Anda di halaman 1dari 34

LABORATORIUM KIMIA FARMASI I

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI I

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA OBAT GOLONGAN ALKALOID

KELOMPOK V
ANGKATAN 2019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia farmasi adalah ilmu yang mempelajari bahan-bahan yang digunakan

sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika obat yang

dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat (Cartika

Harpolia, 2016).

Kimia analitik diidentifikasikan sebagai cabang ilmu kimia yang mempelajari

karakterisasi bahan, baik komposisinya secara kualitatif (identifikasi komponennya)

maupun jumlahnya secara kuantitatif (penentuan kadarnya). Ilmu kimia sendiri

didefinisikan sebagai ilmu tentang materi (Ethica Stalis Norma, 2020).

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,

spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,

analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu

analit yang dituju dalam suatu sampel (Cartika Harpolia, 2016).

Analisa kimia farmasi dapat diidentifikasi sebagai penerapan metode dan

prosedur-prosedur kimia. Tujuan dari analisis kualitatif adalah untuk mengetahui dan

memastikan identitas suatu bahan obat dengan mengetahui unsur atau senyawa

dalam contoh tersebut (Ardini Dias dkk, 2020).


Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki satu atau

lebih nitrogen dalam cincin hetrosiklik dan merupakan golongan senyawa organik

terbesar yang terdapat di alam (Sudarwati dan Surahmaida, 2018).

Pada kehidupan sehari-hari alkaloid selama bertahun-tahun telah menarik

perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya dalam bidang farmasi (Ningrum

Retno dkk, 2016).

B. Tujuan Percobaan

1. Menentukan golongan obat alkaloid berdasarkan reaksinya dan pereaksi umum.

2. Menentukan jenis obat golongan alkaloid berdasarkan reaksinya dan pereaksi

umum.

3. Mengenali jenis obat golongan alkaloid dari sampel murni atau sampel dari

sampel campuran.

C. Prinsip Percobaan

Menentukan suatu obat golongan alkaloid dari suatu sampel murni atau sampel

campuran berdasarkan reaksi spesifiknya ketika direaksikan dengan dengan pereaksi

tertentu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang

mengandung atom N yang di dalam intinya dan bersifat basa. Karena itu dapat larut

dalam asam-asam serta membentuk garamnya (Ardini Dias dkk, 2020).

Nama alkaloid sebenarnya berasal dari alkali yang berarti basa. Namun,

tingkat kebasaannya bervariasi, tergantung pada struktur molekul alkaloid, dan

keberadaan serta posisi dan gugus fungsional lainnya (Halimatussakidah dan Amna

Ulil, 2016).

Alkaloid merupakan golongan senyawa yang tidak homogen, dipandang dari

sudut kimia, biokimia, ataupun fisiologi (Endarini Lully Hani, 2016).

Para pakar memberikan nama senyawa alkaloid dengan berbagai macam cara,

yaitu nama alkaloid berdasarkan pada nama generic tumbuhan yang menghasilkan

alkaloid, misalnya hidratine dan atropine (Nugroho Hartanto, 2021).

Alkaloid tidak ditemukan pada semua keluarga tumbuhan. Alkaloid jarang

ditemukan pada bakteri, ganggang, jamur, dan lumut. Sedangkan pada pakis dan

konifer tidak terhitung jumlahnya (Nugroho Hartanto, 2021).

Alkaloid dapat ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji,

daun, ranting, akar dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang
kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari

jaringan tumbuhan (Ningrum Retno dkk, 2016).

Alkaloid pertama yang disintesis adalah coniine dari Conium maculatum pada

tahun 1866. Strychine, Emetine, Brucine, Piperine, Caffeine, Quinine, Cinchonine

dan Colchihine alkaloid adalah landasan dari semua yang telah terjadi dalam kimia

alkaloid hingga hari ini (Julianto Tatang Shabur, 2019).

Secara umum alkaloid terbentuk dari asam amino, tetapi prekursor yang lain

contohnya terpenoid atau steroid juga berperan dalam menemukan kerangka dasar

dari alkaloid sehingga biosintesis alkaloid tidak dapat diakomodasi oleh salah satu

jalur biosintesis utama, tetapi sering melibatkan kombinasi dari produk atau lebih

jalur biosintesis. Misalnya, alkaloid terbentuk dari asam amino, tetapi prekursor lain

misalnya terpen atau steroid sering dibangun ke dalam kerangkan akhir alkaloid

(Nugroho Hartanto, 2021).

Alkaloid mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan umumnya merupakan

bagian dari sistem siklik. Lebih dari 5.500 senyawa alkaloid sudah diketahui. Banyak

alkaloid berada dalam bentuk terpenoid dan sebagian lainnya adalah steroid

(Jayanegara Anuraga dkk, 2019).

Brunetton mengelompokkan alkaloid menjadi tiga macam berdasarkan

struktur kimianya, yaitu alkaloid sejati (True alkaloids), alkaloid sederhana (Proto

alkaloids), dan alkaloid semu (Pseudo alkaloids). Dewick mengklasifikasikan

berbagai macam alkaloid berdasarkan asam amino yang menyediakan atom nitrogen

dan bagian fundamental dari kerangka alkaloid sebagai berikut : a) Alkaloid yang
berasal dari ornitin, misalnya alkaloid pirolidina dan tropana. b) Alkaloid yang

berasal dari lisin, misalnya alkaloid piperidina, kuinolisidina, dan indolisinida. c)

Alkaloid yang berasal dari tirosin, misalnya feniletilamina, tetrahidroisokinolina

sederhana, bensiltetra-hidrokuinolina yang dimodifikasi, fenetil isokuinolina, alkaloid

amaryllidaceae. d) Alkaloid yang berasal dari asam nikotinat, misalnya alkaloid

piridina. e) Alkaloid berasal dari triptofan, misalnya indol sederhana, terpenoid indol,

kuinolina, pirolo indol, alkaloid ergot. f) Alkaloid yang berasal dari asam antranilat,

misalnya alkaloid kuinasolina, kuinolina dan akridina. g) Alkaloid yang berasal dari

reaksi aminasi, misalnya alkaloid turunan asetat, fenilalanin, terpen (Nugroho

Hartanto, 2021).

Sebagaimana namanya, alkaloid adalah alkalin. Pada nilai pH yang umum

dijumpai di sitosol (pH 7,2) atau vakuola (pH 5-6) atom nitrogen bersifat proton,

alkaloid bermuatan positif dan umumnya larut dalam air. Alkaloid disintesis dari

asam amino, khususnya lisin, tirosin dan triptofan. Tetapi kerangka karbon beberapa

alkaloid mengandung komponen yang diperoleh dari lintasan terpen. Beberapa tipe

berbeda termasuk nikotin dan derivatnya diperoleh dari ornitin, intermediet

biosintesis arginin. Vitamin B nicotinic acid (niacin) adalah prekursor cincin pyridine

alkaloid; cincin pyrolidon nikotin muncul dari ornitin. Nicotinic acid juga konstituen

NAD+ dan NADP+ yang merupakan carrier electron pada metabolisme (Manurung

Hetty, 2021).

Sifat-sifat umum golongan alkaloid : Bersifat basa. Kebanyakan alkaloid,

berbentuk padatan kristal sedikit berbentuk amorf dengan titik lebur tertentu, tetapi
nikotin dan kononi berbentuk cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, beberapa

senyawa kompleks berwarna. Basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik,

garam alkohol dan alkaloid quartener sangat larut dalam air (Firdaus dan Tim Asisten

Analisis Farmasi I, 2021).

Ciri khas alkaloid yaitu tidak berwarna dan berasa pahit. Aktivitas bilogi dari

alkaloid yaitu umumnya digunakan sebagai bahan pengobatan (Surahmaida dan

Sudarwati, 2018).

Alkaloid mimiliki kelarutan yang khas dalam pelarut organik. Golongan

senyawa ini mudah larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam air. Garam alkaloid

biasanya larut dalam air (Julianto Tatang Shabur, 2019).

Pada kehidupan sehari-hari alkaloid selama bertahun-tahun telah menarik

perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya dalam bidang farmasi (Ningrum

Retno dkk, 2016).

Senyawa alkaloid yang berkhasiat sebagai anti diare, anti diabetes, anti

mikroba dan anti malaria, akan tetapi beberapa senyawa golongan alkaloid bersifat

racun sehingga diperlukan adanya identifikasi senyawa golongan alkaloid yang

diketahui manfaatnya (Ningrum Retno dkk, 2016).


B. Uraian Bahan

1. Amonia (Ditjen POM Edisi III, 1979: 86)

Nama Resmi : AMONIA

Nama Lain : Ammonia

RM/BM : NH4OH/35,05 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas, menusuk

kuat.

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat sejuk.

Kegunaan : Zat tambahan

2. Asam Klorida (Ditjen POM Edisi VI, 2020 : 185)

Nama Resmi : ASAM HIDROKLORIDA

Nama Lain : Hydrochloric Acid

RM/BM : HCL/36,46 g/mol


Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang.

Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap

hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18.

Kelarutan : Larut dalam bagian 0,25 bagian air, mudah larut

dalam etanol (95%) P. /

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

3. Asam Nitrat (Ditjen POM Edisi VI, 2020 : 190)

Nama Resmi : ASAM NITRAT

Nama Lain : Nitrate Acid

RM/BM : HNO3/63,01 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan berasap; sangat korosif; bau khas, sangat

merangsang. Mendidih pada suhu lebih kurang 1200;

bobot jenis lebih kurang 1,41. Merusak jaringan

hewan menjadi kuning.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : Sebagai pereaksi

4. Iodin (Ditjen POM Edisi VI, 2020: 757)

Nama Resmi : IODUM

Nama Lain : Iodine

RM/BM : I2/253,81 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Keping atau granul; berat; hitam keabu-abuan; bau

khas; berkilau seperti metal.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam

karbon disulfida, dalam kloroform, dalam karbon,

tetraklorida dan dalam eter; larut dalam etanol dan

dalam larutan iodida; agak sukar larut dalam

gliserin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

5. Perak Nitrat (Ditjen POM Edisi VI, 2020 : 173)


Nama Resmi : PERAK NITRAT

Nama Lain : Silver Nitrate

RM/BM : AgNO3/169,87 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau putih, bila dibiarkan

terpapar cahaya dengan adanya zat organik menjadi

berwarna abu-abu atau hitam keabu-abuan, pH

larutan lebih kurang 5,5.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air

mendidih; agak sukar larut dalam etanol; mudah

larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam eter.

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Antiseptikum ekstern, koastikum.

6. Pereaksi Parri (Ardini Dias dkk, 2020).

Komposisi : 1% Co(No3)2 dalam metanol


C. Uraian Sampel

1 . Salbutamol

Indikasi : Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial,

bronkitiskronis, dan emfisema (Ikatan Apoteker

Indonesia, 2016).

Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).

Perhatian : Hati-hati bila diberikan pada penderita

tiroktosikosis, hipertensi, gangguan kardiovaskular,

hipertiroid dan diabetes melitus; Meskipun tidak

terdapat bukti teratogenitas sebaiknya penggunaan

salbutamol selama kehamilan trimester pertama,

hanya jika benar-benar diperlukan; Hati-hati

penggunaan pada wanita menyusui karena

kemungkinan diekskresi melalui air susu; Hati-hati

penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun karena

keamanannya belum diketahui dengan pasti.

Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu


dimonitor kadar gula darah (Ikatan Apoteker

Indonesia, 2016).

Farmakologi : Salbutamol merupakan obat yang menstimulasi

reseptor β terutama selektif pada reseptor β 2 yang

biasa digunakan sebagai terapi asma akut dan asma

akibat exercise karena merupakan bronkodilator

poten yang mempunyai onset cepat atau biasanya

disebut sebagai Short Acting β-agonist (SABA)

(Carima Anindya, 2016).

Farmakodinamik : Salbutamol di absorbsi baik dalam saluran

pencernaan ketika digunakan secara per oral. Onset

of Action (OOA) dari salbutamol melalui rute per

oral adalah 30 menit dan kadar tertinggi dalam

plasma dicapai dalam 1 sampai 3 jam dan

mempunyai t1/2 yang pendek maka digunakan 3-4

kali sehari. Jika diberikan dalam bentuk inhalasi, 10-

20% dari dosis akan mencapai saluran nafas bagian

bawah dan sisanya tertinggal dalam sistem

penghantaran atau tertelan dan diserap di usus halus

(Carima Anindya, 2016).

Farmakokinetik : Obat ini dimetabolisme melalui metabolisme lintas

pertama di hati dan juga di dinding usus namun


tidak dimetabolisme di paru, dengan hasil metabolit

utamanya adalah konjugat sulfat yang tidak aktif.

Salbutamol diekskresikan terutama dalam urin

sebagai metabolit maupun bentuk aslinya, proporsi

lebih kecil diekskresikan dalam feses (Carima

Anindya, 2016).

Efek Samping : Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya

efek samping yang serius. Pada pemakaian dosis

besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot

skelet (biasanya pada tangan), palpitasi, kejang otot,

takikardia, sakit kepala dan ketegangan. Efek ini

terjadi pada semua perangsang adrenoreseptor beta.

Vasodilator periver, gugup, hiperaktif, epitaxis

(mimisan), susah tidur (Ikatan Apoteker Indonesia,

2016).

Interaksi Obat : Efek salbutamol dihambat oleh B-2 antagonis;

Pemberian bersamaan dengan monoamine oksidase

dapat menimbulkan hipertensi berat; Salbutamol dan

obat-obatan beta-bloker nonselektif seperti

propanolol, tidak bisa diberikan bersamaan (Ikatan

Apoteker Indonesia, 2016).

Dosis : Dewasa >12 tahun : sehari 3-4x ½ - 1 tablet. Dosis


dapat dinaikkan secara berlangsung untuk lansia

diberikan dosis awal yang lebih rendah. Anak : 2-6

tahun : sehari 3-4x ¼ - ½ tab; 6-12 tahun : sehari 3-

4x ½ tablet (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).


BAB III

METODOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu gelas arloji,

lumpang dan alu, pipet tetes, spatula, sendok tanduk, dan tabung reaksi.

2. Bahan

Adapun bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu

amonium hidroksida (NH4OH), asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO 3), coklat,

iodin (I2), kopi, perak nitrat (AgNO3), pereaksi parri, dan salbutamol.

B. Cara Kerja

1. Cofein

a. Pereaksi I2 + HCl

1) Dsiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Dimasukkan sampel kopi sekupnya pada tabung reaksi lalu dilarutkan

dengan iodin (I2) secukupnya

3) Ditambahkan asam klorida (HCl) secukupnya ke dalam tabung reaksi lalu

dihomogenkan

4) Diamati perubahan warna yang terjadi. Jika mengandung cafein akan


timbul warna coklat

2. Theobromin

a. Pereaksi HNO3 + AgNO3

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Digerus sampel coklat hingga homogen

3) Dimasukkan sampel coklat yang sudah homogen ke dalam gelas arloji lalu

dilarutkan dengan asam nitrat (HNO3) secukupnya

4) Ditambahkan asam nitrat (HNO3) secukupnya ke dalam gelas arloji lalu

dihomogenkan

5) Diamati perubahan yang terjadi. Jika mengandung theobromin akan

timbul endapan Kristal jarum panjang

3. Theophylin

a. Pereksi NH4O + AgNO3

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Digerus sampel salbutamol hingga homogen

3) Dimasukkan sampel salbutamol yang sudah homogen kedalam tabung

reaksi dan dilarutkan dengan amonium hidroksida (NH4OH) secukupnya

4) Ditambahkan perak nitrat (AgNO3) secuknya ke dalam tabung reaksi lalu

dihomogenkan

5) Diamati perubahan yang terjadi. Jika mengandung theophylin akan timbul

endapan seperi selai

b. Pereaksi Parri
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Digerus sampel salbutamol hingga homogen

3) Dimasukkan sampel salbutamol yang sudah homogen kedalam tabung

reaksi dan dilarutkan dengan pereaksi parri secukupnya dan

dihomogenkan

4) Diamati perubahan yang terjadi. Jika mengandung theophylin akan timbul

warna ungu
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Pengamatan

NO Reaksi Sampel Pereaksi Hasil Uji Keterangan

1 Cafein Kopi Good I2 + HCl Coklat +

Day

2 Theobromi Coklat Del HNO3 + AgNO3 Endapan kristal +

n Crispy jarum panjang

3 Theophylin Salbutamol NH4OH + Endapan +

AgNO3 seperti selai

Parri Ungu

Keterangan:

(+) = Positif

(-) = Negatif

A. Pembahasan
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,

spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,

analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu

analit yang dituju dalam suatu sampel.

Metode analisis kualitatif menggunakan pereaksi golongan/selektif dan

pereaksi spesifik. Penggunaan pereaksi ini bertujuan untuk mengetahui kation dan

anion yang terdapat dalam suatu larutan.

Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang

mengandung atom N yang di dalam intinya dan bersifat basa. Karena itu dapat larut

dalam asam-asam serta membentuk garamnya.

Pada percobaan Analisis Kualitatif Senyawa Obat Golongan Alkaloid ini

dilakukan untuk menentukan golongan obat alkaloid berdasarkan reaksinya dan

pereaksi umum, menetukan jenis golongan obat alkaloid berdasarkan reaksinya

dengan pereaksi khusus, dan mengenali jenis obat golongan alkaloid dari sampel

murni atau dari sampel campuran

Hasil pengamatan pada pengujian cofein yaitu, dimasukkan sampel kopi

secukupnya pada gelas arloji lalu dilarutkan dengan iodin (I 2) secukupnya dan

ditambahkan asam klorida (HCL) secukupnya sehingga menghasilkan warna coklat

yang menandakan sampel kopi mengandung cafein.

Hasil pengamatan pada pengujian theobromin yaitu dimasukkan sampel coklat

yang telah digerus secukupnya kedalam tabung reaksi, lalu dilarutkan dengan asam

nitrat (HNO3) secukupnya. Setelah itu ditambahkan dengan perak nitrat (AgNO3)
secukupnya sehigga menghasilkan endapan kristal jarum panjang menandakan

sampel coklat mengandung theobromin.

Hasil pengamatan pada pengujian theophylin mengguunakan 2 cara, yang

pertama yaitu, dimasukkan sampel salbutamol yang telah digerus secukupnya

kedalam tabung reaksi, lalu dilarutkan dengan amonium hidroksida (NH4OH)

secukupnya. Setelah itu ditambahkan dengan perak nitrat (AgNO3) secukupnya

sehigga menghasilkan endapan seperti selai menandakan sampel salbutamol

mengandung theophylin. Yang kedua yaitu, dimasukkan sampel salbutamol yang

telah digerus secukupnya kedalam tabung reaksi, lalu dilarutkan dengan pelarut parri

secukupnya sehigga menghasilkan warna ungu menandakan sampel salbutamol

mengandung theophylin.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa, percobaan analisis kualitatif senyawa obat bahan tambahan pangan dapat

diidentifikasi suatu sampel dengan menggunakan beberapa pereaksi dapat dilihat dari

perubahan warna dan terbentuknya suatu endapan. Pada hasil uji cafein dengan

menggunakan sampel kopi Good Day dan pereaksi I 2 dan HCl menghasilkan hasil uji

positif (+) karena terjadi perubahan warna menjadi warna coklat. Pada hasil uji

teobromin dengan menggunakan sampel coklat Del Crispy dan pereaksi HNO 3 dan

AgNO3 menghasilkan hasil uji positif (+) karena terjadi endapan kristal jarum

panjang. Pada hasil uji theophyline dengan menggunakan sampel salbutamol dan

pereaksi NH4OH dan AgNO3 menghasilkan hasil uji positif (+) karena terjadi

endapan seperti selain. Pada hasil uji theophyline dengan menggunakan sampel

salbutamol dan pereaksi parri menghasilkan hasil uji positif (+) karena terjadi

perubahan warna ungu.

B. Saran

1. Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu, agar dapat lebih mengawasi

praktikannya agar tidak melakukan kesalahan pada saat praktikum berlangsung.

2. Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu, agar dapat lebih melengkapi lagi

fasilitas laboratorium serta alat-alat yang akan digunakan agar praktikum dapat

berjalan dengan baik dan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Dias, Rahayu Pudji, Mulatasih Endah Ratnasari. 2020. “Modul Penuntun
Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif”. Pusaka Media :
Bandarlampung.

Cartika, Harpolia. 2016. “Kimia Farmasi”. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta.

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesi Edisi III”. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

Ditjen POM. 2020. “Farmakope Indonesi Edisi VI”. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

Endarini, Lully Hani. 2016. “Farmakognosi dan Fitokimia”. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Ethica, Stalis Norma. 2020. “Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi
Laboratorium Medis”. Deepublish : Yogyakarta.

Firdaus, Sirajul dan Tim Asisten Analisis Farmasi I. 2021. “Penuntun dan Buku
Kerja Praktikum Analisis Farmasi I”. Program Studi S1 Farmasi
Universitas Megarezky: Makassar.

Halimatukussakida dan Ulil Amna. 2016. “Isolasi Senyawa Alkaloid Indol dari
Ekstrak Akar Kopsia singapurensis Ridl. (Apocyneceae)”. Jurnal
Ilmiah Jurutera, Vol. 3, No. 1.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. “Informasi Spesialite Obat Indonesia”. ISFI :


Jakarta Barat.

Jayanegara, Anuraga, Ridla Muhammad, Laconi Erika B, Nahrowi. 2019.


“Komponen Antinutrisi Pada Pakan”. IPB Press: Bogor.
Julianto, Tatang Shabur. 2019. “Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia”. Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta.

Manurung, Hetty. 2021. “Tabat Barito (Ficus Deltoidea Jack) Kajian Budidaya,
Kandungan Metabolt Sekunder, Bio-aktivitas, Prospek
Fitofarmakologis”. Deepublish: Yogyakarta.

Ningrum, Retno, Purwanti Elly, Sukarsono. 2016. “Identifikasi Senyawa Alkaloid


Dari Batang Karimunting (Rhodomyrtus tomentosa) Sebagai Bahan
Ajar Biologi Untuk SMA Kelas X”. Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia, Vol. 2. No. 3.

Nugroho, L Hartanto. 2021. “Struktur dan Produk Jaringan Sekretori Tumbuhan”.


Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Surahmaida dan Sudarwati, Tri Puji Lestari. 2018. “Potensi dan Senyawa Aktif
Ganoderma Lucidum Sebagai Biopestisida Nabati”. Graniti : Gresik.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Cofein

Kopi

 I2

 HCl

Warna coklat

2. Theobromin

Coklat

 HNO3

 AgNO3

Endapan kristal jarum panjang


3. Theophylin

Salbutamol

 NH4OH

 AgNO3

Endapan seperti selai

Salbutamol

 Pereaksi Parri

Warna ungu
B. Lampiran Perhitungan

1. HCl 0,1 N

HCl 0,1 N 100 mL

Dik : N2 : 0,1

N2 :100 mL

Dit : V1 dan N1 =…

% × BJ × 1000
N 1=
BE

37 % ×1,19 ×1000
¿
36,5

37 ×1,19 ×100 0
=
36,5

440,3
¿ = 12,06
36,5

V1.N1 = V2.N2

V1.12,06 = 100.0,1
V1.12,06 = 10

10
V1 ¿ = 0,82 N
12,06

A. Lampiran Pengamatan

1. Uji Cofein

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI I
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Sampel kopi dimasukkan dalam Ket. Penambahan pereaksi I2 ke dalam


tabung reaksi tabung reaksi
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Penambahan pereaksi HCl ke Ket. Terjadi pembentukan warna coklat


dalam tabung reaksi (+)

2. Uji Theobromin

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
Ket. Penambahan pereaksi HNO3 ke Ket. Penambahan pereaksi AgNO 3 ke
dalam gelas arloji dalam gelas arloji

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Terjadi pembentukan endapan


kristal jarum panjang (+)

3. Uji Theophylin

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
Ket. Sampel salbutamoli dimasukkan Ket. Penambahan pereaksi NH4OH ke
dalam tabung reaksi dalam tabung reaksi

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Penambahan pereaksil AgNO3 ke Ket. Terjadi pembentukan endapan


dalam tabung reaksi seperti selai (+)

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Sampel salbutamoli dimasukkan Ket. Penambahan pereaksi Parri ke


dalam tabung reaksi dalam tabung reaksi

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Terjadi pembentukan warna ungu


(+)

B. Lampiran Foto Kehadiran Zoom


C.

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI I


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Ket. Muh Miftah Fauzi (B1A119337)

Anda mungkin juga menyukai