Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP

KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT BATUK PADA MASYARAKAT


DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

Nurfitri

08023182

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2013
PENGARUH
GARUH PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP
KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT BATUK PADA MASYA
MASYARAKAT
DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam


mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm.)
(S.Far
Program Studi Ilmu Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta

Oleh:
Nurfitri
08023182

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul
PENGARUH PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP
KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT BATUK PADA MASYARAKAT
DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA
K YOGYAKARTA

Oleh :

Nurfitri
08023182

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Pada Tanggal : 14 Januari 2013

Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan

Pembimbing, Dekan
Dekan,

Muh. Muhlis, S.Si.,, Apt.,


Apt. Sp.FRS Dr. Dyah Aryani P, M.Si., Ph.D., Apt.

Penguji :
1. Muh. Muhlis, S.Si
Si., Apt., Sp.FRS ......................

2. Dr. Dyah Aryani P, M.Si., Ph.D., Apt. ......................

3. Woro Supadmi, M.Sc., Apt ......................

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Nurfitri

NIM : 08023182

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Farmasi

Judul Penelitian : PENGARUH PENDIDIKAN DAN SUMBER


INFORMASI TERHADAP KERASIONALAN
PENGGUNAAN OBAT BATUK PADA
MASYARAKAT DI KECAMATAN UMBULHARJO
KOTA YOGYAKARTA

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan sepanjang

pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang

lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila

terbukti pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 14 Januari 2013

Yang menyatakan,

Nurfitri

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai

(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain) dan hanya

kepada rabb-mu hendaknya kamu berharap”.

(Q.S. Al-insyirah : 6-8)

“Ya Allah………..kayakanlah aku dengan ilmu pengetahuan, hiasi aku dengan kerahmatan,

muliakan aku dengan takwa dan cantikkan aku dengan kesehatan”.

(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Umar)

Kupersembahkan karya kecilku teruntuk:

Bapak dan Ibuku tersayang, yang selalu menjadi motivator dan sumber
inspirasiku, ungkapan rasa hormat dan baktiku atas segala pengorbanan,
dukungan, nasehat, dan doa yang menjadi semangat untukku agar menjadi
seseorang yang lebih baik.
Kakak-kakakku tersayang (terutama Agus Suwandi, S. AB), terima kasih atas
dukungan dan bimbingannya selama tinggal di jogja. Love U all.
Adikku tersayang (nox’s Titi Sunarti), yang selalu menjadi penyemangat hidupku,
semoga kakakmu ini bisa menjadi tauladan yang baik untukmu.
Keluarga besarku di indramayu, yang tak pernah putus mendo’akanku.
Temen-temenku seperti Siti Fatimah, Tulus Rahayu dan Nilam Cahaya, yang
menemani pada saat penelitian di Umbulharjo.
My Hunny, thank for support and prayer. I Love U!!

iv
Temen-temen kozt 663 E terutama Titik Nurkhotimah, Arek Rani, puji , dan
wahyu terima kasih atas motivasi, bantuan dan kerja samanya selama ini.
Temen-temen Kelas ‘C’ 2008, terima kasih atas pengalaman, kekompakan,
kerjasama, dan kebersamaan kita.
Almamaterku
Terimakasih,, disini saya banyak mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat yang
belum tentu ku dapatkan di tempat lain.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN DAN
SUMBER INFORMASI TERHADAP KERASIONALAN PENGGUNAAN
OBAT BATUK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN
UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA” yang merupakan salah satu syarat
untuk mencapai derajat sarjana farmasi (S. Farm.) pada Fakultas Farmasi Ahmad
Dahlan Yogyakarta.
Segala usaha yang dilakukan penulis sampai terlaksananya penelitian dan
tersusunnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih, kepada :
1. Muh. Muhlis, S.Si., Apt., Sp.FRS selaku Pembimbing yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan hingga tersusunnya skripsi ini.
2. Dr. Dyah Aryani P, M.Si., Ph.D., Apt dan Woro Supadmi, M.Sc., Apt.
selaku Penguji yang telah memberikan ilmunya sehingga dapat
memberikan manfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
4. Zainab, M.Si., Apt. selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan selama perkuliahan.
5. Drs. Kasiyarno, M.Hum., selaku Rektor Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.
6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi UAD Yogyakarta, atas
bantuannya.

vi
7. Pimpinan dan staf Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan dan Laboratorium Ilmu Alam Fakultas MIPA Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, atas bantuannya.
8. Kedua orangtua penulis (Bpk. Carka dan Ibu Talem) atas semua doa,
nasehat, motivasi dan pengorbanan yang diberikan.
9. Teman-teman angkatan 2008 terutama kelas C dan semua pihak yang telah
membantu dan mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan
ilmu pengetahuan. Amin yaa Robbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 14 Januari 2013

Nurfitri

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
INTISARI ...................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka...................................................................................... 5
1. Letak Geografis ............................................................................ 5
2. Perilaku Kesehatan ....................................................................... 6
3. Perilaku Sakit ............................................................................... 7
4. Patofisiologi Batuk ........................................................................ 8
5. Penggolongan Obat ................................................................... .... 11
6. Pengobatan Batuk .......................................................................... 14

viii
7. Manifestasi Batuk .......................................................................... 20
8. Informasi Obat ............................................................................ .. 21
9. Pengobatan Sendiri ........................................................................ 21
10. Penggunaan Obat yang Rasional ................................................... 23
B. Penelitian yang Relevan....................................................................... 24

C. Kerangka Berfikir ................................................................................ 25


D. Hipotesis .............................................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 27
B. Alat dalam Penelitian .......................................................................... 27
C. Definisi Operasional ............................................................................ 27
D. Variabel penelitian ............................................................................. . 29
E. Lokasi Penelitian ................................................................................ . 30
F. Teknik Pengambilan Sampling ........................................................... 30
G. Metode Pengumpulan Data ................................................................ . 34
H. Pola Penskoran Angket/Kuesioner ...................................................... 35
I. Skema Jalannya Penelitian .................................................................. 36
J. Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 36
K. Chi-Square ........................................................................................... 39
L. Analisis Data ....................................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 41


B. Analisa Demografi Responden ............................................................ 42
C. Analisis Unvarian ................................................................................ 46
1. Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk ................................... 46
2. Pendidikan .............................................................................. 50
3. Pendapatan ............................................................................ . 50
4. Sumber Informasi ................................................................... 50

ix
D. Analisis Bivarian ................................................................................. 51
E. Analisis Faktor yang paling Berhubungan .......................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 58
B. Saran .................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................. 62

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel I. Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta tiap Kecamatan ............... 5

Tabel II. Penentuan Jumlah Sampel tiap RW ......................................... 33

Tabel III. Nilai r hitung kuesioner dari Uji Validitas dan Reliabilitas ..... 42

Tabel IV. Demografi Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta

November 2012 ........................................................................ 43

Tabel V. Distribusi per-kriteria kerasionalan penggunaan obat batuk di

masyarakat Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta..................... 46

Tabel VI. Distribusi Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk di Masyarakat

Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta ............................... 49

Tabel VII. Distribusi Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk Per- Kriteria Pada

Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta...... 49

Tabel VIII. Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan

Sumber Informasi dengan Kerasionalan Penggunaan Batuk

pada Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta.............................................................................. . 51

Tabel IX. Nilai Chi-Square tingkat Signifikansi Odds Ratio dari

Variabel Pendidikan, Pendapatan, dan Sumber Informasi ....... 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Skema Pengambilan Sampel .......................................... ......... . 31

Gambar 2. Skema Jalannya Penelitian .... .................................................. . 36

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 62

Lampiran 2 Rekapitulasi Jumlah Penduduk per RW................................... 67

Lampiran 3 Perhitungan Besarnya Sampel ................................................. 69

Lampiran 4 Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas........................................... 70

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik ................................................................... . 71

Lampiran 6 Tabel Data Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk Tiap

Responden di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta ............. 79

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ................................................................ 84

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan . ............ 88

Lampiran 9 Peta Administrasi Wilayah....................................................... 89

xiii
INTISARI

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan,


sebagaimana tertuang dalam sistem kesehatan nasional yaitu peningkatan
kemampuan masyarakat untuk mengobati penyakit-penyakit yang ringan misalnya
batuk. Prevalensi batuk sekitar 15% pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat batuk,
ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan dan sumber
informasi dengan kerasionalan penggunaan obat batuk serta faktor yang paling
dominan yang mempengaruhi kerasionalan penggunaan obat batuk pada
masyarakat di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional. Penentuan sampel
menggunakan teknik Purposive sampling. Dari setiap kelurahan yang ada di
kecamatan Umbulharjo diwakili salah satu RW dengan jumlah penduduk terbesar.
Responden yang diambil sebanyak 106 orang dari 7 RW yang ada di Kecamatan
Umbulharjo, Yogyakarta. Untuk menentukan jumlah responden tiap RW
dilakukan dengan teknik Proportional sampling. Untuk pemilihan subjek sampel
dilakukan dengan cara accidental sampling dan pengumpulan data menggunakan
kuesioner kemudian data dianalisis dengan analisis Chi-Square.
Dari 106 responden diperoleh 55 responden (52%) yang rasional dalam
penggunaan obat batuk. Dari hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, dan sumber informasi
dengan kerasionalan penggunaan obat batuk yang ditunjukkan dengan nilai p <
0,10. Faktor pendidikan merupakan faktor yang paling berpengaruh dengan
kerasionalan penggunaan obat batuk yang ditunjukkan dengan nilai OR paling
besar yaitu 5,407 dan confidence internal (Cl) 90% 2,560<OR<11,419.

Kata kunci : Pendidikan, Pendapatan, Sumber Informasi, Kerasionalan


Penggunaan Obat

xiv
ABSTRACT

Health is a very important factor in daily life, as mentioned in the


national health system, especially in increasing the community’s ability to take
care of the mild diseases, such as cough. Prevalence of cough is 15% in children
and 20% in adult. This research was aimed to determine the rational use of cough
medicines, the relationship between the level of education, income, and
information sources with the rational use of cough medicines as well as the most
dominant factor influencing the rational use of cough medicines of the community
in Umbulharjo district Yogyakarta.
This research used observational design. The determination of the sample
used purposive sampling technique. Each village in Umbulharjo district
Yogyakarta was represented by one neighborhood with the largest population. The
respondents were 106 people from 7 residents pillars existed in Umbulharjo
district, Yogyakarta. To determination the respondents amount of every residents
pillars by Proportional sampling technique. Was done the election the subject
sample conducted by accidental sampling and the data was collected by using
questionnaires and then was analyzed by Chi-Square analysis.
We recruited 106 respondents with 55 persons (52%) were rational in the
using the cough medicines. The result of Chi-Square analysis showed that there
were significant relationships between education, income, and information
sources with the rational use of cough medicines (p < 0,10). Education factor was
the most influential factor to the rational use of cough medicines as indicated by
the value of OR which is 5,407 and the value of Confidence Interval (CI) 90%
2,560<OR<11,419.

Keywords : education, income, source of information, rational use of medicines

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan,

dengan peningkatan pengetahuan masyarakat maka layanan kesehatan dituntut

lebih baik dan profesional. Hal ini yang telah diantisipasi oleh pemerintah yang

tertuang dalam sistem kesehatan nasional yaitu peningkatan kemampuan

masyarakat untuk mengobati penyakit-penyakit yang ringan misalnya batuk.

Batuk dapat disebabkan karena dua hal, yaitu penyakit infeksi dan alergi.

Batuk karena penyakit infeksi dapat berupa bakteri atau virus, Misalnya :

tuberkulosa, influenza, campak, batuk rejan. Sedangkan penyebab batuk karena

alergi misalnya : debu, asma, asap, cairan dan makanan yang merangsang

tenggorokan, batuk pada perokok dan sebagainya (Anonim, 1996).

Batuk merupakan sebuah gejala penyakit yang paling umum dimana

prevalensinya dijumpai sekitar 15 % pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa.

Batuk yang berlebihan akan terasa sangat mengganggu seperti : perasaan tidak

enak, gangguan tidur, mempengaruhi aktivitas sehari-hari, dan menurunkan

kualitas hidup. Maka, batuk perlu disembuhkan salah satunya yaitu dengan obat.

Obat akan bermanfaat bila digunakan secara tepat. Oleh karena itu, diperlukan

konsep penggunaaan obat secara rasional, yaitu suatu tindakan pengobatan

terhadap penyakit berdasarkan indikasi gejala penyakit dan pemahaman fisiologis

yang benar tentang penyakit. Obat yang digunakan harus tepat dosis, tepat

1
2

frekuensi, tepat obat, tepat indikasi, dan tepat pula informasinya

(Sastramihardja,1997).

Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyang adalah

melakukan pengobatan sendiri jika sakit. Hal tersebut dikarenakan biaya rumah

sakit dan dokter yang kian mahal mengakibatkan masyarakat lebih memilih

pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri dapat dilakukan menggunakan obat

tradisional atau jamu, dan obat-obat yang dijual bebas baik dari golongan obat

bebas maupun dari golongan obat bebas terbatas dengan berbagai merek dagang

(Sartono,1996). Preferensi konsumen dalam memilih obat batuk yang dijual bebas

juga sangat dipengaruhi informasi yang diterima. Informasi mengenai obat kepada

konsumen dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari tenaga kesehatan

(dokter, apoteker, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain) maupun non tenaga

kesehatan (media cetak, elektronik, brosur, dan sebagainya). Informasi tersebut

harus obyektif, lengkap, dan tidak menyesatkan (Suryawati, 2007). Dalam

pengobatan sendiri juga dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti pengetahuan,

pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Faktor pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pola pikir seseorang

karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat pengetahuannya akan

relatif tinggi pula. Kondisi lingkungan pun turut berpengaruh pada tingkat

pengetahuan seseorang dengan tingkat pendidikan yang sama dengan orang lain

dapat memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda pula (Supardi, 1996).

Berdasarkan penelitian Savitri (2007) melaporkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pengetahuan dengan ketepatan


3

pemilihan obat batuk. Dimana, faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling

berhubungan dengan ketepatan pemilihan obat batuk pada masyarakat Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang. Menurut Kristina, dkk (2008), masyarakat

mempunyai latar belakang yang berbeda dalam pemilihan obat. Masyarakat yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki informasi yang relatif

tinggi, banyak terpapar media informasi yang menambah wawasannya dalam

pemilihan obat. Sedangkan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan

rendah cenderung memiliki informasi yang rendah pula.

Secara geografis, Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan yang

terletak di sisi timur wilayah Kota Yogyakarta. Luas keseluruhan wilayah

kecamatan Umbulharjo adalah 8,12 km2 dengan jumlah penduduk kecamatan

Umbulharjo adalah 76.743 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan

Umbulharjo Memiliki jumlah penduduk paling banyak di bandingkan Kecamatan

lainnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan dan sumber informasi terhadap

kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat di Kecamatan Umbulharjo

Kota Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka perumusan

masalah yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Berapa presentasi masyarakat yang menggunakan obat dengan rasional?


4

2. Apakah faktor pendidikan, pendapatan, dan sumber informasi mempunyai

hubungan dengan kerasionalan penggunaan obat batuk?

3. Manakah dari faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang paling

dominan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana kerasionalan penggunaan obat batuk pada


masyarakat Kecamatan Umbulharjo
2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pendapatan, dan sumber
informasi dengan kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat
Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta
3. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kerasionalan penggunaan obat
batuk

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi masyarakat

Secara khusus penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi tentang

penyakit batuk dan kerasionalan penggunaan obat batuk.

2. Bagi Instalasi kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan

masukan tentang faktor yang berpengaruh dengan kerasionalan

penggunaan obat batuk dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian

selanjutnya yang mungkin akan dilakukan oleh peneliti lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Kajian Pustaka

1. Letak Geografis

Secara geografis, Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan yang

terletak di sisi timur wilayah Kota Yogyakarta. Batas wilayahnya, di sebelah utara

berbatasan dengan kecamatan Gondokusuman, sebelah timur dengan kecamatan

Kotagede, sebelah selatan dengan kecamatan Banguntapan, Bantul, sedangkan di

sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mergangsan dan Pakualaman. Secara

Administratif, berdasarkan SK Gubernur DIY Nomor: 48/KPTS/1985 tanggal 22

Februari 1985, wilayah kecamatan Umbulharjo dibagi menjadi 7 kelurahan, yaitu

: Kelurahan Semaki, Muja-muju, Tahunan, Warungboto, Pandeyan, Sorosutan,

dan kelurahan Giwangan. Terdiri dari 326 RT dan 83 RW.

Tabel I. Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta tiap Kecamatan


No Jumlah Penduduk
Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Mantrijeron 36,364 36,974 37,442 37,934 31,267
2 Kraton 22,093 22,305 22,520 22,794 17,471
3 Mergangsan 35,094 35,654 35,921 36,281 29,292
4 Umbulharjo 77,371 78,333 79,320 80,312 76,743
5 Kotagede 31,162 31,777 32,304 32,826 31,152
6 Gondokusuman 54,122 55,032 55,710 56,364 45,293
7 Danurejan 22,062 22,370 22,682 22,969 18,342
8 Pakualaman 11,831 12,043 11,683 11,558 9,316
9 Gondomanan 15,498 15,803 15,993 16,189 13,029
10 Ngampilan 19,611 20,022 20,232 20,434 16,320
11 Wirobrajan 29,746 30,565 31,104 31,676 24,840
12 Gedonglengen 19,947 20,186 20,422 20,664 17,185
13 Jetis 28,995 29,836 30,461 30,993 23,454
14 Tegalrejo 39,258 40,218 41,036 41,758 34,923
Jumlah 443,112 451,118 456,915 462,752 388,627

5
6

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Kecamatan Umbulharjo

adalah Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dari Kecamatan

lainnya dan memiliki luas wilayah yang lebih besar dibanding Kecamatan lainnya

yaitu 8,12 km2.

2. Perilaku Kesehatan

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara – negara berkembang

pada dasarnya menyangkut dua aspek utama. Yang pertama adalah aspek fisik,

seperti tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang

kedua ialah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku

ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu atau

masyarakat (Sarwono, 2004).

Perilaku manusia merupakan suatu respon organisme atau seseorang

terhadap rangsangan (stimulus) yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

Respon perilaku manusia berbentuk dua macam yaitu respon bentuk pasif ( tanpa

tindakan : berfikir, berpendapat, dan bersikap) dan respon bentuk aktif

(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya, perilaku kesehatan dapat

dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2004).

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 1997)


7

Menurut teori aksi weber, bahwa individu melakukan tindakan

berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek

stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan yang

rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling

tepat (Sarwono, 2004).

3. Perilaku sakit

Perilaku sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh

atau individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku sehat

adalah hal–hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan, termasuk tindakan untuk mencegah

penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan dan sebagainya (Notoatmodjo,

1997).

Dalam menentukan reaksi atau tindakan yang berhubungan dengan gejala

penyakit yang dirasakan, menurut Suchman individu berproses melalui tahap-

tahap berikut ini :

a. Tahap pengenalan gejala

Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit

yang ditandai dengan rasa tidak enak dan keadaan itu dianggap dapat

membahayakan dirinya.
8

b. Tahap asumsi peranan sakit

Pada tahap ini individu mulai mencari informasi dari kelompok acuannya

( keluarga, tetangga, teman, dan sebagainya) tentang sakit dikarenakan merasa

sakit dan memerlukan pengobatan.

c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Pada tahap ini individu mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai

dengan pengalamannya atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang

tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan.

d. Tahap ketergantungan si sakit

Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya sebagai orang yang

sakit dan ingin disembuhkan, maka harus mematuhi prosedur pengobatan

sehingga kesembuhan akan cepat tercapai.

e. Tahap penyembuhan atau rehabilitasi

Pada tahap ini si sakit memutuskan untuk melepaskan diri dari peranan

sebagai orang sakit. Dalam hal ini individu akan berusaha memulihkan fungsi

sosialnya meskipun tidak optimal ( Sarwono, 2004).

4. Patofisiologi Batuk

Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda

asing dari saluran pernafasan. Batuk juga melindungi paru dari masuknya benda

asing dari saluran cerna atau saluran nafas bagian atas, yaitu mulai dari

tenggorokan, trakhea, bronkhus, bronkhioli, sampai ke jaringan paru (Anonim,

1996).
9

Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk

mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, zat-zat

perangsang asing, dan unsur infeksi (Tjay dan Raharja, 2002).

Refleks batuk adalah mekanisme pertahanan dari saluran pernafasan

yang sangat penting. Batuk merupakan kelanjutan dari stimulasi zat kimia atau

mekanik yang bersifat iritan yang masuk pada saluran pernafasan. Stimulasi iritan

mekanik dan kimia ini dapat berupa material asing, gas iritan, atau adanya

peradangan dan suhu yang ekstrim.

Gejala- gejala batuk antara lain :

a. Batuk yang mungkin disertai dengan pengeluaran dahak

b. Tenggorokan sakit dan gatal

c. Sakit otot perut, apabila batuk terus menerus

Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

a. Penyakit infeksi : bakteri atau virus, Misalnya : tuberkulosa, influenza,

campak, batuk rejan.

b. Alergi

Batuk yang disebabkan karena masuknya benda asing secara tidak

sengaja kedalam saluran pernafasan, misalnya : debu, asap, asma, cairan dan

makanan yang merangsang tenggorokan, batuk pada perokok dan sebagainya.

Batuk pada perokok berat, sulit diatasi hanya dengan obat batuk

simtomatik, batuk pada keadaan sakit disebabkan adanya kelainan terutama pada

saluran nafas yaitu bronkhitis, pneumonia, dan sebagainya. Juga kelainan


10

ditempat lain misalnya pada otak. Batuk akibat flu (infeksi virus) biasanya

berlangsung singkat dan dapat sembuh sendiri.

Batuk dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Batuk berdahak yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada

tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering terjadi pada saluran nafas yang peka

terhadap paparan debu, lembab berlebih dan sebagainya.

b. Batuk tidak berdahak (batuk kering) yaitu batuk yang terjadi apabila tidak ada

sekresi saluran nafas, iritasi pada tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit.

Penanggulangan batuk dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Terapi Non Obat

Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi

dengan cara sebagai berikut : sering minum air putih untuk membantu

mengencerkan dahak dan mengurangi iritasi atau rasa gatal, hindari paparan debu,

minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan, dan udara malam yang

dingin.

b. Terapi Obat

Bila keadaan batuk belum dapat teratasi dengan cara-cara tersebut di atas,

maka dapat digunakan obat batuk.

( Anonim, 1996)
11

5. Penggolongan Obat

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang

dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit

berikut gajalanya (Tjay dan Raharja, 2002).

Meskipun obat dapat menyembuhkan, tetapi masih banyak juga orang

yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu

bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit

dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila terdapat kesalahan dalam

pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan maka akan menimbulkan

keracunan. Dan apabila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh efek

penyembuhan (Anief, 1991).

Umumnya obat bekerja menimbulkan stimulasi atau depresi aktivitas dan

tidak menimbulkan suatu fungsi baru dari sel. Untuk menghasilkan efek terapi,

obat harus mencapai tempat aksinya dalam kadar yang cukup agar dapat

menimbulkan respon ( Anief, 2005).

Obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut :

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Parasetamol.
12

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan

tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas

adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : CTM

Pada kemasan obat bebas terbatas biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak

kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan

sebagai berikut :

P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas

harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman.

Informasi tersebut dapat diperoleh dari etiket atau brosur pada kemasan obat

bebas dan bebas terbatas.

3. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Asam mefenamat


13

4. Obat wajib apotek (OWA)

Obat wajib apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa

resep dokter oleh apoteker di apotek dengan persyaratan : memenuhi ketentuan

dan batasan tiap jenis obat perpasien yang disebut dalam obat wajib apotek yang

bersangkutan, memenuhi catatan pasien serta obat yang telah diserahkan dan

memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efeksamping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Contoh : Aminofillin, Asam mefenamat, dan neomisin sulfat.

(Asti dan Widiya, 2004)

5. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan (UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika).

Contoh : Morfin, Petidin, Codein, Demerol, Methadone.

6. Obat psikotropika

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU

RI No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika).

Contoh : Diazepam, Phenobarbital


14

6. Pengobatan Batuk

Terapi batuk pertama-tama hendaknya ditujukan untuk mencari dan

mengobati penyebabnya. Kemudian, baru dapat dipertimbangkan apakah perlu

diberikan terapi simtomatis guna meniadakan atau meringankan gejala batuk, dan

haruslah diadakan perbedaan antara batuk produktif dan batuk non produktif (Tjay

dan Raharja, 2002).

Jenis-jenis batuk dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Batuk produktif

Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan

fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dan sebagainya) dan dahak dari

batang tenggorokan sehingga pada dasarnya jenis batuk tidak boleh ditekan.

Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk diberikan terapi simptomatis

dengan obat-obatan pereda batuk.

Disamping larangan merokok, biasanya dapat dilakukan pengobatan

sebagai berikut :

a. Inhalasi

Cara ini efektif dan murah, terutama pada batuk “dalam”, yakni bila

rangsangan batuk timbulnya dari bawah pangkal tenggorokan. Misalnya yaitu

dengan menghirup uap menthol atau minyak atsiri dengan catatan tidak boleh

diberikan pada anak dibawah usia 2 tahun karena dapat memungkinkan terjadinya

kejang yang dapat membahayakan jiwa anak.


15

b. Emolliensia

Emolliensia berasal dari kata L.mollis yang berarti lunak. emolliensia

berkhasiat untuk memperlunak rangsangan batuk, “memperlicin” tenggorokan

agar tidak kering, melunakkan selaput lendir yang teriritasi. Untuk tujuan ini,

banyak digunakan sirop (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan

gula-gula seperti : drop (akar manis), permen, pastiles isap, dan sebagainya.

c. Ekspektoransia

Kata ekspektoransia berasal dari bahasa latin yaitu ex yang berarti keluar

dan pectus yang berarti dada. Ekspektoransia berkhasiat untuk Memperbanyak

produksi dahak yang encer dan dengan demikian mengurangi kekentalannya,

sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Misalnya : guaiakol, radix

ipeca (dalam tablet / pulvis doveri), amonium klorida.

d. Mukolitika

Kata mukolitika berasal dari bahasa latin yaitu mucus yang berarti lendir

dan lysis yang berarti larut. Mukolitika berkhasiat untuk mengurangi kekentalan

dahak dan mengeluarkannya. Contoh obat yang termasuk mukolitika sebagai

berikut : Asetil sistein, karbosistein, bromheksin, ambroksol.

2. Batuk Non Produktif

Batuk yang bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk

rejan atau juga karena pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada

tumor. Batuk seperti ini tidak ada manfaatnya, maka haruslah dihentikan. Untuk

tujuan ini, tersedia obat-obat yang dapat menekan rangsangan batuk seperti :
16

a. Zat- zat pereda

Zat- zat pereda dengan kerja sentral bekerja efektif, tetapi dapat

menyebabkan ketagihan atau adiksi. Misalnya : kodein, noskapin,

dekstrometorfan, dan pentoksiverin.

b. Antihistaminika

Anti histaminika sering kali efektif berdasarkan efek sedatifnya dan

perasaan menggelitik di tenggorokan. Misalnya : prometazin, difenhidramin, dan

d-klorfeniramin.

c. Anastetik lokal

Anastetik lokal bekerja menghambat penerusan rangsangan batuk ke

pusat batuk. Misalnya : pentoksiverin.

(Tjay dan Raharja, 2002).

Sesuai dengan jenis batuk, maka obat batuk dapat dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu ekspektoran ( pengencer dahak), dan antitusif ( penekan batuk).

Banyak obat batuk dipasaran beredar dalam bentuk kombinasi yang tidak lebih

unggul dari bentuk tunggal.

Adapun obat batuk yang tergolong obat bebas terbatas antara lain :

1. Gliseril guaiakolat

Cara kerja obat : mengencerkan lendir saluran nafas.

Hal- hal yang perlu diperhatikan : Anak dibawah usia 2 tahun dan wanita hamil

jika menggunakan obat ini harus dibawah pengawasan dokter.

Efek yang tidak diinginkan : Pusing, sakit kepala, mual muntah, nyeri perut.
17

Aturan pemakaian :

a. Dewasa : 200-400 mg setiap 4 jam

b. Anak- anak :

2-6 tahun : 50-100 mg setiap 4 jam

6-12 tahun : 100-200 mg setiap 4 jam

2. Bromheksin

Cara kerja obat : Mengencerkan lendir saluran nafas

Hal yang perlu diperhatikan : Hati- hati penggunaan pada penderita tukak

lambung dan wanita hamil 3 bulan pertama.

Efek yang tidak diinginkan : dapat terjadi rasa mual, diare, dan kembung yang

ringan.

Aturan pemakaian : dewasa 4-8 mg, 3 kali sehari

(Anonim, 1996)

3. Succus Liquiritiae

Cara kerja obat : succus merupakan sediaan galenik dari radix liquiritiae.

Berwarna hitam coklat, larut dalam air. Succus liquiritiae mempunyai efek

ekspektoran (mempermudah pengeluaran dahak) dan merupakan salah satu

komponen obat batuk hitam serta sebagai bahan untuk memperbaiki rasa.

Efek samping : pada dosis lebih tinggi dari 3 g sehari berupa nyeri kepala,

udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit.

Aturan pemakaian : oral 1-3 g sehari

(Tjay dan Raharja, 2002)


18

4. Amonium Klorida

Efek ekspektoran amonium klorida diduga berdasarkan peningkatan

cairan di saluran nafas dengan refleks melalui rangsangan selaput lendir di

saluran cerna dan merupakan salah satu komponen obat batuk hitam.

Hal- hal yang perlu diperhatikan :

a. Tidak dianjurkan digunakan pada penderita penyakit hati, ginjal dan jantung

kronik, karena dapat mengganggu keseimbangan kimia darah yang

mempengaruhi eksresi obat.

b. Pada orang sehat dosis 50 g dapat mengakibatkan kelainan serius.

Sedangkan, pada penderita penyakit hati, ginjal dan jantung kronik, dosis 5

g dapat menyababkan intoksikasi.

Efek yang tidak diinginkan : Mengiritasi mukosa lambung, mual muntah dalam

dosis besar.

Aturan pemakaian : dewasa 300 mg setiap 4 jam.

5. Obat Batuk Hitam (OBH)

Dosis :

a. Dewasa : 1 sendok makan (15 ml) 4 x sehari (setiap 6 jam)

b. Anak : 1 sendok teh (5 ml) 4 x sehari (setiap 6 jam)

6. Dekstrometorfan HBr

Cara Kerja Obat :

Dekstrometorfan HBr adalah obat penekan batuk yang cukup efektif, kecuali

pada batuk yang mendadak dan berat.


19

Hal- hal yang perlu diperhatikan :

a. Jangan digunakan pada batuk kronik akibat rokok, asma, atau enfisema,

karena akan menekan batuk dan berakibat penghambatan pengeluaran

dahak.

b. Penderita penyakit hati sebaiknya tidak menggunakan obat ini.

c. Jangan menggunakan obat ini bersama obat-obat penekan susunan saraf

pusat.

Efek yang tidak diinginkan : efek samping biasanya ringan dan jarang terjadi,

antara lain : mual, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus.

Pemakaian obat : sesudah makan

Aturan pemakaian :

a. Dewasa : 10-20 mg 3 kali sehari

b. Anak- anak : 5-10 mg 3 kali sehari

7. Difenhidramin HCl

Cara kerja obat :

Difenhidramin HCl mempunyai efek antitusif pada dosis yang menyebabkan

mengantuk. Selain itu, mempunyai efek sebagai antihistamin, sehingga sesuai

untuk batuk yang disebabkan oleh alergi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Obat ini menyebabkan mengantuk

b. Jangan digunakan bersama obat influenza yang mengandung histamin


20

c. Sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter apabila digunakan

pada penderita asma karena dapat mengurangi sekret dan mengentalkan

dahak.

d. Jangan digunakan pada wanita hamil, menyusui, dan anak dibawah usia 6

tahun.

Efek yang tidak diinginkan : Sedatif, efek kolinergik.

Aturan pemakaian :

a. Dewasa : 12,5 mg

b. Anak – anak : 5 mg

(Anonim, 1996)

7. Manifestasi Batuk

1. Batuk produktif

a. Terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan.

b. Lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka terhadap paparan debu,

lembab berlebih dan sebagainya.

c. Lendir dengan warna hijau atau kuning merupakan tanda infeksi.

2. Batuk non produktif

a. Batuk yang bersifat kering tanpa adanya dahak

b. Tenggorokan terasa kering dan gatal, disebabkan oleh luka, dan pada

akhirnya dapat menjadi radang tenggorokan.

c. Batuk kering dapat terjadi karena paparan udara dingin atau setelah terkena

bahan iritan, seperti debu atau asap.


21

d. Batuk kering di malam hari secara tiba-tiba umumnya disebabkan oleh

spasme atau penyempitan saluran bronchus (bronchospasme).

(Tjay dan Raharja, 2002)

8. Informasi obat

Informasi tentang obat kepada orang yang memerlukan informasi oleh

orang yang berhak untuk memberikan informasi merupakan faktor utama dalam

meningkatkan kesehatan (Anief, 2005). Informasi akan memberikan pengaruh

pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika mendapatkan informasi yang benar dari berbagai sumber baik

dari tenaga kesehatan maupun dari media. Sumber informasi dari tenaga

kesehatan misalnya apoteker, sedangkan sumber informasi dari media misalnya

media cetak, elektronik, brosur maka hal itu akan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang (Sartono,1996).

9. Pengobatan sendiri

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan yang dilakukan

untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat

dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Upaya pengobatan ini dapat berupa

pengobatan dengan obat modern atau obat tradisional (Fauzi, 2011).

Pada umumnya pengobatan sendiri dilakukan oleh masyarakat untuk

mengatasi keluhan yang dapat dikenali sendiri antara lain sakit kepala, demam,

batuk, pilek dan luka ringan. Keluhan-keluhan tersebut umumnya merupakan


22

gejala-gejala penyakit sederhana yang dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat.

Biasanya pengobatan sendiri hanya dilakukan dalam waktu terbatas, lebih kurang

3-4 hari (Sukasediati, 1996).

Dalam pengobatan sendiri dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti

pengetahuan, pendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat. Sosial masyarakat

merupakan variabel yang menggambarkan tingkat kehidupan seseorang di

masyarakat, yang ditentukan oleh faktor-faktor seperti pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan dan sebagainya (Notoatmojo, 2007).

Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai

dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan

keluhan, biaya pembelian obat relatif murah daripada biaya pelayanan kesehatan,

hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas atau profesi kesehatan, dan

memberikan kepuasan karena ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan

terapi. Adapun kekurangan pengobatan sendiri adalah obat yang dapat

membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan,

pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan

dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensivitas, efek samping

atau resisten penggunaan obat yang salah akibat informasi yang kurang lengkap

dari iklan obat (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).

Obat yang digunakan untuk pengobatan sendiri meliputi obat-obat yang

dapat digunakan tanpa resep yang meliputi: Obat Bebas (OB), Obat Bebas

Terbatas (OBT) dan Obat Wajib Apotek (Fauzi, 2011). Obat wajib apotek terdiri

dari terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat
23

saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuscular, anti parasit dan

obat kulit topikal (Sartono, 2000).

10. Penggunaan obat yang rasional

Pengobatan yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan terhadap

penyakit berdasarkan indikasi gejala penyakit dan pemahaman fisiologis yang

benar tentang penyakit. Kerasionalan penggunaan obat terdiri dari beberapa aspek

diantaranya: ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, ketepatan jenis obat, ketepatan

lama pemberian obat, dan ketepatan waktu pemberian (Hermawan, 2011).

Dasar Hukum Kebijakan Penggunaan Obat Rasional yaitu Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.189/SK/Menkes/III/2006 Tentang

Kebijakan Obat Nasional Tentang Kebijakan Penggunaan Obat Rasional

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1985, pengobatan

obat rasional bila :

a. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya.

b. Untuk periode waktu yang adekuat.

c. Dengan harga yang paling murah untuknya dan masyarakat.

Kriteria pemakaian obat (pengobatan) rasional adalah :

a. Tepat indikasi penyakit

Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit.

b. Tepat pemilihan obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
24

c. Tepat pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus

memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan,menyusui, lanjut

usia atau bayi.

d. Tepat dosis

Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila

salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak

tercapai.

Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya

dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur

dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat

diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya.

e. Tepat saat pemberian

pemilihan saat yang tepat pemberian obat disesuaikan dengan kondisi

pasien. Misalnya : sebelum makan.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian Kristina, dkk (2008) yang berjudul Perilaku

pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan

Cangkringan Kabupaten Sleman. Hasil penelitian ini adalah Faktor dominan yang

paling berpengaruh terhadap perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada

masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman adalah tingkat

pendidikan.
25

Penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2007) yang berjudul faktor-faktor

yang mempengaruhi ketepatan pemilihan obat batuk oleh masyarakat Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi ketepatan pemilihan obat batuk oleh masyarakat

kecamatan tuntang kabupaten semarang. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan

bermakna antara pendidikan dengan ketepatan pemilihan obat batuk (p = 0,000 <

0,05; Ho ditolak), terdapat hubungan bermakna antara pendapatan dengan

ketepatan pemilihan obat batuk (p = 0,000 < 0,05; Ho ditolak), tidak ada

hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan ketepatan pemilihan obat batuk

(p = 0,307 > 0,05; Ho diterima), serta faktor pengetahuan merupakan faktor yang

paling berhubungan dengan ketepatan pemilihan obat batuk ( Odds ratio = 28, 400

dan Chi-square 77,032 paling besar diantara variabel lainnya dan sig = 0,000 <

0,05; Ho ditolak).

C. Kerangka Berfikir

Terdapatnya berbagai jenis obat batuk yang beredar dipasaran, cenderung

membingungkan para konsumen dalam pemilihan obat batuk dan cara

penggunaannya yang rasional. Penggunaan obat merupakan perilaku kesehatan.

Preferensi masyarakat dalam memilih obat batuk juga sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, pendapatan, dan sumber informasi yang diterima masyarakat

tentang upaya penggunaan obat tersebut. Sumber informasi mengenai obat dapat

berasal dari tenaga kesehatan dan dari non tenaga kesehatan. Informasi yang tepat

dalam pengobatan sendiri akan dapat menolong masyarakat untuk memahami


26

lebih baik mengenai aksi obat, merawat, dan mencegah resiko yang mungkin

ditimbulkan.

Produk obat batuk merupakan suatu produk obat yang banyak digunakan

oleh masyarakat. Selain cara memperolehnya yang mudah, obat ini juga banyak

dibutuhkan karena tingginya prevalensi batuk di wilayah Yogyakarta, dimana

prevalensinya dijumpai sekitar 15 % pada anak-anak dan 20% pada orang dewasa.

Oleh karena itu, kerasionalan penggunaan obat batuk tentu akan sangat

berpengaruh terhadap masalah penyakit batuk yang diderita. Berdasarkan hal

tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pendidikan,

pendapatan, dan sumber informasi berhubungan dengan kerasionalan penggunaan

obat batuk di masyarakat Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta.

D. Hipotesis

Faktor pendidikan dan sumber informasi berpengaruh terhadap

kerasionalan penggunaan obat batuk di masyarakat

Ho = Tidak ada pengaruh pendidikan dan sumber informasi terhadap

kerasionalan penggunaan obat batuk di masyarakat

Ha = Ada pengaruh pendidikan dan sumber informasi terhadap kerasionalan

penggunaan obat batuk di masyarakat


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik yaitu untuk

mengetahui pengaruh pendidikan dan sumber informasi dengan kerasionalan

penggunaan obat batuk. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpul data.

B. Alat dalam Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner atau

angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang penelitian, gejala-gejala dan

pengobatan batuk yang diisi oleh responden yaitu masyarakat Kecamatan

Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

1. Batuk adalah batuk kering dan batuk berdahak, yang dialami responden dalam

dua bulan yang lalu.

2. Pendidikan adalah suatu tingkatan yang dilalui responden dalam menempuh

pendidikan di sekolah formal. Pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu

pendidikan rendah apabila tamat atau tidak tamat SD, SLTP, SMA dan

pendidikan tinggi apabila tamat SMA atau PT/ Akademi.

27
28

3. Sumber informasi adalah informasi yang diperoleh seseorang baik dari tenaga

kesehatan maupun dari non tenaga kesehatan. Sumber informasi dari tenaga

kesehatan misalnya apoteker, sedangkan sumber informasi dari non tenaga

kesehatan misalnya tetangga, teman, media, dan sebagainya.

4. Kerasionalan penggunaan obat batuk dikatakan rasional apabila masyarakat

dalam penggunaan obat batuk telah tepat indikasi penyakit dengan obat, tepat

pemilihan obat, tepat pasien, tepat dosis, dan tepat saat pemberian.

Kerasionalan penggunaan obat batuk dinilai oleh peneliti berdasarkan acuan

tentang kriteria kerasionalan penggunaan obat.

b. Tepat indikasi apabila dari jawaban responden sesuai antara penyakit yang

diderita dengan pemilihan obatnya.

c. Tepat obat apabila obat yang dipilih responden memiliki efek terapi yang

sesuai dengan penyakit yang diderita, seperti batuk berdahak diobati dengan

ekspektoran dan batuk tidak berdahak diobati dengan antitusif.

d. Tepat dosis apabila responden dalam penggunaan obat sesuai dengan dosis

yang dianjurkan berdasarkan formulasi pada kemasan obat yang digunakan.

e. Tepat pasien apabila responden dalam penggunaan obat tidak terjadi

kontraindikasi obat, seperti penggunaan bisolvon tidak boleh digunakan

pada responden yang mempunyai riwayat penyakit gangguan lambung

dikarenakan akan mengiritasi lambung.

f. Tepat saat pemberian apabila responden sesuai antara pemilihan saat yang

tepat penggunaan obat batuk dengan efek samping yang akan ditimbulkan

obat batuk tersebut. Misalnya : penggunaan sebelum makan.


29

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini digunakan dua variabel penelitian, yaitu :

1. Variabel Bebas

a. Pendidikan

Adalah jenjang pendidikan disekolah formal. Untuk kepentingan analisis

variabel penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu memiliki pendidikan rendah

apabila tamat atau tidak tamat SD, SLTP, SMA dan pendidikan tinggi apabila

tamat SMA atau PT/ Akademi. Untuk pendidikan rendah diberi skor 1 dan untuk

pendidikan tinggi diberi skor 2.

b. Pendapatan

Untuk kepentingan analisis variabel penelitian dikategorikan menjadi dua

yaitu pendapatan tinggi jika pendapatan diatas upah minimum Regional (UMR)

tahun 2012 DI Yogyakarta sebesar Rp. 892.660,-/bulan dan dikatakan rendah jika

pendapatan dibawah Rp. 892.660,-/bulan. Untuk responden yang berpendapatan

tinggi diberi skor 2 dan untuk responden yang berpendapatan rendah diberi skor 1.

c. Sumber Informasi

Kepentingan analisis variabel penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu

dikatakan sumber informasi yang tepat apabila berasal dari tenaga kesehatan

(dokter, apoteker, perawat, atau tenaga kesehatan lain) dan dikatakan kurang tepat

apabila berasal dari non tenaga kesehatan (media cetak, elektronik, iklan dan lain-

lain). Untuk responden yang mendapat informasi dari non tenaga kesehatan diberi

skor 1 dan untuk responden yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan diberi

skor 2.
30

2. Variabel Terikat

Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk

Untuk kepentingan analisis variabel penelitian dikategorikan menjadi

dua, yaitu dikatakan rasional jika responden memilih dan menggunakan obat

batuk telah tepat pasien, tepat indikasi penyakit, tepat dosis obat, tepat pemilihan

obat, dan tepat saat pemberian obat. Tidak rasional apabila responden dalam

memilih dan menggunakan obat batuk tidak tepat pasien, tepat indikasi penyakit,

tepat dosis obat, tepat pemilihan obat, dan tepat saat pemberian obat. Responden

yang tidak rasional dalam menggunakan obat batuk diberi skor 1 dan untuk

responden yang rasional dalam menggunakan obat batuk diberi skor 2.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah bagian terpenting yang harus dikemukakan

dalam metode penelitian, karena akan menentukan berbagai hal yang berkaitan

dengan penelitian tersebut. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan

Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

F. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek / subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).


31

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penduduk Kecamatan

Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2005).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat penduduk

Kecamatan Umbulharjo, yang terdiri dari Kelurahan Muja-muju, Tahunan,

Warungboto, Giwangan, Sorosutan, Semaki, dan Pandeyan. Dari setiap kelurahan

terdiri dari beberapa RW. Dimana, dalam penelitian ini sampel diambil dari RW

yang memiliki jumlah penduduk terbesar per Kelurahan. Penentuan RW

dilakukan dengan cara purposive sampling.

Kecamatan
Umbulharjo

Kelurahan

Muja-muju Tahunan Warungboto Giwangan Sorosutan Semaki Pandeyan

RW 12 RW 08 RW 07 RW 13 RW 14 RW 07 RW 06

Gambar 1. Skema pengambilan sampel

Keterangan : Sampel diambil dari salah satu RW pada setiap Kelurahan


32

3. Besaran sampel

Jumlah atau ukuran sampel (n) diambil berdasarkan rumus sebagai

berikut (Notoatmodjo, 2002) :

n= ( )

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi/ derajat ketepatan yang diinginkan

(0,10)

Perhitungan :

n=
( )

n= ( , )

n= = 98,9 99

Jadi, besarnya sampel dari keseluruhan populasi minimal 99, tetapi pada

penelitian ini peneliti mengambil sampel sebesar 106 orang.

4. Teknik sampling

Setiap Kelurahan diwakili salah satu RW. Untuk menentukan RW per

Kelurahan digunakan metode purposive sampling. Teknik purposive sampling

dilakukan dengan berdasarkan pada RW yang mempunyai jumlah penduduk

terbanyak.

Selanjutnya untuk menetapkan jumlah sampel tiap-tiap RW digunakan

teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportional sampling. Teknik


33

proportional sampling artinya dalam pengambilan sampel dari setiap wilayah

ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dari masing-

masing wilayah. Teknik proportional sampling dilakukan karena tiap-tiap RW

memiliki jumlah penduduk yang tidak sama. Sehingga penetapan jumlah

sampelnya disesuaikan dengan perbandingan jumlah penduduk. Dengan maksud,

jika jumlah penduduk besar maka jumlah sampel yang di ambil juga akan besar,

begitu pula dengan sebaliknya, jika jumlah penduduk kecil maka jumlah sampel

yang di ambil juga akan kecil. Adapun Penentuan jumlah sampel (responden) tiap

RW dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Penentuan Jumlah Sampel tiap RW


No. Kelurahan Jumlah sampel
1 Muja-muju (RW 12) 18 Responden
2 Semaki (RW 07) 10 Responden
3 Tahunan (RW 08) 16 Responden
4 Warungboto (RW 07) 18 Responden
5 Pandeyan (RW 06) 17 Responden
6 Surosutan (RW 14) 15 Responden
7 Giwangan (RW 13) 12 Responden

Sedangkan untuk pemilihan subjek sampel digunakan teknik accidental

sampling. Teknik accidental sampling artinya sampel ditentukan berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber

(Sugiyono, 2005). Pada penelitian ini untuk menentukan subjek sampel

didasarkan pada kriteria inklusi.


34

5. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi antara lain : responden berusia 20 tahun sampai usia 60

tahun; pernah terkena batuk 2 bulan yang lalu; pernah melakukan pengobatan

sendiri; bersedia mengisi kuesioner dan bertempat tinggal di RW tersebut.

6. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi : responden yang dalam pengobatan batuk

menggunakan jamu atau tidak menggunakan obat modern.

G. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah metode angket atau kuesioner. Metode

angket bertujuan untuk mengungkap identitas diri subjek penelitian maupun untuk

mengungkap atau mengukur variabel yang hendak diteliti.

Data yang akan diperoleh berupa kuesioner yang terdiri dari beberapa

pertanyaan. Sejumlah pertanyaan dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian data

pribadi responden, bagian sumber informasi dan bagian kerasionalan penggunaan

obat batuk.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data di

antaranya:

1. Pengisian kuesioner oleh responden terdiri dari beberapa variabel diantaranya :

a. Pendidikan responden

b. Sumber informasi yang diperoleh responden dalam penggunaan obat batuk

c. Kerasionalan penggunaan obat batuk


35

2. Berdasarkan masalah tersebut diatas serta tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini maka jenis-jenis data yang diperlukan :

a. Data tentang data pribadi responden

b. Data tentang sumber informasi yang di peroleh responden dalam penggunaan

obat batuk

c. Data tentang kerasionalan penggunaan obat batuk

H. Pola Penskoran Angket atau kuisioner

Pada penilitian ini digunakan kuesioner yang terbagi dalam tiga bagian,

bagian pertama kuesioner untuk mengetahui data pribadi responden, bagian kedua

digunakan untuk mengetahui sumber informasi dalam penggunaan obat batuk dan

bagian ketiga digunakan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat batuk

terhadap penyakit batuk. Adapun pola penskoran dalam kuesioner ini bersifat

favourable (positif) dan unvourable (negatif), untuk penskoran yang bersifat

favourable (positif) apabila jawaban benar maka diberikan nilai 2 (dua), jika tidak

benar maka diberikan nilai 1 (satu). Kemudian untuk penskoran yang bersifat

unvourable (negatif) berlaku sebaliknya yaitu, apabila jawaban benar maka

diberikan nilai 1 (satu), jika tidak benar maka diberikan nilai 2 (dua). Pada

kuesioner kerasionalan penggunaan obat batuk terhadap penyakit batuk dilakukan

penskoran yaitu, bila jawaban rasional maka diberikan nilai 2 (dua), jika jawaban

tidak rasional maka diberikan nilai 1 (satu).


36

I. Skema Jalannya penelitian

Jalannya penelitian pada skripsi ini digambarkan secara skematis


Persiapan

proposal Perizinan Pembuatan kuesioner validasi kuesioner

Penyebaran kuesioner

Kecamatan Umbulharjo

Purposive Sampling

K. MM K. WB K. SMKI K. PNDN K. THN K. SRSTN K.GWNGN


(RW 12) (RW 07) (RW 07) (RW 06) (RW 08) (RW 14) (RW 13)

Proportional Sampling
Jumlah Responden
Accidental Samplimg

Responden

Analisa Data

Gambar 2. Skema jalannya penelitian

J. Validitas dan Reliabilitas

Untuk menentukan layak tidaknya suatu kuesioner digunakan dalam

penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Validitas berasal dari
37

kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003)

Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan valid jika memiliki validitas

yang tinggi dan alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya,

suatu instrumen pengukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang

rendah sehingga valid-tidaknya suatu alat pengukur tergantung pada mampu

tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan

tepat (Azwar, 2003)

Menurut Notoatmodjo (2002) validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang di ukur.

Untuk mengetahui validitas kuesioner dengan indikator pada variabel,

dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh dengan skor

keseluruhan melalui rumus korelasi product moment. Bila r hitung lebih kecil dari

r tabel maka pertanyaan tidak valid sehingga pertanyaan tersebut harus diganti, di

perbaiki atau dihilangkan. Korelasi product moment dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

( ( )( )
rxy = ( ) } ){ ( ) }

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara skor butir dan skor total

x = skor butir

y = skor total

N = jumlah anggota sampel


38

Syarat suatu instrumen dapat dikatakan valid jika harga rxy > 0,3

sebagaimana yang dikemukakan bahwa item yang mempunyai korelasi positif

dengan skor total serta korelasi yang baik, menunjukan bahwa item tersebut

mempunyai validitas yang baik pula, bahwa syarat minimum untuk di anggap

valid adalah rxy = 0,3.

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukur dapat dipercaya. Reabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat

pengukur didalam mengukur subjek yang sama (Azwar, 2003)

Reliabilitas dapat diketahui dengan menggunakan teknik analisis

koefisien alpha cronbach, yakni untuk mengetahui besarnya koefisien

reliabilitasnya, dari hasil analisis ini akan di ketahui apakah instrumen ini

mempunyai kehandalan yang tinggi atau tidak. Adapun rumusnya :

rtt=

Dimana :

rtt= koefisien reliabilitas

m= jumlah butir pada angket

vx= jumlah varians tiap butir

vy= = jumlah varians skor total

Sedangkan kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut :

Koefisien reliabilitas

0,00-0.199 : reliabilitas sangat rendah

0,20-0,399 : reliabilitas rendah

0,40-0,599 : reliabilitas sedang


39

0,60-0,799 : reliabilitas kuat

0,80-1,000 : reliabilitas sangat kuat

(Sugiyono, 2005)

K. Chi –Square

Adapun disini dipakai rumus secara langsung yaitu rumus singkat untuk

tabel 2 X 2. Dimana dalam tabel tidak perlu mencantumkan frekuensi yang

diharapkan. Dengan secara langsung dapat mencari nilai–nilai dari frekuensi–

frekuensi yang diperoleh.

( )
X2= ( )( )( )( )

Dimana:

N= jumlah individu/ subjek

A,b,c dan d masing-masing adalah frekuensi dalam tiap-tiap sel dalam tabel 2x2.

Untuk taraf signifikan 10% = 2,71. Maka ketentuannya adalah jika X2hitung > X2tabel

atau itu dikatakan signifikan, Dan sebagai konsekuensinya hipotesa (nihil) akan

ditolak, dan sebaliknya jika X2hitung < X2tabel atau itu dikatakan non signifikan dan

sebagai konsekuensinya hipotesa (nihil) akan diterima.

L. Analisis data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis data. Adapun

analisis data meliputi :

1. Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran masing-masing

variabel
40

2. Analisis dengan menggunakan program SPSS 16 yaitu Chi-square untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu pendidikan, pendapatan,

sumber informasi dan kerasionalan penggunaan obat.

3. Analisis dengan menggunakan program SPSS 16 yaitu multiple logistic

regression untuk mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan antara

variabel pendidikan, pendapatan, dan sumber informasi dengan kerasionalan

penggunaan obat batuk.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan terlebih dahulu uji validitas

dan reliabilitas terhadap item pertanyaan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan

untuk menguji kehandalan alat ukur. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur benar-

benar tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya sebelum digunakan.

Reliabilitas berfungsi untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat ukur yang

menggunakan skala, kuesioner atau angket maksudnya untuk mengetahui apakah

alat ukur tersebut akan mendapat pengukuran yang tetap konsisten jika

pengukuran diulang kembali (Notoatmodjo, 2002)

Uji validitas menggunakan 30 responden dengan 14 pertanyaan. Kriteria

dari responden adalah warga yang berusia 20-60 tahun, pernah mengalami batuk,

bersedia mengisi kuesioner, dan bertempat tinggal di RW tersebut. Nilai r tabel

untuk jumlah responden 30 adalah 0,463 maka pertanyaan dianggap valid adalah

pertanyaan yang r diatas 0,463. Adapun uji dengan menggunakan teknik analisis

Alpha Cronbach didapat 14 item pertanyaan nilai koefisien reliabilitas yang lebih

besar 0,463 atau dapat dikatakan bahwa semua item pertanyaan adalah valid dan

reliabel untuk dapat digunakan pada penelitian lebih lanjut. Hasil perhitungan

validitas terhadap 14 item pertanyaan tentang kerasionalan penggunaan obat batuk

dapat dilihat pada tabel III.

41
42

Tabel III. Nilai r hitung kuesioner dari uji validitas dan reliabilitas
r tabel = 0,463 ( tingkat signifikan = 0,10, N = 30)
Nomor r hitung r tabel Keterangan
1 0,499 0,463 Valid
2 0,497 0,463 Valid
3 0,492 0,463 Valid
4 0,532 0,463 Valid
5 0,518 0,463 Valid
6 0,607 0,463 Valid
7 0,626 0,463 Valid
8 0,588 0,463 Valid
9 0,532 0,463 Valid
10 0,561 0,463 Valid
11 0,539 0,463 Valid
12 0,581 0,463 Valid
13 0,468 0,463 Valid
14 0,534 0,463 Valid

Reliabilitas yang dianalisis menggunakan teknik Alpha Crobanch

menunjukkan nilai Crobanch-Alpha dengan N of item = 14, sementara nilai

reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, 0,6-0,8 adalah baik dan diatas 0,8

adalah sangat baik (Sugiyono, 2005). Pada penelitian ini diketahui hasil uji

reliabilitas diperoleh harga r hitung sebesar 0,8. Karena nilai Crobanch-Alpha 0,8.

Hal ini dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan reliabilitasnya baik.

Setelah kuesioner di uji validitas dan realibilitas, selanjutnya kuesioner disebarkan

pada masyarakat Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta.

B. Analisis Demografi Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 106 orang.

Data diperoleh dengan memberikan kuesioner, semua data yang diperoleh

kemudian diolah. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel IV.
43

Tabel IV. Demografi Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta


November 2012
Usia Frekuensi Persentse %
20 – 30 tahun 43 40,6
31 – 40 tahun 30 28,3
41 – 50 tahun 22 20,7
51 – 60 tahun 11 10,4
Jumlah 106 100%
Jenis Kelamin
Laki – laki 57 53,8
Perempuan 49 46,2
Jumlah 106 100%
Pendidikan
Rendah 48 45,3
Tinggi 58 54,7
Jumlah 106 100%
Pendapatan
Rendah 50 47,2
Tinggi 56 52,8
Jumlah 106 100%
Sumber Informasi
Tenaga Kesehatan 47 44,3
Non Tenaga Kesehatan 59 55,7
Jumlah 106 100%

1. Usia

Usia merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan,

pandangan, dan penilaian seseorang dalam suatu permasalahan. Sehingga

perbedaan usia seseorang memungkinkan perbedaan dalam penilaian serta

pendapatnya mengenai suatu masalah. Distribusi responden berdasarkan usia

dapat dilihat pada tabel IV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia antara 20-

30 tahun dengan jumlah responden sebanyak 43 orang dengan persentase

sebanyak 40,6 %. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak diantara usia

responden yang lainnya. Responden yang berusia antara 20-30 tahun merupakan

usia produktif dikarenakan banyak anggapan bahwa orang yang muda atau usia
44

produktif lebih cenderung persuasi sehingga lebih mudah dalam menerima suatu

ide atau pandangan baru.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin memberikan gambaran ada tidaknya dominasi jenis

kelamin responden untuk menanggapi atau memberikan penilaian dalam

permasalahan. Distribusi responden berdasarkan Jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel IV. Pada penelitian ini jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki

mendominasi sebanyak 57 orang dengan persentase 53,8% dibandingkan

responden perempuan.

3. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pola pikir,

informasi pengetahuan, penilaian, dan tindakan responden terhadap alternatif yang

dapat dilakukan. Selain itu juga perbedaan tingkat pendidikan dapat menimbulkan

perbedaan tingkat pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan responden

harus diketahui. Pada penelitian ini tingkat pendidikan yang digunakan adalah

jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh dan diselesaikan responden. Tingkat

pendidikan responden dapat dilihat pada tabel IV. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebanyak 58 orang

dengan persentase sebanyak 54,7%. Pada responden yang berpendidikan tinggi,

pengetahuan tentang obat batuk kemungkinan lebih banyak sehingga dengan

pendidikan tinggi dapat memberikan penilaian yang positif tentang penggunaan

obat batuk.
45

4. Pendapatan Responden

Tingkat ekonomi atau pendapatan yang berbeda dapat mempengaruhi

perbedaan dalam pemilihan obat batuk. Selain itu juga berpengaruh terhadap

status sosial, gaya hidup dan mempengaruhi perilaku kesehatannya, sehingga

tingkat pendapatan responden perlu diketahui. Pada tabel IV dapat dilihat bahwa

tingkat pendapatan responden yang terbanyak adalah berpendapatan tinggi yaitu

sebanyak 56 responden dengan persentase 52,8% dibandingkan dengan responden

berpendapatan rendah yang hanya sebanyak 50 orang dengan persentase 47,2%.

Responden dengan pendapatan rendah cenderung banyak melakukan pengobatan

sendiri karena biaya untuk pengobatan sendiri (swamedikasi) lebih murah

daripada ke dokter atau rumah sakit. Sedangkan responden yang pendapatan

tinggi mampu membayar rumah sakit atau dokter. Perbandingan tinggi dan

rendahnya pendapatan responden berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR)

Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar Rp. 892.660,-/bulan.

5. Sumber Informasi

Informasi adalah salah satu komponen yang diperlukan dalam penggunaan obat.

Masing-masing pihak yang ada disekitar responden turut berperan sebagai sumber

informasi. Sumber informasi obat tersebut dapat berasal dari tenaga kesehatan

dan non tenaga kesehatan. Sumber informasi obat dapat dilihat pada tabel IV.

Pada penelitian ini responden yang memperoleh informasi dari tenaga kesehatan

dalam penggunaan obat batuk sebanyak 47 orang dengan persentase 44,3%

sedangkan responden yang memperoleh informasi dari non tenaga kesehatan

sebanyak 59 orang dengan persentase 55,7%. Informasi tentang obat pada


46

responden sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi (Anonim, 2004).

C. Analisis Univarian

1. Kerasionalan penggunaan obat batuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan

November 2012 dapat diketahui distribusi per-kriteria kerasionalan penggunaan

obat batuk di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta seperti tersaji pada tabel V.

Tabel V. Distribusi per-kriteria kerasionalan penggunaan obat batuk di


masyarakat Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.
Kerasionalan
Variabel Irrasional Persentase (%) Rasional Persentase (%)
Tepat Indikasi 13 12,3% 93 87,7%
Tepat Obat 16 15,1% 89 83,9%
Tepat pasien 4 3,8% 77 72,6,%
Tepat Dosis 14 13,2% 73 68,9%
Tepat Saat Pemberian 4 3,8% 59 55,7%
Jumlah 51 48% 55 52 %

Tepat indikasi obat ditunjukkan dari hasil jawaban responden pada

pertanyaan no. 3 bagian III, yaitu pemilihan obat yang rasional saat batuk yang

disebabkan karena alergi. Salah satu gejala batuk yaitu tenggorokan terasa gatal

yang disebabkan karena masuknya benda asing secara tidak sengaja kedalam

saluran pernafasan. Adapun pilihan obat yang tepat untuk mengobati alergi yaitu

dari golongan antihistamin seperti klorfeniramin maleate dan difenhidramin HCl.

Hasil data penelitian didapat responden yang menggunakan obat antihistamin

sebanyak 93 orang (87,7%). Data tersebut menunjukkan bahwa responden yang

menggunakan pilihan obat antihistamin lebih banyak dibandingkan responden


47

yang menggunakan pilihan obat lainnya yang tidak rasional. Sehingga pemilihan

obat antihistamin merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi alergi.

Tepat obat ditunjukkan dari hasil jawaban responden pada pertanyaan no.

4 bagian III. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa merek obat yang biasa

digunakan responden diantaranya OBH, Vicks Formula 44, Woods Antitusif,

Bodrex Flu dan Batuk, dan bisolvon. Pada penelitian ini jumlah responden yang

tepat dalam pemilihan obat batuk sebanyak 89 orang dengan persentase 83,9%

seperti pemilihan obat Vicks Formula 44 untuk batuk tidak berdahak. Sedangkan

responden yang tidak tepat dalam pemilihan obat batuk sebanyak 16 orang dengan

persentase 15,1% seperti pemilihan OBH untuk batuk tidak berdahak. Jadi, dari

hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang memilih obat dengan tepat

lebih banyak dibandingkan responden yang tidak tepat dalam memilih obat. Hal

ini menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemilihan obat sudah cukup tinggi di

masyarakat.

Tepat pasien ditunjukkan dari jawaban responden pada pertanyaan no. 1

bagian III. Untuk mengetahui tepat pasien maka perlu memperhatikan adanya

kontraindikasi obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sudah

tepat pasien sebanyak 77 orang (72,6%). Sedangkan responden yang belum tepat

pasien sebanyak 4 orang (3,8%). Ketidakrasionalan dikarenakan adanya

kontraindikasi antara riwayat penyakit dengan pemilihan obat batuk, seperti

responden dengan riwayat penyakit gangguan lambung atau sakit maag maka

tidak boleh mengkonsumsi obat batuk yang mengandung bromheksin.


48

Tepat dosis obat ditunjukkan dari jawaban responden pada pertanyaan

no. 8 bagian III, yaitu penggunaan dosis obat batuk yang rasional. Dosis yang

biasa digunakan responden dari hasil penelitian ini yaitu 3 kali sehari 1 sendok teh

untuk obat Vicks Formula 44, 3 kali sehari 2 sendok teh untuk obat bisolvon dan

Woods antitusif, serta 3 kali sehari 3 sendok teh untuk obat OBH. Dosis tersebut

sudah rasional untuk dosis pasien dewasa yang menderita batuk. Responden yang

tepat dosis sebanyak 73 orang (68,9%) . Sebagian responden sudah menggunakan

obat batuk dengan dosis yang sesuai. Hal tersebut dikarenakan responden

menganggap bahwa minum obat batuk dengan tepat dapat mengurangi atau

menyembuhkan penyakit batuk yang diderita. Sedangkan responden yang tidak

rasional dalam penggunaan dosis sebanyak 14 orang (13,2%). Hal ini dikarenakan

kurangnya pengetahuan responden tentang obat batuk. Dimana, penggunaan dosis

obat sangat berpengaruh terhadap kesembuhan suatu penyakit. Sebab apabila

dosis yang diberikan terlalu kecil maka tidak akan memperoleh penyembuhan,

sedangkan apabila dosis yang diberikan terlalu besar maka akan menimbulkan

over dosis atau menimbulkan resiko yang dapat merugikan tubuh.

Tepat saat pemberian (pertanyaan no. 10 bagian III). Untuk mengetahui

tepat saat pemberian maka penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien

misalnya sesudah makan seperti penggunaan bisolvon dan vicks formula 44

dikarenakan efek samping yang ditimbulkan bisolvon dan vicks formula 44

berupa mual sehingga penggunaan obatnya sesudah makan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang sudah tepat saat pemberian sebanyak 59

orang (55,7%) sedangkan yang belum tepat saat pemberian sebanyak 4 orang
49

(3,8%). Pemilihan saat yang tepat dalam penggunaan obat berkaitan dengan efek

samping dari obat yang akan digunakan.

Tabel VI. Distribusi kerasionalan penggunaan obat batuk di masyarakat


Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.
Kerasionalan penggunaan obat batuk Jumlah
Rasional Tidak Rasional
Jumlah 55 51 106
Presentase 52% 48% 100

Pada tabel VI dapat dilihat bahwa kerasionalan penggunaan obat batuk di

Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta sebesar 52%. Hasil tersebut diambil dari

banyaknya responden yang menjawab dengan tepat ke-5 kriteria kerasionalan obat

yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, dan tepat saat pemberian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui gambaran faktor-faktor yang

berhubungan dengan kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat di

Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta bulan November 2012 seperti tersaji pada

tabel VII.

Tabel VII. Distribusi Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk Per- Kriteria


Pada Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Pendidikan Kerasionalan Penggunaan Frekuensi (n = 106) Persentse %
Obat Batuk
Tinggi Rasional 41 38,7%
Irrasional 17 16%
Rendah Rasional 14 13,2%
Irrasional 34 32,1%
Pendapatan
Tinggi Rasional 37 35%
Irrasional 19 18%
Rendah Rasional 18 17%
Irrasional 32 30%
Sumber Informasi
Tenaga Kesehatan Rasional 31 29,25%
Irrasional 16 15,1%
Non Tenaga Kesehatan Rasional 24 22,64%
Irrasional 35 33,01 %
50

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui gambaran tingkat

pendidikan penderita batuk di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta bulan

November 2012, seperti terlihat pada tabel VII.

Pada tabel VII dapat diketahui bahwa kerasionalan penggunaan obat

batuk pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi 41 responden (38,7%)

lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah sejumlah 14

responden (13,2%).

3. Pendapatan

. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui gambaran tingkat

pendapatan penderita batuk di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta bulan

November 2012, seperti terlihat pada tabel VII.

Dari tabel VII dapat diketahui bahwa kerasionalan penggunaan obat

batuk pada masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi 37 responden (35%)

lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendapatan rendah sejumlah 18

responden (17%).

4. Sumber Informasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui gambaran sumber informasi

yang diperoleh penderita batuk di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta bulan

November 2012, seperti terlihat pada tabel VII.

Dari tabel VII dapat diketahui bahwa kerasionalan penggunaan obat

batuk pada masyarakat dengan informasi dari tenaga kesehatan (Nakes) sejumlah
51

31 responden (29,25%) lebih besar dibandingkan dengan informasi dari non

tenaga kesehatan (non Nakes) sejumlah 24 responden (22,64%).

D. Analisis Bivarian

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diketahui hubungan

antara tingkat pendidikan, pendapatan, dan sumber informasi dengan kerasionalan

penggunaan obat batuk pada masyarakat di Kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta bulan November 2012, seperti tersaji pada tabel VIII.

Tabel VIII. Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Sumber


Informasi dengan Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk Pada
Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.
Kerasionalan Odds Confidence Chi P
Pendidikan Irrasional Rasional Ratio Interval 90% Square
Rendah 34 14 5,857 2,526<OR<13,579 18,139
Tinggi 17 41 0,000
Pendapatan
Rendah 32 18
Tinggi 19 37 3,462 1,556<OR<7,702 9,568 0,002
Sumber Informasi
Tenaga Kesehatan 35 24
Non tenaga kesehatan 16 31 2,826 1,275<OR<6,264 6,697 0,010

1. Hubungan antara pendidikan dengan kerasionalan penggunaan obat

Pada hasil penelitian dan analisis data dapat diketahui hubungan antara

pendidikan dengan kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat di

Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta bulan November 2012 yang dapat

dilihat pada tabel VIII.

Dari data hasil uji statistik menggunakan SPSS 16 didapat Odds Ratio

(OR) 5,857 pada Confidence interval (CI) 90% 2,526<OR<13,579 dan Chi-square

18,139 dengan probabilitas 0,000 (p<0,10)


52

Chi-square 18,139 dengan probabilitas 0,000. Nilai Chi-Square tabel

dengan signifikansi 0,10, df = 1 adalah 2,71. Dari nilai Chi-Square hitung > Chi-

Square tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan kerasionalan penggunaan obat batuk (Ho ditolak). OR 5,857

dengan tingkat kepercayaan (CI) 90% berarti kerasionalan penggunaan obat batuk

pada masyarakat akan meningkat 5,857 kali lebih besar pada masyarakat dengan

tingkat pendidikan tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai

tingkat pendidikan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Kristina, dkk (2008) yang menjelaskan bahwa faktor dominan yang

paling berpengaruh terhadap perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada

masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman adalah tingkat

pendidikan.

Tingkat pendidikan berhubungan dengan kerasionalan penggunaan obat

batuk. Dimana, masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan

cenderung memiliki informasi yang relatif tinggi, banyak terpapar media

informasi yang menambah wawasannya dalam pemilihan obat sehingga

diharapkan mampu mengambil sikap positif dalam pemahaman tentang penyakit

dan kerasionalan penggunaan obatnya. Sedangkan masyarakat yang mempunyai

tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki informasi yang rendah pula

sehingga menyebabkan berkurangnya pemahaman tentang penyakit dan

kerasionalan penggunaan obatnya. Apalagi untuk penyakit batuk perlu adanya

pemahaman bahwa batuk dibedakan menjadi 2 jenis yaitu batuk berdahak dan

batuk tidak berdahak (batuk kering). Kedua jenis batuk tersebut mempunyai
53

gejala, penyebab dan golongan obat yang berbeda. Untuk batuk berdahak diobati

dengan ekspektoran dan untuk batuk tidak berdahak (batuk kering) diobati dengan

antitusif. Oleh karena itu, dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan responden

dapat menggunakan obat batuk sesuai dengan gejalanya dan dapat memahami

cara kerja obat batuk sehingga dapat rasional dalam penggunaan obat batuk.

2. Hubungan antara pendapatan dengan kerasionalan penggunaan obat

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diketahui hubungan

antara pendapatan dengan kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat

di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta bulan November 2012 yang dapat

dilihat pada tabel VIII.

Dari hasil statistik didapat Odds Ratio (OR) 3,462 pada Confidence

interval (CI) 90% 1,556<OR<7,702 dan Chi-square 9,568 dengan probabilitas

0,002 (p<0,10).

Chi-square 9,568 dengan probabilitas 0,002 yang berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kerasionalan penggunaan

obat batuk pada masyarakat ( Ho ditolak). Odds Ratio 3,462 dengan tingkat

kepercayaan (CI) 90% bearti kerasionalan penggunaan obat batuk pada

masyarakat akan meningkat 3,462 kali lebih besar pada masyarakat dengan

tingkat pendapatan tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai

tingkat pendapatan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Savitri (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pendapatan dengan ketepatan pemilihan obat batuk.


54

Tingkat pendapatan berhubungan erat dengan kerasionalan penggunaan

obat batuk. Penderita dengan pendapatannya rendah tidak mampu memanfaatkan

ketersediaan dan kelengkapan obat-obat yang dijual diapotek. Banyak sekali obat

batuk hanya tersedia dalam obat patent-nya dibandingkan obat generik, padahal

obat-obat patent harganya cenderung lebih mahal dibandingkan obat generik. Hal

ini menyebabkan penderita batuk dengan tingkat pendapatan rendah tidak dapat

menggunakan obat tersebut. Sebaliknya, penderita batuk dengan tingkat

pendapatan tinggi akan leluasa dalam memilih obat paten walaupun harganya

mahal sehingga penderita batuk dengan pendapatan tinggi dapat menggunakan

obat dengan tepat.

3. Hubungan antara sumber informasi dengan kerasionalan penggunaan

obat

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diketahui hubungan

antara sumber informasi dengan kerasionalan penggunaan obat batuk pada

masyarakat di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta bulan November 2012

yang dapat dilihat pada tabel VIII.

Dari hasil statistik didapat Odds Ratio (OR) 2,826 pada Confidence

interval (CI) 90% 1,275<OR<6,264 dan Chi-square 6,697 dengan probabilitas

0,010 (p<0,10).

Chi-square 6,697 dengan probabilitas 0,010 yang berarti terdapat

hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan kerasionalan

penggunaan obat batuk pada masyarakat ( Ho ditolak).


55

OR 2,826 dengan tingkat kepercayaan (CI) 90% 1,275<OR<6,264 dapat

dikatakan bahwa kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat akan

meningkat 2,826 kali lebih besar pada masyarakat dengan informasi dari tenaga

kesehatan (Nakes) dibandingkan dengan masyarakat yang memperoleh informasi

dari non tenaga kesehatan (non Nakes). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tenaga

kesehatan merupakan tenaga yang tepat dalam memberikan informasi kepada

masyarakat tentang penggunaan obat. Informasi tentang penggolongan obat dan

penggunaan obat akan dapat menolong masyarakat untuk memahami lebih baik

mengenai aksi obat, merawat, dan mencegah resiko yang mungkin timbul.

Menurut Dharmasari (2003), untuk melakukan pengobatan yang

berkualitas, masyarakat membutuhkan informasi yang benar sehingga dapat

meningkatkan pengobatan secara tepat, aman, dan rasional. Informasi tentang

penggunaan obat batuk dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari tenaga

kesehatan maupun dari non tenaga kesehatan. Sumber informasi yang diperoleh

dari tenaga kesehatan seperti apoteker cenderung memberikan informasi yang

benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini

sehingga dapat meningkatkan pengobatan secara rasional, sedangkan sumber

informasi yang diperoleh dari non tenaga kesehatan cenderung bersifat bias atau

informasi yang tidak tepat yang menyebabkan masyarakat menggampangkan

penggunaan obat batuk secara tidak rasional. Informasi tentang obat yang tidak

rasional dalam penelitian ini terbanyak pada kriteria ketepatan dosis dalam

penggunaan obat batuk. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan responden

tentang obat batuk. Penggunaan dosis obat sangat berpengaruh terhadap


56

kesembuhan suatu penyakit. Sebab apabila dosis yang diberikan terlalu kecil maka

tidak akan memperoleh penyembuhan, sedangkan apabila dosis yang diberikan

terlalu besar maka akan menimbulkan over dosis atau menimbulkan resiko yang

dapat merugikan tubuh. Oleh karena itu, ketersediaan informasi tentang obat dapat

menentukan dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk secara rasional.

E. Analisis Faktor yang Paling Berhubungan

Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kerasionalan

penggunaan obat batuk pada masyarakat di 7 Rw terbesar di Kecamatan

Umbulharjo Yogyakarta bulan November 2012. Digunakan uji regresi logistik

multivariat dari nilai Chi-Square, tingkat signifikansi Odds Ratio seperti tersaji

pada tabel IX.

Tabel IX. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Metode Backward dari Variabel
Pendidikan, Pendapatan, dan Sumber Informasi.
Variabel B Wald p Odds Ratio Cl 90%
Pendidikan 1,688 13,786 0,00 5,407 2,560<OR<11,419
Pendapatan 1, 072 5,613 0,18 2,922 1, 388<OR<6,151
Sumber Informasi 0,892 3,818 0,51 2,440 1,152<OR<5,169
Constant -5,450 19,683 0,00 0,004

Dari tabel IX dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel independen yang

diduga mempengaruhi kerasionalan penggunaan obat batuk di masyarakat

kecamatan Umbulharjo Yogyakarta terdapat subvariabel (pendidikan) yang paling

berpengaruh terhadap kerasionalan penggunaan obat batuk dengan nilai OR paling

besar yaitu 5,407 dengan nilai confidence interval 90% (CI) 2,560<OR<11,419.

Karena nilai rasio prevalensi > 1 maka dapat diartikan bahwa variabel pendidikan

merupakan faktor resiko dalam kerasionalan penggunaan obat batuk artinya


57

semakin tinggi pendidikan responden maka memiliki peluang 5,407 kali lebih

rasional dalam penggunaan obat batuk. Significance (sig = 0,00) atau probabilitas

jauh dibawah 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan

berhubungan lebih dominan dengan kerasionalan penggunaan obat batuk

dibandingkan variabel penelitian lainnya seperti pendapatan dan sumber

informasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kristina,

dkk (2008) yang menjelaskan bahwa faktor dominan yang paling berpengaruh

terhadap perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan

Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman adalah tingkat pendidikan. Dimana,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin rasional dan berhati-

hati dalam memilih dan menggunakan obat secara rasional.

Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pola pikir dan

tindakan responden untuk meningkatkan kerasionalan penggunaan obat batuk.

Sehingga responden yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung rasional

dalam menggunakan obat batuk dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Kelemahan Penelitian

1. Masih ada responden yang mengisi kuesioner dengan tidak serius.

2. Adanya bias informasi karena informasi yang diberikan oleh responden hanya

mengandalkan daya ingat responden tentang cara penggunaan obat batuk.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendidikan dan sumber

informasi terhadap kerasionalan penggunaan obat batuk pada masyarakat di

Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta dan pembahasannya, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 106 responden diperoleh 52% yang rasional dalam penggunaan obat batuk

dan 48% tidak rasional dalam penggunaan obat batuk.

2. Hubungan kerasionalan penggunaan obat batuk berdasarkan :

a. Pendidikan, terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan

kerasionalan penggunaan obat batuk (P = 0,000 < 0,10; maka Ho ditolak).

b. Pendapatan, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan

kerasionalan penggunaan obat batuk (P = 0,002 < 0,10; maka Ho ditolak).

c. Sumber informasi, terdapat hubungan yang signifikan antara Sumber

informasi dengan kerasionalan penggunaan obat batuk.

3. Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh paling dominan dengan

kerasionalan penggunaan obat batuk (OR yaitu 5,407 dan confidence internal

(Cl) 90% 2,560<OR<11,419.

58
59

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap faktor lain yang berpengaruh

terhadap kerasionalan penggunaan obat batuk.

2. Perlu adanya informasi yang lengkap tentang kerasionalan penggunaan obat

batuk oleh tenaga kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 1991, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Anief, M., 2005, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 1996, Kompendia Obat Bebas, 8-10, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1027/Men.Kes/SK/IX/2004, Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2009, Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 Tentang


Narkotika, Jakarta.

Anonim, 1997, Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 Tentang


Psikotropika, Jakarta.

Asti, T., dan Widiya, I., 2004, Pengobatan Sendiri, Info Pengawasan Obat dan
Makanan, Vol. 5, No. 6, 2-3.

Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Dharmasari, S., 2003, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Pengobatan Sendiri Yang Aman Tepat Dan Rasional Pada Masyarakat
Kota Bandar Lampung Tahun 2003, Tesis, (online) diakses 10 November
2012

Fauzi, 2011, Swamedikasi (Pengobatan Sendiri), www.faikshare.com, Diakses


tanggal 11 Juni 2011.

Hermawan, L., 2011,PengobatanRasional, www. Pelayanan kesehatan dan medis


dasar pengobatan rasional.htm, Diakses tanggal 20 Januari 2011.

Kristina, S.A., Prabandari, Y.S., Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan


Sendiri Yang Rasional Pada Masyarakat Kecamatan Depok dan
Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, Vol 19
(1), 32- 40.

Notoatmodjo, S., 1997, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

60
61

Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan Pertama,
Hal 142-143, Rineka Cipta, Jakarta.

Sartono, 1996, Obat-Obat Bebas dan Terbatas, Edisi Kedua, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sartono, 2000, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat Wajib Apotek,
Edisi III, Penerbit P.T Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sarwono, S., 2004, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya,


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sastramihardja, H.S., 1997, Penggunaan Obat yang Rasional di Tempat Pelayanan


Kesehatan, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.47 no.1, Oktober,
532-257

Savitri, A.M., 2007, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Pemilihan


Obat Batuk oleh Masyarakat Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang, Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Sugiyono, 2005, Statistik untuk Penelitian, Penerbit CV ALFABETA, Bandung.

Sukasedati, N., 1996, Peningkatan Mutu Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan


Untuk Semua, Buletin Kefarmasian, Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan, Vol 18 (1).

Supardi, S., 1996, Pengambilan Keputusan dan Pemilihan Sumber Pengobatan,


Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Supardi, S., dan Notosiswoyo, M., 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala,
Demam, Batuk, dan Pilek Pada Masyarakat di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Majalah
Ilmu Kefarmasian, Vol II, No. 3, 134-144.

Suryawati, S., 2007, Etika Promosi Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas,
Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi V, Penerbit PT.
Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
62

Lampiran 1

SURAT PENGANTAR

Kepada Yth

Bapak/Ibu/Sdr/sdr (i)

Masyarakat di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta

Dengan hormat,

Saya dari Universitas Ahmad Dahlan Fakultas Farmasi sedang menyusun skripsi

dengan judul “Pengaruh Pendidikan dan Sumber informasi Terhadap

Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk Pada Masyarakat di Kecamatan

Umbulharjo Yogyakarta” untuk itu saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr/sdr (i)

untuk mengisi kuisioner/angket yang saya ajukan ini.

Atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/sdr (i), saya ucapkan terima

kasih serta mohon maaf sedalam-dalamnya karena telah mengganggu aktifitas

Bapak/Ibu/Sdr/sdr (i).

Yogyakarta, 2 November 2012

Peneliti

Nurfitri
63

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN SUMBER INFORMASI
TERHADAP KERASIONALAN PEMILIHAN OBAT BATUK PADA
MASYARAKAT DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA
YOGYAKARTA
Petunjuk :
Berilah tanda ( X ) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
I. Data Umum Responden
1. Nama :
2. Umur : A.20-30 tahun C. 31-40 tahun
B. 41- 50 tahun D. 51-60 tahun
E. > 60 tahun
3. Jenis kelamin : A. Laki-laki B. Perempuan
Jika perempuan : A. Hamil B. Tidak hamil
C. Menyusui
4. Pendidikan terakhir : A. Tidak sekolah C.SMP/sederajat
B.SD/sederajat D.SMA/sederajat
E. Akademik/PT
5. Pekerjaan :
6. Penghasilan : A. Rp. 250.000 – Rp. 500.000,-

B. Rp. 550.000 – Rp. 895.000,-


C. Rp. 900.000 – Rp. 1.200.000,-
D. > Rp. 1.200.000,-
7. Alamat :
64

Lampiran 1

II. Sumber Informasi

1. Dari siapakah saudara memperoleh informasi tentang penggunaan obat

batuk tersebut?

A. Media cetak ( majalah / koran) D. Teman / Tetangga

B. Media elektronik ( televisi / internet) E. Sumber lainnya

C. Petugas kesehatan ( Dokter, Perawat, Bidan, Apoteker, Farmasis)

2. Manakah dari sumber informasi di atas memberikan saudara kepuasan

tentang informasi penggunaan obat batuk ?

A. Media cetak ( majalah / koran) D. Teman / Tetangga

B. Media elektronik ( televisi / internet) E. Sumber yang lain

C. Petugas kesehatan ( Dokter, Perawat, Bidan, Apoteker, Farmasis)

3. Informasi apa saja yang pernah saudara peroleh dari sumber informasi

tersebut ?

A. Harga Obat C. Merk obat terbaru E. Lainnya ...

B. Kelebihan Obat D. Dosis, khasiat obat, dan efek samping obat

III. Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk

1. Kapan saudara terakhir terkena batuk ?

A. 1 bulan yang lalu C. 3 bulan yang lalu E. > 4 bulan yang lalu

B. 2 bulan yang lalu D. 4 bulan yang lalu


65

2. Bila saudara menderita batuk, maka gejala apa yang saudara alami ?

A. Tenggorokan terasa berlendir C. Tenggorokan terasa kering

B. Tenggorokan terasa gatal

3. Bila saudara terkena batuk yang disebabkan alergi, obat apa yang biasanya

saudara pilih untuk mengatasi alerginya?

A. Paracetamol C. CTM E. Lainnya .....

B. Promag D. Antimo

4. Jenis obat apa yang saudara gunakan untuk pengobatan batuk ?

A. OBH C. Bisolvon E. Lainnya ...

B. Vicks formula 44 D. Woods Antitusif

5. Mengapa saudara memilih obat itu ?

A. Harganya lebih murah C. Obatnya cocok E. Lainnya ...

B. Mudah didapat D. Saran petugas kesehatan

6. Apakah saudara memiliki riwayat penyakit......

A. Hipertensi C. Gangguan Lambung / Sakit Maag

B. Jantung D. Gangguan Ginjal

E.Tidak memiliki riwayat penyakit

7. Apakah pada saat minum obat saudara membaca aturan pakai ?

A. Ya B. Tidak

8. Berapa dosis yang biasa saudara gunakan?

A. 1 tablet 3x sehari C. 1-2 sendok teh 3-4x sehari E. Lainnya ...

B. 1-2 tablet 3x sehari D. 2 sendok teh 3x sehari


66

Lampiran 1

9. Apa yang saudara ketahui tentang “obat diminum 3x sehari” ?

A. Pagi, Siang, dan Malam hari C. Setiap 4 jam sekali E.Tidak tahu

B. Pagi, Siang, dan Sore hari D. Setiap 6 jam sekali

10. Kapan waktu saudara minum obat batuk ?

A. Sebelum makan C. Sesudah makan

B. Saat makan D. Sebelum tidur

11. Bagaimanakah cara umum menyimpan obat yang benar ?

A. Simpan obat di kotak Obat C. Simpan obat di kemasan aslinya

B. Simpan obat di Lemari Es D. Simpan obat ditempat terbuka

E. Simpan obat ditempat yang terkena sinar matahari


67

Lampiran 2

REKAPITULASI JUMLAH PENDUDUK PER RW

KECAMATAN : UMBULHARJO
KECAMATAN : UMBULHARJO
KELURAHAN : WARUNGBOTO
KELURAHAN : SEMAKI
LAKI-
RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH LAKI-
RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 392 437 829
1 338 344 682
2 587 597 1184
2 398 383 781
3 374 423 797
3 203 230 433
4 566 551 1117
4 259 295 554
5 430 463 893
5 234 232 466
6 426 447 873 6 245 273 518
7 778 759 1537 7 423 413 836
8 761 717 1478 8 206 207 413
9 505 492 997 9 298 304 602
13 1 0 1 10 274 261 535
TOTAL 4820 4886 9706 TOTAL 2878 2942 5820

KECAMATAN : UMBULHARJO
KECAMATAN : UMBULHARJO
KELURAHAN : TAHUNAN
KELURAHAN : GIWANGAN
LAKI- LAKI-
RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 421 447 868 1 401 409 810
2 449 464 913 2 164 160 324
3 397 406 803 3 156 165 321
4 324 291 615 4 379 402 781
5 482 478 960 5 187 188 375
6 392 374 766
6 506 491 997
7 204 198 402
7 617 608 1225
8 298 299 597
8 710 694 1404 9 148 166 314
9 234 259 493 10 286 312 598
10 264 265 529 11 308 324 632
11 326 297 623 12 237 247 484
13 1 0 1 13 523 478 1001
TOTAL 4731 4700 9431 TOTAL 3683 3722 7405
68

Lampiran 2
KECAMATAN : UMBULHARJO KECAMATAN : UMBULHARJO
KELURAHAN : MUJA MUJU KELURAHAN : SOROSUTAN
LAKI- LAKI-
RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 501 525 1026 1 293 282 575
2 515 555 1070 2 431 425 856
3 236 234 470
3 373 376 749
4 366 374 740
4 404 381 785
5 324 323 647
5 563 588 1151 6 636 627 1263
6 366 367 733 7 600 601 1201
7 386 401 787 8 605 702 1307
8 260 281 541 9 631 625 1256
9 254 252 506 10 374 399 773
10 501 535 1036 11 581 599 1180
11 558 570 1128 12 386 411 797
13 562 560 1122
12 805 785 1590
14 647 676 1323
21 2 4 6
15 449 495 944
36 0 2 2 16 238 228 466
TOTAL 5488 5622 11110 17 44 36 80
47 1 1 2
TOTAL 7404 7598 15002
KECAMATAN : UMBULHARJO
KELURAHAN : PANDEYAN
LAKI-
RW LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 401 409 810
2 582 578 1160
3 476 505 981
4 736 709 1445
5 388 397 785
6 747 762 1509
7 372 370 742
8 520 521 1041
9 364 352 716
10 638 649 1287
11 420 449 869
12 375 379 754
13 203 208 411
TOTAL 6222 6288 12510
69

Lampiran 3
Perhitungan Besarnya Sampel

Sampel dari masing – masing RW per Kelurahan adalah :

1. Muja – muju (RW 12)

Jumlah penduduk : 1590

responden

2. Semaki (RW 7)
Jumlah penduduk : 836
responden

3. Tahunan (RW 8)
Jumlah penduduk : 1404
responden

4. Warungboto (RW 7)

Jumlah penduduk : 1537

responden

5. Pandeyan (RW 6)

Jumlah penduduk : 1509


responden

6. Surosutan (RW 14)

Jumlah penduduk : 1323


responden

7. Giwangan (RW 13)

Jumlah penduduk : 1001


responden
70

Lampiran 4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.871 14

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
butir_1 8.6000 12.800 .499 .865
butir_2 8.6667 12.506 .497 .864
butir_3 8.6333 12.654 .492 .865
butir_4 8.6000 12.731 .532 .864
butir_5 8.9333 11.926 .518 .864
butir_6 8.8000 11.821 .607 .858
butir_7 8.9000 11.610 .626 .857
butir_8 8.7000 12.148 .588 .860
butir_9 9.0000 11.862 .532 .863
butir_10 8.9333 11.789 .561 .861
butir_11 9.0667 11.857 .539 .862
butir_12 9.1000 11.748 .581 .860
butir_13 9.0000 12.069 .468 .867
butir_14 8.5667 12.944 .534 .865
71

Lampiran 5

Hasil Uji Statistik

Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-30 tahun 43 40.6 40.6 40.6
31-40 tahun 30 28.3 28.3 68.9
41-50 tahun 22 20.8 20.8 89.6
51-60 tahun 11 10.4 10.4 100.0
Total 106 100.0 100.0

Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 57 53.8 53.8 53.8
Perempuan 49 46.2 46.2 100.0
Total 106 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid rendah 48 45.3 45.3 45.3
tinggi 58 54.7 54.7 100.0
Total 106 100.0 100.0

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid rendah 50 47.2 47.2 47.2
tinggi 56 52.8 52.8 100.0
Total 106 100.0 100.0
72

SumberInformasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tenaga kesehatan (Nakes) 47 44.3 44.3 44.3
Tenaga non kesehatan (non
59 55.7 55.7 100.0
nakes)
Total 106 100.0 100.0

KerasionalanPenggunaanObat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rasional 55 51.9 51.9 51.9

tidak rasional 51 48.1 48.1 100.0

Total 106 100.0 100.0


73

Lampiran 5

Output pengaruh pendidikan terhadap kerasionalan penggunaan obat batuk

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Kerasionalan 106 100.0% 0 .0% 106 100.0%

Pendidikan * Kerasionalan Crosstabulation


Count
Kerasionalan
tidak rasional rasional Total
Pendidikan rendah 34 14 48
tinggi 17 41 58
Total 51 55 106

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
18.139 1 .000
b
Continuity Correction 16.514 1 .000
Likelihood Ratio 18.678 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
17.968 1 .000
Association
b
N of Valid Cases 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,09.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

90% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pendidikan
5.857 2.526 13.579
(rendah / tinggi)
For cohort Kerasionalan =
2.417 1.558 3.748
tidak rasional
For cohort Kerasionalan =
.413 .258 .661
rasional
N of Valid Cases 106
74

Lampiran 5

Output pengaruh pendapatan terhadap kerasionalan penggunaan obat batuk

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendapatan *
106 100.0% 0 .0% 106 100.0%
Kerasionalan

Pendapatan * Kerasionalan Crosstabulation


Count
Kerasionalan
tidak rasional rasional Total
Pendapatan Rendah 32 18 50
Tinggi 19 37 56
Total 51 55 106

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
9.568 1 .002
b
Continuity Correction 8.402 1 .004
Likelihood Ratio 9.712 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.478 1 .002
b
N of Valid Cases 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,06.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

90% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pendapatan
3.462 1.556 7.702
(rendah / tinggi)
For cohort Kerasionalan =
1.886 1.239 2.872
tidak rasional
For cohort Kerasionalan =
.545 .360 .825
rasional
N of Valid Cases 106
75

Lampiran 5

Output sumber informasi* kerasionalan penggunaan obat batuk


Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SumberInformasi *
106 100.0% 0 .0% 106 100.0%
Kerasionalan

SumberInformasi * Kerasionalan Crosstabulation


Count
Kerasionalan
tidak rasional rasional Total
SumberInformasi non tenaga kesehatan (Non
35 24 59
Nakes)
tenaga kesehatan (Nakes) 16 31 47
Total 51 55 106

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
6.697 1 .010
b
Continuity Correction 5.722 1 .017
Likelihood Ratio 6.784 1 .009
Fisher's Exact Test .012 .008
Linear-by-Linear Association 6.633 1 .010
b
N of Valid Cases 106
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,61.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

90% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for
SumberInformasi (non tenaga
2.826 1.275 6.264
kesehatan (Non Nakes) /
tenaga kesehatan (Nakes))
For cohort Kerasionalan =
1.743 1.110 2.734
tidak rasional
For cohort Kerasionalan =
.617 .426 .893
rasional
N of Valid Cases 106
76

Lampiran 5

Output Multivariate Logistik Regression


Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Included in Analysis 106 100.0
Selected Cases
Missing Cases 0 .0
Total 106 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 106 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Irrasional 0
Rasional 1

Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1)
SumberInformasi non tenaga kesehatan (Non
59 1.000
Nakes)
tenaga kesehatan (Nakes) 47 .000
Pendapatan Rendah 50 1.000
Tinggi 56 .000
Pendidikan Rendah 48 1.000
Tinggi 58 .000

Block 0: Beginning Block


Classification Table

Predicted

Kerasionalan
Percentage
Observed tidak rasional rasional Correct
Kerasionalan tidak rasional 0 51 .0
Step 0
rasional 0 55 100.0
Overall Percentage 51.9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .076 .194 .151 1 .698 1.078
77

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Pendidikan(1) 18.139 1 .000
Pendapatan(1) 9.568 1 .002
SumberInformasi(1) 6.697 1 .010
Overall Statistics 27.056 3 .000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 29.610 3 .000
Block 29.610 3 .000
Model 29.610 3 .000
a
Step 3 Step -3.897 1 .048
Block 25.712 2 .000
Model 25.712 2 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous
step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square


a
1 117.187 .244 .325
a
3 121.084 .215 .287
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
,001.

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 5.732 6 .454
2 .660 2 .719
78

Variables in the Equation


90,0% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step Pendidikan 1.688 .455 13.786 1 .000 5.407 2.560
a 11.419
1
Pendapatan 1.072 .453 5.613 1 .018 2.922 1.388 6.151
SumberInformasi .892 .456 3.818 1 .051 2.440 1.152 5.169
Constant -5.450 1.228 19.683 1 .000 .004
Step Pendidikan 1.688 .455 13.786 1 .000 5.407 2.560
a 11.419
2
Pendapatan 1.072 .453 5.613 1 .018 2.922 1.388 6.151
SumberInformasi .892 .456 3.818 1 .051 2.440 1.152 5.169
Constant -5.450 1.228 19.683 1 .000 .004
a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Pendapatan,
SumberInformasi.

b
Variables not in the Equation
Score df Sig.
a
Step 3 Variables SumberInformasi
3.915 1 .048

Overall Statistics 3.915 1 .048


a. Variable(s) removed on step 2: SumberInformasi.
b. Adding the most significant variable will result in a model which duplicates a prior model.
79

Lampiran 6
Tabel Data Kerasionalan Penggunaan Obat Batuk Tiap Responden di Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta

Responden Sumber Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Saat


No Usia Jenis Pendidikan Pendapatan Informasi Indikasi Obat Pasien Dosis Pemberian Kerasionalan
Kelamin
1 34 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
2 41 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
3 45 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
4 31 Laki-laki Tinggi Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
5 48 Perempuan Rendah Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
6 32 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
7 28 Perempuan Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
8 52 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
9 38 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
10 22 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
11 52 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
12 30 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
13 43 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
14 51 Perempuan Rendah Tinggi Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
15 32 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
16 52 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
17 42 Laki-laki Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
18 25 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
19 27 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
20 35 Laki-laki Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
21 42 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
80

22 28 Laki-laki Rendah Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional


23 36 Perempuan Rendah Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
24 53 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
25 41 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
26 30 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
27 27 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
28 37 Laki-laki Rendah Rendah Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
29 52 Perempuan Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
30 48 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 2 1 2 2 Irrasional
31 24 Perempuan Rendah Tinggi Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
32 34 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
33 39 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
34 24 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
35 38 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
36 25 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
37 46 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
38 28 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
39 35 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
40 30 Laki-laki Rendah Rendah Non Nakes 2 2 1 2 2 Irrasional
41 24 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
42 45 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
43 32 Perempuan Rendah Rendah Nakes 2 2 2 2 1 Irrasional
44 42 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
45 33 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
46 28 Perempuan Rendah Rendah Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
47 36 Perempuan Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
48 25 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
81

49 47 Perempuan Rendah Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional


50 34 Laki-laki Tinggi Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
51 52 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
52 25 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
53 26 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
54 43 Laki-laki Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
55 32 Laki-laki Rendah Tinggi Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
56 35 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
57 27 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
58 44 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
59 53 Laki-laki Rendah Rendah Nakes 2 2 1 2 2 Irrasional
60 41 Perempuan Tinggi Tinggi Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
61 25 Perempuan Rendah Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
62 46 Laki-laki Rendah Tinggi Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
63 32 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
64 28 Laki-laki Rendah Rendah Nakes 2 2 2 2 1 Irrasional
65 41 Perempuan Rendah Tinggi Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
66 23 Perempuan Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
67 39 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
68 32 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
69 24 Perempuan Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
70 51 Laki-laki Rendah Tinggi Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
71 25 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
72 36 Perempuan Rendah Tinggi Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
73 32 Perempuan Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
74 26 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
75 30 Perempuan Rendah Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
82

76 31 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional


77 22 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 1 Irrasional
78 28 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
79 45 Perempuan Rendah Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
80 31 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
81 38 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
82 29 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
83 24 Laki-laki Rendah Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
84 31 Perempuan Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
85 51 Perempuan Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
86 27 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
87 33 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
88 29 Laki-laki Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
89 26 Perempuan Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
90 32 Laki-laki Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
91 25 Perempuan Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
92 41 Laki-laki Tinggi Tinggi Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
93 45 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
94 29 Perempuan Rendah Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
95 36 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 2 2 2 1 2 Irrasional
96 41 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
97 43 Laki-laki Tinggi Tinggi Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
98 25 Perempuan Tinggi Tinggi Non Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
99 22 Laki-laki Rendah Tinggi Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
100 30 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
101 27 Laki-laki Tinggi Rendah Non Nakes 2 2 1 2 2 Irrasional
102 53 Perempuan Rendah Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional
83

103 29 Perempuan Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 2 Rasional


104 24 Perempuan Rendah Tinggi Non Nakes 2 1 2 2 2 Irrasional
105 28 Laki-laki Tinggi Rendah Nakes 2 2 2 2 1 Irrasional
106 30 Perempuan Rendah Rendah Non Nakes 1 2 2 2 2 Irrasional
Jumlah Irrasional 13 16 4 14 4 51
Rasional 93 89 77 73 59 55
84

Lampiran 7
85

Lampiran 7
86

Lampiran 7
87

Lampiran 7
88

Lampiran 8
89

Lampiran 9

Anda mungkin juga menyukai