Anda di halaman 1dari 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PROSES PERACIKAN DAN KUALITAS SEDIAAN STERIL


UNTUK PASIEN GERIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
PANTI WILASA Dr. CIPTO SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Novika Bernadelpin

NIM : 148114165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Halaman Judul
EVALUASI PROSES PERACIKAN DAN KUALITAS SEDIAAN STERIL
UNTUK PASIEN GERIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
PANTI WILASA Dr. CIPTO SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Novika Bernadelpin

NIM : 148114165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Persetujuan Pembimbing

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengesahan Skripsi Berjudul

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“ Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” ROMA 8:28

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padamu mengenai
kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan.” YEREMIA 29:11

Skripsi ini dipersembahkan

Demi Kemuliaan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus,

saya persembahkan pula kepada orangtua, saudara

dan seluruh keluarga saya beserta teman-teman

yang setia memberi dukungan dan selalu mendoakan

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan, karena atas bimbingan, rahmat,
dan cinta kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“EVALUASI PROSES PERACIKAN DAN KUALITAS SEDIAAN STERIL
UNTUK PASIEN GERIATRI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI
WILASA Dr. CIPTO SEMARANG” sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian
ini merupakan bagian dari penelitian payung dosen yang berjudul “Evaluasi
Proses Peracikan dan Kualitas Sediaan Racikan Steril bagi Penderita Penyakit
Degeneratif di Bangsal Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang” dengan
nomor kontrak 070/Penel./LPPM-USD/IV/2017. Keberhasilan penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,


Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
2. Pembimbing yang penulis hormati dan kagumi Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani,
M.Si., Apt. dan Ibu Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. yang selalu
memberi dukungan, nasehat, motivasi, bantuan sehingga skripsi dan penelitian
ini dapat selesai.
3. Dosen pembimbing akademik Ibu Dr. Erna Triwulandari, M.Sc., Apt. yang
senantiasa memberi dukungan dan membimbing penulis selama menjalani
perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Universitas Sanata Dharma.
4. Penguji yang penulis hormati Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt.
dan Bapak Christianus Heru Setiawan, MSc., Apt. yang telah memberikan
arahan, kritik dan saran sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
5. Pihak Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang yang sudah memberikan
izin penelitian dan membantu peneliti selama proses pengambilan data.
6. Bapak Laboran Farmasi Sanata Dharma yang selalu membantu penulis,
sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Orangtua yang penulis hormati, kagumi dan sayangi, Bapak Pither Minggu
Sempa dan Ibu Naomi Toding beserta kakak Jhon Mulpin dan Isteri, Anna
Reguspin dan Suami, Yulispin dan Suami, dan Keponakan-keponakan serta
seluruh Keluarga besar yang setia mendoakan, memberi dukungan dan selalu
memotivasi penulis dalam keadaan suka dan duka.
8. Teman seperjuangan skripsi Melviya, Sara yang selalu setia mengingatkan,
memberi semangat dan tidak kenal lelah sehingga penelitian dan penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan, semoga kedepan skripsi ini dapat berguna untuk
orang lain.
9. Sahabatku Kiki, Tiersa, Cila, Elma, Aldo, Ketsia, Yunisa, Dini, Rapang,
Ivonne, Anas, Lina, dan Indri yang penulis kasihi. Terima kasih telah memberi
dukungan, selalu menemani dalam suka dan duka, semoga ke depan kita sukses
bersama.
10. Teman-teman PWF jogja, XVIII PWF, agres, ines, vani, tuti, dan marla atas
bantuannya dalam segala hal.
11. Teman-teman FSMD, Farmasi 2014 USD, dan IKASKIBAR JOGJA yang
selalu memberikan doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
terbuka terhadap kritik dan saran untuk membangun agar hasil karya yang lebih
baik dan bermafaat bagi khalayak yang membutuhkan, terutama dalam bidang
kefarmasian. Terimakasih.

Yogyakarta, 13 Desember 2017

Penulis

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4
Pengamatan personel, sarana dan prasarana ........................................................ 4
Pengamatan proses penyiapan sediaan steril ....................................................... 6
Pengamatan proses peracikan sediaan steril ........................................................ 8
Pengamatan hasil peracikan sediaan steril ........................................................ 10
Uji kualitas sediaan steril .................................................................................. 11
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 14
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 35

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Jenis obat injeksi yang diberikan dan jumlah persentase


pemberian…………………………………………………….. 11
Tabel II. Data nilai % transmitan ……………………………………. 12
Tabel III. Data nilai pH literatur dan pH sediaan steril racikan ………. 13

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentasi kesalahan personel, sarana dan prasarana………. 5


Gambar 2. Persentasi kesalahan proses penyiapan ……………..…… 7
Gambar 3. Persentasi kesalahan proses peracikan ………………….. 8
Gambar 4. Persentasi kesalahan hasil pengamatan………………….. 10

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian…………………………………………. 19


Lampiran 2. Informed concent …………………………………………… 20
Lampiran 3. Definisi Operasional ………………………………………... 21
Lampiran 4. Form data penelitian observasional ………………………… 22
Lampiran 5. Data nilai % Transmitan Ceftriaxone dari RS dan
Laboratorium ………………………………………………. 25
Lampiran 6. Data nilai % Transmitan Omeprazole dari RS dan
Laboratorium………………………………………................ 26
Lampiran 7. Data nilai % Transmitan Meropenem dari RS dan
Laboratorium……………………………………………….. 29
Lampiran 8. Uji Mann whitney…………………………………………... 31
Lampiran 9. Foto ruangan peracikan …………………………………… 32
Lampiran 10. Foto sediaan racikan steril dari RS………………………… 33
Lampiran 11. Uji data Sterilitas BalKes ………………………………….. 33

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Sediaan parenteral diberikan kepada pasien rawat inap di rumah sakit,


dimana proses dispensing obat dilakukan oleh apoteker dengan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian. Pasien geriatri merupakan pasien dengan kelompok
umur ≥60 tahun. Peracikan sediaan steril untuk pasien geriatri membutuhkan
perhatian terkait dengan penyesuaian dosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan aspek kritis yang meliputi personel peracik, sarana dan
prasarana, prosedur peracikan serta kualitas sediaan meliputi sterilitas, stabilitas,
inkompatibilitas dan pH yang dihasilkan untuk pasien geriatri di RSPWDC
Semarang. Rancangan penelitian termasuk observasional analitik dengan teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Penelitian
dilakukan dalam dua tahap yaitu pengamatan proses peracikan sediaan steril di
rumah sakit kemudian dilanjutkan dengan pengujian sterilitas, stabilitas fisika,
dan pH di laboratorium terhadap 3 obat dengan frekuensi peracikan tertinggi.
Hasil pengamatan terhadap 123 proses peracikan sediaan steril adalah tidak ada
peran apoteker di ruang perawat, sarana dan prasarana belum memadai, rendahnya
penerapan teknik aseptis serta terdapat 21,95% sediaan yang mengalami
inkompatibilitas. Hasil pengujian sterilitas menunjukkan tidak ada pertumbuhan
kuman pada ketiga sampel. Pengujian terhadap sampel sediaan yang diracik di
rumah sakit dan yang diracik sesuai dengan pedoman menunjukkan hasil yang
tidak berbeda dalam stabilitas fisika maupun pH sediaan. Nilai pH untuk masing-
masing sampel telah sesuai dengan literatur.

Kata Kunci : Peracikan sediaan steril, stabilitas, sterilitas, inkompatibilitas, pH

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Parenteral preparations are given to hospitalized patients, where the


process of drug dispensing medicines to patients is performed by pharmacists
assisted by pharmaceutical technicians. Geriatric patients are patients with age
group ≥ 60 years. Compounding sterile preparations for geriatric patients require
attention related to dose adjustment. The aim of this study were to know the
application of critical aspect which includes the personnel, facilities and
infrastructure, the compounding procedure and the quality of the stock include
sterility, stability, incompatibility and pH produced for geriatric patients at
RSPWDC Semarang. The research design including analytic observational with
sampling technique used was incidental sampling. The study were conducted in
two stages: observation of sterile preparation process in hospitals then followed
by sterility testing, physical stability and pH in the laboratory on 3 drugs with
highest compounding frequency. The result of observation from 123 sterile
compounding process was that there is no role of pharmacist, inadequate facilities
and infrastructure, low application of aseptic technique and 21.95%
incompatibilities. The results of sterility testing showed no growth of bacteria in
all three samples. Tests on the sample of dosage formulated at the hospital and
which were formulated in accordance with the guidelines showed results that did
not differ in physical stability or pH of the preparation. The pH values for each
sample are in accordance with the literature.

Keywords: Compounding sterile preparations, stability, sterility, incompatibility,


pH

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Sediaan parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan infus.
Injeksi adalah pemakaian dengan cara diaplikasikan langsung ke dalam aliran
darah, jaringan, atau organ untuk tujuan terapeutik (Lukas, 2011). Dispensing
sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, kontaminasi
sediaan, paparan terhadap petugas dan lingkungan, mencegah kesalahan dalam
pemberian obat, serta menjamin kualitas mutu sediaan (Depkes, 2009b).
Proses rekonstitusi dan peracikan sediaan steril biasanya dilakukan oleh
perawat segera sebelum disuntikkan kepada pasien. Menurut pedoman obat suntik
dan sitostatika (2009) pencampuran obat suntik seharusnya dilakukan oleh
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Obat yang sudah direkonstitusi
memiliki batas waktu kestabilannya sehingga perlu diperhatikan lama
penyimpanannya (Lucida dkk, 2014). Stabilitas dan kompatibilitas dalam
peracikan obat adalah elemen yang sangat penting dalam mencapai ketepatan
terapi obat untuk pasien (Trissel, 2011).
Pasien usia lanjut memerlukan pelayanan farmasi yang berbeda dari pasien
usia muda. Penyakit yang beragam dan kerumitan rejimen pengobatan adalah hal
yang sering terjadi pada pasien usia lanjut. Menurut Depkes (2006) pasien geriatri
merupakan pasien dengan kelompok umur ≥ 60 tahun. Penyelenggaraan
pelayanan geriatri di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup,
kualitas pelayanan dan keselamatan pasien geriatri di rumah sakit (Depkes, 2006).
Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto (RSPWDC) merupakan salah satu
rumah sakit tipe C yang ada di kota semarang. Rumah sakit ini memiliki
keterbatasan dalam jumlah tenaga kerja kefarmasian, sarana dan prasana serta
prosedur peracikan sediaan steril. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan
evaluasi proses peracikan sediaan steril untuk pasien geriatric rawat inap di
RSPWDC.
Aspek kritis meliputi personel peracik, sarana dan prasarana serta
prosedur peracikan merupakan hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memastikan kualitas dari sediaan steril (Depkes, 2009a). Evaluasi kualitas dari
sediaan steril yang dihasilkan di rumah sakit dilakukan secara visual saat semua
proses peracikan telah selesai.
Tujuan penelitian ini adalah yang pertama untuk mengetahui penerapan
aspek kritis yang meliputi personel peracik, sarana dan prasarana serta prosedur
peracikan sediaan steril untuk pasien geriatri rawat inap di RSPWDC, yang kedua
adalah untuk mengetahui kualitas sediaan meliputi sterilitas, stabilitas,
inkompatibilitas dan pH yang dihasilkan untuk pasien geriatri di RSPWDC
Semarang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi
untuk meningkatkan kualitas dari sediaan racikan steril di RSPWDC Semarang.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian termasuk observasional analitik. Penelitian
observasional dilakukan dengan tidak memberi intervensi atau perlakuan apapun
terhadap variabel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah incidental sampling, dimana data yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah setiap subjek yang ditemui oleh peneliti selama proses
penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. Variabel bebas dalam penelitian adalah
personel peracik, sarana dan prasarana serta prosedur peracikan. Variabel
tergantung dalam penelitian adalah inkompatibilitas, stabilitas, sterilitas, dan pH
sediaan steril.
Penelitian berlangsung setiap hari sabtu dan minggu selama bulan
September-Oktober 2017 di RSPWDC Semarang dengan nomor penelitian
748.4/RSPWDC/LP/DIKLAT/VIII/2017. Penelitian dilakukan dengan mengamati
setiap proses peracikan sediaan steril untuk pasien rawat inap dengan meminta
kesediaan personel peracik untuk mengisi informed concent sebagai persetujuan
untuk peneliti dapat melakukan pengamatan. Data dari informed concent
dirahasiakan dengan tidak mencantumkan data pribadi personel peracik serta
mengganti nama dengan inisial.
Kriteria inklusi untuk observasi yang dilakukan di rumah sakit adalah
seluruh proses peracikan sediaan steril yang diamati untuk pasien geriatri rawat

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

inap. Kriteria eksklusi untuk penelitian ini adalah proses peracikan sediaan steril
untuk pasien geriatri rawat inap yang beberapa proses tidak teramati atau data
hasil pengamatan kurang lengkap. Setelah diperoleh data observasi, penelitian
dilanjutkan di laboratorium untuk pengujian kualitas terhadap tiga sampel sediaan
steril dengan persentase peracikan tertinggi yang didapatkan dari hasil observasi.
Hasil dari pengamatan proses peracikan sediaan steril untuk pasien geriatri
rawat inap di RSPWDC kemudian akan disajikan dalam bentuk persentase untuk
tiap pengamatan berdasarkan Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Sitostatika
Tahun 2009. Pengujian kualitas sediaan steril racikan meliputi uji sterilitas, uji
stabilitas, uji inkompatibilitas dan uji pH.

Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan di Laboratorium Balai Kesehatan Semarang untuk sampel
sediaan steril yang didapatkan dari rumah sakit. Metode yang digunakan adalah
sampel di inokulasi langsung ke medium agar untuk melihat ada tidaknya
pertumbuhan bakteri. Media agar Brain Heart Infusion (BHI) sebagai media
penyubur dan di inkubasi selama 24 jam kemudian dipindahkan ke media
universal (media BP).

Uji stabilitas
Uji Stabilitas dilakukan di laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma. Pengujian stabilitas fisika sediaan steril
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sampel sediaan steril yang
diperoleh dari rumah sakit (perlakuan) dan kelompok sampel sediaan steril yang
diracik sesuai dengan pedoman (kontrol). Peracikan sediaan steril oleh peneliti
dilakukan di laboratorium FTS-Steril. Pengujian stabilitas fisika dilakukan dengan
mengukur nilai % transmitan sediaan steril menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Transmitan menggambarkan nilai kekeruhan suatu larutan semakin besar
nilai transmitan semakin jernih larutan tersebut dan sebaliknya. pengukuran nilai
transmitan dilakukan sebelum mencapai waktu Beyond Use Date (BUD) yaitu
mendekati 24 jam untuk ceftriaxone, mendekati 4 jam untuk omeprazole dan
mendekati 2 jam untuk meropenem. Hasil pengukuran kemudian dilakukan

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

analisis statistika untuk membandingkan kekeruhan dari kedua kelompok obat


(Sugiyono, 2010).

Uji inkompatibilitas
Uji inkompatibilitas sediaan steril dilakukan dengan pengamatan inkompatibilitas
fisik pada saat peracikan sediaan steril selesai dilakukan. Kejadian
inkompatibilitas fisik yang diamati meliputi adanya perubahan larutan secara
visual atau organoleptis yang meliputi warna, kekeruhan, endapan serta
terbentuknya kabut atau Kristal.

Uji pH
Pengujian pH obat diukur dengan menggunakan pH meter. Pengujian pH
dilakukan untuk mengetahui apakah pH sediaan steril racikan sudah sesuai dengan
range pH sediaan pada literatur (Trissel, 2011). Sampel pengujian nilai pH dibagi
dalam dua kelompok yaitu sampel sediaan steril dari rumah sakit dan sampel
sediaan steril yang diracik sesuai pedoman. Pengujian pH dilakukan mendekati
waktu BUD yaitu mendekati 24 jam untuk ceftriaxone, mendekati 4 jam untuk
omeprazole dan mendekati 2 jam untuk meropenem.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam periode penelitian yang dilaksanakan setiap hari sabtu dan hari
minggu selama bulan September-Oktober 2017, peneliti mendapatkan 123 data
pengamatan proses peracikan sediaan steril untuk 34 pasien geriatri rawat inap di
RSPWDC bangsal alpha dan etha dimana pada kedua bangsal ini memiliki jumlah
pasien yang cukup dan memenuhi kriteria inklusi. Data-data ini kemudian diolah
dalam bentuk persentase untuk mengetahui besarnya persen kesalahan untuk tiap-
tiap poin pengamatan.

Pengamatan personel, sarana dan prasarana


Hasil pengamatan terhadap personel peracik, sarana dan prasarana
meliputi tersedianya Laminar Air flow (LAF), passbox dan ketersediaan tempat
sampah dapat dilihat pada Gambar 1. Proses pengamatan dilakukan diruang

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perawat mulai dari bagian penyiapan obat yang telah diterima dari bagian farmasi
rawat inap hingga hasil dari peracikan sediaan steril. Dari Gambar 1 Peracikan
tidak dilakukan oleh apoteker namun dilakukan oleh perawat. Tidak ada peran
apoteker dalam proses peracikan sediaan steril di ruang perawat karena jumlah
apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang tidak memadai untuk
masing-masing ruang perawat. Hal ini tidak sesuai dengan yang tertera dalam
Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Sitostatika (2009a), dimana dispensing
sediaan steril di rumah sakit dilakukan oleh apoteker dan dibantu TTK yang telah
mengikuti pelatihan khusus. Penelitian Thomas et al (2005) mengatakan bahwa
kualitas sediaan steril yang dihasilkan oleh apoteker maupun tenaga teknis
kefarmasian yang terlatih lebih baik dibandingkan dengan tenaga non
kefarmasian.

Personel, Sarana dan Prasarana


Ya Tidak

100% 100% 100% 100% 100%

0% 0% 0% 0% 0%

Peracikan Ruangan khusus Peracikan Bahan diambil Ada tempat


dilakukan oleh menggunakan dari sampah khusus
farmasis LAF passbox

Gambar 1. Persentasi kesalahan personel, sarana dan prasarana


Tidak ada ruangan khusus untuk peracikan sediaan steril, peracikan tidak
dilakukan di bawah LAF, serta pengambilan bahan tidak melalui passbox
(Gambar 1). Peracikan dilakukan di ruang perawat pada saat 30 menit atau 1 jam
sebelum diadministrasikan kepada pasien. Menurut Austin dan Elia (2009)
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan peracikan
sediaan steril, salah satunya yaitu peracikan dilakukan terpusat di Instalasi
Farmasi dengan menggunakan LAF, peralatan yang dapat menjamin sterilitas
sediaan sehingga dapat menurunkan kejadian kontaminasi saat proses peracikan
berlangsung dan mempertahankan kualitas sediaan obat steril racikan. Menurut

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Depkes (2009b) jika tidak terdapat fasilitas LAF untuk peracikan sediaan steril,
maka peracikan sediaan steril dapat dilakukan dalam kondisi khusus dengan
memperhatikan beberapa hal yaitu ruang preparasi yang bersih dan khusus
sediaan steril dan meja peracikan yang jauh dari pintu untuk menghindari
kontaminasi akibat tingginya frekuensi personel lain yang melintas.
Ruangan perawat telah disediakan tempat sampah khusus (100%) untuk
wadah bekas peracikan sediaan steril (Gambar 1). Pengolahan sampah bekas
peracikan dapat menghindari kejadian penyalahgunaan alat yang telah digunakan
seperti jarum suntik dan vial obat. Limbah kesehatan berpotensi berbahaya,
dimana mikroorganisme dapat menginfeksi pasien rumah sakit, personel dan
masyarakat umum (Anonim,2011).

Pengamatan proses penyiapan sediaan steril


Hal-hal yang diperhatian dalam proses ini adalah tahapan-tahapan
sebelum dilakukan peracikan, seperti pengambilan obat dari rak penyimpanan
obat masing-masing pasien serta kegiatan administratif yang dilakukan oleh
personel peracik. Berdasarkan pengamatan tidak dilakukan pemeriksaan formulir
permintaan serta pengecekan untuk setiap obat yang akan diracik (Gambar 2).
Sebuah studi mengatakan bahwa penerapan prinsip 5 Benar (Benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar rute pemberian dan benar waktu pemberian) dalam
pengecekan obat-obatan yang akan diracik dapat menjadi indikator untuk
menjamin keamanan dalam penyiapan dan administrasi obat (Smeuler et al,
2015).
Tidak dilakukan pemeriksaan kondisi obat-obatan saat diterima dari
farmasi dan tidak melengkapi form permintaan meliputi nama obat, jumlah obat,
nomor batch obat dan tanggal kadaluarsa obat (Gambar 2). Pentingnya
pemeriksaan kondisi obat-obatan sebelum disimpan ini adalah untuk memastikan
nama obat serta jumlah obat yang dipesan sudah sesuai dengan yang diterima,
pemeriksaan dan pencatatan nomor batch obat yang diterima penting untuk
diperhatikan agar mempermudah penelusuran obat jika terdapat kejadian
medication error.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Proses Penyiapan
Ya Tidak
100% 100% 100% 100% 100%

0% 0% 0% 0% 0%

Memeriksa Memeriksa Menghitung Menghitung Melengkapi


formulir kondisi obat kesesuaian volume pelarut dokumen
permintaan yang diterima dosis pencampuran

Gambar 2. Persentasi kesalahan proses penyiapan sediaan steril

Tidak dilakukan perhitungan dosis untuk setiap obat sebelum proses


peracikan sediaan steril (Gambar 2). Pada pasien geriatri perhitungan dosis
sangat perlu diperhatikan menyadari adanya perubahan fisiologis yang
mempengaruhi farmakokinetik obat dan farmakodinamik serta kemungkinan
kejadian komplikasi penyakit (Lavan et al, 2016).
Pemilihan jenis pelarut untuk sediaan steril menjadi salah satu hal
penting untuk diperhatikan karena pelarut dapat mempengaruhi kelarutan dan
stabilitas obat (Lukas, 2011). Terdapat beberapa peracikan sediaan steril tidak
menggunakan pelarut yang sesuai (8,94%) dengan literatur (Handbook of
Injectable Drug), meskipun hasil sediaan steril terlarut sempurna hal tersebut
tidak dapat menjamin stabilitas dari obat. Berdasarkan hasil pengamatan tiga obat
dengan frekuensi peracikan tertinggi yaitu omeprazole, ceftriaxone dan
meropenem. Jenis pelarut yang digunakan untuk ketiga obat ini sudah tepat yaitu
Water for Injection (WFI) untuk ceftriaxone dan meropenem, untuk omeprazole
menggunakan pelarut omeprazole dari pabrik. Volume pelarut yang digunakan
untuk ceftriaxone tidak sesuai. Menurut Trissel (2011) volume pelarut yang
digunakan untuk 1 g ceftriaxone adalah 9,6 mL WFI sedangkan di rumah sakit
volume pelarut yang digunakan adalah 5 mL WFI. Kurangnya volume pelarut

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang digunakan ini dapat mempengaruhi kelarutan dan stabilitas obat (Lukas,
2011).

Pengamatan proses peracikan sediaan steril


Pengamatan perilaku personel peracik sebelum melakukan peracikan
sediaan steril 74,79% (Gambar 3) telah mencuci tangan dengan menggunakan
sabun antiseptik. Pembersihan tangan dengan menggunakan antiseptik
direkomendasikan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
(Buchanan&Schneider, 2010). Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker dan sarung tangan masih sangat rendah serta teknik peracikan yang
dilakukan masih belum sesuai dengan pedoman sehingga dapat mempengaruhi
kualitas sediaan steril yang dihasilkan. Ruangan serta lingkungan yang bersih
tidak dapat menjamin bahwa sediaan tidak akan mengalami kontaminasi, dengan
demikian kurangnya kepedulian dari personel peracik yang tidak mengunakan
teknik aseptis dapat menjadi variabel paling penting yang menyebabkan
terjadinya kontaminasi meskipun peracikan dilakukan dengan menggunakan LAF
(Thomas et al, 2005).

Proses Peracikan
Ya Tidak

100% 100% 100% 100%


74.79% 68.29%

25.21% 31.71%

0% 0% 0% 0%

Mencuci tangan Menggunakan Teknik Pengambilan Jarum suntik Membuang


dengan sabun masker dan peracikan volume obat dan spuit sekali bekas peracikan
antiseptik sarung tangan pakai diwadah khusus

Gambar 3. Persentasi kesalahan proses peracikan sediaan steril

Dari hasil observasi 100% (Gambar 3) sediaan racikan steril untuk pasien
geriatri diberi label, meskipun label hanya berisikan nama pasien, no. RM, dosis
pemberian, tanggal pembuatan, dan nama obat. Sedangkan beberapa informasi

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lainnya tidak dituliskan pada label obat. Pelabelan obat yang kurang lengkap
dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya medication error, sehingga hal ini
perlu diperhatikan agar pada saat obat diadministrasikan tidak terjadi kesalahan
yang bisa membahayakan kondisi pasien atau menurunkan efek terapi seperti
salah dosis, salah waktu pemberian, salah rute pemberian, salah tempat
penyimpanan obat dan lain sebagainya (Cousins et al, 2005).
Pengamatan teknik aseptis yang diterapkan oleh personel peracik
(perawat) selama proses peracikan sediaan steril meliputi kegiatan rekonstitusi,
pengenceran obat dan pencampuran obat, masih banyak ketidaksesuaian yang
terjadi. Pada saat rekonstitusi obat perawat 92,75% tidak mengusap penutup vial
dengan menggunakan alcohol swab sebelum vial digunakan. Alcohol swab
berperan sebagai zat pendisinfeksi. Rekonstitusi dilakukan dengan jarum suntik
tidak dikeluarkan dari vial saat menggojok vial. Hal ini dilakukan karena
peracikan dilakukan tidak menggunakan LAF sehingga jarum suntik tetap
didalam vial saat proses pengocokan agar menghindari menempelnya kontaminan
pada jarum suntik (Lucida et al, 2014). Namun, menurut pedoman peracikan obat
suntik pada proses rekonstitusi obat, jarum suntik yang digunakan untuk
menambahkan pelarut dikeluarkan dari vial kemudian ditutup kembali dengan
penutupnya, melarutkan serbuk obat dilakukan dengan gerakan J-Motion sampai
seluruh serbuk obat di dalam vial terlarut sempurna (Depkes, 2009a). Ditemukan
beberapa kejadian dimana serbuk obat tidak terlarut sempurna, hal ini dapat
disebabkan karena cara melarutkan kurang tepat yaitu dilakukan tidak dengan
gerakan J-Motion, tetapi menggojok obat secara vertikal sambil menambahkan
pelarut ke dalam vial. Gerakan J-Motion dilakukan untuk mencegah serbuk
tertinggal dibagian bawah rubber vial. Selain itu setelah penambahan pelarut obat
kemudian langsung dimasukkan kedalam spuit sehingga obat yang tidak terlarut
tertinggal di dalam botol vial. Teknik peracikan yang diterapkan pada penggunaan
ampul juga masih kurang diperhatikan dimana sebelum digunakan bagian leher
ampul tidak diusap dengan alcohol swab dan tidak menggunakan kassa saat
hendak mematahkan ampul. Penggunaan kassa ini bertujuan untuk mengurangi
resiko pecahan ampul dapat melukai personel peracik (Depkes, 2009a).

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengamatan hasil peracikan sediaan steril


Hasil pengamatan sediaan steril meliputi sediaan itu sendiri serta
kelengkapan informasi yang tertulis di label obat. Syarat dari sediaan steril injeksi
adalah sediaan obat harus jernih, jernih dalam artian tidak ada partikel yang tidak
larut. Jadi meskipun sediaan berwarna, tetap terlihat jernih dan tidak keruh. Dari
hasil pengamatan terdapat 21,95% (Gambar 4) sediaan steril mengalami
inkompatibilitas fisik hal ini dilihat dari adanya partikel yang tidak larut serta
sediaan steril yang terlihat keruh. Kejadian inkompatibilitas ini diamati sesaat
setelah proses peracikan selesai dilakukan. Inkompatibilitas fisik sediaan dapat
dipengaruhi oleh volume pelarut yang digunakan serta teknik yang digunakan
selama proses peracikan. Terjadinya inkompatibilitas obat dapat mempengaruhi
pH dari sediaan steril (Buchanan&Schneider, 2009).

Hasil Pengamatan
Ya Tidak

100% 100% 100% 99.19%


78.05% 78.05%

21.95% 21.95%
0% 0% 0% 0.81%

Sediaan jernih Inkompatibilitas Ada label Ada keterangan Ada keterangan Pakai
fisik disetiap obat BUD di label Simpan di label alumunium foil

Gambar 4. Persentasi kesalahan hasil pengamatan


Label hasil peracikan sediaan steril meliputi, nama pasien, nama obat,
tanggal peracikan dan no. rekam medis pasien. Pada label hasil peracikan sediaan
steril di rumah sakit tidak diberi keterangan BUD dan keterangan penyimpanan
(Gambar 4) karena sediaan steril setelah direkonstitusi atau dicampur langsung
diadministrasikan ke pasien tidak melalui proses penyimpanan dalam jangka
waktu yang lama. Kelengkapan informasi obat penting untuk dituliskan di label
sediaan steril. Informasi penyimpanan sediaan steril setelah diracik dapat

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengingatkan perawat, seperti menyimpan sediaan steril sesuai dengan suhu


penyimpanan pada label obat yang dapat menjaga kestabilan obat apabila tidak
segera digunakan, melindungi sediaan steril dari cahaya apabila sediaan
merupakan fotosensitif dan tidak menggojok sediaan sebelum diberikan kepada
pasien apabila stabilitas sediaan steril dapat berubah jika digojok
(Buchanan&Schneider, 2010).
Klasifikasi Beyond Use date menurut USP berdasarkan resiko
kontaminasi, yaitu resiko kontaminasi rendah, resiko kontaminasi sedang dan
resiko kontaminasi tinggi. Pada penelitian ini peracikan sediaan steril memiliki
resiko kontaminasi tinggi, dimana peracikan sediaan steril dilakukan di ruangan
perawat, jumlah obat yang diracik pada saat bersamaan, serta prosedur peracikan
yang digunakan. Menurut USP secara umum untuk resiko kontaminan tinggi
sediaan steril harus disimpan suhu penyimpanan <25°C BUD tidak lebih dari 24
jam dan suhu 2-8 °C tidak lebih dari 3 hari.

Uji kualitas sediaan steril


Dari 123 data pengamatan proses peracikan obat steril untuk 34 pasien.
Peneliti melakukan perhitungan untuk frekuensi peracikan obat-obatan yang
disajikan pada tabel berikut :
Tabel I. Jenis obat injeksi yang diberikan dan jumlah persentase pemberian
No. Nama obat persentase pemberian (%)
1 Omeprazole sodium 34.96
2 Ceftriaxone 21.14
3 Meropenem 12.20
4 Heparin 10.57
5 Pantoprazole 4.88
6 Vascon (valsartan) 4.07
7 Cefepime 2.44
8 Ketorolac 1.63
9 Dobutamin 1.63
10 Tramadol 1.63
11 Actrapid 1.63
12 Nicardipine 0.81
13 Amikacin 0.81
14 Dexamethasone 0.81
15 Morfin 0.81

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasil pada Tabel I menunjukkan 3 obat dengan frekuensi peracikan


tertinggi yaitu omeprazole, ceftriaxone, dan meropenem yang kemudian dilakukan
uji kualitas dengan hasil sebagai berikut:
Uji Sterilitas
Uji sterilitas yang dihasilkan dari Laboratorium Balai Kesehatan Semarang
dengan menggunakan metode inokulasi langsung didapatkan hasil tidak ada
pertumbuhan kuman untuk ketiga obat, yaitu omeprazole, ceftriaxone, dan
meropenem. Hal ini disebabkan karena sampel yang diuji merupakan antibiotik
yaitu ceftriaxone dan meropenem dimana kerja dari antibiotik ini adalah
menghampat dan membunuh bakteri. Sedangkan untuk obat omeprazole dengan
kandungan pelarut 0,5 mg asam sitrat monohidrat dan PEG 400 0,4 mg dalam
WFI. Asam sitrat monohidrat berperan sebagai agen preservatif (pengawet) yang
dapat mencegah pertumbuhan bakteri (Allen, 2009).

Uji Stabilitas
Stabilitas sediaan injeksi harus dipastikan agar pasien menerima dosis
terapi yang tepat (Buchanan&Schneider, 2009). Data nilai % transmitan yang
didapatkan dari pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis sebagai
berikut :
Tabel II. Data Nilai % Transmitan
Sampel λ (nm) Perlakuan Kontrol
ẋ±SD ẋ±SD
Omeprazole 280 0.025±0.013 0.017±0.009
Ceftriaxone 241 0.005±0.006 0.002±0.003
Meropenem 298 0.004±0.003 0.001±0.002

Hasil ini menunjukkan tingkat kekeruhan yang tinggi pada kedua


kelompok data dilihat dari nilai % transmitan yang kecil hal ini menunjukkan
partikel obat dalam sampel telah mengalami degradasi (Newton, 2009).
Pengukuran nilai % transmitan dilakukan untuk membandingkan stabilitas fisik
antara sampel yang diracik oleh perawat dan sampel yang diracik sesuai pedoman.

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Uji normalitas diperoleh hasil data tidak terdistribusi normal (Lhitung>Ltabel) untuk
kedua kelompok data. Selanjutnya pengujian perbedaan rerata dengan
menggunakan uji Mann Whitney tidak ada perbedaan yang signifikan
(Uhitung>Utabel) antara nilai % transmitan dari kedua kelompok data peracikan
sediaan steril untuk pasien geriatri.

Uji pH
Pengujian pH larutan dilakukan untuk mengetahui nilai pH sediaan steril
sudah sesuai dengan pH literatur. Nilai pH dari setiap sediaan injeksi yang akan
diberikan kepada pasien penting untuk diketahui. Pada sediaan injeksi intravena
nilai pH >9 dapat mengakibatkan nekrosis pada jaringan, dan bila pH <3 jaringan
akan mengalami rasa sakit, phlebitis, dan dapat menghancurkan jaringan
(Lukas,2011).
Tabel III. Data nilai pH literatur dan pH sediaan steril racikan
Sampel Literatur Dari RS Di Laboratorium
Omeprazole 8,8-10 8.6 8.5
(Trissel, 2011)
Ceftriaxone 6-8 6.5 6.7
(Trissel, 2011)
Meropenem 7,3-8,3 8.0 7.8
(Trissel, 2011)

Sampel omeprazole memiliki nilai pH yang tidak masuk kedalam range


literatur. Menurut Injectable Drug Handbook omeprazole injeksi setelah di
rekonstitusi stabil selama 4 jam dengan suhu ≤ 250C (Trissel, 2011). Sedangkan
pengujian pH omeprazole dilakukan setelah 4 jam untuk sampel sediaan steril dari
rumah sakit dan kurang dari 4 jam untuk sampel sediaan steril diracik sesuai
pedoman, sediaan omeprazole telah mengalami degradasi pada saat pengujian
lebih dari 4 jam yang dapat mempengaruhi penurunan nilai pH selain itu
penyimpanan pada suhu yang berbeda juga dapat mempengaruhi penurunan nilai
pH meskipun waktu pengujian sudah sesuai literatur. Niali pH ceftriaxone dan
meropenem sudah sesuai dengan nilai pH literatur (Trissel,2011).

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada peran apoteker di ruang
perawat , sarana dan prasarana belum memadai, rendahnya penerapan aseptis
serta terdapat 21,95% sediaan yang mengalami inkompatibilitas. Dari pengujian
kualitas sediaan steril meliputi uji sterilitas, stabilitas dan pH sediaan steril
diperoleh hasil tidak ada pertumbuhan kuman untuk pengujian sterilitas di
Laboratorium Balai Kesehatan Semarang. Pengujian terhadap sampel sediaan
yang diracik di rumah sakit dan yang diracik sesuai pedoman menunjukkan hasil
yang tidak berbeda dalam stabilitas fisika maupun nilai pH sediaan.

Saran
Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang dapat meningkatkan peran
apoteker dalam proses peracikan sediaan steril dan pengadaan label khusus untuk
setiap sediaan hasil peracikan sediaan steril. Penelitian selanjutnya untuk uji
stabilitas dilakukan optimasi pengukuran panjang gelombang maksimal yang
dapat digunakan untuk melihat nilai % transmitan masing- masing obat. Pengujian
sterilitas dilakukan oleh peneliti di laboratorium sesuai dengan Farmakope
Indonesia Edisi V.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini didanai dengan dana hibah penelitian internal dosen oleh
LPPM USD dengan nomor kontrak 070/Penel./LPPM-USD/IV/2017. Ucapan
terimakasih disampaikan kepada dosen pembimbing yang telah mendanai
penelitian ini melalui penelitian payung, kepada kepala rumah sakit yang telah
memberikan izin penelitian, kepada kepala instalasi farmasi yang telah
memfasilitasi peneliti selama proses pengambilan data di ruang perawat serta
membantu setiap keperluan penelitian, kepada kepala perawat ruang alpha dan
ruang etha yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan pengamatan proses
peracikan sediaan steril serta bimbingan selama proses pengamatan.

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin, 2009, Sediaan Farmasi Steril, Institut Teknologi Bandung, p.19.
Allen, Loyd V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,
Rowe R.C., Sheskey, P.J., Queen, M.E.,(Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation, p.181.
Anonim, 2011, Medical Waste Management, International Committee of the Red
Cross, pp.17-18.
Ansel, H., Allen, L., Popovich, N., 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems, 9th Edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Baltimore.
Austin P.D., et al, 2015, Systematic review and meta-analysis of the risk of
microbial contamination of parenteral doses prepared under aseptic
techniques in clinical and pharmaceutical environments: an update, Journal
of hospital infection.
Asif, Saima, et al., 2016, Simple UV Spectrophotometric Method Development
for Determination of Meropenem in Bulk Form, Faculty of Pharmacy,
Jinnah University for Women.
Buchanan, Clyde & Scheneider, Philip., 2010, Peracikan Sediaan Steril, EGC.,
pp.51 & 89.
Cousins D, et al, 2005, Medication errors in intravenous drug preparation and
administration: a multicentre audit in the UK, Germany and France. Quality
and Safety in Health Care, 2005;14:190–5.
Departemen Kesehatan RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1359-1360.
Departemen Kesehatan RI, 2009a, Pedoman Peracikan Obat Suntik Dan
Penanganan Sediaan Sitostatik, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan
Klinik, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009b, Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Jakarta.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Departemen Kesehatan R.I., 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana


Terapi Obat) Untuk Pasien Geriatri, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan R.I.
Dwijayanti, Sherly, 2016, Profil Kompatibilitas Sediaan Obat Intravena dengan
Pelarut pada Pasien Intensive Care Unit, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,
Juni 2016, Vol.5 No.2.
Gray, Alistair., Wright, Jane, et al., 2011, Injectable Drugs Guide, London:
Pharmaceutical Press, London, United Kingdom.
Kemenkes, RI., 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah
Sakit, Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Lavan, Amanda, et al., 2016, Methods to reduce prescribing errors in elderly
patients with multimorbidity, Department of Geriatric Medicine, Cork
University Hospital, University College Cork, Cork, Ireland.
Lukas, Stefanus, 2011, Formulasi Steril, C.V Andi Offset, Yogyakarta, pp. 13-68.
Lucida, dkk, 2014, Kajian Kompatibilitas Sediaan Rekonstitusi Parenteral dan
Peracikan Sediaan Intravena Pada Tiga Rumah Sakit Pemerintah Di
Sumatera Barat, Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
“Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”.
Maharani, Laksmi, Astuti, aris W., dan Achmad, Anisyah, 2014, Kajian
Kompatibilitas Sediaan Parenteral di Bangsal Bedah Saraf Rumah Sakit
Margono Soekarjo, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Vol. 3 No. 1.
Menteri Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Newton, David W.,2009, Drug Incompatibility Chemistry, Am J Health-Syst
Pharm, Vol 66
Putri Ramadheni, et al., 2016, Analisis Penggunaan Antimikroba Parenteral pada
Pasien Infeksi Saluran Kemih di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis,
Padang, Indonesia.

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Smeulers, Marian et al, 2015, Quality indicators for safe medication preparation
and administration: A systematic review, PLoS ONE 10(4): e0122695.
Staven, V., Wang, Siri, Grønlie Ingrid, and Tho, Ingunn, 2016, Development and
Evaluation of A Test Program for Y-Site Compatibility Testing of Total
Parenteral Nutrition and Intravenous Drugs, Nutrition Journal (2016) 15:29.
Surahman, Emma., et al.,2008, Evaluasi Penggunaan Sediaan Farmasi Intravena
Untuk Penyakit Infeksi Pada Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Kota
Bandung, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 1.
USP 39, 2008, USP <797> Pharmaceutical Compounding-Sterie preparations,
United States Pharmacopeia Convention, Rocville.
Thomas, Mark., 2005., I.V. admixture contamination rates: Traditional practice
site versus a class 1000 cleanroom., Am J Health-Syst Pharm., Vol 62.
Trissel, L. A. 2011., Handbook on Injectable Drugs,. 12th Edition,. USA:
American Society of Health-System Pharmacists.

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Informed concent

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Ukuran


Operasional
1 Personel Petugas/personel Mengamati Sesuai apabila
Peracik yang melakukan petugas yang peracikan sediaan
peracikan sediaan meracik sediaan steril dilakukan oleh
steril untuk pasien steril apoteker dan dibantu
geriatri rawat inap oleh tenaga teknis
kefarmasian
2 Sarana dan Segala sesuatu yang Melihat Sesuai apabila proses
prasarana digunakan untuk keseluruhan peracikan sediaan
menunjang proses sarana dan steril dilakukan
peracikan sediaan prasarana yang dengan menggunakan
steril meliputi digunakan sarana dan prasarana
peralatan & dalam proses yang menunjang
ruangan, peracikan peracikan
menggunakan LAF, sediaan steril
pengambilan obat
dari passbox dan
penyiapan kantong
limbah
3 Prosedur Tahapan-tahapan Mengamati Sesuai apabila
peracikan yang dilalui selama seluruh tahapan seluruh tahapan
proses peracikan penyiapan dan penyiapan dan
sediaan steril peracikan peracikan mengikuti
meliputi tahap sediaan steril pedoman yang
penyiapan dan hingga hasil digunakan
tahap peracikan. dari peracikan
Tahapan ini sediaan steril
mengikuti Pedoman
Pencampuran obat
Suntik dan
Sitostatika 2009
4 Kompatibilitas Ketercampuran Di amati secara Kompatibilitas baik
secara fisik bahan- fisik/ visual apabila sediaan
bahan penyusun meliputi warna, dinyatakan
sediaan steril kekeruhan, kompatibel secara
endapan serta fisik
terbentuknya
kabut atau
kristal
5 Sterilitas Sediaan bebas dari Melihat data Steril jika tidak
mikroorganisme hasil pengujian terdapat
baik vegetatif atau sterilitas yang mikroorganisme dari
bentuk sporanya diperoleh dari hasil pengujian

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baik patogen dan Balai Kesehatan sterilitas


nonpatogen Semarang

6 Stabilitas Kemampuan suatu Melihat nilai Sediaan stabil apabila


sediaan untuk transmitan yang nilai transmitan yang
mempertahankan diukur dengan didapatkan semakin
kondisi awalnya menggunakan besar atau mendekati
setelah dilakukan Spektrofotometr 100% (90-100%)
peracikan hingga i UV-Vis
batas waktu yang
ditentukan, terdiri
dari penampilan,
kelarutan, dan
suspendabilitas
dapat dipertahankan
7 pH sediaan Derajat keasaman Diukur dengan Sesuai dengan pH
yang digunakan menggunakan masing-masing obat
untuk menyatakan pH meter di literatur
tingkat keasaman
atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu
larutan

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Form data penelitian observasional

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Data nilai % Transmitan Ceftriaxone dari RS dan Laboratorium

Dari RS

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari Laboratorium

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Data nilai % Transmitan Omeprazole dari RS dan Laboratorium

Dari RS

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari Laboratorium

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Data nilai % Transmitan Meropenem dari RS dan Laboratorium

Dari RS

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari Laboratorium

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Uji Mann whitney

Tabel Mann whitney

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Foto ruangan peracikan

Ruangan Peracikan

Proses Penyiapan Bahan

Tempat sampah

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Foto sediaan racikan steril dari RS

Ceftriaxone Omeprazole

Meropenem

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11. Uji data Sterilitas BalKes

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Novika Bernadelpin, lahir di


Soroako pada tanggal 23 November 1995. Penulis
merupakan anak ke-empat dari empat bersaudara dari
pasangan Pither Minggu Sempa dan Naomi Toding.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis, yaitu
TK Bina Kasih (1999-2001), tingkat Sekolah Dasar
Negeri 264 Wawondula (2001-2007), tingkat Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Towuti (2007-2010), dan
Sekolah Menengah Atas Swasta Kristen Barana (2010-
2013). Selanjutnya pada tahun 2014 penulis melanjutkan studinya ke jenjang
pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi tersebut, penulis
aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan. Penulis aktif dalam kepanitiaan Pelepasan
Wisuda Fakultas Farmasi pada tahun 2015 sebagai anggota divisi konsumsi dan
pada tahun 2016 sebagai kordinator divisi konsumsi, kepanitiaan FACTION tahun
2016 sebagai anggota divisi dana, Selain itu, Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum Kimia Dasar periode 2016 dan periode 2017 serta asisten praktikum
Peracikan Obat periode 2017.

35

Anda mungkin juga menyukai