Anda di halaman 1dari 21

T UJ UA N

U nt u k m e n g e t a h u i c a r a
identi fi kasi s e n y a w a o b a t g o l o n g a n a l k a l o i d
d a n b a s a nitrogen
,
PRINSIP

1. R e a k s i P e n g e n d a p a n
Pengendapan adalah suatu proses terbentuknya suatu
endapan zat padat yang tidak dapat terlarut dalam
pelarutnya. Suatu reaksi dapat dikatakan sebagai reaksi
pengendapan jika salah satu produk reaksi tidak larut dalam
air. Syarat terjadinya endapan adalah adanya perbedaan
kelarutan antara senyawa satu dengan yang lainnya.
(Anggraini, 2015)
2 . F luo resensi 3 . Kr i sta l i s a s i
Fluoresensi adalah proses Kristalisasi adalah proses
pemancaran radiasi cahaya pembentukan zat padat di dalam
oleh suatu materi setelah fase homogennya. Kristalisasi
tereksitasi oleh berkas terbentuk melalui dua tahap, yaitu :
cahaya berenergi tinggi. 1.Pembentukan inti kristal atau
Emisi cahaya terjadi karena nukleasi
proses absorbs cahaya oleh 2.Pertumbuhan kristal
atom yang mengakibatkan (Pinalia, 2011)
keadaan atom tereksitasi.
(Wijayanti, 2013)
R EA K S I
1. P a p a v e r i n + H 2 S O 4
2 . Kinin + H 2 S O 4

3. Hexamin + Reagen Liebermann


TEORI D A S A R
Pengertian
Alkaloid adalah golongan senyawa organik yang
bersifat basa (alkali) disebabkan adanya atom Nitrogen,
Sifat basa ini disebabkan donor elektron oleh Nitrogen

Dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia


dan hewan.
Contoh : morfin obat pereda sakit, reserfina obat
rasa antispamodia. penenang, atrofina
(Wullur, Schaduw, & Wardhani,
2012)
Dalam bidang farmasi, alkaloid digunakan untuk memacu sistem
syaraf, menaikkan tekanan darah dan melawan infeksi mikrobial.
Alkaloid berguna sebagai analgesic, antiseptic, sedatives, anti
inflamasi. (Bribi, 2018)
Garam alkaloid dan alkaloid
umumnya berbentuk padatan
(yang berbentuk cair: nikotina),

S i fat F i s i ka kristal tak berwarna


(beberapa berwarna seperti
serpentina berwarna
kuning). (Bribi, 2018)

Umumnya larut dalam pelarut organik


(kecuali pseudoalkaloid,
protoalkaloid. Alkaloid kuartener
sangat larut air) (Robbers, dkk,
Sifat basa bergantung pada
1996).
struktur molekul dan gugus
fungsionalnya S i fa t K i m i a
Alkaloid mudah terdekomposisi
oleh panas dan sinar dengan
adanya oksigen
K l a s i fi k a s i A l k a l o i d
A . B e r d a s a r k a n C i n c i n H ete ros iklik

1.Golongan Pyridine (C5H5N) 4.Golongan


Contoh: anabasine, sparteine, Kuinolina Contoh :
piperina veratrin, cevadin

2.Golongan
Pyrrolidine 5.Golongan Tropan
(C4H9N) Contoh : atropine,
Dikenal sebagai kokain
tetrahidropirola Cairan
bening aroma seperti amonia
Contoh : nikotin, higrin 6.Golongan Indola

3.Golongan
Isokuinolin Contoh
B. B e r d a s a r k a n A s a l D. S i ste m H e g n a u e r C. Berdasarkan
Usul B i o ge n e ti k d a r i jenis
1.True tumbuhan
Alkaloid
Bersifat basa kolkis dan
1.Alkaloida asiklik (kecuali asam in d item u k a n n y a
berdasar dari aristolokhat) a l k a l o i d beberapa
Dibedakan
asam amino ornitin Toksik
Turunan Asam jenis :
alkaloida tembak
amino
dan lisin au,
2. Protoalkaloid (Alkaloid alkaloida amaryllidace
2. Alkaloida
sederhana)
Nitrogen dan asam amino tida ae,
aromatik
fenilanin : jenis
berasal
terdapat dalam cincin k alkaloida erithryne
dari fenilalanin, heterosiklik Biosintesis dan
Kelemahan :
tirosin, dan dari asam
Contoh amino (kaktus),
: meskalin sebagain
beberapa alkaloida
3,4 ephedrine ya berasal
- Dihidrofenilalanin
3. Alkaloida 3. Pseudoalkaloid dari tumbuhan
aromatik jenis indol (Semu) Bukan tertentu dapat
turunan asam amino memiliki struktur
: berasal dari
Sifat kebasaan yang berbeda-beda
triptopan rendah Contoh :
Sampel
1. K u i n i n H C l ( C 2 0 H 2 4 N 2 O 2 . H C l . 2 H 2 O ) BM : 3 9 6 , 9

Pemerian : Berbentuk hablur, jarumhalus seperti sutera, tidak berw arna; kadang-
kadang berkelompok.

Kelarutan : Larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform; sangat sukar larut
dalam eter. Larutan dalam kloroform bisa tidak jernih, karena mengandung bintik air. (Kemenkes,
2013)

Kuinina hidroklorida merupakan alkaloid yang berasal dari kulit pohon kina dan digunakan untuk
obat antimalaria. Kina juga digunakan sebagai antipiretik dan analgesik, dan untuk mengobati
beberapa gangguan otot, terutama kram kaki nokturnal dan miotonia congenita, karena efek
langsungnya pada membran otot dan saluran natrium (NCBI,2005)
2 . P a p a v e r i n H C l ( C 2 0 H 2 1 N O 4 . H C l ) BM = 3 7 5 , 8 5
Pemerian : Hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit, tidak memutar bidang polarisasi,
bersifat asam

Kelarutan : Larut dalam air dan kloroform (1 dalam 15), sukar larut dalam etanol, praktis tidak
larut eter (Kemenkes, 2013)

Papaverin HCl ditemukan pada opium. Memiliki efek melemaskan otot (NCBI, 2005)

3 . H e k s a m i n ( C 6 H 1 2 N 4 ) BM = 1 4 0 , 2

Kelarutan : Larut air dan pelarut polar

Memiliki nama lain Hexamethylenetetramine. 75% untuk industri plastik, 25% untuk industri lain
termasuk farmasi (Dewi, 2014).

Bersifat antiseptic akibat aktivitas formaldehid nya (BPOM, 2015)


A L AT D A N B A H A N

A la t
Ta b u n g r e a k s i Pip et tetes
Spatula Penjepit

Bahan
S a m p e l (Kinin, Papaverin, Hexamine)
P e r e a k s i d r a g e n d o r f ( b i s m u t n it rat, m e r k u r i
k l o r i d a d a l a m nitrit b e r a i r )
Pereaksi Meyer (kalium iodida + merkuri
klorida)
HCl
H2 S O 4
P R O S ED UR
1.P e r e a k s i M a y e r
1.Melarutkan sebanyak 5 g kalium iodida ke dalam 10 mL aquadest

2. Menambahkan larutan 1,36 g merkuri (II) klorida ke dalam 60 ml air suling


dan larutkan

3.Kemudian mengocok dan menambahkan aquadest sampai 100 ml.

2. P e r e a k s i B o u c h a r d a t
1. Menimbang sebanyak 4 g kalium iodida, kemudian melarutkannya dalam
20 ml aquadest

2. Menambah 2 g iodium sambil mengaduknya sampai


larut, kemudianmenambahkan dengan aquadest hingga 100 ml.
3. Pereaksi Dragendorf
3. Melarutkan sebanyak 8 g bismuthnitrat ke dalam
20 ml HNO3

2. Mencampurkan dengan larutan kalium iodida sebanyak 2,72 g


dalam 50 ml aquadest

3. Mendiamkan campuran sampai memisah secara


sempurna

4. Ambil larutan jernih dan encerkan dengan air secukupnya


hingga 100 ml.
Papaverin HCl
1. Menambahkan larutan papaverin HCl dengan pereaksi Mayer/Dragendorff/ Bouchardat
amati warna endapan yang terbentuk

2. Menambahkan larutan papaverin HCl dengan pereaksi Lieberman, amati perubahan


warna

3. Menambahkan larutan papaverin HCl dengan pereaksi Marquis, amati perubahan


warna

4.Menambahkan sebanyak 10 mg paparerin HCl dengan asam asetat anhidrida dan tiga tetes
H2SO4 pekat, kemudian panaskan. Amati fluoresensi di bawah sinar UV.

5. Membuat larutan papaverin HCl dalam bentuk kristal dalam Hg2Cl2.


Kinin HCl
1.Menambahkan larutan kinin HCl dengan pereaksi Mayer/Dragendorff/ Bouchardat diamati
warna endapan yang terbentuk

2. Menambahkan larutan kinin HCl H2SO4 dan mengamati fluoresensi di bawah sinar UV

3. Melakukan uji Thaleioquin pada larutan kinin HCl dan amati perubahan warna.

4.Menambahkan larutan kinin HCl dengan 1 mL larutan Br2 0,8% dan mengocoknya.
Menambahkan pada campuran dengan larutan kalium ferisianida 5% dan 2 mL kloroform
dengan hati-hati. Amati lapisan kloroform.

5. Membuat larutan kinin HCl dalam bentuk kristal dalam Hg2Cl2. ( S i a n i p a r, R . H . d a n M a n i u r A . S , 2 0 1 7 )


Heksamin
1.Menambahkan larutan heksamin dengan pereaksi Mayer/Dragendorff/ Bouchardat dan amati
warna endapan yang terbentuk.

2.Menambahkan sebanyak 100 mg heksamin dengan 100 mg asam salisilat, panaskan dengan
1 mL H2SO4 pekat. Amati perubahan warna

3.Menambahkan larutan heksamin dengan H2SO4 2N dan satu tetes formaldehid. Tutup mulut
tabung reaksi dengan kapas dan kertas lakmus merah yang telah dibasahi. Amati perubahan
warna lakmus.

4. Lakukan kristalisasi dengan cara sublimasi menggunakan ring sublimasi

( S i a n i p a r, R . H . d a n M a n i u r A . S , 2 0 1 7 )
D A F TA R
P US TA K A

Anda mungkin juga menyukai