikatakan berzina bila ada yang
mengadukan.

Norma yang social tentang seks bebas di masyarakant, ialah :

1. Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana


penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena
berasal dari Tuhan.
2. Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan antara mana yang
dianggap baik dan mana yang dianggap buruk.
3. Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat.

Norma-norma tersebut tentu saja dengan tegas melarang adanya seks bebas yang merusak moral
siapapun yang melakukannya.

Faktor-faktor yang membuat pelajar tersebut melakuakan seks bebas, ialah :

a. Pergaaulan, Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita. Maka jika
seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari kalangan teman-teman yang suka
melakukan seks bebas, maka dia juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks
bebas.
b. Pengaruh materi pornografi (film, video, internet dsb). Jika seseorang berulang kali
mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks bebas.
c. Pengaruh obat/narkoba dan alkohol. Seseorang yang bebas dari pengaruh narkoba dan
alkohol bisa berfikir jernih dan ini mencegah dia melakukan perilaku berisiko. Dalam
keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan
ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks bebas
16

II. Sejauh mana pihak kepolisian menanggapi penyakit pelajar di Indonesia ?

A. Balap liar
    Balapan liar di Kabupaten Sidoarjo semakin marak membuat Polres turun tangan dalam,
menanganinya. Balap liar yang didominasi anak muda sepertinya semakin banyak sehingga
mengganggu kenyamanan masyarakat, terutama banyaknya kendaraan yang dimodifikasi,
seperti sepeda motor dengan knalpot yang diganti dari aslinya sehingga mengeluarkan suara
yang cukup keras.

  Kapolres Sidoarjo AKBP Anggoro Sukartono mengatakan, balap liar liar itu tidak perlu
dikejar, akan tetapi lokasi yang ditengarai untuk kegiatan tersebut diamankan, Pihak
kepolisian sendiri lebih baik mengambil tindakan preventif , karena itu lebih baik daripada
tindakan hukum.

 Sedangkan untuk Kabupaten Sidoarjo sendiri ada 5 titik yang dijadikan balap liar yaitu
porong, lingkar timur, bandara by pas Krian dan di Sidoarjo kota. 

Lebih lanjut Kapolres menjelaskan, karena masih remaja dan dibawah umur maka
dikawatirkan rentan terjerumus pada kenakalan remaja, sehingga untuk itu perlu juga
dilakukan tindakan secara persuasife yaitu memberikan himbauan kepada orang tua, dinas
pendidikan serta tokoh agama dan tokoh masyarakat.

 AKBP Anggoro Sukartono berharap bagi semua yang terkait dengan hal ini ikut
mendukung program polisi masuk sekolah. *lutfi

B. Tawuran

1. Pihaknya telah mengimbau seluruh jajaran aparat kepolisian untuk dapat berpatroli dan
membubarkan kumpulan anak sekolah guna mencegah terjadinya aksi tawuran antar
pelajar dan bekerjasama dengan pihak sekolah agar mengantisipasi percobaan tawuran.

2. "Kami meminta kerjasamanya dari semua pihak, dari guru, masyarakat dan komite
sekolah untuk dapat melaporkan jika ada gelagat yang mencurigakan," lanjut Wahyu.

3. Tidak hanya upaya tindakan preventif saja yang dilakukan kepolisian. Bentuk represif
juga diambil untuk memberi efek jera kepada siswa yang terlibat tawuran. Seperti sanksi
DO (drop out) atau dikeluarkan dari sekolah bagi para pelajar yang membandel.

4. "Dalam upaya ini polisi juga meminta bantuan kepada pihak sekolah. Terutama hukuman
kepada siswa yang tertangkap polisi karena tawuran. Guru harus berani memberikan
17

sanksi tegas bila perlu ada upaya berupa pengeluaran kepada mereka yang terlibat
tawuran," simpul Wahyu.

C. Pemabukan

Dalam pemabukan yang di lakukan oleh pelajar, pihak polisi sendiri telah mekakukan
razia-razia tengah malam terhadap orang-orang yang berkumpul lebih dari pukul 22.00. Dan
mengamankan orang-orang yang terbukti mabuk-mabukan, apalagi orang yang tertangkap
razia adalah pelajar atau masih di bawah umur.

D. Seks bebas

Jika dalam seks bebas sendiri polisi tidak bisa bertindak banyak karna seks bebas itu
lebih ke palanggaran norma-norma, akan tetapi pihak kepolisian pun sering melakukan razia
terhadap kost-kostan, dan tempat mencurigakan, jika terdapat ada sepasang pria dan wanita
dalam 1 kamar dan meraka masih di bawah umur atau tidak bisa menunjukan bukti bahwa
mereka belum menikah, maka pihak kepolisain akan menindak lanjuti pasangan tersebut, atas
dasar meresahkan warga.
18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

Pihak kepolisian hanya dapat mencegah saja penyakit remaja diatas dengan cara merazia,
menertibkan dan menangakap para pelajar yang menyimpang. Jadi kesimpulan nya penyakit
pelajar ini yang dapat meberantas tuntas adalah pelajar itu sendiri dengan kesadaran nya, untuk
tidak berbuat hal yang sebenernya tidak perlu dan hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Tetu saja dnegan bantuan keluarga, teman dan lingkungan sekitar.

Kerja polisi yg tidak konsisten membuat para pelajar itu sendiri lebih berani untuk
melakukan penyimpangan, misalnya membiarkan penjual minuman keras yang tidak berizin
berjualan bebas, dan yang lebih parah nya lagi pihak kepolisian sering membiarkan para pelajar
itu mabuk-mabukan di muka umum selama itu tidak menimbulkan kerusuhan.

II. Saran

Saran saya pihak kepolisan harusnya lebih tegas dalam melakukan razia , penangkapan pada
pelajar/masyarakat yang melakukan penyimpangan, dan menindak lanjuti pada pelajar yang
terbukti melakukan pelanggaran. Dan yang terpenting hilangkan budaya “DAMAI DITEMPAT”.
Jika kata tersebut dapat dihilangkan penyakit pelajar diatas pun mungkin akan cepat sembuh.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Buku Panduan Tugas dan Wewenang Kepolisian Republik Indonesia

https://krisnaptik.wordpress.com/polri-4/hukum-kepolisian/hukum-kepolisian-2/

http://blackarrowpower.blogspot.co.id/2012/10/daftar-pasal-pasal-dan-hukuman-serta.html.

https://aditenachella.wordpress.com/2011/08/24/kenakalan-remaja-dalam-bentuk-balapan-liar-di-
wilayah-hukum-polresta-palembang/

http://patuhorangindonesia.blogspot.co.id/2012/10/pasal-pasal-kuhp-bagi-pelaku-tawuran.html

http://www.sridianti.com/faktor-penyebab-terjadinya-tawuran.html

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50727434498a8/jerat-hukum-bagi-orang-mabuk-
yang-mengganggu-orang-lain

https://mohammadgie.wordpress.com/2011/12/30/aturan-yang-mencegah-seks-bebas/

https://nariluh.wordpress.com/2013/10/04/faktor-penyebab-terjadinya-seks-bebas/

http://www.suaraharianpagi.com/2015/08/polres-sidoarjo-lakukan-tindakan.html

http://news.okezone.com/read/2015/08/05/338/1191096/polisi-minta-sekolah-sanksi-do-
bagi-pelajar-tawuran

Anda mungkin juga menyukai