Anda di halaman 1dari 70

Pengantar Kefarmasian

Pertemuan 1–3
DIDI NURHADI ILLIAN, M.Si., Apt.
Outline
1) Pendahuluan
 Penjelasan tentang kontrak kuliah
 Ruang lingkup ilmu farmasi
 Ilmu lain yang mendukung ilmu farmasi
2) Sejarah Farmasi
 Perkembangan Farmasi di Barat
 Perkembangan Farmasi di Timur
 Perkembangan Farmasi di Indonesia
3) Kompetensi Sarjana Farmasi dan Tenaga Kefarmasian
 Kompetensi yang harus diraih oleh sarjana farmasi (APTFI)
 Kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga kefarmasian (FIP, IAI)
Pendahuluan

Farmasi

Sempit: Luas: semua zat selain makanan yang mengakibatkan


Asal kata farmakon = obat perubahan susunan atau fungsi jaringan tubuh
Seni Pharmakon (Yunani): Obat atau Racun

Asal Phar
kata macy
Seni membuat dan menyiapkan obat
(Compounding & Dispensing)
Definisi
• FARMASI: ilmu yang mempelajari tentang obat, meliputi ilmu
meracik obat, penyediaan dan penyimpanan obat, pemurnian,
penyempurnaan dan penyajian obat.
• FARMASIS: orang yang telah lulus dari pendidikan farmasi (S1).
• APOTEKER: orang yang telah lulus dari pendidikan farmasi (S1)
serta telah lulus dari pendidikan profesi kefarmasian (PSPA).
Ruang Lingkup Ilmu Farmasi
• Farmasi Komunitas • Farmakognosi
• Farmasi Rumah Sakit • Farmakoekonomi
• Farmasi Klinis • Farmakoepidemiologi
• Farmasi Veteriner • Farmakoterapi
• Farmasi Forensik • Farmakologi
• Farmasi Nuklir  Farmakokinetik
• Farmasi Fisika  Farmakodinamik
• Kimia Farmasi  Toksikologi
• Biologi Farmasi  Farmakogenomik
• Statistika Farmasi  Farmakologi Molekular
• Kompounding Dispensing
• Farmasetika
Sejarah Farmasi
• 1000 SM (masyarakat Mesir Kuno dan China, Indonesia) telah
mengenal formulasi yang berasal dari tanaman obat dan
hewan.
• Tahun 1240 kaisar Frederick II memisahkan ilmu meracik obat
dari keahlian menentukan penyakit, maka lahirlah profesi
apoteker dan dokter
…lanjutan (Sejarah)

• Sejak zaman paleotikum, manusia sudah menggunakan tumbuh-


tumbuhan sebagai sumber pengobatan.
• Dulu bercampur dengan mistis. Mengobati penyakit karena
‘gangguan setan’ dengan menggunakan ramuan tumbuhan.
• Perkembangan farmasi terutama di:
▫ Yunani  Hipocrates (400 SM mendirikan sekolah kedokteran),
Galen (Bapak Farmasi  mengeluarkan panduan pengobatan dari
ramuan tanaman)
▫ Mesir (tabib)
▫ Cina  2735 SM sudah menulis buku pengobatan pertama
…lanjutan (Sejarah)

• Ahli pengobatan Yunani  menggunakan pendekatan logika


ketimbang mitos ‘guna-guna’ atau ‘gangguan setan’
• Farmasi mulai terpisah dari kedokteran pada abad ke-18
▫ Mulai muncul profesi apoteker, terutama di negara-negara barat
▫ 1751: Benjamin Franklin membuka rumah sakit pertama dengan
bagian farmasi terpisah (apoteker RS pertama: Jonathan Roberts)
▫ 1821: sekolah farmasi pertama dibuka
…lanjutan (Sejarah)

• 1897: sintesis obat asetosal  industri obat (Bayer)


▫ Menambahkan dua atom karbon dan lima atom hidrogen ke ekstrak kulit
kayu willow (digunakan untuk menyembuhkan demam

• 1935: penggunaan obat sulfanilamide


• 1940: penemuan antibiotic penicillin
• Pasca perang Dunia II: penemuan obat TBC, kontrasepsi, steroid,
antipsikotik
Tokoh-Tokoh Farmasi
• Hipocrates (460 -370 SM)
▫ Bapak Ilmu Kedokteran
▫ Menguasai ilmu kedokteran dan filsafat
▫ Menerangkan obat secara rasional, sistematika pengetahuan
kedokteran, etika kedokteran
• Dioscoroides (1 M)
▫ Ahli botani
▫ Hasil karya yang terkenal: Materia Medica
▫ Obat yang dihasilkan: Opium, Ergot, Cinnamon
…lanjutan (Tokoh)

• Galen (130 – 200 M)


▫ Dokter + ahli farmasi
▫ Menyusun sistem antara fisiologi, patologi, dan pengobatan
▫ Panduan ramuan obat: Sediaan Galenik

• Ibnu Sina (980 – 1037 M)


▫ Ahli filsafat, kedokteran, farmasi, astronomi, fisika
▫ Menggabungkan berbagai pengetahuan pengobatan dari berbagai negara
▫ Buku tentang pengobatan: Qanun (aturan)
…lanjutan (Tokoh)

• Paracelsus (1493 – 1541)


▫ Nama: Philipus Aureolus Thephratus Bombastus van Hohenheim
▫ Dokter dan ahli kimia (Swiss)
▫ Obat spesifik untuk penyakit tertentu; memperkenalkan sebagian besar
zat kimia obat
• Johann Jakob Wepfer (1620 – 1695 M)
▫ Verifikasi efek farmakologi dan toksikologi pada hewan coba
• F.W. Sertuerner (1783 – 1841)
▫ Isolasi zat aktif tanaman
▫ Efedrin, Atropin, Morfin, Digoksin, Reserpin
Indonesia?
• 1896: industri kina pertama di Bandung (oleh pemerintah kolonial Belanda)

• 1950:
▫ Impor produk farmasi ke Indonesia
▫ Berdiri perusahaan farmasi milik pemerintah (Kimia Farma, Biofarma)

• Revolusi Industri
▫ Obat yang tadinya dibuat sendiri oleh apoteker  digantikan oleh mesin
▫ Obat dibuat secara massal
▫ Muncul paten

• Apa akibatnya bagi profesi farmasi?


Riwayat Penggunaan Obat
• REBUSAN/EKSTRAK
Obat-obat yang berasal dari tanaman ini mula-mula digunakan
dalam bentuk rebusan/ekstrak, aktifitas atau efeknya sering
berbeda-beda, tergantung dari asal tanaman dan cara
pembuatannya.

• ISOLASI ZAT AKTIF


▫ Efedrin dari tanaman Ma Huang (Ephedra vulgaris)
▫ Atropin dari tanaman Atropa belladonnae
▫ Digoksin dari Digitalis lanata
Perkembangan Penggunaan Obat
• Tahun 1945 ilmu-ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat.
• Banyak ditemukan obat-obat sintetik baru (rata-rata 500 obat tiap
tahunnya).
• Terjadi pergeseran penggunaan obat-obatan.
• Cara pembuatan obat mengalami perubahan.
• Keterampilan membuat obat menurun, karena pembuatan obat
menjadi proses industri.
• Tidak bisa dihindari karena terjadi peningkatan jumlah kebutuhan
obat, kompetisi dalam dunia perdagangan, timbulnya penyakit baru,
penemuan obat baru.
Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia
• 1 April 1943, berdiri Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) oleh
pemerintah Jepang.
• Th 1946, berdiri Pergoeroean Tinggi Ahli Obat di Klaten, merupakan
cikal bakal Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
• Th 1947 diresmikan jurusan farmasi ITB.
• Th 1957 diresmikan jurusan farmasi Unpad, Bandung.
• Th 1963 di Unair, Surabaya dan Unhas, Ujung Pandang.
• 1964 di Unand, Padang.
• Tahun 1965 di UI, Jakarta, USU, Sumatera Utara dan lain-lain.
…lanjutan (Pendidikan)

Beberapa PT swasta:
• Universitas Pancasila, Jakarta
• ISTN Jakarta
• UNTAG Jakarta
• UBAYA Surabaya
• Data APTFI 2000 → 8 PTN dan 23 PTS
Tahapan Pendidikan Tinggi Farmasi
 Awal berdiri s/d 1962:
▫ Studi bebas → Apoteker
▫ Tingkat doktoral setelah Apoteker
 1962 s/d studi terpimpin:
▫ Tingkat propadeusis (1 th)
▫ Candidatus (1,5 th)
▫ Doktoral (2 th)
 Pada tahun 1978 ada tiga tahapan:
▫ Sarjana muda
▫ Sarjana
▫ Apoteker
…lanjutan (Tahapan)

 Tahun 1985 ada 2 tahapan:


▫ Sarjana atau strata 1
▫ Apoteker atau Profesi
▫ Sistem Satuan Kredit Semester (SKS) mulai 1974 s/d sekarang

 Th 1995, SK Mendikbud No 0219/U/1995 tentang:


▫ Kurikulum Nasional 87 SKS
▫ Kurikulum lokal
▫ Peraturan terbaru SK Mendiknas No 232/U/2000 tentang kurikulum inti
dan institusional (APTFI)
▫ Program Pendidikan Profesi didasarkan pada SK Mendikbud No
056/U/1994
Tujuan Pendidikan Tinggi Farmasi
• Menghasilkan lulusan yang ahli dalam bidang kefarmasian.
• Mampu memperagakan keahliannya secara lisan, tulisan maupun
keterampilan.
• Memiliki landasan yang cukup untuk:
 Mengikuti perkembangan ilmu kefarmasian yang mutakhir.
• Memperbaiki tingkat kesehatan individu dan masyarakat.
• Memanfaatkan bahan farmasi sintetik dan alamiah.
• Mampu mengendalikan penggunaan bahan-bahan sintetik dan
alamiah.
Perkembangan Kurikulum
• 1946–1960:
▫ Orientasi pendidikan lebih mengarah pada pengetahuan
resep atau meracik obat di apotek.

• 1960–1970:
▫ Masih berorientasi pada ilmu resep atau peracikan obat tapi
sudah bertambah dengan ilmu formulasi sediaan obat
modern.
…lanjutan (Kurikulum)
• 1970–1980:
▫ DirJen Farmasi → DirJen POM, ruang lingkup bertambah luas:
obat, makanan dan minuman.
▫ Sesuai kebutuhan, kurikulum bertambah eq. farmasi rumah sakit.
▫ Ilmu baru: biofarmasi, farmakokinetik, spektrofotometri, obat
tradisional.
▫ PP 25 th 1980 sebagai penataan fungsi apotek dan apoteker.

• 1980–1990:
▫ Dituntut adanya standarisasi simplisia, makanan, minuman,
kosmetika.
▫ Perubahan pada Farmakope: berorientasi HPLC, GC dan bioanalisis.
…lanjutan (Kurikulum)

• 1990–2000:
▫ Globalisasi informasi, bisnis, sosial dan budaya yang seolah tanpa
batas.
▫ Bioteknologi, biologi sel molekuler, terapi gen, gen diagnostik.
▫ Kosmetika bahan alam dan produk alam sudah mulai memasuki
standar ekstrak.

• ≥ 2000:
▫ Aspek sosial dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
▫ Aspek ilmu pengetahuan dan teknologi.
▫ Aspek ekonomi dan bisnis.
Ruang Lingkup Kerja Farmasi
• Rumah Sakit
• Apotek
• Industri Obat (BKO/Tradisional)
• Regulasi (Pemerintah)
• Distribusi (PBF)
• Pengawasan (Badan POM, Balai Besar POM,
Balai POM)
?
Analisis Kompetensi Program Studi Farmasi
Kebutuhan Masyarakat
• Ketersediaan sediaan farmasi yang bermutu dan informasi
yang tidak bias untuk hidup sehat.
• Perlindungan dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
sediaan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika) yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau
keamanan dan atau manfaatnya.
• Pelayanan kefarmasian untuk mencegah, mendeteksi dan
mengatasi/menyelesaikan masalah terkait sediaan farmasi.
Kebutuhan Profesi
• Pembuatan dan pengembangan sediaan farmasi yang bermutu, aman dan
berkhasiat.
• Penjaminan mutu sediaan farmasi.
• Peningkatan mutu pelayanan/asuhan kefarmasian dengan sasaran individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
• Peningkatan mutu penelitian di bidang farmasi.
• Promosi kesehatan melalui KIE (penyuluhan) dengan sasaran individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
• Peningkatan mutu pendidikan ilmu kefarmasian.
• Sertifikasi oleh organisasi profesi (IAI).
• Kemitraan dengan profesi kesehatan lain, berbagai instansi dan jejaring,
pemerintah, swasta, dalam dan luar negeri.
Kebutuhan Siswa
• Peluang kerja luas (dalam dan luar negeri).
• Penguasaan bahasa Asing (Inggris, China).
• Soft skill (berkomunikasi, kemampuan pengambilan
keputusan, penguasaan IT, pemberian pelayanan
kefarmasian, mengembangkan kepemimpinan,
kemampuan anlisis dan sintesis data).
Kebutuhan Masa Depan
• Mampu menemukan dan mengembangkan bahan baku obat dan sediaan
obat.
• Mampu memberikan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada
keamanan pasien.
• Mampu memberikan penyelesaian terkait masalah-masalah kesehatan
masyarakat yang bersifat global.
• Mampu bersaing secara global.
• Mampu melakukan penelitian kefarmasian yang semakin berkembang dan
beragam.
• Mampu mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang kefarmasian.
• Memiliki penguasaan IT.
Kebutuhan Bidang Ilmu
• Pengembangan substansi keilmuan.
• Pengembangan ke arah spesialistik.
Kompetensi
• Kompetensi Umum:
Mampu melakukan pembuatan dan
penjaminan mutu sediaan farmasi, serta
pelayanan kefarmasian yang profesional
di berbagai sarana pelayanan kesehatan.
…lanjutan (Kompetensi)

• Kompetensi Khusus:
 Mampu merancang dan membuat sediaan farmasi yang aman,
berkhasiat dan bermutu.
 Mampu mengevaluasi secara kimia dan biologi serta menjamin mutu
sediaan farmasi.
 Mampu mengevaluasi kadar obat dalam matriks biologi.
 Mampu melaksanakan uji khasiat dan uji keamanan.
 Mampu memberikan informasi, konsultasi, edukasi tentang khasiat,
keamanan dan mutu sediaan farmasi kepada tenaga kesehatan lain dan
masyarakat secara profesional.
…lanjutan (Kompetensi)

• Mampu melakukan penelitian dan memanfaatkan teknologi informasi yang


relevan dengan kefarmasian, serta mendeseminasikan pengetahuan
kefarmasian yang baru.
• Mampu merekomendasikan pemilihan obat yang rasional.
• Mampu merekomendasikan dosis regimen yang tepat pada pasien.
• Mampu mengevaluasi khasiat dan keamanan obat baik preklinik dan klinik.
• Mampu melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
sesuai dengan peraturan yang baku.
• Mampu melakukan monitoring obat.
• Mampu melakukan pemantauan kadar obat dalam darah.
Kompetensi Kefarmasian
• Mampu menunjukkan kompetensi secara profesional.
• Mampu bermasyarakat dengan lingkungan sekitarnya.
• Percaya diri.
• Mengerti etika profesi, tata krama pergaulan.
• Mampu berkomunikasi atau menyampaikan pemikiran secara
verbal.
• Siap menyampaikan ide secara interpersonal di depan forum.
• Menguasai berbagai bahasa komunikasi seperti bahasa Indonesia,
bahasa daerah, bahasa asing dengan baik.
Global Competencies Framework
(FIP: The International Pharmaceutical Federation)
• Praktik • Upaya preventif
Kefarmasian dan promotif
secara Profesional kesehatan
dan Etik masyarakat
• Optimalisasi • Pengelolaan
Penggunaan sediaan farmasi
sediaan farmasi dan alat
• Dispensing kesehatan
sediaan farmasi • Komunikasi efektif
dan alat • Keterampilan
Indonesia kesehatan organisasi dan
• Pemberian hubungan
informasi sediaan interpersonal
farmasi dan alat • Peningkatan
kesehatan kompetensi diri
• Formulasi dan
produksi sediaan
farmasi
Area Kompetensi Lulusan
Pendidikan Farmasi
• Optimalisasi • Komunikasi dan
keamanan kolaborasi
penggunaan obat (interpersonal,
• Pelayanan sediaan interprofesional)
farmasi • Kepemimpinan dan
• Pembuatan dan Manajemen
pendistribusian • Praktik profesional,
sediaan farmasi legal, dan etik
• Pelayanan • Penguasaan ilmu,
informasi, konsultasi kemampuan riset,
dan edukasi obat pengembangan diri,
dan pengobatan dan profesional
Profil Lulusan Pendidikan
C
a
E
d
C
o
L D
e
Farmasi
M
a
L
i
P
e
S
c
i
r u
e n f
r
s
e
m a c o
n
t
e c a e n
g a m d i g - a
i
f

i t u s e l
l i

n e i
& c
C
v o r r o P
o
e r i o n r
m
p
r c n g o
f
r
e
a e h
e
t M L s
s
n

o a e i
s
i

1 r k
a
r
o
n
a
o
n

e n l &
R
r e e
R
e
r s
p
s
e
o a
n r
s c
h
i
b A
i b
l il
i i
t t
i
i e
e s
s
Profil Lulusan
Adalah sarjana farmasi yang mampu menjadi:

1) Care giver (penyedia dan pemberi pelayanan).


2) Decision maker (pengambil keputusan).
3) Communicator (berkomunikasi).
4) Leader (pemimpin).
5) Manager (pengelola).
6) Life long learner (pembelajar seumur hidup).
7) Teacher (pendidik dan pelatih).
8) Researcher (peneliti di bidang farmasi).
Profil Sarjana Farmasi
Sarjana strata satu yang menguasai dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang kefarmasian, mampu
menerapkannya dalam bidang produksi, pengawasan
mutu dan pelayanan/asuhan kefarmasian yang efektif
dan etis serta penuh integritas.
Profil Apoteker
Apoteker yang menguasai pengetahuan dan keahlian
dalam mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan
secara profesional atas dasar penguasaan keilmuan
dan IT serta mampu membuat keputusan secara
mandiri dalam berbagai tahapan kefarmasian
(pengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasi) dalam berbagai kondisi/lingkungan.
Peran Apoteker di Bidang Farmasi
Farmasi Komunitas (Apotek)

• Bertanggung jawab atas obat dengan resep, sebab apoteker tahu:


▫ Bagaimana obat tersebut diminum.
▫ Kestabilan obat dalam bermacam-macam kondisi.
▫ Toksisitas obat dan dosisnya.
▫ Cara dan rute pemakaian obat.
• Bertanggung jawab untuk memberi informasi pada pasien dalam memakai
obat bebas terbatas (OTC).
• Bertanggung jawab dalam menghadapi kasus self diagnosis atau
mengobati sendiri dan pemakaian obat tanpa resep.
• Menentukan apakah self diagnosis/self medication dari pasien dapat diberi
obat atau disuruh konsul ke dokter.
…lanjutan (Peran)

Industri

 Bidang penelitian dan pengembangan (R&D =


Research and Development).
 Produksi.
 Informasi ilmiah dan per UU farmasi.
 Promosi, informasi dan pelayanan obat.
 Penjualan dan pemasaran obat.
…lanjutan (Peran)

Farmasi Rumah Sakit

 Mengawasi pembuatan obat-obat yang digunakan di rumah sakit.


 Menyediakan dan mengawasi kebutuhan obat dan suplai obat ke bagian-
bagian lain.
 Menyelenggarakan sistem pencatatan dan pembukuan yang baik.
 Merencanakan, mengorganisir, menentukan kebijakan apotek rumah sakit.
 Memberikan informasi mengenai obat (konsultan) kepada dokter dan perawat.
 Merawat fasilitas apotek rumah sakit.
 Ikut memberikan program pendidikan dan training kepada perawat.
…lanjutan (Peran)

Pemerintahan dan Angkatan Perang

 Angkatan Darat: bertugas di bidang administrasi pelayanan.


 Angkatan Udara: anggota korps di bidang farmasi.
 Departemen Kesehatan: di Badan POM dan di RS.
 Departemen Pendidikan: dosen ilmu farmasi.
Karakter Seorang Farmasis
 10. Agent of
1. Care giver
Change

2. Decision 9. Pharma-
maker preneur

3. Comuni- 10 STARS 8. Researcher


cator PHARMACIST

4. Manager 7. Leader

6. Life-long
5. Teacher learner

Anda mungkin juga menyukai