Anda di halaman 1dari 13

(P 1)

PENENTUAN DENSITAS CAIRAN

NAMA : Mochammad reffieyanto adjie kusuma

NIM : P17120194080

KELAS : 1b ANAFARMA

KELOMPOK : 5

1. Tujuan :
 Mahasiswa dapat melakukan analisi massa jenis (densitas) suatu zat cairan.
 Mahasiswa mampu Melakukan analisi bulk density dari suatu senyawa
2. Dasar Teori :
Densitas massa jenis merupakan nilai yang menunjukan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis suatu
benda bersifat tetap artinya jika uykuran benda diubah maka massa jenisnya tetap, hal
ini disebabkan oleh kenaikan massa benda dan kenaikan volume benda diikuti serta
linier dengan kenaikan volume benda dan massa benda. Untuk menentukan massa
benda dapat dilakukan dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca ohaus atau yang
lainnya (halliday, 1991)
Bulk density menunjukkan perbandingan  dengan volume antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk pori-pori tanah. Bulk density merupakan
kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti
makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk Density
berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc. Bulk Density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk
atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar
(Hardjowigeno, 2007).

3. Dasar Perhitungan :
m
ρ=
v
kerapatan bulk = bobot zat padat (g) / volume bulk (ml)
Keterangan :
- ρ = massa jenis (g/ML)
- m = massa (g)
- V = volume (mL)

4. Metode Kerja :
 Bahan dan Alat:
Bahan :
- Akuadest
- NaCl
- H 3 BO 3
Alat :
- Batang pengaduk (1)
- Botol semprot (1)
- Corong gelas (2)
- Labu takar 100 mL (2)
- Gelas kimia 100 mL (2)
- Piknometer 25 mL (1)
- Neraca analitik (1)
- Gelas ukur (1)
- Botol gelap (1)
- Pipet tetes
 Diagram Kerja (bagan alir) :

Pembuatan larutan
- Siapkan 2buah beker gelas dan isikan pada nasing masing 100 ml aquades
- Buatlah larutan Nacl dengan menambahkan 2gram dan 5gram ke dalam
gelas beker
- Aduk rata larutan hingga homogeny
- Lalu ukur dengan gelas ukur 100ml
- Hitunglah konsentrasi yang terjadi (w/w) atau (b/b) (%)
- Ukurlah densitas larutan yang terjadi

Penentuan densitas zat cair


- Timbang piknometer kosong dalam keadaan kering
- Isikan piknometer 25ml dengan larutan nacl 2gram lalu ditimbang
- Catat hasil
- Lalu bersihkan piknometer setelah itu keringkan
- Lalu isikan dengan larutan 5gram nacl setelah itu ditimbang
- Catat hasil
- Setelah itu hitung densitas dari kedua larutan tersebut

Penentuan kerapatan bulk/bulk density

- Asam borat ditimbang seberat 10 gram


- Setelah itu masukan kedalam gelas ukur 100ml
- Ukur volume asam borat dalam gelas ukur
- Menghitung kerapatan bulk

 Data Pengamatan :
1. Membuat larutan

Percobaan menghitung densitas zat cair hasil


Nama zat cair : NaCl 2 gram
Gram zat terlarut Volume zat Volume + (%/w/w) Konsetras
pelarut padatan i larutan

2 gram 50 ml 51 ml 100% 0,0384%

Percobaan menghitung densitas zat cair hasil


Nama zat cair : NaCl 2 gram
Gram zat terlarut Volume zat Volume + (%/w/w) Konsetras
pelarut padatan i larutan

5 gram 50 ml 53 ml 100% 0,090%

2. Perhitungan Densitas

Percobaan menghitung densitas zat cair


Nama zat cair : NaCl 2 gram
Percobaan Massa Massa Massa zat Volume Densitas
piknometer piknometer cair zat cair zat cair
kosong + zat cair
Trial 1 18,3557 g 41,0490 g 22, 6933 g 25 mL 0,907

Percobaanmenghitungdensitaszatcair
Nama zat cair : NaCl 5 gram
Percobaan Massa Massa Massa zat Volume Densitas
piknometer piknometer cair zat cair zat cair
kosong + zat cair
Trial 1 18,3557 g 42,0740 g 23, 7183 g 25 mL 0,498

3. Perhitungan Bulk Density

Percobaanmenghitungdensitaszatcair
Nama zat cair : asam borat 10 gram
Percobaan Massa zat Volume padatan zat Densitas bulk
dalam gelas ukur density

Trial 1 10 gram 11 ml 0,909

 Pengolahan Data dan Perhitungan :


a. Menghitung (w/w) dari larutan nacl 2 gram
2 gram
(w/w) = x 100%
2 gram+50 ml
(w/w) = 0,0384%
b. Menghitung (w/w) dari larutan nacl 5 gram
5 gram
(w/w) = x 100%
5 gram+50 ml
(w/w) = 0,090%
c. Densitas NaCl
- 2 gram
Massa piknometer zat cair = 41,0490 g
Massa piknometer kosong = 18,3557 g _
Massa zat cair = 22,6933 g
Densitas :
massa zat cair dalam piknometer
ρ= Volume zat cair dalam piknometer
22,6933 g
=
25 mL
g
= 0,907
mL
- 5 gram
Massa piknometer zat cair = 42,0740 g
Massa piknometer kosong = 18,3557 g _
Massa zat cair = 23,7183 g
Densitas :
massa zat cair dalam piknometer
ρ= Volume zat cair dalam piknometer
23,7183 g
=
25 mL
g
= 0,948
mL

d. Bulk Density
Massa zat H 3 BO 3= 10 gram
Volume zat H 3 BO 3 = 11 mL
Densitas :
massa zat padat dalam gelas ukur
ρ= Volume zat padat dalam gelas ukur
10 g g
= = 0,909
11mL mL

5. Hasil dan Pembahasan :


 Analisa Prosedur
Pada percobaan kali ini pertama yang dilakukan praktikan adalah
membuat larutan Nacl 2g dan 5g, masing masing pada aquades yang berada
pada beker gelas 50 ml yang sudah di ukur di gelas ukur setelah itu setelah itu
padatan Nacl ditimbang 2 gram dan 5 gram dengan neraca analitik kemudian
dilarutkan dan diaduk di gelas beker kemudia di masukan kedalam gelas ukur
untuk dilakukan perbandingan, setelah dibandingkan masing masing larutan
dimasukan kedalam piknometer 25 ml, sebelum itu piknometernya ditimbang,
kemudian setelah diisi timbang kembali, piknometer ini harus dalam keadaan
tertutup, hal ini agar tidak mempengaruhi timbangan yang dikarenakan udara
yang masuk kedalam piknometer sehingga hasil timbangan akurat, stelah itu
hitung densitasnya kemudian menentukan kerapatan bulk density dibutuhkan
pengujian dengan asam borat seberat 10 gram lalu dimasukan kedalam gelas
ukur setelah itu praktikan akan menghitung kerapatan bulk density

 Analisa Hasil
Factor yang sangat mempengaruhi dalam penentuan densitas adalah
konsentrasi. Dengan adanya konsentrasi massa suatu sample dapat
berubah.yang otomatis akan merubah nilai densitas pada larutan Nacl 2gram
dan 5 gram, dari larutan 2 gram Nacl diperoleh konsentrasi dengan hasil
0,0384%. Pada larutan 5 gram Nacl diperoleh konsentrasi dengan hasil 0,090%
, hasil tersebut didapatkan dari menggunakan rumus konsentrasi, untuk hasil

g
perhitungan densitas pada larutan 2gram Nacl dengan hasil 0,907 , pada
mL

g
larutan 5 gram Nacl didapatkan hasil 0,948 , untuk perhitungan kerapatan
mL

g
bulk density dari 10 gram asam borat diperoleh hasil 0,909
mL

6. Kesimpulan
Dari analisis diatas disimpulkan bahwa jika massa yang berbeda maka
konsentrasinya pun akan berbeda
7. Daftar Pustaka
Hardjowigeno, 2007, Ilmu Tanah, Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Halliday, 1991,. Fisika jilid 1 (terjemahan). Erlangga.jakarta.
Marina,Z.T.2012.penentuan praktikum fisika pertanian.fau;tas pertanian.
(P 6)
ANALISIS SECARA KONDUKTOMETRI
NAMA : Mochammad reffieyanto adjie kusuma

NIM : P17120194080
KELOMPOK : 5
1. Tujuan :
 Mahasiswa dapat melakukan titrasi secara konduktometri.
 Mahasiswa dapat menentukan kadar garam natrium fosfat dalam sampel.
2. Dasar Teori :
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listriksuatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis
dankonsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakansuatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yangbesar.Konduktometri merupakan metode untuk menganalisa
larutan berdasarkankemampuan ion dalam mengantarkan muatan listrik di antara
dua elektroda. Ini berartikonduktometri adalah salah satu metode analisa
elektrokimia di samping potentiometri,amperometri dan sebagainya. Metode
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara
konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen dengan
tetapan sel harus diketahui. Maka selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear dengan konsentrasi (Khopkar 2008).
Konduktometri dapat dilakukan dengan 2 cara, bergantung arus yang
digunakan. Jika frekuensi arus bertambah besar, maka pengaruh kapasitan dan
induktif akan semakin besar. Oleh karena itu, peralatannya perlu dimodifikasi
untuk menghitung pengaruh-pengaruh tersebut. Adapum titrasi tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah
(maksimum 300 Hz)
2. Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi arus tinggi disebut
titrasi frekuensi tinggi. (2011)
3. Dasar Perhitungan :
I = E/R
4. Metode Kerja :
 Bahan dan Alat:
Bahan :
- HCl 0,2 M
- Na3PO4

Alat :
- Konduktometer
- Hotplat + magnetik siter
- Buret
- Titrasi
- Enlenmeyer 250 ml
- Gelas Beaker 100 ml
 Diagram Kerja (bagan alir) :
1. Pembuatan HCl

HCl 12 M

Mengambil HCl pekat sebanyak 8,34 ml menggunakan pipet ukur

Memasukkan HCl ke labu ukur 100 ml

Menambahkan aquades hingga tanda batas

Mengocok larutan hingga homogen

HCl 1 M

Mengambil HCl 1 M sebanyak 20 ml menggunakan pipet ukur

Memasukkan HCl ke labu ukur 100


ml
Menambahkan aquades hingga tanda batas

Mengocok larutan hingga homogen

HCl 0,2 M

2. Pembuatan Na3PO4

Na3PO4

Menimbang padatan Na3PO4 sebanyak 16,4 gram

Melarutkan padatan yang sudah ditimbang kedalam gelas beker yang sudah
terisi aquades

Memasukkan larutan Na3PO4 kedalam labu ukur 100 ml

Menambahkan aquades hingga tanda batas

Mengocok larutan hingga homogen

Na3PO4 1 M
Mengambil Na3PO4 1 M sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur

Memasukkan Na3PO4 kedalam labu ukur 100 ml

Menambahkan aquades hingga tanda batas

Mengocok larutan hingga homogen

Na3PO4 0,01 M

3. Proses Titrasi Konduktometri

HCl 0,2 M Na3PO4 0,01 M

Memasukkan HCl 0,2 M kedalam buret sebanyak 25 ml

Memasang buret ke klep untuk titrasi

Memasukkan Na3PO4 0,01 M kedalam gelas beker 50 ml

Meletakkan Na3PO4 0,01 M diatas hot plate dan didekatkan dengan


tempat keluarnya HCl dari buret

Memasukkan stirrer lalu menyalakan hot plate dengan putaran


sekitar 50-100 rpm

Memasukkan konduktometri untuk memeriksa konduktivitas

Menambahkan HCl sebanyak 0,5 ml

Mengecek kembali konduktivitasnya.

H3PO4 + NaCl
 Data Pengamatan :
NO Volume HCl Konduktivitas
tidak ditambah
1 HCl 2,69
2 0,5 ml 46,7
3 0,5 ml 1467
4 0,5 ml 200
5 0,5 ml 20,0
6 0,5 ml 11,26
7 0,5 ml 13,62
8 0,5 ml 17,05
9 0,5 ml 18,68
10 0,5 ml 21,0
11 0,5 ml 24,9
12 0,5 ml 25,1
13 0,5 ml 26,6
14 0,5 ml 28,5
15 0,5 ml 31,6
16 0,5 ml 32,6
17 0,5 ml 35,1
18 0,5 ml 36,4

KURVA PENGAMATAN
1600

1400

1200

1000
garis
800

600

400

200

0
1 2 3 4 5 6 7
 Pengolahan Data dan Perhitungan :
Berdasarkan data diatas, pengolahan dan perhitungan berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh praktikan. Praktikan menambahkan HCl 0,2 M pada larutan
Na3PO4 0,01 M sebanyak masing-masing 0,5 ml. Selanjutnya, kegitan tersebut
dilakukan berulang setelah hasil dari konduktomer muncul sebanyak 18 kali.
Sehingga, data yang dihasilkan menunjukkan angka konduktivitas sebesar 36,4
pada tambahan larutan 0,5 ml yang ke-18. Untuk mendukung pelaksanaan tersebut
praktikan menggunakan hotplate dan konduktometer sehingga diperoleh hasil
seperti data diatas. Perhitungannya sebagai berikut :
a. Pengenceran HCl 1 M dari HCl 12 M
Diketahui = M1 = 12 M
M2 = 1 M
V2 = 100 ml
Ditanya = V1?
Jawab =
M1 x V1 = M2 x V2
12 M x V1 = 1 M x 100 ml
V1 = 1M x 100 ml/ 12 M
= 8,34 ml

b. Pengenceran HCl 0,2 M dari HCl 1 M


Diketahui = M1 = 1 M
M2 = 0,2 M
V2 = 100 ml
Ditanya = V1?
Jawab =
M1 x V1 = M2 x V2
1 M x V1 = 0,2 M x 100 ml
V1 = 0,2M x 100 ml/ 1 M
= 20 ml
c. Pembuatan Larutan Na3PO4 1 M
Diketahui = M = 1 M
V = 0,1 L
Mr = 164 gram/mol
Ditanya = n?
Jawab = M = n/v
1M = n/0,1 L
n = 0,1 L/1 M
n = 0,1 mol
n = gram/Mr
0,1 mol = gram/164 gram/mol
Gram = 164 gram/mol / 0,1 mol
Gram = 16,4 gram.
d. Pengenceran Larutan Na3PO4 0,01M dari Na3PO4 1 M
Diketahui = M1 = 1 M
M2 = 0,01 M
V2 = 100 ml
Ditanya = V1?
Jawab =
M1 x V1 = M2 x V2
1 M x V1 = 0,01 M x 100 ml
V1 = 0,01M x 100 ml/ 1 M
= 1 ml
5. Hasil dan Pembahasan :
 Analisa Prosedur :
a. Pembuatan Larutan HCl
Untuk pembuatan larutan HCl dilakukan pengenceran 2 kali
dikarenakan bahan yang ada di laboratorium ada HCl pekat. Memipet
HCl pekat sebanyak 8,34 ml lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml. Menambahkan aquades hingga tanda batas lalu membersihkan
leher labu ukur menggunakan tissue dan spatula agar konsentrasinya
tidak berubah saat pengocokan. Mengocok larutan hingga homogen.
Larutan HCl yang telah homogeny dipipet sebanyak 20 ml lalu
diencerkan dalam labu ukur 100 ml. Sehingga larutan yang diperoleh
adalah HCl 0,2 M.

b. Pembuatan Larutan Na3PO4


Untuk pembuatan larutan Na3PO4, menimbang terlebih dahulu padatan
Na3PO4 sebanyak 16,4 gram. Setelah itu, dilarutkan dalan gelas beker yang
sudah terisi aquades. Setelah padatan larut, memindahkan larutan kedalam
labu ukur 100 ml dengan bantuan corong gelas agar larutan tidak tercecer.
Menambahkan aquades hingga tanda batas lalu mengocok larutan hingga
terbentuk larutan homogeny. Larutan yang terbentuk adalah Na3PO4 1 M.
Setelah itu, mengambil sebanyak 1 ml larutan Na3PO4 1 M lalu
dimasukkan dalan labu ukur 100 ml. Menambahkan aquades hingga tanda
batas lalu mengocok larutan hingga terbentuk larutan homogeny. Sehingga
larutan yang diperoleh Na3PO4 0,01 M.

c. Titrasi Konduktometri
Untuk titrasi, memasukkan larutan Hcl 0,2 M kedalam buret sebanyak
25 ml. Setelah itu, mengapit buret menggunakan klep. Memasukkan
larutan Na3PO4 0,01 M dalam gelas beker 50 ml. Meletakkan gelas beker
diatas hotplate lalu memasukkan stirrer kedalam larutan Na3PO4.
Menyalakan hotplate dengan kecepatan sekitar 50-100 rpm. Memasukkan
alat konduktometer yang sudah dikalibrasi untuk melihat konduktivitas
awalnya. Setelah itu, menambahkan HCl 0,2 M sebanyak 0,5 ml kedalam
larutan sampel. Saat menambahkan HCl, usahakan buret dekat dengan
larutan sampel agar saat HCl menetes tidak langsung tercampur.
Mengulangi kegiatan tersebut hingga 18 kali.
 Analisa Hasil :
Pada praktikum ini dilakukan titrasi dari Na3PO4 dan HCl. Berdasarkan
percobaan didapat grafik seperti pada lampiran. Hal ini disebabkan adanya
reaksi dari ion Na+ dan H+ .
Pada penambahan yang HCl pertama nilai konduktivitasnya sangat
besar. Namun setelah penambahan HCl sebanyak 1,5 ml konduktivitasnya
turun drastis. Hal ini disebabkan karena ion Na+ yang mempunyai
konduktivitas tinggi digantkan oleh ion lain yang memiliki konduktifitas lebih
rendah. Pada penambahan HCl yang berikutnya perlahan konduktifitasnya
stabil. Hal ini dikarenakan ion Na+ jumlahnya sama dengan ion H+. setelah
ditambahkan HCl lagi, konduktifitasnya naik lagi dikarenakan ion H+ kini
lebih banyak dibandingkan dengan ion Na+.
6. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum, bahwa konduktivitas dipengaruhi oleh
mobilitas ion. Semakin banyak ion dari titran konduktivitasnya semakin
besar,sehingga gambar grafiknya naik.

7. Daftar Pustaka :
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia Press.
Mulyasuryani, A. dan Prasetyawan, S, “Organophosphate Hydrolase in
Conductometric Biosensor for the Detection of Organophosphate Pesticides”
Analytical Chemistry Insights 2015:10, 23–27
Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen.2011.Jurusan Teknik
Kimia.Politeknik Negeri Bandung

8. Lampiran :

KURVA PENGAMATAN
1600
1400
1200
1000 garis
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7

(rangkaian alat) (kurva)

Anda mungkin juga menyukai