Oleh
Ambrosius Hernawan Wibisono
1915051021
NPM : 1915051021
Fakultas : Teknik
Kelompok : 3 (tiga)
Mengetahui,
Asisten
Aulia Kurniasih
NPM. 1715051002
ii
iii
Oleh
ABSTRAK
Batuan beku dapat terbentuk memalui proses pembekuan secara alamiah. Batuan
beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma. Untuk melatih keterampilan
mengenali hal tersebut, maka dilakukan praktikum mengenai batuan beku pada
tanggal 23 September 2019. Sebelum melakukan percobaan, dapat dipahami
bahwa pada dasarnya, batuan beku terbentuk melalui 2 kejadian, yaitu melaui
pembekuan di bawah permukaan bumi atau yang disebut juga intrusif dan melalui
pembekuan di atas permukaan bumi atau yang disebut juga ekstrusif. Batuan beku
ekstrusif banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya
gunung api di wilayah Indonesia yang bererupsi dan mengeluarkan magma ke
permukaan bumi. Magma tersebut membeku kemudian menjadi batuan beku dan
pembentukannya relatif lebih cepat dibandingkan batuan beku intrusif. Sebelum
melakukan praktikum, perlu untuk menyiapkan adanya sampel beberapa batuan
beku, lembar kerja, alat tulis, loop, dan kamera. Selama praktikum ini telah
dilakukan pengamatan terhadap beberapa batuan beku, yang ditinjau dari segi
warna, struktur, derajat kristalisasi, dan granularitas batuan beku tersebut. Dengan
tujuan untuk mengetahui ciri-ciri dan mengenali batuan tersebut.
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
....................................................................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan Percobaan................................................................................1
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 5 sampel batuan beku..........................................................................4
Gambar 2 Lembar kerja........................................................................................4
Gambar 3 Alat tulis..............................................................................................5
Gambar 4 Loupe...................................................................................................5
Gambar 5 Kamera smartphone.............................................................................5
Gambar 6 Komparator batuan beku.....................................................................5
Gambar 7 Diagram Alir Praktikum......................................................................6
v
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data identifikasi batuan beku...................................................................7
vi
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
vii
viii
Pembentukan batuan beku pada dasarnya, dibagi atas dua, yaitu intrusif dan
ekstrusif. Batuan beku intrusif merupakan batuan beku yang berasal dari
pembekuan magma di dalam bumi, disebut juga dengan batuan plutonik.
Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh batuan beku intrusi dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu konkordan dan diskordan. Konkordan merupakan
intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya. Sedangkan Batuan
beku ekstrusif merupakan batuan beku yang berasal dari pembekuan magma baik
di daratan maupun di bawah permukaan laut yang disebut juga dengan batuan
vulkanik.
Berdasarkan kandungan silikanya, batuan beku terbagi menjadi batuan beku asam
(felsic) yang mengandung silika >65%, kemudian batuan beku menengah
(intermediate) yang mengandung silika 65-52%, batuan beku basa (mafic)
mengandung silika 52%, dan batuan beku ultrabasa (ultramafic)yang mengandung
silika <45%.
Warna pada batuan beku terbagi atas dua, yaitu warna segar yang merupakan
warna yang belum terkontaminasi oleh lingkungan sekitar (warna di bagian dalam
batu). Warna Lapuk merupakan warna yang telah terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar seperti pasir, batu, dan karat (warna di bagian luar batu).
viii
ix
yang berbutir sedang atau besar butiran (phenocryst) 1-5mm, dapat dilihat dengan
bantuan loupe, dan faneritik yang berbutir kasar atau besar butiran (phenocryst) >
5mm, dapat dilihat dengan mata telanjang. Derajat kristalisasi menunjukan
kecepatan pendinginan. Sama seperti granularitas, derajat kristalisasi terbagi atas
3 kelompok, yaitu holohyalin yang secara keseluruhan tersusun atas gelas/massa
dasar diakibatkan pendinginan cepat, hipokristalin/hipohyalin tersusun atas kristal
(phenocryst) dan gelas (groundmass), dan holokristalin yang secara keseluruhan
tersusun atas kristal yang diakibatkan pendinginan yang lambat.
Selain tekstur, terdapat struktur pada batuan beku. Struktur batuan beku dapat
diamati dengan melihat batuan secara keseluruhan dalam kenampakan fisiknya.
Struktur batuan beku terbagi dalam 6 macam. Macam yang pertama adalah masif
yang secara keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam/monoton. Kedua,
vesikuler yaitu pada massa batuan terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk
bulat atau elips dengan penyebaran yang tidak merata. Lubang ini merupakan
ruang tempat gas terperangkap pada waktu magma membeku. Ketiga,
amigdaloidal merupakan vesikuler yang telah terisi oleh mineral sekunder.
Keempat, scorius dimana vasikulernya menyebar secara merata. Kelima, lava
bantal yang memperlihatkan struktur seperti kumpulan bantal dikarenakan
terbentuk di laut (gunung api bawah laut). Keenam, columnar joint
memperlihatkan bentuk seperti kumpulan tiang yang disebabkan adanya kontraksi
saat proses pendinginannya.
ix
x
Adapun alat dan bahan yang digunakan dlam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
x
xi
Gambar 4 Loupe
B. Diagram Alir
Mulai
Selesai
xi
xii
A. Data Pengamatan
Scoria/batu
B5 Porifirik Hipokristalin Vesikuler Ekstrusif
karang
B. Pembahasan
Telah dilakukan praktikum batuan beku pada hari senin, 23 September 2019.
Pada hari dilakukannya praktikum, perkelompok telah diberi sampel batuan
beku masing-masing. Igneous rock atau batuan beku merupakan salah satu
jenis batuan yang ada di bumi. Pembentukan setiap batuan beragam tahap dan
mekanismenya. Sama halnya seperti batuan beku, yang juga berbeda-beda
pembentukannya. Pembentukan batuan beku atau genesanya dapat digolongkan
menjadi intrusif yang berarti pembentukan batuan beku di dalam permukaan
bumi dan ekstrusif, yaitu pembentukan batuan beku di luar permukaan bumi.
Batuan beku yang diamati, merupakan hasil pembekuan magma yang terjadi
xii
xiii
dalam kurun waktu tertentu. Pada pembentukan intrusif terdapat proses secara
plutonik, yaitu memiliki kristal yang berukuran besar dan terbentuk secara
perlahan-lahan. Ada pula, terbentuk melalui sela-sela dalam permukaan bumi
atau batuan gang. Dalam pembentukannya terkadang diselingi oleh batuan lain
yang terbentuk di dalam permukaaan bumi yg lebih dalam dan muncul
bersamaan dengan batuang gang lainnya (ferosik). Sedangkan dalam
pembentukan batuan di luar permukaan bumi memiliki waktu pembekuan yang
relatif cepat sehingga terbentuknya kristal sangat kecil kemungkinannya. Tidak
terbentuknya kristal mengakibatkan batuan beku ekstrusif menjadi glass atau
afanitik pada umumnya. Batuan beku ekstrusif terjadi ketika gunung api
bererupsi dan mengeluarkan material. Material tersebut bisa berupa magma
yang masih panas dan menjalar keluar dari mulut gunung api. Keluarnya
magma tersebut akan dibarengi dengan perubahan temperatur pada magma
sendiri yang menyesuaikan dengan keadaan suhu sekitar dimana lama-
kelamaan magma akan membeku dan tidak menjalar kembali maka disitulah
permulaan dibentuknya batuan beku luar lava. Lain hal ketika magma yang
keluar dari mulut gunung mendapat tekanan dari dapur magma maka akan
meletup ke atas dan terlempar jauh ke luar gunung . Peristiwa tersebut
merupakan proses awal terbentuknya batuan beku luar piroklastik, hingga
magma membeku karena perbedaan suhu yang terjadi.
xiii
xiv
pumice yang termasuk kedalam faneritik karena dapat terlihat jelas ukuran
butirnya dengan mata telanjang. Sama seperti basalt, yaitu merupakan
holohyalin, berstruktur lubang-lubang yang menandapatkan vesikuler,
termasuk kedalam batuan beku ekstrusif asal mulanya. Pada batu ketiga (B3)
merupakan batu obsidian yang termasuk kedalam afanitik yang hanya dapat
dilihat dengan loupe untuk butir pada batuan bekunya, masih tergolong
holohyalin seperti deua batu yang sebelumnya, berstruktur glass yang terlihat
seperti kaca, dan merupakan batuan beku dari luar permukaan bumi atau
ekstrusif. Pada batu keempat (B4) merupakan batu andesit yang bersifat
afanitik granularitasnya, kemudian tergolong hipokristalin yang masih terdapat
kristal yang terbentuk walaupun pendinginan tidak terlalu cepat, memiliki
struktur masif yang menandakan tidak memiliki garis karena bersifat lempeng,
dan batu ini berasal dari luar permukaan bumi atau ekstrusif. Pada batu kelima
(B5) merupakan batu scoria atau disebut juga batu terumbu karang yang
umumnya ditemukan di pantai, batu ini termasuk porifik yang ukuran butirnya
intermediate, batuan yang memiliki hipokristalin, berstruktur vesikuler karena
berlubang-lubang permukaannya, dan juga masih termasuk batuan beku luar
atau ekstrusif.
xiv
xv
V. KESIMPULAN
xv
xvi
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/26259687/Geologi_Dasar_Basic_of_Geology_.
pdf?show_app_store_popup=true
xvi