Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ambrosius Hernawan Wibisono

NIM: 1915051021
Asal: Tangerang Selatan

Pentingnya Etika Profesi dalam Kaitannya dengan Geofisika

Beretika yang baik dan benar sesungguhnya sudah kita dapatkan sejak kita kecil.
Bimbingan kedua orang tua kiranya selalu mengajarkan kita bercengkrama dan
bertatakrama dalam pergaulan kita di masyarakat. Entah dengan tetangga, teman, bahkan
dengan orang yang lebih tua dari pada kita. Sejalan dengan kehidupan kita, tentunya ada
fase dimana kita bertumbuh bukan hanya secara biologis, melainkan juga scara karakter
dan perilaku. Pentingnya perkembangan karakter untuk menunjang kehidupan kita. Dalam
profesi yang kita jalani tentu memiliki aturan mainnya sendiri, sehingga kita perlu
menyesuaikan diri dengan aturan yang ada. Karakter yang sudah terbangun dapat
memahami setiap kejadian dalam berprofesi. Pemahaman itu juga dibarengi dengan etika
kita sendiri. terlebih etika berprofesi yang sehari-hari merupakan tuntutan hidup masing-
masing. Berperilaku baik tentu adalah yang diharapkan. Maka itu, perlu sekali etika dalam
berprofesi. Etika profesi dapat diterapkan di segala profesi yang ada dalam kehidupan
manusia, oleh sebab itu cakupan etika profesi sangat luas.
Hal ini pula kita terapkan dalam ilmu yang kita pelajari. Salah satunya geofisika sendiri.
dalam ilmu tentang kebumian ini, kita juga perlu melatih sikap dan perilaku kita dalam
bertinak. Etika yang penting dalam menekuni geofisika setidaknya tidak jauh berbeda
dengan etika kita setiap hari. Dalam Geofisika, melatih diri untuk bersikap jujur dan
objektif dalam setiap persoalan dituntut sekali. Dikarenakan bertindak jujur merupakan
sikap yang mengatas namakan kebenaran yang terjadi tanpa merekayasa data. selain itu,
etika bersopan santun dengan dosen pengajar dan para senior perlu juga kita terapkan.
Karena segala ilmu yang kita pelajari dalam geofisika pasti selain dari buku ajar, juga
berasal dari pembimbing kita yang sudah menguasai ilmu tersebut dengan baik, sehingga
kita sepatutnya bersopan santun kepadanya. Bertanggung jawab dalam setiap perkara yang
ada harus kita junjung. Sebagaimana dalam hal menjalankan prosedur praktikum atau
pengerjaan suatu persoalan. Ketika kita menggunakan alat di laboratorium atau melakukan
pengerjaan di tempat, tentu kita harus mempertanggung jawabkan apa yang kita pakai atau
gunakan. Mengembalikan sesuai semula dan tanpa kekurang suatu apapun. Penting juga
ketika kita menggunakan hak kita atau otoonomi kita untuk menunjang profesi kita. Maka
seluas-luasnya hak setiap individu tidak boleh dikekang, karena kita harus bersikap adil
juga dengan orang lain sehingga orang lain juga tidak menutup hak kita.

1
Schon Scandal

Pernah terciptakan suatu superkonduktor yang inovatif dengan laser organik pertama,
transistor pemancar cahaya pertama, dan menyelidiki dunia nanoteknologi. Hal ini
diciptakan oleh Jan Hendrik Schon, pada usianya yang ke-32. Tetapi, hal ini menimbulkan
masalah terhadapnya karena rekayasa totsl dalam dunia ilmiah. Pada akhir riwayatnya, ia
terpaksa pergi meninggalkan Amerika dengan rasa malu. Para ilmuwan memberikan reaksi
yang aneh mengenai Schon. Dimana keanehan yang terjadi ini masih bisa diterima dan
bagaimana kiranya para ilmuwan menilai pekerjaan mereka masing-masing.
Schon belagak sopan dan individual. Schon menghabiskan 9 tahun masa hidupnya dengan
bekerja dan menempuh pendidikan diploma dan PhD tentang fisika di University of
Constance, Italia. Ketika menempuh pendidikannya, ia regu untuk menerima tawarna
magang di Bell Laboratories, Amerika yang dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi,
Lucent Technologies. Schon direkrut kedalam program penelitian yang melibatkan
pembuatan transistor dari kristal organik, bentuk plastik murni. Penelitian ini membahas
betapa merugikannya plastik dibandingkan dengan komputer berbasis silikon. Jika diberi
satu kali lagi kesempatan untuk bekerjasama maka rumusan untuk menciptakan chip
komputeryang lebih ringan dan lebih fleksible.
Pada tahun 1998, schon menghasilkan data tentang aliran muatan melalui bahan. Ia sering
mengerjakan sampel kristal dengan menempelkan kabel untuk membuatnya menjadi
sirkuit. Tetapi pada tahun 2000, ia memutuskan lebih aktif di labnya dahulu di
Constance.yang seharusnya melanjutkan penelitiannya yang dimulai sebagai mahasiswa
PhD. Hasil penelitiannya di lab di Constance, ia tunjukan kepada para rekan
ilmiahnya.hasilnya luar biasa dan mencengangkan atas hasilnya menciptakan sirkuit di
constance menggunakan kristal dari Bell labs. Alhasil, penemuannya itu, ia rangum dalam
naskah tentang klaim-klaim baru. Di pertengan tahun 2001, banyak para ilmuwan yang
menciba menciptakan apa yang dikerjakan Schon karena termotivasi oleh prospek
membangun temuan dalam sains dan alam. Tetapi, percobaaan yang dilakukan para
ilmuwan ini berujung nihil, tanpa hasil. Dikarenakan tidak bisanya mengakses ke detail
metodenya. Dan inipun menimbulkan rasa menyalahkan diri sendiri bagi para ilmuwan.
Kepintaran Schon lebih pintar dari sekadar memalsukan datanya dan mengkalim beberapa
terobosan ajaib. Dengan berbicara dengan kolega, dia mencari tahu hasil apa yang
diinginkan, jadi ketika dia mengarang hasil yang tampaknya membuktikan teori dan firasat
mereka, mereka sangat senang. Data yang diahasilkan tidak hanya dipalsukan, tetapi didaur
ulang dari pemalsuan sebelumnya. Dilihat secara keseluruhan, kasus schon
menggambarkan kesulitan yang dimiliki sains dalam mengoreksi dirinya sendiridalam
menghadapi penipuan.

2
Tertangkapnya ia tentang kesalahannya yang sangat bodoh dengan menggandakan data
ketika dia mengarang hasilnya. Tetapi kasusSchon juga menyarankan resep untuk menilai
setiap judul sains. Inilah saatnya untuk memulai pengkristisan jika sesuatu tampaknya
terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, itu sangat mungkin terjadi.

Daftar Pustaka:
1. https://www.telegraph.com.co.uk/technology/5345963/The-scient-fraudster-who-
dazzled-the-world-of-physics-telegraph
2. https://www.academia.edu/32023709/The_Crisis_in_Scientific_Publishing_and_its
_effect_on_the_admission_of_Scientific_and_Technical_Testimony

Anda mungkin juga menyukai