Integrasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Untuk Menangani Lokasi Black Spot di
Kabupaten Semarang
Latar Belakang
Kabupaten Semarang merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi daerah penyangga (hinterland) bagi ibukota Provinsi Jawa
Tengah, yaitu Kota Semarang. Selain menjadi daerah penyangga bagi Kota Semarang, Kabupaten Semarang juga menjadi simpul transportasi ke beberapa kota besar
di wilayah Jawa bagian tengah, yaitu Surakarta dan DI. Yogyakarta. Dalam lingkup yang lebih kecil, Kabupaten Semarang juga memiliki interaksi dengan Kota Salatiga,
dimana seluruh wilayah Kota Salatiga berada di dalam wilayah Kabupaten Semarang.
Kondisi tersebut mempengaruhi karakteristik perjalanan pada jaringan jalan di Kabupaten Semarang. Jaringan jalan di Kabupaten Semarang adalah linier, berupa
jaringan jalan nasional yang membentang dari batas Kota Semarang ke Bawen, selanjutnya terbagi pada 2 ruas ke arah Magelang/Yogyakarta dan ke arah
Salatiga/Surakarta. Selain jalan nasional, di Kabupaten Semarang juga terdapat jaringan jalan provinsi, menghubungkan wilayah Kabupaten Semarang dengan
kabupaten/kota lainnya, antara lain: 1) Kota Semarang melalui Gunungpati; 2) Kabupaten Temanggung melalui Kaloran; 3) Kabupaten Boyolali melalui Karanggede dan
4) Kabupaten Grobogan melalui Kedungjati. Jaringan jalan nasional dan provinsi tersebut terhubung dengan jaringan jalan kabupaten dan sejak tahun 2018 terkoneksi
dengan jaringan jalan tol, dengan penghubung/akses di Exit Tol Ungaran dan Exit Tol Bawen.
Karakteristik tersebut menjadikan permasalahan lalu lintas tertumpu pada jaringan jalan nasional, disusul pada jaringan jalan provinsi serta disusul jaringan jalan
kabupaten. Jika diklasifikasikan, permasalahan lalu lintas di Kabupaten Semarang adalah:
a. Aspek keselamatan;
2/26
Permasalahan berkaitan dengan aspek keselamatan adalah tingginya resiko kecelakaan lalu lintas. Hampir seluruh lokasi pada jaringan jalan nasional di Kabupaten
Semarang memiliki tingkat kerawanan laka lantas yang tinggi. Secara lebih spesifik daerah black spot di Kabupaten Semarang antara lain kawasan Gemawang (Jambu),
Kethekan (Jambu), Kalitanggi (Tengaran), Bawen-Karangjati, Lemahabang serta beberapa titik sepanjang koridor Bawen-Ungaran, khususnya pada segmen
Langensari-Mijen, didominasi angkutan barang dan sepeda motor.
b. Aspek ketertiban;
Permasalahan berkaitan dengan aspek ketertiban adalah maraknya pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan. Khusus pada jaringan jalan nasional, akibat rendahnya
aspek ketertiban, kapasitas jalan menjadi berkurang sebagai dampak meningkatnya hambatan samping. Contohnya lainnya adalah menaikkan/menurunkan penumpang
angkutan umum di badan jalan, parkir di bahu dan badan jalan, pelanggaran kecepatan, pelanggaran perlengkapan jalan dan lain sebagainya. Lokasi parkir di bahu jalan
nasional di Kabupaten Semarang yang menunjukkan rendahnya kesadaran tertib berlalu lintas adalah pada kawasan PIKK Tuntang, sekitar Exit Tol Bawen dan U Turn
Lemahabang.
c. Aspek kelancaran.
Permasalahan berkaitan dengan aspek kelancaran adalah semakin dinamisnya volume lalu lintas dan tidak diimbangi dengan pembangunan/pengembangan jaringan
jalan baru. Akibatnya pada jam sibuk pagi, siang dan sore hari, terjadi kemacetan lalu lintas di beberapa wilayah jalan nasional, terutama persimpangan dan kawasan
pusat kegiatan. Persimpangan di kawasan perkotaan Ungaran yang rentan mengalami kemacetan lalu lintas adalah Persimpangan DPRD Ungaran.
Jika dilakukan rincian, maka permasalahan yang mengemuka berkaitan dengan perizinan analisis dampak lalu lintas adalah:
1) Adanya permohonan andalalin dengan ukuran di bawah syarat minimal sesuai PM 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Andalalin;
3) Keterbatasan/kendala perencanaan anggaran untuk bangunan pemerintah, disebabkan sosialisasi yang kurang;
4) Keluhan masyarakat tentang lamanya waktu pengurusan andalalin di tingkat kementerian (jalan nasional);
3/26
5) Adanya beragam kondisi terkait kebutuhan manajemen dan rekayasa lalu lintas dalam mekanisme perizinan SLF;
Dari beberapa masalah tersebut, aspek keselamatan merupakan isu yang strategis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fakta berikut:
a. Asean Development Bank dalam buku Panduan Keselamatan Jalan untuk Kawasan Asia Pasifik yang diterbitkan tahun 2004 menyebutkan bahwa tingkat kematian
karena kecelakaan lalu lintas di negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik sudah mencapai 20 sampai 70 kali, sama tinggi dengan tingkat ekivalen di
negara-negara industri. Dalam buku yang dijadikan dasar penerbitan Rencana Umum Keselamatan Transportasi Jalan Tahun 2008-2012 oleh Departemen Perhubungan
tersebut disampaikan bahwa indeks fatalitas (persentase yang meninggal terhadap total korban) tinggi. Hal ini, hampir pasti, sebagian disebabkan oleh ketidakakuratan
dan tidak dicantumkannya data, tetapi dapat juga disebabkan tidak adanya pengobatan dan perawatan yang memadai bagi mereka yang luka-luka dalam kecelakaan
lalu lintas. Saat ini terdapat masalah keselamatan jalan yang serius dan terus berkembang di kawasan Asia Pasifik yang memerlukan perhatian mendesak dari semua
pihak yang berkepentingan. Bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang efektif, korban kecelakaan akan meningkat sampai 450.000 kematian dan sekitar 7 smpai 8 juta
orang luka-luka atau cacat setiap tahunnya dalam 10 tahun mendatang. Kegiatan keselamatan jalan dapat dibangun di negara berkembang dengan melaksanakan
rencana aksi dan program dengan intervensi di semua sektor utama. Sasaran yang tepat dan parameter-parameter kinerja harus disusun dan semua rencana dan
program harus diawasi untuk menjamin keefektifannya.
b. Dalam Masterplan Transportasi Darat yang diterbitkan pada tahun 2005 oleh Departemen Perhubungan, dengan tema “Layanan Transportasi Darat Yang Aman,
Selamat, Mudah Dijangkau, Berdaya Saing dan Terintegrasi Tahun 2020”, isu keselamatan transportasi jalan menjadi pembahasan utama. Alasannya terletak pada
angka kecelakaan lalu lintas jalan raya di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, sebagaimana dilaporkan oleh Polisi Republik Indonesia dengan lebih-kurang 60 (enam
puluh) korban kecelakaan setiap harinya. Dari jumlah korban ini, 24 (dua puluh empat) orang di antaranya meninggal dunia. Angka ini tergolong relatif tinggi untuk tingkat
ASEAN, di mana 112 orang meninggal dunia setiap harinya akibat kecelakaan lalulintas. Berdasarkan laporan pihak asuransi, setiap hari terdapat kurang-lebih 187
korban kecelakaan dengan 63 orang diantaranya meninggal dunia. Namun, Sutomo (2000) menengarai bahwa data atau laporan kasus kecelakaan lalulintas selama ini
berada di bawah angka kejadian yang sesungguhnya (underreported);
c. Departemen Perhubungan pada tahun 2008 menerbitkan Rencana Umum Keselamatan Transportasi Jalan Tahun 2008-2012. Rencana tersebut memiliki
pertimbangan dampak pemiskinan yang timbul dari jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 62,5 % bagi keluarga yang ditinggalkan dan
sekitar 20 % dari korban yang mengalami luka berat kehidupan keluarganya mengalami pemiskinan dan penurunan tingkat kesejahteraannya. Kerugian ini kemungkinan
akan berlanjut dan bahkan akan meningkat apabila tidak dilakukan langkah- langkah yang tepat dan benar untuk mengatasi permasalahan ini. Target yang diusulkan
untuk dicanangkan dalam program keselamatan transportasi jalan ini adalah : “Menekan 20 % fatalitas per 100.000 penduduk dalam 10 tahun dan 15 % korban luka
parah per 100.000 penduduk sampai dengan tahun 2012”. Untuk pencapaian target ini koordinasi antar instansi terkait merupakan salah satu hal fundamental yang
harus menjadi prioritas utama agar program dapat berjalan secara optimal.
4/26 Isu keselamatan lalu lintas juga menjadi topik di lingkungan Kementerian Perhubungan serta menjadi latar belakang dana alokasi khusus (DAK) sektor transportasi.
d.
Pada pengantar tahun 2016 disampaikan kecenderungan meningkatnya masalah keselamatan secara global, berupa:
Aksi Nasional Keselamatan Transportasi mengacu kepada Rencana Umum Nasional Keselamatan LLAJ (RUNK LLAJ) Tahun 2011-2035, terdiri dari 5 pilar sebagai
berikut:
e. Dalam dokumen Revisi Tatralok Semarang dan Rencana Induk LLAJ Kabupaten Semarang Tahun 2015, isu keselamatan transportasi juga menjadi isu strategis.
Hal ini didasari investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) selama periode 2007-2010, faktor penyebab kecelakaan pada moda jalan 67%
disebabkan oleh faktor manusia, oleh karena itu faktor manusia harus menjadi sasaran utama dalam rencana aksi peningkatan keselamatan transportasi jalan. Apabila
tidak dilakukan tindakan apapun (do nothing), kecelakaan lalu lintas tidak akan mengalami perubahan bahkan cenderung akan mengalami peningkatan, oleh karena itu
perlu kerja keras dari berbagai pihak agar angka kejadian kecelakaan lalu lintas bisa mengalami penurunan yang signifikan sesuai dengan yang ditargetkan.
6/26
f. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VII Jateng-DIY menekankan arti penting
keselamatan melalui beberapa langkah nyata berikut:
1) Mendorong penutupan bukaan median yang dianggap membahayakan, mengusulkan setidaknya 4 lokasi untuk dijadikan pilot project, yaitu di kawasan Polres.
Semarang, kawasan Pasar Babadan, kawasan RM. Tahu Bakso Bu Puji Wujil dan kawasan Gudeg Merakmati;
2) Mengembangkan lajur putar/U Turn di Lemahabang untuk memfasilitasi pergerakan ke arah Bandungan/Sumowono;
g. Pihak Polri, melalui Ditlantas. Polda. Jawa Tengah memiliki atensi yang sangat tinggi terhadap keselamatan lalu lintas. Setidaknya terdapat 2 kegiatan yang selalu
ditekankan terkait pentingnya keselamatan lalu lintas, yaitu 1) Monev. Kawasan Tertib Lalu Lintas dan 2) Supervisi Daerah Black Spot. Secara resmi pada tanggal 15
Januari 2019, Ditlantas. Polda. Jawa Tengah mengirimkan telegram kepada Kapolres. Semarang, berisikan instruksi agar jajaran Satlantas. Polres. Semarang bersama
dengan instansi terkait melakukan langkah tindakan yang tepat untuk menangani kondisi tersebut. Dalam telegram bernomor ST/125/I/LIT.1.1/2019 tersebut juga
disampaikan lokasi black spot secara lebih spesifik, berdasarkan analisis data IRSMS, yaitu:
1) Lokasi pada ruas jalan Gatot Subroto Ungaran, bobot kerawanan 63 point;
Berkaitan dengan aspek keselamatan lalu lintas, berikut disampaikan 30 lokasi teratas black spot dari Satlantas. Polres Semarang, merupakan rekapitulasi sejak tahun
2014 sampai dengan tahun 2018 (data selengkapnya terlampir):
7/26
a. Tipe Kecelakaan
b. Penyebab Kecelakaan
Kabupaten Semarang
12/26
d. Kendaraan Terlibat
13/26
e. Waktu
15/26
Kabupaten Semarang
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Semarang yang mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 ditetapkan Visi Pembangunan Kabupaten Semarang yang dicanangkan untuk jangka panjang
dalam periode tahun 2005-2025 yang ditetapkan. Visi Kabupaten Semarang adalah mewujudkan “KABUPATEN SEMARANG YANG MAJU MANDIRI, ADIL DAN
SEJAHTERA”. Dalam mewujudkan Visi Pembangunan sebagaimana tersebut di atas, maka dirumuskan Misi Pembangunan Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025
pada bidang transportasi dengan meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah,
penyediaan pelayanan dasar, dan pertumbuhan ekonomi daerah Pembangunan sarana dan prasarana umum serta infrastruktur daerah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dasar yang memadai, layak dan merata sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan memperkuat perkembangan
perekonomian daerah. Penyediaan sarana prasarana pelayanan dasar dilaksanakan untuk memenuhi sarana dan prasarana dasar pendidikan dan kesehatan,
kebutuhan hunian bagi masyarakat, mengendalikan pertumbuhan pemukiman padat dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang terpadu dan efisien dan
berkelanjutan. Pengembangan sarana dan prasarana dilakukan dengan menggunakan dana pemerintah maupun swasta atau dalam bentuk bekerjasama
dengan pihak lain, dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai guna menarik investasi. Untuk mendukung
kelancaran perekonomian perlu peningkatan pembangunan sarana transportasi seperti jalan, terminal, moda transportasi serta keamanan dan kenyamanan
17/26
transportasi yang dapat dinikmati semua masyarakat Kabupaten Semarang. Mengembangkan sistem transportasi daerah yang efisien dan efektif, terjangkau
dan ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan peningkatan transportasi yang terpadu dan selaras dengan pengembangan wilayah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang tahun 2005-2025 memiliki arahan pembangunan jangka panjang antara lain sebagai berikut.
a. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan
dasar, dan pertumbuhan ekonomi daerah dengan mengembangkan sistem transportasi daerah yang efisien dan efektif, terjangkau , ramah lingkungan dan
berkelanjutan;
b. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana prasarana yang seimbang guna menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan
dasar, dan pertumbuhan ekonomi daerah dengan peningkatan penyediaan fasilitas umum, sarana prasarana transportasi dan penunjangnya.
Sebagai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, maka setiap daerah membentuk susunan perangkat daerah yang
merupakan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Semarang Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
18/26
Gambar 8: Bagan OPD Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang
Berdasarkan Peraturan Bupati Semarang Nomor 52 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja, Dan Perincian
Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
a. Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang Perhubungan.
3) Membagi tugas bawahan sesuai bidang tugasnya dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan operasional Dinas;
4) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait agar diperoleh hasil kerja yang optimal;
10) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan
11) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Manfaat
a. Manfaat bagi program keselamatan secara global adalah sebagai bentuk nyata upaya penanganan lokasi black spot, untuk mendorong pengembangan dan
implementasi prakarsa-prakarsa yang berkaitan dengan bidang-bidang utama yang mempengaruhi keselamatan jalan;
b. Manfaat bagi program Nawacita pemerintah adalah menegaskan komitmen negara untuk hadir dalam segala aspek kehidupan, berkaitan dengan bidang
keselamatan transportasi, sehingga produktifitas masyarakat meningkat untuk perbaikan perekonomian;
c. Manfaat bagi program budaya kerja aparatur sipil negara adalah mendorong seluruh pihak terkait untuk menumbuhkembangkan koordinasi, dengan
kesadaran bahwa koordinasi akan menghasilkan integrasi dan hal ini merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk mengatasi kronisnya permasalahan keselamatan
jalan;
2) Sebagai masukan usulan kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada jaringan jalan nasional di Kabupaten Semarang;
20/26
3) Sebagai masukan usulan kegiatan rekayasa geometrik jaringan jalan nasional;
4) Sebagai pertimbangan pemberian bantuan teknis dan penilaian Wahana Tata Nugraha.
1) Sebagai masukan usulan kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas pada jaringan jalan provinsi;
3) Bahan monitoring dan evaluasi Forum LLAJ dan Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota.
1) Sesuai dengan visi Bupati Semarang berkaitan dengan aspek mandiri dan sejahtera;
2) Mendukung misi Bupati Semarang berkaitan dengan peningkatan kualitas, kuantitas dan pemerataan sarana prasarana yang seimbang guna menunjang
pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan ekonomi daerah, pembangunan sarana & prasarana umum serta infrastruktur daerah
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dasar yang memadai, layak dan merata sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan memperkuat
perkembangan perekonomian daerah, dimulai dari aspek ketertiban dan kesejahteraan;
4) Pelayanan publik kepada masyarakat Kabupaten Semarang dalam peningkatan keselamatan lalu lintas.
h. Manfaat bagi OPD di Kabupaten Semarang seperti DPU, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Satpol PP & Damkar dan Dinas Pendidikan Kebudayaan:
1) Meningkatkan koordinasi lingkup Kabupaten Semarang dalam mendorong kultur budaya keselamatan;
2) Sebagai bahan masukan rekayasa geometrik jaringan jalan kabupaten serta kajian sertifikat laik fungsi (SLF);
2) Sebagai sarana koordinasi berkaitan supervisi manajemen dan rekayasa lalu lintas.
Sarana partisipasi masyarakat dan sektor swasta dalam peningkatan keselamatan lalu lintas.
Milestone
a. Pelaksanaan Rapat
Terbentuknya Tim Efektif
b. Penyusunan Draft SK Tim Dengan SK. Kadishub. Minggu III Mei
Kab. Semarang
c. Pengesahan SK Tim
d. Pendistribusian SK Tim
Terlaksananya penyuluhan
dalam rangka sosialisasi Minggu II-III Juni
a. Rapat Persiapan MRLL Lokasi Black Spot.
Terlaksananya konsolidasi
Melakukan konsolidasi perencanaan sumber anggaran, DAK,
1.
anggaran Bankeu dan Bantuan
Teknis.
Terlaksananya MRLL
Lokasi Black Spot pada
lokasi:
Terlaksananya kampanye
keselamatan dalam rangka
1. Kampanye keselamatan
penguatan kultur
berkeselamatan
26/26
Terlaksananya MRLL
Lokasi Black Spot pada
lokasi
§ Ruas jalan
Salatiga-Banyubiru-Ambarawa;
§ Ruas jalan
Salatiga-Suruh-Karanggede.
Dicetak melalui website E-Proper BPSDMD Provinsi Jawa Tengah (https://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper) pada 17 Sep 2021 16:44:13