Anda di halaman 1dari 3

1.

Jenis-jenis buffer
Scoville’s, 230-233
Sistem bufferHind-goyan
Dalam sebuah percobaan untuk memecahkan masalah dasar ini, hind dan goyan
menyarankan sistem buffer yang harus dipertimbangkan dari dari kapasitas buffer,
konsentrasi ion hydrogen, efek osmotic, konsentrasi equlibrium pada dasar berbeda
dan stabilitas kimia. Hind dan goyan telah membagi obat optalmik yang umum
digunakan kedalam dua grup utama dan direkomendasikan systembuffur untuk grup
lain. Larutan buffer yang digunakan untuk dispense obat grup satu adalah asam
borat dengan benzalkonium klorida 1: 10.000 sebagai pengawet.
Buffer sistem Gifford

Kemungkinan satu atau lebih digunakan sistem buffer untuk collyria yaitu Gifford
yang memodifikasi systembuffer untuk atkins dan pankin. sistem buffer ini sering
digunakan, systembuffer ini relative tidak stabil dan banyak inkompatibel dengan
umumnya penggunaan pengawet membuat sistem buffer ini kurang baik
disbandingsystembuffer lainnya. Sistem buffer ini terdiri asam borat-larutan
potassium klorida yang ditambahkan jumlah berfariasi dari larutan sodium karbonat
untuk menghasilkan pH yang diinginkan.
Modifikasi bufferpalitzsch
System bffur borat ini dikatakan sangat stabil. Ini merupakan pembawa yang baik
untuk obata mata, seperti cairan lensa kontak (pH 8-8,8), dan pencuci mata basa. Ini
isotonic dengan 0,9% sodium klorida. Buffer ini dapat di siapkan dengan
penggunaan benzalkonium klorida 1:10000 sebagai pengawet. Sistem buffer borat
palitzsch ini telah diatur dengan hind dan goyan menjadi isotonic dengan sodium
klorida
2. Evaluasi Sediaan
1. Uji Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu )
dengan menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung
prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan
analisa statistik.

2. Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040 )


Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.
Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam.
Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali
dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air
bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.
3. Uji kejernihan ( Lachman hal. 1355 )
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahay yang baik, terhalang
terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari
partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
4. Uji keseragaman volume ( FI IV hal. 1044 )
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
secara visual.
5. Uji kebocoran (lachman III hal 1354)

Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku
Prosedur Uji kebocoran

Letakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 – 1% ) dalam ruangan vakum.
Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi ke dalam
lubang, dapt dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat
warnanya.
6. Uji sterilitas ( FI IV hal. 855 )
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril )
Metode uji :
Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2 bagian ) lalu diinkubasi
Prosedur uji:
Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan.
Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak
kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin
sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8
dan pada hari terakhir dari masa uji.
7. Penetapan kadar
Menggunakan Spektrofotometri dan Kromatografi (FI IV, 1995)
8. Uji pirogenitas
Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Asas :
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan larutan ≤
10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.
Cara :
- Setiap penurunan suhu dianggap nol
- Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC atau
lebih
- Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan kelinci
tambahan
- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-masing
menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikkan suhu maksimal 8
ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC
8. Uji Endotoksin Bakteri
Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada di dalam
atau pada bahan uji.
Prinsip : pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate (LAL). Deteksi
dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri, penetapan titik akhir reaksi
dilakukan dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran
endotosin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit endotoksin (UE).
Sebelum melakukan pengujian dilakukan persiapan: Uji konfirmasi kepekaan reaksi
LAL. Uji pengambatan atau pemacuan. Pengenceran maksimum yang absah (PMA).
(Akfar PIM/2010)

Anda mungkin juga menyukai