SKRIPSI
Oleh :
Fransisca Ayuningtyas Wiranti
NIM : 078114022
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN CUP
UKUR SEDIAAN CAIR ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK
PELENGKAP KIMIA FARMA, RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JUNI-
JULI 2010
SKRIPSI
Oleh :
Fransisca Ayuningtyas Wiranti
NIM : 078114022
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
EVALUATION AVAILABILITY AND BEHAVIOUR USAGE OF ORAL
LIQUID MEDICINE WITH DOSING CUPS IN YOGYAKARTA Dr.
SARDJITO HOSPITAL KIMIA FARMA PHARMACY CUSTOMER IN
JUNE-JULY OF 2010 PERIOD
SKRIPSI
By:
Fransisca Ayuningtyas Wiranti
NIM : 078114022
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
iii
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Almamaterku...
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fransisca Ayuningtyas Wiranti
Nomor Mahasiswa : 07 8114 022
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN CUP UKUR
SEDIAAN CAIR ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK KIMIA FARMA
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE JUNI – JULI 2010
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
vii
viii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
berjudul ”Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Cup Ukur Sediaan Cair
Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito
Periode Juni-Juli 2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.), Program Studi
bimbingan, dan pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Rasa terimakasih
1. Manager Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito dan Manager Apotek Kimia
Farma, Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan saran bagi penulis untuk
dan memberikan ijin serta saran bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.
3. Rita Suhadi M.Si, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
skripsi.
4. Ipang Djunarko, M.Sc, Apt selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
Farmasi Sanata Dharma dan juga atas segala kritik dan saran kepada penulis.
ix
5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
6. Dian Shintari, S. Si, Apt; Gina Arifah S. Farm, Apt. Sari Rahmawati, S. Farm,
Apt selaku Apoteker Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito,Yogyakarta dan
seluruh karyawan Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang
7. Orang tuaku tercinta Bapak Robertus Bambang Sutoyo dan Ibu Christina Yuni
Hastuti atas doa, cinta, dan dukungan yang tak pernah berhenti diberikan
8. Eyang putri Anak Agung Pusparini atas doa, kasih sayang dan semangat yang
9. Simbah kakung Subardi Kartowiratmo, atas segala doa dan kasih sayang
10. Kakak dan adikku, Maria Agustina Amelia, Emanuela Indira Puspasari dan
Theresia Dian Segara Kasih atas segala keceriaan yang membuat penulis dapat
melewati masa-masa sulit dalam melakukan penelitian ini. Terima kasih untuk
segala bantuan, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang telah diberikan
kepada penulis.
11. Sahabatku Fransiska Lintang Kusumaning Ratri atas segala dukungan yang
selalu diberikan kepada penulis. Terima kasih atas segala kenangan indah akan
x
12. Marsela Widjaja dan Yoga Wirantara yang telah menjadi sahabat setia dalam
akan semudah ini tanpa adanya dukungan dan kebersamaan selama ini.
13. Donald Tandiose, S. Farm., Apt. Atas segala kebawelan untuk membawa
perubahan yang lebih baik dalam diri penulis. Terimakasih segala perhatian
14. Teman-teman skripsi Diana, Linda, Tegal, Indri, terima kasih atas bantuan,
dukungan, semangat, suka duka yang selalu kita lalui bersama-sama saat
16. Teman PKM-M PIMNAS 2010, Damar, Ditra, dan Igna atas kerjasama dan
17. Teman makan siang bersama, Vero, Titien dan Tresa atas segala tawa dan
18. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 kelas A dan kelas Farmasi
19. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007, semoga dapat menjadi sahabat
sejati selamanya.
20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
xi
berkenan. Pada kesempatan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiii
G. Instrumen Penelitian................................................................................... 30
H. Jalannya Penelitian ..................................................................................... 31
1. Tahap Pra Penelitian .............................................................................. 31
2. Tahap Pengumpulan Data ....................................................................... 33
3. Tahap Pengolahan Data .......................................................................... 35
I. Tata Cara Analisis Hasil .............................................................................. 35
1. Karakteristik pasien ............................................................................... 35
2. Karakteristik obat ................................................................................... 38
3. Pengetahuan, sikap dan perilaku ............................................................. 38
4. Wawancara apoteker............................................................................... 39
J. Kesulitan Penelitian .............................................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41
A. Persentase Ketersediaan Cup Ukur yang Terdapat pada Kemasan Obat Cair
Oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ........................................................ 41
1. Berdasarkan logo obat dan nomor registrasi............................................ 41
2. Berdasarkan jenis obat cair ..................................................................... 43
3. Berdasarkan kelas terapi dan sub kelas terapi.......................................... 44
4. Ketersediaan alat bantu ukur di dalam kemasan obat .............................. 46
B. Pemberian Informasi Obat oleh Apoteker Berdasarkan Hasil Wawancara... 48
1. Durasi pemberian informasi obat kepada pasien ..................................... 49
2. Sumber informasi yang digunakan apoteker dalam memberikan
informasi obat ......................................................................................... 51
3. Teknik pemberian informasi ................................................................... 52
4. Kendala dalam memberikan informasi .................................................... 53
C.Cara Penggunaan Cup Ukur Sediaan Cair Oral oleh Responden Berdasarkan
Hasil Kuisioner dan Wawancara.................................................................... 54
1. Karakteristik responden ......................................................................... 54
2. Penggunaan cup ukur sediaan cair oral oleh responden .......................... 62
D. Rangkuman Pembahasan ............................................................................ 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 86
A. Kesimpulan ................................................................................................ 86
B. Saran .......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88
LAMPIRAN ................................................................................................... 95
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 118
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
INTISARI
Titik kritis pada penggunaaan sediaan cair adalah pada ketepatan dosis.
Pengambilan volume yang tidak tepat mengakibatkan pengambilan dosis yang
tidak akurat. Kesalahan pengambilan dosis pada sediaan cair umumnya dipicu
oleh ketidaktersediaan alat bantu seperti cup ukur dalam kemasan sediaan cair oral
ataupun minimnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan cup ukur yang
tersedia pada kemasan. Permasalahan dalam penggunaan cup ukur tidak lepas dari
peran farmasis dalam menjamin ketersediaan obat dan dalam pemberian
pelayanan, edukasi maupun informasi yang tepat kepada masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan cup ukur sediaan cair
oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito periode
Juni-Juli 2010. Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan
penelitian survei deskripif melalui pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan wawancara kepada responden dan
apoteker pendamping apotek. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode
statistik deskriptif.
Ketersediaan obat cair yang disertai cup ukur dalam kemasan sebesar 12,5%.
Informasi yang diberikan oleh apoteker pada saat menyerahkan cup ukur sediaan
cair oral adalah aturan penggunaan, nama obat dan peringatan. Hasil pengisian
kuisioner dan wawancara menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (72,6%),
sikap (67%), dan tindakan (73,2%) pengunjung apotek telah cukup baik dalam
menggunakan cup ukur sediaan cair oral
Kata kunci : sediaan cair oral, ketersediaan, cara penggunaan, dan cup ukur.
xviii
ABSTRACT
Critical point in the use of liquid dosage form is on the dose accuracy.
Inaccurate volume interpretation can cause inaccurate dose that must be used.
Generally, this is caused by the unavailable device like dosing cup in oral liquid
dosage form or the public minimum knowledge on using the cup in package.
Those problems close related to the pharmacist whom as the drug supplier and the
public health services especially for giving the exact drug information to
customer.
This research aims to find out the using of oral liquid dosing cup by
customer at Pelengkap Kimia Farma Pharmacy Dr. Sardjito Hospital. This
research applies in observational with deskriptive design through qualitative
approach. Method in collecting data by questionnaries and interviews to the
customers and pharmaciest as the respondents. In processing data, the researcher
uses descriptive statistic method.
This research finds that the availability of dosing cup in package is 12.5%.
The information that provided by the phatmaciest are the diretion use, drug name,
and warnings. The questionnary and interviews result the percentage of
knowledge (72,3%), attitude (67%), and action (73,2%), wich shows that
customer have come to a good understanding on administered dosing cup and
liquid dosage form.
Keyword : oral liquid dosage form, availability, direction use and dosing cup.
xix
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat
dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Untuk menghadapi penyakit berat,
pasien dengan ataupun tanpa resep dokter adalah dengan menjamin tersedianya
sediaan, salah satunya adalah bentuk sediaan cair oral. Bentuk sediaan cair oral
digunakan untuk pasien yang tidak dapat menelan sediaan solid, khususnya bagi
1
2
rumah untuk mengukur volume sediaan cair. Penelitian yang dilakukan pada
sendok teh untuk mengukur volume sediaan cair (Bayor, Kipo, dan Ofori-
ketidakakuratan dosis.
rata dosis yang terambil sebesar 65% dari dosis yang direkomendasikan (Bica dan
Farinha, 2005). Kesalahan pengambilan dosis pada sediaan cair umumnya dipicu
oleh ketidaktersediaan alat bantu seperti cup ukur dalam kemasan sediaan cair oral
Sediaan cair oral yang disertai cup ukur di dalam kemasannya semakin
penggunaan cup ukur sama saja dengan penggunaan sendok takar. Pada
sendok takar dan menggunakan cup ukur sangat berbeda. Kesalahan ini
didapat tidak sesuai. Food and Drug Administration telah menyatakan bahwa
3
dibandingkan penggunaan alat bantu ukur dosis lainnya, kesalahan paling banyak
penunjang medik yang berada dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito.
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dipilih sebagai tempat penelitian karena telah
pasien. Jumlah pengunjung perhari mencapai 30-40 orang bahkan melebihi 130
perilaku penggunaan cup ukur bentuk sediaan cair oral pada pengunjung Apotek
1. Permasalahan
a. Berapakah persentase ketersediaan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat
c. Bagaimana perilaku penggunaan cup ukur dan bentuk sediaan cair oral oleh
wawancara?
4
2. Keaslian penelitian
a. The Accuracy and Quality of Household Spoons and Enclosed Dosing Devices
b. Inaccurate Dosage; Result from The FIP-LPS Collaborative Study (Bica dan
Farinha, 2005)
c. Parents Can Dose Liquid Medication Accurately (McMahon, Rimza, dan Bay,
1997).
Ukur Bentuk Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito
Periode Juni-Juli 2010 berbeda dalam hal waktu serta tempat pelaksanaan. Tidak
terhadap subjek uji, seperti pemberian edukasi. Pada penelitian ini juga tidak akan
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
ukur dan bentuk sediaan cair oral oleh pengunjung Apotek KF, RSUP Dr.
Sardjito.
b. Manfaat praktis
pengetahuan masyarakat terkait cara penggunaan cup ukur sediaan cair oral
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
mengevaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan cup ukur bentuk sediaan cair
2. Tujuan khusus
a. untuk mengetahui ketersediaan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat cair
c. untuk mengetahui perilaku penggunaan cup ukur dan bentuk sediaan cair oral
oleh pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuesioner dan
wawancara.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Perilaku Kesehatan
perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan (Blum cit.,
Notoadmodjo, 2002).
perilaku sakit. Perilaku sehat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
dilakukan oleh seseorang yang merasa sehat untuk mencegah penyakit atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk menjelaskan
adalah peran yang harus dilakukan oleh orang sakit dalam upaya pencarian
1999).
6
7
1. Pengetahuan
2. Sikap
terhadap adanya stimulus atau obyek. Sikap belum tentu merupakan suatu
tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku dan
bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka (Azwar, 1995).
(Notoadmodjo, 2002).
3. Praktik
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Faktor tersebut antara lain
fasilitas, selain itu diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo,
2002).
8
pengetahuan, sikap, persepsi, keyakinan, dan nilai. Hal tersebut dapat menjadi
Hal-hal yang termasuk dalam faktor penguat adalah sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan termasuk
sehingga mau melakukan perilaku yang diharapkan. Keuntungan dari strategi ini
9
adalah didapatkan perubahan yang cepat, akan tetapi perubahan tidak berlangsung
lama karena terjadi bukan berdasarkan atas kesadaran sendiri. Contohnya adalah
2. Pemberian informasi
Strategi ini memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
lebih langgeng.
3. Diskusi parsitipatif
cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi
‘Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi/menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan termasuk kontrasepsi’
(Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2006).
1. Obat bebas
pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh
obat bebas adalah parasetamol (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras,
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter. Kemasan obat bebas
terbatas disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh obat golongan bebas terbatas adalah CTM (Direktorat Jenderal Bina
Obat bebas terbatas mencantumkan tanda peringatan yang berupa empat persegi
panjang berwarna hitam berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat
Gambar 3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas yang beredar di Indonesia
3. Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
menunjukkan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat keras
4. Obat psikotropika
Psikotropika ‘Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
5. Obat narkotika
Narkotika ‘Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan’. Contoh obat narkotika adalah
Kesehatan, 1997b).
Jamu adalah sediaan obat bahan alam yang aman sesuai dengan
sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah
Sediaan cair oral terdiri dari suspensi, sirup dan emulsi. Suspensi adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang dapat terdispersi di
dalam fase cair. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Emulsi adalah sistem dua fase, dimana salah satu fase
terdispersi dalam fase yang lain. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung
1995).
D. Cup Ukur
Cup adalah plastik kecil atau cup gelas yang mempunyai skala dan
2008).
3. tuangkan sediaan cair pada cup ukur pada ukuran yang diinginkan. Letakkan
cup ukur pada tempat yang permukaannya rata dan ukuran dihitung pada skala
terbawah meniskus.
4. cek ketepatan pengukuran dengan melihat cup ukur secara sejajar dengan mata
masalah, yaitu:
2. asumsi bahwa dosis yang direkomendasikan adalah sebesar volume 1 cup ukur
E. Pengobatan Sendiri
Perawatan sendiri atau self care adalah proses perawatan kesehatan yang
yang dipilih (Holt dan Hall, 1990). Pengobatan mandiri bertujuan untuk
berikut:
dan tanggung jawab untuk mempelajari penyakit yang di derita dan cara
keputusan cara pengobatan yang dipilih serta pengaruh dari orang lain (teman,
2. karakter demografi, antara lain usia, jumlah keluarga, jenis kelamin, status
sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah atau
daerah tertentu.
berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media
informasi dan label dalam kemasan obat serta adanya alternatif perawatan
adalah penggunaan obat harus aman dan efektif. Obat yang aman untuk
kebanyakan orang belum tentu aman untuk orang tertentu, dan juga dapat
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria seperti
kelanjutan penyakit.
3. penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
Indonesia
1993a).
17
tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik, pengelolaan apotek
meliputi:
penyimpanan
lainnya.
1993b).
kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat. Pengadaan adalah
suatu kegiatan yang bertujuan menyediakan sediaan farmasi dengan jumlah dan
jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan (Direktorat Jenderal Bina
care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
resep hanya bisa diperoleh dari dokter dan petugas penyerah obat di apotek,
atau orang yang menerima obat (Andayani, Satibi dan Handayani, 2004).
19
profesional :
Pelayanan informasi obat kepada pasien tidak lepas dari peranan seorang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terapi obat yang tepat, efektif, dan
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
memberikan pelayanan informasi obat yang akurat dan obyektif terkait dengan
obat adalah seluruh pengelola dan pengguna obat yaitu dokter, apoteker, asisten
apoteker, dan perawat. Informasi yang diperlukan oleh konsumen mencakup dua
20
hal, yaitu informasi mengenai jenis penyakit dan pengobatannya serta informasi
pasien dan profesional kesehatan lainnya. Informasi obat harus dievaluasi oleh
Apoteker guna memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif. Pasien
cara penggunaan obat, cara penyimpanan, efek samping, cara menangani efek
Tabel III. Enam informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien
1 Efek obat mengapa obat itu diperlukan, gejala apa yang akan
hilang dan apa yang tidak, kapan efek obat
diharapkan mulai muncul atau terasa, apa yang
akan terjadi jika obat diminum dengan cara yang
tidak benar
2 Efek samping efek samping apa yang mungkin timbul, bagaimana
cara mengenalinya, berapa lama efek samping akan
berlangsung, seberapa parah, apa yang harus dilakukan
3 Instruksi bagaimana cara meminum obat, kapan meminum,
berapa lama pengobatan berlangsung, bagaimana cara
menyimpan yang baik, apa yang dilakukan jika terlupa
meminum obat
4 Peringatan kapan penggunaan obat harus dihentikan, berapa dosis
terbanyak yang boleh diminum, mengapa obat harus
diminum sampai habis
5 Kunjungan kapan pasien harus kembali
berikutnya
6 Sudah jelaskah menanyakan apakah informasi sudah dimengerti
semuanya pasien, meminta pasien mengulang kembali informasi
yang sudah dijelaskan
(Vries, 1994).
memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias,
meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Setelah
H. Keterangan Empiris
ketersediaan cup bentuk sediaan cair oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito
penggunaan cup ukur bentuk sediaan cair oral oleh pengunjung Apotek KF, RSUP
Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
METODE PENELITIAN
Ukur Bentuk Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito
dilakukan bersamaan dengan serangkaian penelitian lain dan termasuk dalam jenis
pengamatan terhadap sejumlah variabel subjek menurut keadaan yang apa adanya,
berlangsung pada saat penelitian dilakukan, dan menyelidiki penyebab dari suatu
gejala tertentu (Gay cit., Sevilla, 1993). Berdasarkan setting tempat, penelitian ini
cara dan waktu pengambilan sampel, penelitian ini termasuk dalam penelitian
22
23
melakukan observasi atau pengukuran pada saat tertentu saja (masa sekarang),
kuota secara non random. Pengambilan sampel kuota digunakan untuk penentuan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah)
yang dikehendaki. Cara sampel kuota adalah dengan menetapkan dasar jumlah
jatah tersebut kemudian dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang
kuisioner.
Cup Ukur Bentuk Sediaan Cair Oral pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr.
penelitian lain, dengan ulasan topik tentang ”Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku
Penggunaan Sediaan Obat pada Pegunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito
C. Definisi Operasional
1. Ketersediaan meliputi:
Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito ataupun informasi yang diterima pengunjung
Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito mengenai cara penggunaan cup ukur dan
b. Ketersediaan barang meliputi jumlah produk obat cair oral yang disertai
dengan cup ukur yang tersedia di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito pada
2. Cara penggunaan meliputi penggunaan cup ukur dan sediaan cair oral, cara
penuangan ke dalam cup ukur, lama pemakaian obat cair, cara penyimpanan,
dan cara pembersihan sisa obat yang tertinggal dalam cup ukur.
3. Sediaan cair oral yang diteliti meliputi sirup cair, emulsi, suspensi cair, eliksir
dan jamu.
4. Loket Bagian Unit Gawat Darurat (UGD) adalah bagian loket milik Apotek
KF, RSUP Dr. Sardjito yang melayani resep untuk pasien rawat jalan, rawat
inap, dan resep umum dari luar RSUP Dr. Sardjito. Loket UGD beroperasi
selama 24 jam dan terbuka untuk pengunjung umum yang membeli obat
5. Responden adalah pengunjung apotek, pasien rawat jalan RSUP Dr. Sardjito
dan seluruh masyarakat baik dari daerah sekitar apotek dan dari luar daerah
tersebut yang datang ke loket Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito untuk
pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep dokter, selama penelitian
berlangsung dan pernah menggunakan sediaan obat cair oral dengan cup
ukur, namun tidak harus membeli di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.
kepada pasien pada loket Unit Gawat Darurat. Teknik informasi yang
aktif terjadi ketika pemberian informasi dilakukan secara aktif atas inisiatif
8. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah
sakit, berobat ke rumah sakit ketika ada keluhan tertentu, secara berkala
10. Sendok teh dan sendok makan yang disurvei untuk data pelengkap adalah
Yogyakarta.
obat cair oral dan penggunaan cup ukur secara tepat yang mereka yakni
12. Aspek sikap adalah respon evaluatif responden terhadap penggunaan obat
cair oral dan cup ukur yang mereka yakini kebenarannya dari pengetahuan
yang mereka miliki dan dinilai dengan pemberian kuisioner dan wawancara
secara langsung.
13. Aspek tindakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh responden dalam
penggunaan obat cair oral dan cup ukur dan dinilai dengan pemberian
14. Periode Juni-Juli 2010 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggal
15. Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan baik apabila responden
mengetahui sebagian besar atau seluruh nya dengan skor jawaban responden
survei wawancara dan pemberian kuisioner yang berlokasi di loket Unit Gawat
Darurat. Loket Unit Gawat Darurat dipilih karena merupakan loket yang melayani
resep rawat jalan maupun rawat inap untuk obat-obatan dengan ataupun tanpa
resep. Penelitian dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu, pada pukul 08.00-
15.00 WIB, dimulai dari tanggal 14 Juni 2009 sampai 10 Juli 2010.
E. Subyek Penelitian
subjek berusia minimal 17 tahun, jenis kelamin pria atau wanita, merupakan
28
pengunjung Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010 yang pernah
membeli sediaan cair oral disertai cup ukur didalam kemasan baik di Apotek KF,
RSUP Dr. Sardjito maupun di Apotek luar. Pengunjung apotek dan apoteker
Apoteker adalah apoteker pendamping yang sedang bertugas pada periode Juni-
Juli 2010. Responden dan apoteker yang bersedia bekerja sama berdasarkan
apoteker Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito yang tidak bersedia bekerja sama untuk
penggunaan cup ukur sediaan cair oral. Subjek penelitian selanjutnya disebut
sebagai responden.
secara non-random. Subyek yang dijadikan sampel diambil secara non-acak dan
subjek yang lebih banyak dari perkiraan. Terdapat 55 pengunjung apotek yang
responden disebabkan oleh beberapa hal, antara lain responden yang berubah
pikiran sehingga tidak mau melanjutkan penelitian serta responden yang terburu-
makan dan sendok teh yang beredar di masyarakat. Peneliti melakukan survei di
Sampel sendok makan dan sendok teh dihitung berdasarkan rumus yang sama
sendok teh dan 15 sendok makan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
30
yang diinginkan.
F. Bahan Penelitian
pasien yang diperoleh pada saat wawancara awal untuk mencari subyek uji seperti
umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Data ini terangkum dalam informed
consent yang telah ditandatangani pasien dan panduan wawancara yang telah
G. Instrumen Penelitian
dan (2) lembar kuisioner dan (3) gelas ukur 5ml, 10ml, 20 ml dan beker glass
respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2003). Kuisioner yang digunakan
dalam penelitian terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama berisi tentang karakteristik
pengalaman pasien dalam menggunakan obat cair (sudah berulang kali atau baru
satu kali menggunakan obat cair yang disertai cup ukur dalam kemasan),
31
pertama atau sudah berulang kali) dan pengalaman berkonsultasi pada apoteker di
Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito (pernah/tidak). Bagian ketiga memuat pernyataan
H. Jalannya Penelitian
Tahap ini adalah tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini meliputi
a. Proses perijinan
wilayah Yogyakarta dan Manager Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito. Proses
perijinan berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yaitu dari pada bulan Februari
2010.
b. Analisis situasi
2010. Tahap ini mencakup pengamatan situasi dan kondisi di Apotek KF, RSUP
Dr. Sardjito khususnya loket UGD serta diskusi dengan pihak mitra terkait kasus-
pada bulan Maret 2010 yang membeli produk sediaan obat cair oral yang disertai
cup ukur dalam kemasannya dan jumlah produk sediaan obat cair oral yang ada di
Apotek. Hasil dari analisis situasi juga digunakan untuk menetapkan kriteria
inklusi responden.
penggunaan cup ukur sediaan cair oral oleh responden. Kuisioner berisi kira-kira
(Notoatmodjo, 2005).
terhadap apoteker tentang pelayanan informasi terkait cara penggunaan cup ukur
e. Uji bahasa
dengan responden. Uji bahasa dilakukan di loket Unit Gawat Darurat RSUP Dr.
Sardjito dimulai pada tanggal 14 Juni 2010 dan dilakukan selama 2 minggu. Uji
bahasa dilakukan untuk menguji apakan kuisioner dibuat telah siap digunakan
sediaan sesuai kriteria inklusi dan informasi cara penggunaan bentuk sediaan
sesuai dengan kriteria inklusi. Bila diperlukan data dapat dikonfirmasi dengan
responden.
peneliti.
34
Pendaftaran obat dilakukan di 5 loket Kimia Farma yang terdapat di RSUP Dr.
Sardjito yaitu loket Unit Gawat Darurat, loket Instalasi Rawat Jalan, loket poli,
loket bangsal dan loket induk. Pengumpulan data dilakukan dimulai tanggal 26
sendok makan/sendok teh dilakukan di salah satu loket Apotek KF, RSUP Dr.
Sardjito yang memiliki tempat peracikan menggunakan gelas ukur ukuran 5ml,
10ml, 20ml dan dilakukan dengan menuangkan sejumlah air ke dalam sendok
Yogyakarta. Pengukuran dilakukan sesuai dengan teori yang ada dengan cara
menuangkan sejumlah air ke dalam sendok searah sejajar dengan mata peneliti
kemudian air tersebut dituangkan ke dalam beker glass dan kemudian dimasukkan
ke dalam gelas ukur untuk mengetahui volume air yang ditakar oleh sendok
makan dan sendok teh. Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali sehingga didapatkan
Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar kuisioner yang diisi oleh
serta dari daftar sediaan cair oral yang terdapat di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.
pendidikan. Karakteristik obat meliputi jumlah obat cair oral yang terdapat di
Apotek KF serta persentase obat cair yang menyertakan cup ukur di dalam
kemasannya. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik yang menggambarkan cara penggunaan sediaan cair oral oleh
dan bentuk sediaan cair oral pada pengunjung Apotek KF. Hasil dari evaluasi ini
akan digunakan untuk mencari cara untuk meningkatkan pemakaian obat yang
rasional di masyarakat, khususnya untuk penggunaan cup ukur sediaan cair oral.
Data yang diperoleh dari penelitian dibahas secara deskriptif dan diolah
1. Karakteristik pasien
terakhir, frekuensi penggunaan cup ukur sediaan cair oral, frekuensi pembelian di
36
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dan konsultasi obat yang pernah dilakukan. Semua
a. Usia responden
frekuensi Strurgess:
M = 1+3,3 log N
dengan M adalah jumlah kelas dan N adalah jumlah data populasi (Sugiyono,
b. Jenis kelamin
x 100%
responden yaitu SD, SLTP, SLTA dan sederajat, Diploma, dan Sarjana.
d. Tingkat pekerjaan
sudah berulang kali menggunakan cup ukur sediaan cair oral dilakukan
berdasarkan perhitungan jumlah responden yang baru pertama kali atau sudah
berulang kali menggunakan cup ukur sediaan cair oral, dibagi jumlah responden
responden yang membeli obat di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, dibagi
apoteker di Loket Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito, dibagi jumlah responden
2. Karakteristik obat
terapi, golongan obat, bentuk sediaan, dan ketersediaan cup ukur dalam obat cair
Jika ada obat cair oral yang tidak tercantum dalam MIMS Indonesia, digunakan
Persentase jumlah obat cair oral disertai dengan cup ukur sediaan cair
oral yang terdapat di Apotek Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito, kemudian
perhitungan persentasenya:
x 100%
terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan ada atau tidaknya cup ukur
dalam kemasan sediaan cair oral. Data yang didapatkan disajikan dalam bentuk
4. Wawancara apoteker
apoteker sesuai jawaban yang diberikan saat penelitian. Wawancara diketik dan
J. Kesulitan Penelitian
Gawat Darurat RSUP Dr. Sardjito merupakan responden yang tidak terbiasa
dijadikan subjek penelitian survei. Pengisian kuisioner merupakan hal yang baru
dialami oleh responden sehingga tidak semua pengunjung apotek bersedia terlibat
dalam penelitian.
selain itu terdapat pula responden yang sudah mengalami penurunan pendengaran.
Untuk mengatasi hal ini, peneliti terus mendampingi dalam pengisian kuisioner.
Beberapa responden tidak mengerti dengan maksud yang tercantum dalam lembar
kuisioner. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
tujuan atau permasalahan dalam penelitian. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti
diambilkan oleh petugas. Kesulitan dialami oleh peneliti ketika pengisian lembar
kuisioner belum selesai sedangkan obat sudah selesai diambilkan oleh petugas
peneliti kurang dapat menggali informasi secara lengkap dari responden. Hal
Hasil penelitian ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama berisi deskripsi
apoteker dan bagian ketiga berisi pemaparan tentang penggunaan cup ukur
A. Persentase ketersediaan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat cair
oral di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito
RSUP Dr. Sardjito. Karakteristik obat yang akan dikaji adalah golongan obat dan
nomor registrasi, jenis obat cair, kelas terapi dan sub kelas terapi obat. Terdapat
212 jenis item obat cair oral yang terdapat di 5 loket Apotek KF, RSUP Dr.
menjadi 6 kelompok, yaitu golongan obat bebas dengan nama dagang dalam
41
42
negeri atau lisensi (DBL), golongan obat bebas terbatas dengan nama dagang
produksi dalam negeri atau lisensi (DTL), suplemen makanan produksi dalam
negeri (SD), suplemen makanan produksi dalam negeri atau dengan lisensi (SL),
suplemen makanan produksi luar negeri atau impor (SI) dan produk makanan atau
minuman yang berbatasan dengan obat, produksi dalam negeri atau lisensi
(BMD).
terbesar adalah suplemen makanan produk dalam negeri sebesar 72,5%, diikuti
dengan golongan obat bebas dengan nama dagang dalam negeri atau lisensi
sebesar 13,7% . Persentase terkecil ada pada produk makanan atau minuman yang
berbatasan dengan obat, produksi dalam negeri atau lisensi dan suplemen
Terdapat 161 item obat yang terdapat di Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito.
menjadi 5 kelompok yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, jamu dan
fitofarmaka. Dari data didapatkan bahwa persentase terbesar adalah obat keras
(49,1%), namun sebagian besar obat keras adalah Obat Wajib Apotek (OWA)
43
yang merupakan obat esensial bagi masyarakat. Persentase kedua terbesar adalah
kelompok obat bebas terbatas (28,6%) diikuti dengan kelompok obat bebas
terbatas (19,9%).
Persentase obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek yang
tinggi menandakan Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito telah mampu memenuhi
yaitu sirup, sirup kering, suspensi, emulsi, dan eliksir. Jenis sediaan cair oral yang
paling besar adalah sirup (70,8%). Sirup merupakan bentuk sediaan yang tepat
mengaku bahwa penggunaan sirup sangat bermanfaat bagi anak-anak karena rasa
dan bau yang manis. Kedua hal tersebut menyebabkan anak tidak menolak ketika
Terdapat berbagai jenis obat cair yang mempunyai sifat fisik yang
penggunaan obat cair, khususnya dalam hal penyimpanan obat. Untuk mengatasi
hal tersebut, diperlukan kerjasama dari pihak apotek, khususnya apoteker untuk
sediaan cair.
Berdasarkan kelas terapi dan sub kelas terapi, obat dapat digolongkan
persentase terbesar adalah obat dengan kelas terapi sistem pernapasan (34,0%),
khususnya obat batuk dan pilek (25,9%). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
penyakit. Hal tersebut penting untuk menjaga kesetiaan konsumen serta untuk
kelengkapan obat merupakan salah satu faktor yang kerap digunakan responden
untuk menjadi pelanggan setia Apotek KF. Jenis obat yang sering dibeli oleh
responden adalah obat batuk dan pilek serta multivitamin untuk menjaga daya
tahan tubuh. Semua jenis obat ini biasa dibeli responden secara mandiri atau tanpa
resep dokter.
Alat bantu ukur adalah alat bantu dalam pengambilan dosis obat.
Terdapat beberapa macam alat bantu ukur pengambilan dosis obat yaitu cup ukur,
sendok takar, dan dropper. Alat bantu ukur yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah cup ukur. Berdasarkan ketersediaan alat bantu ukur, data dikelompokkan
menjadi 2 kelompok, yaitu sediaan cair oral yang telah memiliki alat bantu ukur
sebesar 42,5% sedangkan sediaan yang tidak menyertakan alat bantu ukur sebesar
57,5%. Sediaan yang memiliki alat bantu ukur terdiri dari sediaan yang disertai
cup ukur sebesar 12,5% dan yang disertai sendok takar sebesar 30,0%.
ukur, di antaranya terdapat golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas
dan jamu.
47
Tabel V. Karakteristik Obat Cair Oral yang Disertai Cup Ukur di Apotek KF,
RSUP Dr. Sardjito
No Nama merk obat cair Jenis obat cair Sub kelas terapi Logo obat
1 Erysanbe® (Eritromisin) Sirup kering Antiinfeksi golongan K
makrolida
2 Bisolvon® (Bromheksin HCl) Eliksir Obat batuk dan pilek B
3 Bisolvon kids® (Bromheksin Sirup Obat batuk dan pilek B
HCl)
4 Buffect® (ibuprofen) Suspensi Antiinflamasi Non BT
Steroid
5 Buffect forte® (ibuprofen) Suspensi Antiinflamasi Non BT
Steroid
6 Bronsolvan ® (teofilin) Sirup Antiasma dan PPOK BT
7 Epexol® (Ambroxol HCl) Sirup Obat batuk dan pilek K
8 Flucodin ® (parasetamol, Sirup Obat batuk dan pilek B
guafenesin, noscapin,
chlorpeniramin maleate,
phenylpropanolamine HCl)
9 Lactulax® (lactulose) Sirup Laksatif, pencahar BT
10 Mucosolvan ® (teofilin) Sirup Antiasma dan PPOK BT
11 Plantacid® (Mg(OH)2, gel kering Suspensi antasid, antirefluks, B
Al(OH)3, simethicone) antiulserasi
12 Plantacid forte® (Mg(OH)2, gel Suspensi antasid, antirefluks, B
kering Al(OH)3, simethicone) antiulserasi
13 Prospan® Sirup Obat batuk dan pilek Import
14 Sanmol® (parasetamol) Sirup Analgesik (non opiat), B
antipiretik
15 Transbroncho ® (ambroxol HCl) Sirup Obat batuk dan pilek K
16 Tempra forte® (parasetmol) Sirup Analgesik (non opiat), B
antipiretik
17 Woods antitusive® Sirup Obat batuk dan pilek BT
(dexthormethorpan HBr,
Dephenhidramine
18 Woods exp® (bromheksin, GG) Sirup Obat batuk dan pilek BT
19 Becefort ® multivit Sirup Vitamin B kompleks B
dengan vitamin C
20 Biolysin ® multivit Sirup Vitamin dan mineral B
pediatrik
21 Calcidine® multivitamin Sirup kalsium dengan mineral B
22 Calsource junior® Kalsium Sirup Kalsium dengan B
mineral
23 Curvit® Emulsi Suplemen dan terapi B
penunjang
24 Dumin® Sirup Vitamin dan mineral B
pediatrik
25 Elkana® vitamin Suspensi Vitamin dan mineral BT
26 Maltover® Sirup Vitamin dan Mineral B
27 Batungin® Elixir Obat saluran kemih Jamu
48
Keberadaan alat bantu ukur dosis dalam kemasan obat sangat penting,
karena akan sangat berpengaruh terhadap dosis yang akan terambil. Tidak adanya
alat bantu ukur dosis dapat menyebabkan dosis yang terambil terlalu kecil ataupun
terlalu besar.
Walaupun sebagian besar sediaan cair tidak disertai dengan alat bantu
ukur, namun dalam penyerahan obat ke pasien, apoteker selalu memberikan alat
bantu ukur tanpa meminta biaya tambahan. Hal ini dilakukan apoteker untuk
mencegah agar pasien tidak menggunakan sendok makan/sendok teh dan juga
RSUP Dr. Sardjito. Ketiga apoteker tersebut secara bergantian menyerahkan obat
mengenai obat yang dibeli. Pemberian informasi obat juga dilakukan oleh asisten
oleh apoteker kepada pasien berkisar antara 1 menit dan tidak mencapai 2 menit.
Lama durasi pemberian obat tergantung dari jenis obat yang digunakan oleh
sehingga apoteker dapat mencari tahu lebih lanjut mengenai riwayat pengobatan
yang pernah dilakukan oleh pasien. Hal ini tentunya sangat penting untuk
menjamin bahwa pemberian resep oleh dokter sudah tepat dengan kondisi pasien.
bahwa pasien tergolong aktif bertanya, namun karena waktu yang tersedia tidak
diderita oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk memastikan obat telah diberikan
kepada pasien berapa macam obat yang diterima dan cara pemakaian obat
dokter memberikan obat dengan tujuan untuk memperoleh efek sampingnya dan
bukan efek farmakologinya. Hal ini kerap menimbulkan kekacauan karena ketika
apoteker melakukan cek ulang penyakit, pasien menjadi merasa pemberian obat
oleh dokter salah dan memaksa bertemu kembali dengan dokter. Selain itu, ketika
50
diberi informasi bahwa obat yang diberikan adalah suplemen ataupun vitamin
perlu digunakan sampai gejala hilang saja. Sebagai tambahan, apoteker juga
memberikan informasi apakah obat harus diminum sebelum atau sesudah makan.
Apoteker merasa pasien telah mengetahui cara menyimpan obat cair, yaitu di suhu
kamar. Dalam memberikan informasi, apoteker tidak selalu melakukan cek ulang
diberikan. Pasien justru sering melakukan cek ulang sendiri dengan secara
Apoteker merasa bahwa pasien akan mengerti apabila membaca informasi terkait
‘sendor takar’ atau ‘tutup botol yang paling atas’ untuk menggambarkan cup ukur,
bukannya mengatakan sendok makan/sendok teh. Hal ini dilakukan oleh apoteker
mengenai cara penuangan volume obat cair, apoteker juga tidak lupa memberikan
tanda dengan spidol pada cup ukur/ sendok takar yang diberikan pada pasien. Hal
ini dilakukan agar pasien dapat menuangkan sesuai dosis yang dianjurkan.
Pemberian tanda pada alat bantu penakar oleh tenaga kefarmasian terbukti dapat
51
1997). Pemberian tanda pada alat bantu takar untuk menunjukkan dosis yang
obat cair untuk ukuran 1 sendok makan. Untuk menuangnya, pasien harus
Untuk mengatasi hal ini, apoteker tidak jarang mengganti sendok takar dengan
sendok takar.
apakah pasien yang menebus obat merupakan pasien rawat jalan atau pasien rawat
inap. Pemberian informasi untuk pasien rawat inap tidak terlalu difokuskan karena
tetap tersendiri dari Kimia Farma. Apoteker dibebaskan untuk mencari sumber-
kemasan obat. Apoteker meyakini bahwa informasi yang terdapat di dalam brosur
52
tersebut sudah merupakan standar dari pabrik farmasi. Kedua apoteker juga
mencari sumber informasi dari pustaka-pustaka lain yang lengkap mengenai obat.
dan juga mencari-cari dari internet. Dari internet, apoteker mendapatkan panduan
kefarmasian dari website Dinas Kesehatan yang berisi cara pemberian obat serta
didapatkan dari brosur obat dan dari pengalaman yang diceritakan oleh pasien.
Dari hasil wawancara terlihat bahwa apoteker telah berupaya mencari berbagai
masyarakat.
obat. Apoteker menjelaskan informasi obat dengan cara verbal dan visual.
informasi mengenai pemakaian cup ukur agar pasien dapat lebih mengerti
Di samping itu, teknik pasif diterapkan bagi pasien yang aktif bertanya
menandakan bahwa telah terdapat interaksi yang baik antara apoteker dengan
pasien.
53
dilakukan, kendala yang terjadi adalah kendala bahasa, kendala waktu dan tempat
oleh salah seorang apoteker yang tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa.
terbiasa menggunakan bahasa Jawa, khususnya bagi kaum orang tua yang sama
Kendala waktu dan tempat juga menjadi masalah karena Apotek KF loket UGD
merupakan loket yang sangat penuh dan selalu padat pengunjung. Untuk
memenuhi kebutuhan semua pasien, maka pelayanan yang dilakukan harus cepat.
loket Unit Gawat Darurat tidak menyediakan ruang khusus untuk pemberian
informasi obat, sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman karena terdapat kaca
pemisah antara pasien dengan apoteker serta pasien dan apoteker harus berdiri
menjadi kendala karena tak jarang pasien dalam keadaan tergesa-gesa sehingga
mendapatkan informasi yang lengkap dan jelas terkait obat yang sudah dibeli
Untuk memahami cara penggunan cup ukur sediaan cair oral oleh
1. Karakteristik responden
penelitian ini, karakteristik responden yang akan dikaji adalah usia, jenis kelamin,
1. Usia
Usia responden merupakan salah satu faktor inklusi dalam penelitian ini.
Usia responden yang dijadikan kriteria inklusi minimal 17 tahun pada saat
karena responden di anggap telah cukup dewasa dan mampu bekerjasama dengan
memahami cara penggunaan cup ukur sediaan cair oral sehingga responden dapat
wawancara.
55
tahun) dan usia tertua (70 tahun). Interval yang didapatkan sesuai perhitungan
adalah 7 dengan batas bawah kelas pertama adalah usia termuda. Pengelompokan
menggunakan turus.
Pada usia dewasa muda atau di bawah usia 55 tahun sering dilaporkan
keluhan luka kecil, batuk, masalah sinus, jerawat, serta masalah mulut dan gigi
(Holt dan Hall, 1990). Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase terbesar
pemakaian cup ukur sediaan cair oral adalah pada rentang usia 18-24 tahun. Pada
penelitian ini, peneliti tidak dapat menghubungkan secara langsung pengaruh usia
dewasa sehingga dapat mengambil dan bertanggung jawab atas keputusan dalam
pencarian tindakan pengobatan untuk mengatasi gejala atau keluhan yang dialami.
2. Jenis kelamin
menggunakan cup ukur sediaan cair oral adalah responden wanita (62,0%). Wanita
kesehatan profesional ataupun dengan menggunakan produk tanpa resep (Holt dan
mengatasi demam pada anak (Rinukti dan Widayati, 2005). Ibu merupakan orang
yang paling dekat dan umumnya sering bersama dengan anak. Hal ini
menyebabkan ibu lebih memahami kondisi kesehatan anak dan sangat berperan
banyak daripada responden pria. Sebagian besar responden wanita adalah ibu
57
rumah tangga. Responden ibu rumah tangga membelikan obat cair oral untuk
3. Tingkat pendidikan
dan Sarjana. Dari hasil pengelompokan didapatkan data bahwa responden yang
menggunaan cup ukur sediaan cair yang terbanyak berasal dari kelompok
yang paling sedikit berasal dari kelompok pendidikan SD dan SLTP (6,0%). Pada
semakin rasional dan berhati-hati dalam memilih obat untuk pengobatan sendiri
dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit akan semakin tinggi pula. Teori ini
sesuai dengan hasil penelitian di atas, bahwa tingkat pendidikan SLTA memiliki
persentase tertinggi responden yang mengunakan cup ukur sediaan cair oral dan
4. Pekerjaan
paling banyak menggunakan cup ukur sediaan cair oral adalah responden dengan
adalah faktor biaya. Jenis pekerjaan seseorang dapat dihubungkan dengan jumlah
kesehatan, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan data dimana kelompok terbesar
yang menggunakan cup ukur sediaan cair oral adalah responden dengan pekerjaan
obat cair akan semakin banyak dan informasi yang didapatkan akan semakin jelas.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 6,0% responden baru satu kali
(pertama kali) menggunakan cup ukur sediaan cair oral sedangkan 94,0%
responden mengaku telah berulang kali menggunakan cup ukur sediaan cair oral.
keberadaan cup ukur dalam kemasan dan tidak hanya menganggap cup sebagai
pelindung obat cair dari kotoran namun telah menggunakannya sebagai alat bantu
mendatangi dokter dan lebih dari 65% jumlah penduduk melakukan pengobatan
kelompok responden yang merupakan pelanggan dan responden yang pertama kali
merupakan pelanggan Apotek KF, RSUP Dr.Sardjito. Dari hasil ini dapat
baik karena terbukti dari pengunjung apotek yang bersedia menjadi pelanggan
tetap di Apotek KF. Dari hasil wawancara didapatkan beberapa alasan mengapa
responden memilih Apotek KF, yaitu karena letaknya yang berdekatan dengan
61
rumah responden, kelengkapan obat dan juga karena dapat langsung membeli obat
semakin jauh letak sarana dan prasarana kesehatan, masyarakat semakin enggan
pernah melakukan konsultasi obat dan yang pernah melakukan konsultasi obat.
sering datang dalam keadaan tergesa-gesa ataupun karena kondisi yang tidak
memungkinkan. Apotek KF, RSUP Dr. Sardjito merupakan apotek yang sangat
terkadang bertanya secara mandiri tentang suatu obat ataupun cara pengobatan
Dari sisi apoteker, apoteker mengaku bahwa kondisi tempat yang tidak
berperan dalam pemberian Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien pada
pengetahuan, sikap dan tindakan. Untuk mengetahui cara penggunaan cup ukur
dan penggunaan sediaan cair oral, dilakukan penyebaran lembar kuisioner dan
10 pernyataan. Cup ukur dan sediaan cair oral tidak harus yang dibeli dari apotek
tempat pelaksaan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang
1. Aspek pengetahuan
mengenai cara penggunaan sediaan cair oral dan cup ukur dan terdiri dari 3
sampai habis, namun penggunaan obat selain antibiotik tidak perlu sampai habis.
antibiotik hanya sampai gejala atau penyakit mereda saja. Responden merasa
untuk penggunaan obat seperti obat batuk cukup sampai gejala mereda, hal ini
tertentu. Salah satu responden mengatakan bahwa dalam penggunaan obat, apabila
kembali kepada dokter. Alasan lain adalah responden selalu mengikuti petunjuk
64
dokter. Apabila dokter mengatakan pemakaian sampai habis maka responden akan
pengetahuan responden mengenai cara pemakaian obat agar responden dapat lebih
bertanggung jawab mengenai cara penggunaan obat dan bukan hanya menurut
bahwa dengan menggunakan obat secara benar, maka kesembuhan akan semakin
istirahat dan juga semangat pasien untuk sembuh. Alasan-alasan seperti inilah
menjawab dengan benar bahwa obat harus disimpan di suhu kamar tempat yang
kering dan terlindung dari cahaya. Dalam penyimpanan obat responden memilih
ruang kamar, kotak plastik, lemari/meja, ruang tamu, meja makan, meja dalam
kamar, almari, rak, kotak obat, buffet dan freezer. Alasan responden memilih
tempat penyimpanan adalah agar mudah terlihat dan mudah terjangkau, jauh dari
jangkauan anak-anak, agar terhindar dari tikus dan agar tidak terkena cahaya yang
dapat mengubah komposisi obat. Walaupun menjawab dengan benar, namun pada
dalam lemari es. Responden menyimpan obat di lemari es dengan alasan agar obat
sejuk adalah suhu antara 8° dan 15° bila perlu disimpan dalam lemari pendingin.
Suhu kamar adalah suhu antara 15° dan 30° (Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan RI, 1995). Penyimpanan obat cair oral tidak harus selalu di
lemari es, penyimpanan obat cair tergantung pada petunjuk yang terdapat pada
penggunaan obat cair, hal ini karena beberapa sediaan membutuhkan lemari es
juga hanya dapat dipakai selama 7 hari. Hal ini menjadi masalah karena
fisikokimia dari zat aktif. Tidak semua suspensi antibiotik harus disimpan dalam
tidak tepat seperti dosis yang tidak tepat, pemakaian dalam jangka waktu yang
bahwa penggunaan sendok makan/sendok teh sudah benar. Hal ini karena cara
penggunaan yang tertera pada kemasan, etiket, maupun brosur obat menyebutkan
penggunaan takaran sendok makan dan sendok teh. Dalam pembelian di apotek,
tak jarang petugas juga menganjurkan penggunaan sendok makan/sendok teh yang
yang dimaksudkan adalah sebesar 15ml dan sendok teh sebesar 5ml (Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Sebanyak 36,0% responden
beda sehingga pengukuran dosis menggunakan cup ukur sudah tepat karena
ukuran yang didapat lebih pasti. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bayor, dkk pada tahun 2010 yang mendapatkan bahwa 750%
oral.
beredar berbentuk sirup. Hal ini wajar terjadi karena tidak semua orang
lainnya. Responden mengatakan bahwa tidak semua obat cair berbentuk sirup.
Terdapat beberapa responden yang mengetahui bentuk selain sirup dan terdapat
beberapa responden yang tidak mengetahuinya dan hanya menyebutkan obat cair
yang kental dan rasanya tidak teralu manis. Pengetahuan mengenai jenis obat cair,
apabila obat sudah mulai berubah sifat-sifat fisiknya seperti rasa, bau dan warna
permukaan yang rata terlebih dahulu, lalu dilihat dengan menempatkan mata
sejajar dengan cup ukur (MAT Independent Study, 2008). Pada pengukuran
tidak harus sejajar dengan mata. Menurut responden, asalkan angka pada cup ukur
sudah terlihat tidak menjadi masalah. Pada responden yang sudah mengalami
dengan mata karena agar dapat terlihat, cup ukur harus diletakkan dengan jarak
yang agak jauh dari mata. Responden yang menyatakan bahwa pengukuran
volume obat harus sejajar dengan mata menyatakan bahwa hal ini perlu dilakukan
agar ukuran (volume) yang didapatkan lebih pas. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik, responden meletakkan cup ukur di meja yang mempunyai permukaan
rata terlebih dahulu. Pengukuran cup ukur sejajar dengan mata penting untuk
memastikan dosis yang dituang sesuai dengan dosis pada aturan pakai.
terdapat pada kemasan obat. Hal ini responden lakukan untuk mengetahui
indikasi, kontraindikasi dan menambah pengetahuan terkait masalah obat. Hal ini
Sediaan cair merupakan sistem yang terdiri dari 2 fase, yaitu solut dan
solvent untuk larutan, fase minyak dan fase air untuk emulsi serta padatan dan
sangat penting untuk menjamin dosis yang didapatkan selalu seragam. Hal ini
secara fisik. Suspensi dapat membentuk endapan dan menyebabkan dosis menjadi
69
2007). Kelemahan ini dapat diatasi dengan mengocok suspensi dahulu untuk
menjadi rendah akan membentuk sedimen dalam beberapa jam dan menyebabkan
konsentrasi sediaan tidak mencapai 8% dari konsentrasi yang tertera pada label
terjadinya segregasi tak kasat mata yang menyebabkan konsentrasi hanya menjadi
terlebih dahulu, maka tidak akan terdapat endapan. Sebanyak 12,0% lainnya
apoteker/dokter, selain itu responden juga melihat aturan pada kemasan terlebih
dahulu.
ketidakseragaman dosis yang didapatkan apabila menggunakan obat cair dan akan
sangat berbahaya apabila menggunakan antibiotik dan obat dengan jendela terapi
yang sempit. Dosis yang terlalu rendah dalam penggunaan antibiotik dapat
terjadinya kegagalan terapi antibiotik sehingga terapi yang diberikan tidak dapat
1991). Untuk dapat mencegah hal ini, apoteker dapat mencantumkan tulisan
‘kocok dahulu’ dalam etiket obat dan mengingatkan pasien pada saat penyerahan
obat.
2. Aspek sikap
rasional. Pernyataan-pernyataan pada bagian kedua ini berisi sikap mengenai cara
penggunaan sediaan cair oral dan cup ukur. Terdapat 3 pernyataan favourable dan
7 pernyataan unfavourable.
obat cair 5-20 ml alat bantu ukur yang dianjurkan adalah cup ukur (Bayor,dkk.,
2010). Pada penelitian ini diketahui bahwa hanya 72,0% responden yang merasa
harus menggunakan cup ukur yang terdapat pada kemasan obat cair. Responden
merasa bahwa penggunaan cup ukur tidak praktis. Cup ukur umumnya terbuat
dari plastik sehingga membuatnya menjadi tidak sehat dan kotor. Hal inilah yang
rumah. Terdapat salah satu responden yang mengatakan bahwa responden selalu
meminum obat cair langsung dari botolnya tanpa menggunakan alat bantu ukur
apapun. Responden juga terkadang menggunakan tutup segel berwarna putih yang
seharusnya hanya digunakan untuk menjaga agar obat tertutup rapat. Untuk
responden hanya kira-kira saja. Perilaku penggunaan obat cair yang seenaknya
dapat memicu tingginya angka kesalahan pemakaian obat, oleh karena itu
penyebaran informasi yang jelas untuk meningkatkan penggunaan obat cair yang
rasional.
apotek tentang informasi yang kurang jelas mengenai cara penggunaan obat cair.
Hal ini dilakukan oleh responden agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian
kembali karena merasa telah cukup mendapat informasi dari dokter dan dapat
mencari informasi sendiri dari brosur obat maupun dari majalah kesehatan.
sehingga petugas apotek lebih dekat dan praktis untuk ditanyai mengenai
informasi obat. Apoteker bertugas untuk membaca resep sehingga apoteker dapat
kepada responden.
sebaiknya ditanyakan kepada dokter yang lebih mengerti mengenai penyakit, tak
pilihan utama respoden. Responden merasa bahwa dokter adalah orang yang
merasa bahwa apoteker tidak melayani dalam apotek. Responden merasa bahwa
apoteker selalu berada di dalam apotek di balik rak-rak obat, sedangkan yang
melayani pembelian obat adalah asisten apoteker ataupun karyawan biasa bagian
73
administrasi. Terdapat satu orang responden yang bahkan sama sekali tidak
mengetahui apa dan siapa itu apoteker. Hal ini tentunya menjadi perhatian untuk
semakin memacu peran nyata apoteker dalam masyarakat sehingga pada masa
obat.
informasi ketika membeli obat di apotek. Informasi yang sering diberikan oleh
apoteker pada saat pemberian obat cair kepada responden adalah cara pakai,
indikasi, dosis, dan jangka waktu pemakaian obat. Sebagian besar responden tidak
Berdasarkan data kuisioner 36,0% responden merasa obat cair yang telah
dibuka masih dapat digunakan kembali asal belum lewat tanggal kadaluarsa.
64,0% responden lainnya merasa bahwa hal itu tergantung dari penyimpanan obat.
74
Apabila obat disimpan dengan rapat, tidak menjadi masalah namun apabila obat
disimpan dengan tidak rapat maka obat tidak boleh digunakan kembali.
Tabel XIII. Manfaat yang Dirasakan Responden Setelah Mendapat Informasi dari
Apoteker
No. Jawaban responden % responden
1. Lebih mengetahui cara penggunaan obat 32,1
2. Lebih berhati-hati sehingga dapat mengambil dosis yang tepat 21,4
3. Dapat membantu kesembuhan responden 14,3
4. Responden merasa lebih mantap dalam pemakaian obat 17,9
5. Responden merasa harus lebih teratur menggunakan obat 3,6
6. Responden puas karena merasa diperhatikan dan dilayani oleh 3,6
apoteker
7. Mengingatkan cara penggunaan obat 3,6
8. Tidak ada manfaat yanng dirasakan 3,6
n (jumlah responden yang menjawab) = 28
dibuka, maka akan terkontaminasi oleh udara dan angin sehingga obat berubah
menjadi racun. Sebanyak 13,2% responden menyimpan obat cair sampai jangka
waktu 2-3 bulan dan 2,6% responden menyimpan sampai 1 tahun. Sebagian besar
masalah penyimpanan obat. Penyimpanan obat cair yang tidak benar akan
setelah segel obat dibuka maka pemakaian obat cair harus memperhatikan rasa,
warna, bau dan kejernihan dari obat meskipun belum kadaluarsa. Hal ini
dilakukan responden untuk menjamin obat yang diminum masih dalam keadaan
baik. 12,0% responden mengaku tidak pernah melihat tanda-tanda fisik obat dan
digunakan atau tidak. Tanggal kadaluarasa adalah patokan untuk melihat apakah
obat masih baik ketika obat masih dalam keadaan tersegel dan belum dibuka.
Setelah obat dibuka, penyimpanan menjadi faktor yang sangat penting, sehingga
kembali dapat dijadikan patokan untuk melihat apakah obat masih dapat
cair, sebanyak 74,0% merasa bahwa hal tersebut perlu dilakukan. Walaupun telah
dilakukan karena lupa ataupun malas. Sebanyak 36,0% responden merasa cup
yang digunakan sudah bersih dan responden hanya memegang botolnya saja tidak
langsung menyentuh seperti pada saat penggunaan kapsul ataupun tablet. Hal
teh/sendok makan dalam mengukur volume sediaan cair, dosis yang didapatkan
hanya 65% dari dosis yang direkomendasikan (Bica dan Farinha, 2005).
bahwa ukuran sendok makan berbeda dengan ukuran cup ukur. Terdapat beberapa
responden yang merasa bahwa ukuran sendok makan lebih besar daripada ukuran
cup ukur, dan sebaliknya. Beberapa responden merasa bahwa hanya terdapat
selisih sedikit antara cup ukur dengan sendok makan sehingga tidak menjadi
masalah.
Tabel XIV. Data Hasil Pengukuran Sendok Makan dan Sendok Teh
Sendok teh Sendok makan
n = 15 n = 15
Rata-rata = 4,27 Rata-rata = 9,19
SD =1,37 SD = 0,82
Range = 2,9 -5,64 Range = 8,37 - 10,1
Volume yang seharusnya terambil = 5 ml Volume yang seharusnya terambil = 15 ml
(100%) (100 %)
Yang terambil = 58% - 112,8% Yang terambil = 55,8 – 67%
77
jenis sendok teh. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa range volume sendok teh
yang terdapat di Indonesia adalah 2,9- 5,64ml. Hal ini menyebabkan range dosis
yang terambil adalah 58-112,8% dari dosis yang direkomendasikan. Pada sendok
makan, range volumenya adalah 8,37-10,1ml dan range dosis yang terambil
dengan ukuran sendok makan adalah 15ml sedangkan yang dimaksud dengan
ukuran sendok teh adalah 5ml (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
kekurangan atau kelebihan dosis obat. Sendok makan telah dinyatakan sebagai
penyebab utama kesalahan dosis dan keracunan pada anak-anak (Wansink dan
van Ittersum, 2010). Untuk itu perlu adanya anjuran yang jelas mengenai
penggunaan cup ukur di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
atau alat bantu ukur lainnya dalam menggunakan sediaan cair oral.
ukur akan sangat membantu dalam pengambilan dosis yang akurat apabila
macam asumsi mengenai volume sendok makan dan sendok teh. Hal ini akan
Salah satu masalah dalam penggunaan cup adalah adanya asumsi bahwa
volume satu cup ukur penuh dianggap sebagai dosis yang direkomendasikan
(Sobhani, dkk, 2008). Volume 1 cup ukur penuh sangat besar, sehingga
mencapai 84,0% dan persentase jawaban benar yang paling rendah (36,0%)
terdapat pada pernyataan nomor 4. Tingkat aspek sikap pasien tergolong sedang
(cukup baik). Pada pengisian aspek sikap, belum tentu terwujud pada aspek
3. Aspek Tindakan/Perilaku
menggunakan sediaan cair oral dan cup ukur. Terdapat 4 pernyataan favourable
supaya sisa-sisa obat cair yang masih tertinggal dalam cup ukur tidak membentuk
dibersihkan, responden merasa hal tersebut sudah cukup untuk menghindari dari
masyarakat telah semakin waspada dalam penggunaan obat dan juga masyarakat
telah mengerti arti pentingnya kebersihan dalam penggunaan sediaan cair oral.
cup ukur. Responden merasa penggunaan cup tidak praktis sehingga hal
cup ukur hanya mencantumkan ukuran mililiter dalam cup, 2,5ml; 5ml; 7,5ml;
10ml dan 15ml. Beberapa cup mencantumkan keterangan yang lebih jelas, pada
81
satu sisi mencantumkan ukuran mililiter dan satu sisi yang lain mencantumkan
Side A Side B
15 ml 1 sdm
5ml 1 sdt
Gambar 18 . Contoh Cup Ukur yang Menyertakan Satuan Volume dan Konversinya
diambil untuk aturan pakai ‘satu sendok teh’ maupun ‘satu sendok makan’. Hal
ini menjadi semakin sulit ketika dalam kemasan maupun brosur obat tidak
dicantumkan berapa volume yang harus dituang oleh responden. Adanya cup ukur
yang mencantumkan konversi dan juga volume dalam satuan mililiter sangat
membantu pasien dalam penggunaan sediaan cair. Cup ukur dengan tulisan
keterangan lebih besar juga lebih membantu pasien dalam penggunaan obat cair
oral.
mudah dan efisien, dan lebih enak digunakan. Responden mengatakan bahwa
penggunaan cup ukur tidak mudah tumpah seperti pada penggunaan sendok takar.
82
akan langsung menutup rapat tutup obat cair. Alasan responden melakukannya
adalah agar obat cair tidak dimasuki oleh serangga ataupun debu. Dengan
menutup rapat sediaan cair, maka sediaan cair juga dapat terhindar dari
tumbuhnya jamur. Hal ini perlu dilakukan sebagai usaha untuk menjaga
menggunakan sendok teh untuk mengukur volume obat cair ketika tidak diberikan
alat bantu ukur dalam kemasan (McMahon, dkk, 1997). Dalam penelitian ini juga
didapatkan bahwa apabila di dalam kemasan obat cair tidak terdapat cup ukur,
teh adalah cup ukur yang kotor, hilang ataupun karena responden lebih suka
apabila tidak terdapat alat penakar seperti cup ukur di dalam kemasan, responden
akan meminta cup ukur atau meminta diganti obat cair lain yang didalamnya
terdapat cup ukur. Sebanyak 6,7% responden menyimpan cup ukur atau sedok
takar bekas obat yang akan dipakai sewaktu-waktu responden mendapatkan obat
cair yang tidak menyertakan alat bantu takar di dalam kemasannya. Perilaku
responden meminta cup ukur menandakan bahwa responden telah mengerti benar
bahwa dalam menggunakan obat cair ketepatan dosis adalah hal yang penting.
makan/sendok teh dalam meminum obat cair. Responden menyatakan hal ini
83
karena sendok makan yang lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan cup
ukur. Responden melakukan hal tersebut karena belum paham betul mengenai
pentingnya penggunaan cup ukur dalam mengunakan sediaan cair oral, juga
karena merasa bahwa cup ukur sama saja dengan sendok teh/sendok makan.
makan/sendok teh yang terbuat logam racun. Responden merasa interaksi kimia
memperhatikan tanggal kadaluarsa yang tercantum pada obat cair. Hal ini
tidak menyediakan waktu yang cukup untuk memproses informasi pada etiket
maupun label obat (Bailey, Pandit, Shonna Yin, Federman dan Davis, 2009). Pada
penggunaan yang tercantum pada obat cair meskipun sudah diberi informasi obat.
Hal ini dilakukan responden untuk memastikan bahwa cara penggunaan obat
memang sudah benar. Pembacaan label obat tentunya sangat bermanfaat untuk
pasien agar lebih waspada dan dapat mencerna segala informasi terkait obat yang
digunakan.
84
penggunaan obat. Hal ini dilakukan oleh responden yang sangat berhati-hati
aturan sendiri dalam penggunaan obat. Alasan responden adalah karena responden
sudah putus asa dan ingin cepat sembuh. Responden merasa bahwa dengan
seorang responden mengaku pernah melipatgandakan dosis lalu merasa sakit pada
bagian dada dan jantungnya menjadi berdebar kencang sekali. Dengan adanya
pengalaman seperti itu, responden tidak berani lagi membuat aturan sendiri.
D. Rangkuman Pembahasan
adalah SLTA dan sederajat dan responden yang mata pencahariannya terbanyak
adalah kelompok swasta. Sebagian besar responden telah menggunakan cup ukur
berulang kali, tidak pernah melakukan konsultasi obat dan sudah berulangkali
Jenis obat cair yang terbanyak adalah sirup dan logo obat keras
merupakan logo yang paling banyak terdapat pada sediaan cair di Apotek KF.
sebesar) merupakan nomor registrasi terbanyak yaitu sebesar 72,5%. Kelas terapi
terbesar adalah obat sistem pernapasan dengan sub kelas terapi yang paling besar
adalah obat batuk dan pilek. Terdapat 12,5% obat cair yang disertai cup ukur
dalam kemasan.
menit dan tidak mencapai 2 menit. Sumber informasi yang digunakan berasal dari
brosur obat, pustaka terkait seperti MIMS dan dari internet. Teknik yang
pasien dan kendala yang dialami selama memberikan informasi obat adalah
kendala bahasa, kendala waktu dan tempat serta kebersediaan pasien untuk
mendengarkan informasi.
A. Kesimpulan
Penggunaan Cup Ukur Sediaan Cair Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap
Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito Periode Juni-Juli 2010’ dapat disimpulkan :
1. persentase ketersediaan obat cair oral oral yang menyediakan cup ukur dalam
2. pemberian informasi oleh apoteker berkisar antara 1 menit dan tidak mencapai
2 menit. Sumber informasi yang digunakan berasal dari brosur obat, pustaka
terkait seperti MIMS dan dari internet. Teknik yang digunakan dalam
melakukan pemberian informasi obat adalah aktif maupun pasif, dan kendala
informasi
3. penggunaan cup ukur dan sediaan cair oral pada pengunjung Apotek
86
87
B. Saran
1. untuk penelitian lebih lanjut, perlu adanya penelitian dengan subjek uji yang
oleh masyarakat
informasi obat
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 1995, Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Bailey, S.C., Pandit, A.U., Shonna Yin, Federman, A., Davis, T.C., Parker, R.M.,
dkk, 2009, Predictors of Misunderstanding Pediatric Liquid Medication
Instrustions, Clinical research and Methods, Vol.41, No. 10, 715-721,
http://www.stfm.org/fmhub/fm2009/November/Stacy715.pdf, diakses
tanggal 17 Maret 2010.
Bayor, M. T., Kipo, S.L., Ofori-Kwakye, K., 2010, The Accuracy And Quality Of
Household Spoons And Enclosed Dosing Devices Used In The
Administration Of Oral Liquid Medications In Ghana, International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol.2, 150-152,
http://www.ijppsjournal.com/Vol2Suppl1/439.pdf, diakses tanggal 13
Maret 2010.
Bica, A. dan Farinha, A., 2005, Inaccurate Dosage; Result From The FIP-LPS
Collaborative Study, International Pharmacy Journal, Vol. 19, No.1,
17-19, http://www.fip.org/files/fip/LMCS/Aug%202006/ipj%20article.pdf,
diakses tanggal 14 Maret 2010.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., dan Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practice, 2nd Ed, McGraw-Hill, New York.
Cousins, D., Clarkson, A., Conroy, S., Choonara, I., 2005, Medication Errors in
Children-an Eight Year Review Using Press Report, Paediatric and
Perinatal Drug Therapy, 5 (2), 52-58,
http://group.bmj.com/docs/pdf/5_2_s2.pdf, diaskes tanggal 1 Agustus
2010.
89
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2007, Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Djuanda, A., Sani, A., Azwar, A., Handaya, Almatsier, M., Setiabudy, R., dkk.
(Eds.), 2009c, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 9 2009/2010,
CMP Medica Asia Pte Ltd.
90
Dusdieker, L.B., Murph, J.R, and Milavetz, G., 2000, How Much Antibiotic
Suspension Is Enough?, American Academy of Pediatrics, 106, e10,
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/106/1/e10, diakses tanggal 17
Maret 2010.
FDA Center for Drug Evaluation and Research (CDER), 2009 Anonim, 2009a,
Guidance for Industry : Dosage Delivery Device for OTC Liquid Drug
Product, http://www.fda.gov/download/Drugs/GuidanceCompliance
Regulatory Informastion/Guidances/UCM188992.pdf, diakses tanggal 1
Agustus 2010.
Harianto, Supardi, S., Khasanah, N., 2004, Penebusan Resep Oleh Pasien Rawat
Jalan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v01n03/Harianto010302.pdf?PHPS
91
Hartini, Y.S., dan Sulasmono, 2007, Apotek Edisi Revisi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Holt, G.A., and Hall, E.L., 1990, The Self Care Movement in Feldmann, E.G.,
(Ed.), Handbook of Non Prescription Drug, 9th, APHA, New York, pp. 1-
10.
Jamal, S., Suhardi, Wiryowidagdo, 1999, Penggunaan Obat oleh Anggota Rumah
Tangga di Jawa dan Bali (SKRT 1995), Cermin Dunia Kedokteran, 125,
15-18.
Jones, R.M., 2008, Pengkajian Pasien dan Peran Farmasis Dalam Perawatan
Pasien, http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pengkajian-pasien-
dan-peran-farmasis-dalam-perawatan-pasien.pdf, diakses tanggal 7 Mei
2010.
Khurana, C.M., 1995, Issues Concerning Antibiotic Use in Child Care Settings,
The Pediatrics Infectious Disease Journal, Vol.14, No.4, 34-36,
http://journals.lww.com/pidj/Abstract/1995/04002/Issues_concerning_anti
biotic_use_in_child_care.3.aspx, diakses tanggal 9 Agustus 2010.
Kristina, S.A., Prabandari, Y.S., dan Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan
Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan
Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 32-
40.
McMahon, S.R., Rimza, M.E., dan Bay, R.C., 1997, Parents Can Dose Liquid
Medication Accurately, American Academy of Pediatrics, 100, 330-333,
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/100/3/330, diakses tanggal 17
Maret 2010.
Notoadmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 133-146, PT.
Rhineka Cipta, Jakarta.
Pfizer Inc., 2008, Medication Safety for Children: A Guide for Parents and
Caregivers,http://media.pfizer.com/files/health/medicine_safety/45_Med_
Safety_for_Children.pdf, diakses tanggal 2 Agustus 2010.
Pratiknya, A.W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, CV Rajawali, Jakarta.
Rinukti dan Widayati, 2005, Hubungan Antara Motivasi Dan Pengetahuan Orang
Tua Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep
Untuk Anak – Anak RW V Di Kelurahan Terban Tahun 2004, Sigma
Jurnal Sains dan Teknologi, Vol.8, No. 1, 25-33.
Sartono, 1993, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat-Obat Bebas dan
Bebas Terbatas, Gramedia, Jakarta, pp. 1.
93
Seto S., Nita, Y., Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi, Airlangga University
Press, Surabaya, pp. 259.
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalan, T.G., Regala, B.P., Uriarte, G.G., 1993,
Pengantar Metode Penelitian, UI Press, Jakarta.
Shankar, PR., Pharta, P., Shenoy N., 2002, Self-Medication and Non-Doctor
Prescription Practices in Pokhara Valley, Western Nepal : A
Questionnaire-Based Study, BMC Family Practice, 3:17,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC130019/pdf/1471-2296-3-
17.pdf, diakses tanggal 1 Agustus 2010.
Siregar, C.J.P., dan Kumolosasi, E., 2006, Farmasi Klinik Teori dan Penerapan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sobhani, P., Christopherson, J., Ambrose, P.J., Corelli, R.L., 2008, Accuracy of
Oral Liquid Measuring Devices: Comparing of Dosing Cup and Dosing
Syringe, http://www.medscape.com/viewarticle/571811, diakses tanggal
29 Juni 2010.
Supardi, S., dan Notosiswoyo, W., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,
Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol.II, No.3, 134-144,
http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2005/vo2n03/sudibyo0203%5B1%5D.pdf
, diakses tanggal 1 Agustus 2010.
Supardi, S., Azis, S., Sukasdiati, N., 1999, Pola Penggunaan Obat dan Obat
Tradisional dalam Upaya Pengobatan Sendiri di Pedesaan, Cermin Dunia
Kedokteran, 125, 5.
Umar, H., 2003, Metode Riset Perilaku Kesehatan Konsumen Jasa, cetakan 1,
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, pp. 74.
Wansink, B. dan van Ittersum, K., 2010, Spoon Systematically Bias Dosing of
Liquid Medicine, Annals of Internal Medicine, 152, 66-67,
http://www.annals.org/content/152/1/66.full.pdf+html, diakses tanggal 3
Maret 2010.
LAMPIRAN
96
Judul Penelitian : Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Cup Ukur Sediaan Obat
Cair Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito.
Responden yang terhormat, kami Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Sanata
Dharma bekerja sama dengan Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah Sakit
Sardjito melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana respon pengunjung
apotek terhadap penggunaan cup ukur sediaan obat cair oral, ingin meminta
kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat atau termasuk
sebagai pasien rawat jalan RSUP Dr. Sardjito periode Juni-Juli 2010. Usia
responden adalah minimal 17 tahun. Dalam partisipasi Anda selama penelitian ini,
kami membutuhkan kesediaan Anda untuk meluangkan waktu. Peneliti akan
menemui anda dengan maksud:
1) meminta anda membaca dan menandatangani surat pernyataan kesediaan
sebagai responden penelitian;
2) meminta anda untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan;
3) melakukan wawancara lanjutan untuk melengkapi informasi.
Penelitian ini tidak memiliki risiko yang akan membahayakan Anda secara
fisik. Kerahasiaan anda akan kami jaga. Kami tidak akan menyebutkan nama
anda. Kami hanya akan memberikan nama samaran. Semua informasi yang anda
berikan akan kami jaga kerahasiaannya sehingga identitas anda tetap kami
lindungi. Wawancara akan direkam dan kemudian diketik. Semua informasi
menjadi rahasia peneliti. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan sebagai skripsi.
97
Peneliti
98
Yogyakarta,
Responden/pasien
( )
99
Lampiran 2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan untuk penelitian Cup Ukur Sediaan Obat Cair
Oral
Keterangan :
Benar : Bila saya cederung menganggap penyataan yang diajukan adalah benar
Salah : Bila saya cenderung menganggap pernyataan yang diajukan adalah salah
Aspek Pengetahuan
Aspek Sikap
No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa harus menggunakan cup ukur yang Benar Salah
tersedia di dalam kemasan obat.
penggunaan obat.
13 Saya memilih petugas apotek sebagai sumber Benar Salah
informasi cara penggunaan obat.
14 Saya yakin obat cair setelah dibuka masih dapat Benar Salah
digunakan kembali asal belum lewat tanggal
kadaluarsa.
15 Saya yakin setelah segel obat dibuka maka Benar Salah
pemakaian obat harus memperhatikan rasa,warna,
bau, kejernihan dari obat meskipun belum
kadaluwarsa.
16 Saya merasa pengukuran volume obat dengan Benar Salah
menggunakan sendok makan/sendok teh di rumah
sudah tepat
17 Saya merasa perlu mencuci tangan terlebih dahulu Benar Salah
sebelum menggunakan obat cair.
18 Saya merasa penggunaan obat cair dengan cup ukur Benar Salah
dengan benar akan mengurangi kesalahan dosis.
19 Saya merasa informasi penggunaan cup ukur akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan saya.
20 Saya merasa ukuran sendok makan/sendok teh di Benar Salah
rumah sama dengan cup ukur di kemasan obat.
Aspek Perilaku
No Pernyataan Jawaban
21 Saya selalu membersihkan cup ukur setelah selesai Benar Salah
digunakan
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek bila tidak Benar Salah
mengerti cara penggunaan obat cair.
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup botol obat Benar Salah
setelah menggunakan obat cair.
24 Apabila tidak terdapat cup ukur dalam kemasan obat, Benar Salah
saya akan menggunakan sendok makan/sendok teh di
rumah
25 Sebelum meminum obat cair saya akan Benar Salah
mengocoknya botolnya terlebih dahulu.
26 Saya tidak memperhatikan tanggal kadaluarsa yang Benar Salah
tercantum pada obat cair.
27 Saya tetap memperhatikan label penggunaan yang Benar Salah
tercantum pada obat cair meskipun sudah diberi
informasi obat
28 Saya lebih memilih menggunakan sendok Benar Salah
makan/sendok teh di rumah dalam meminum obat
cair.
29 Saya selalu menggunakan obat cair tanpa harus Benar Salah
101
D. Kajian Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Tidak Ibu PNS Wira swasta Pelajar/ TNI
bekerja/ Rmh /TNI swasta Maha
pensiunan Tangga siswa
Jumlah 5 9 5 1 20 9 1
Responden
% 2
Responden 10 18 10 2 40 18
105
F. Data Responden yang membeli obat di Loket Apotek Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito
Jumlah Responden % Responden
Pertama kali membeli obat di Loket 22 44
Apotek Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito
Sering membeli obat di loket Apotek 28 56
Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
G. Data Responden yang pernah berkonsultasi obat di Loket Apotek Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito
Jumlah Responden % Responden
Pernah berkonsultasi 8 16
Tidak pernah berkonsultasi 42 84
Lampiran 7. Daftar Obat Cair Oral Pada Bulan Juni-Juli di Apotek Kimia Farma RSUP
Dr. Sardjito
A. Antibiotik (Golongan Obat Keras)
Keterangan
Tanpa
Sub Kelas
No Nama Generik Nama Merek Obat Sendok cup /
Terapi Cup
Takar Sendok
takar
1 Amoxsan® dry syrup Antiinfeksi +
2 Amoxicilin Amoxsan forte ®dry sirup golongan +
3 Kalmoxillin® dry syr penisilin
4 Aclam® dry sirup +
5 Clabat® syrup +
Antiinfeksi
6 Amoxicilin, Clabat forte® syrup +
golongan
Clavulanic acid Claneksi forte® dry
7 penisilin +
syrup
8 Claneksi® dry syrup +
9 Cefat ®dry syrup +
10 Cefat forte ® dry syrup Antiinfeksi +
11 Cefadroxil Doxef® dry sirup golongan +
12 Ethicef ® dry syr sefalosporin +
13 Renasistin® dry syr +
14 Cefila® dry syrup +
15 Cefspan ® dry syrup +
Antiinfeksi
16 Ceptik ®oral suspension +
Cefixime golongan
17 Comsporin® dry syrup +
sefalosporin
18 Fixiphar® dry syr +
19 Sporetik® syr +
Antiinfeksi
20 Chlorampheni-col Colsancetine® syr golongan +
Chloramphenicol
106
Antiinfeksi
21 Clraithromycin Abbotic® suspensi oral golongan +
makrolida
Antiinfeksi
golongan
22 Cotrimoxazol Sanprima® syr +
Antibakteria
kombinasi
Antiinfeksi
23 Eritromisin Erysanbe® dry syrup golongan +
makrolida
24 Pyravit® syr Anti +
Isoniazid,Vit B6
25 TB ®vit 6 syr Tuberkulosis +
26 Metronidazol Flagyl® oral suspension Antiamoeba +
Antiinfeksi
Thyamycin® oral
27 Thiampenicol golongan +
suspension
Chloramphenicol
konvulsan
21 Dom® suspensi +
22 Domperidone Primperan® syr Antiemetik +
23 Vometa® suspensi +
glyceryl guaicolate,
dextrometorphan
HBr,dephenhydram
ine HCl,
31 Lapisiv® syr BT +
phenylpropanolami
ne, na citrate,
menthol,Ammoniu
m Chloride
Dextrometorphan,d
ifenhidramin HCl,
Ammonium
32 Sanadryl DMP ®syr BT +
Chlorida,guaicolsul
fonate,Na
citrte,menthol
Chlorpheniramin
33 Cohistan® syr Obat batuk BT +
Maleate
34 Bisolvon® eliksir dan pilek B +
35 Bisolvon kids® sirup B +
Bromheksin HCl
36 Mucosolvan® syrup BT +
37 Mucohexin® syrup BT +
Bromheksin HCl, Woods exp® syr
38 BT +
Gliseril guaiakolat
Bromheksin
HCl,parasetamol,c
39 hlorpenira-mine Bisolvon® flu sirup B +
maleat,phenylephri
ne HCl
Ammonium
klorida,klorfeniram
in maleate,efedrin
Nellco special OBH®
40 HCl,succus BT +
100 ml syr
liquiritae,parasetam
ol,oleum mentae
piperita
Amonium klorida, New’s baby cough®
41 B +
succus liquiritae syr
Asetaminofen,fenil Coldrexin® syr
efrin
42 HCl,klorfeniramin BT +
maleat,kalium
sulfoguaikolat
Guafenesin,
Ekstrak thyme,
Ekstrak primulae,
Ekstrak
43 Silex® syr BT +
althaea,ekstrak
drosae,ekstrak
serphuli,eucalyptus
oil, anise oil
44 Herba Ivy ekstrak Prospan® cough syr Obat Batuk B +
sari akar Laserin® asma + (Herba)
manis,minyak batuk syr
permen,daun
Hibiscus,herba
45 Euphorbiahirta, B +
jahe, cengkeh,daun
sirih,daun
saga,buah
kardamon, Mentho
110
arvensis
46 Acytral® syr B +
47 Dexanta® suspensi B +
Farmacrol forte®
48 B +
suspensi
Lagesil® suspensi
49 Mg(OH)2, gel BT +
syrup
kering Al(OH)3,
50 Magasida® suspensi B +
simethicone
51 Mylanta® 50 susp B +
52 Mylanta® 150 susp B +
53 Plantacid® suspension B +
Plantacid forte®
54 B +
suspension
Magaldrate,
55 Magalat ®suspensi B +
simethicone
Mg(OH)2, gel Antasid,
56 kering Al(OH)3, Polycrol® suspensi antirefluks, B +
metilpolisiloksan antiulserasi
Mg trisilikat, gel
57 kering Al(OH)3, Sanmag® suspensi B +
dimethicone
58 Dulcolactol® syr BT +
59 Lactulax® BT +
Lactulose
60 Laxadilac® syr B +
Laksatif,
61 Pralax lactulose® syr B +
Pencahar
Phenolptalein,
62 Liquid Laxadine ®emulsi BT +
parafin,gliserin
63 Kaopectate® suspensi B +
Neokaolana® syr
Kaolin-Pektin Antidiare
64 B +
Keterangan :
B = golongan obat bebas
BT = golongan obat bebas terbatas
111
D.Suplemen
Keterangan
Tanpa
Sub Kelas
No Nama Merek Obat No. Registrasi Sendok cup/
Terapi Cup
takar sendok
takar
1 Actavol® multivitamin syr DBL 7417802937 A1 +
2 Apyalis® syrup POM SD 041618881 +
3 Becombion plus ® syrup POM SI 044617021 +
Vitamin&
4 Becombion grow® syr DBL 8819908337AI +
Mineral
5 Biolysin® multivit syr POM SD 051620051 +
pediatrik
6 Biostrum® sirup POM SD 021602851 +
7 Curmunos® syr suplemen POM SD 051623441 +
8 Ferlin® suplemen syr POM SD 051624691 +
9 Ferokid® suplemen POM SD 061629731 +
Vitamin&
10 Forvit® suplemen syr DBL 0432709933AI +
Mineral
11 Likurmin® syr POM SD 041616021 +
pediatric
12 Zamel® sirup POM SD 021603091 +
13 Becombion ®syrup Vitamin B POM SD 04161883 +
14 Becefort® multivit sirup kompleks DBL 0432709933AI +
15 Enervon-C® syrup dengan POM SD 011601021 +
16 Sanvita® syrup Vitamin C DBL 9122211237AI +
DepKes RI BMD
17 Calcidin® multivitamin sirup +
862710059189
Kalsium
18 Calcidol® multivit syr SD 021602381 +
dengan
Calsource junior® Kalsium
19 Vitamin POM SD 051619591 +
sirup
20 Calnic® suplemen susp POM SL 091637201 +
21 Osteocare® syr vitamin SD 021601471 +
Curcuma plus ®
22 multivitamin (jeruk dan SD 041618351 +
strawberry) syr
23 Curcuma plus® syrup POM SD 041618351 +
24 Curvit® emulsion Suplemen POM SD 061625021 +
25 Ezygard®suplemen syrup dan Terapi POM SD 061628411 +
26 Glimunos® syr Penunjang POM SD 071630621 +
27 Imbost® syrup POM SD 071632241 +
28 Imbost force® syrup POM SD 031609591 +
29 Matovit®syrup POM SD 051624141 +
30 Vistrum® syr POM SD 051623851 +
31 Curliv® sirup Perangsang POM SD 021604471 +
32 Curvit® sirup nafsu POM SD 06162526 +
33 Vitacur® vitamin syr makan POM SD 021602471 +
34 Dhavit® suplemen syr POM SD 041616781 +
35 Elkana® vitamin suspensi POM SD 031607711 +
36 Elkana ®vitamin syr POM SD 031607711 +
37 Imunos® syrup POM SD 021602631 +
38 Lycalvit ®syr Vitamin POM SD 02021687 +
39 Lysmin® syr dan POM SD 021604681 +
40 Maltiron ®sirup suplemen Mineral POM SD 041617871 +
41 Neoboost® syr POM SD 061628871 +
42 Sakatonik® syr POM SD 031605051 +
43 Tonikum bayer® syr POM SD 041617151 +
44 Zinc pro® syr DTL 0904131137AI +
45 Feroglobin ®syrup suplemen Vitamin POM SL 091600481 +
46 Ferriz® syr dan POM SL 071630321 +
47 Maltover® syr Mineral DBL 0204128137 A1 +
48 Sangobion® syr untuk masa DBL 8315800237 AI +
112
hamil/
Antianemia
Scot’s emulsion® Vitamin
49 POM SD 021601771 +
multivitamin Emulsi A,D dan E
50 Glostrum® suplemen dry syr Produk POM SI 045618021 +
51 Igastrum ®suplemen sirup nutrisi POM SD 051623861 +
Keterangan :
1. DBL = golongan obat bebas dengan nama dagang (Paten) dalam negeri atau lisensi
2. DTL = Golongan obat bebas terbatas dengan nama dagang (Paten) produksi dalam negeri
atau lisensi.
3. SD = Suplemen makanan produksi dalam negeri
4. SL = Suplemen makanan produksi dalam negeri dengan lisensi.
5. SI = Suplemen makanan produksi luar negeri atau impor.
6. BMD = produk makanan atau minuman yang berbatasan dengan obat, produksi dalam
negeri atau lisensi.
Keteragan :
FF = Fitofarmaka
F. Generik
NO Nama obat Golongan Sub Kelas Terapi
1 Ambroxol syr K Batuk dan pilek
2 Amoxixilin syr kering K Antiinfeksi golongan penisilin
3 Ampicillin dry syr K Antiinfeksi golongan penisilin
4 Antasida doen suspensi B Antasida,antirefluks,antiulserasi
5 Chloramphenicol suspensi K Antiinfeksi golongan Chloramphenicol
6 Dextromethorpan syr BT Batuk
7 Cefadroxil dry syr K Antiinfeksi golongan
Sefalosporin
8 Cotrimoxzazol susp K Antiinfeksi golongan kombinasi
antibacterial
9 Cefixime dry syr K Antiinfeksi golongan sefalosporin
10 Parasetamol syr B Analgesik non opiat dan Antipiretik
11 Eritromisin syr K Antiinfeksi golongan makrolida
12 Eritromisin syr kering K Antiinfeksi golongan makrolida
**) untuk setiap obat generik, dalam kemasannya tidak disertai sendok takar atau cup ukur
namun saat penyerahan obat semuanya diberikan sendok takar / cup ukur oleh Apoteker.
113
Lampiran 9. Rak obat yang terdapat di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP
Dr. Sardjito
115
Lampiran 10. Data Hasil Pengukuran Sendok makan dan Sendok teh
Sendok teh Sendok makan
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata Replikasi 1Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
3,0 2,6 2,9 2,8 8,5 10,2 8,7 9,1
4,3 4,0 3,8 4,0 10,5 10,2 10,0 10,2
3,3 3,3 3,4 3,3 9,7 9,7 9,4 9,6
2,7 2,4 2,9 2,7 10,0 11,0 11,5 10,8
3,6 4,2 3,7 3,8 9,8 9,5 9,5 9,6
4,4 5,5 6,0 5,3 9,8 9,0 9,0 9,3
4,8 5,7 5,8 5,4 10,0 9,0 9,0 9,3
2,7 2,8 2,9 2,8 10,0 9,0 10,0 9,7
2,4 2,4 2,4 2,4 8,3 7,5 8,5 8,1
3,8 3,9 3,9 3,9 9,4 8,5 8,5 8,8
3,7 4,1 4,1 4,0 9,0 8,5 9,3 8,9
5,3 5,5 6,0 5,6 9,8 10,0 10,0 9,9
7,0 6,9 7,0 7,0 7,5 8,0 8,4 8,0
5,2 5,5 5,5 5,4 7,4 8,5 8,7 8,2
5,5 5,7 5,5 5,6 8,5 8,4 8,0 8,3
Rata-rata = 4,27 Rata-rata = 9,19
SD =1,37 SD = 0,82
Range = 2,9 -5,64 Range = 8,37 - 10,1
Volume yang seharusnya terambil = 5 ml (100%) Volume yang seharusnya terambil = 15 ml (100 %)
Yang terambil = 58% - 112,8% Yang terambil = 55,8 – 0,67%
116
Lampiran 11. Rekap kuisioner
BIOGRAFI PENULIS
Selama menempuh bangku kuliah, penulis aktif sebagai anggota Pos Kesehatan
Kotabaru, anggota Paduan Suara Fakultas Farmasi ‘Veronica’ dan asisten manager